Anda di halaman 1dari 2

Translasi mata uang asing dan inflasi

Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter


yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen
dalam mata uang domestic yang jauh lebih rendah daripada dasar pengukuran awalnya. Pada
saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan
beban depresiasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih
menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dollar yang
lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba aktual dari aktiva luar negeri yang
didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di
suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.

FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian


tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan
dalam laporan keuangan dasar di Amerika Serikat. Sebagai solusi FAS No. 52 mewajibkan
penggunaan dollar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang
berdomisili di lingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai
konstan ekuivalen dollar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan
ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan
dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.

Translasi Mata Uang Asing di Mana Saja

 KANADA
Institut akuntan bersertifikat di Kanada (CICA), Badan Standar Akuntansi di
Inggris dan Badan Standar Akuntansi Internasional seluruhnya berpartisipasi dalam
penyusunan FAS No. 52. Perbedaan utama standar di Kanada (CICA 1650) dan FAS
No. 52 menyangkut utang jangka panjang dalam mata uang asing. Di Kanada
keuntungan dan kerugian translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
 Inggris
Perbedaan utama standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan anak perusahaan
yang berdiri sendiri di negara-negara yang mengalami hiperinflasi. Laporan keuangan
pertama-tama harus disesuaikan terhadap tingkat harga kini dan kemudian
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
 Australia
Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancar non moneter
untuk anak perusahaan di negara-negara yang berinflasi tinggi sebelum dilakukan
translasi.
 Selandia Baru
Pada dasarnya sama dengan Australia, Selandia Baru juga mengharuskan metode
translasi moneter-non moneter untuk anak perusahaan yang operasinya terintegrasi
induk perusahaannya.
 Jepang
Pada saat ini Jepang telah mengubah standarnya dengan mengharuskan
metode kurs kini disegala keadaan dengan penyesuaian translasi mata yang disajikan
pada neraca dalam ekuitas pemegang saham.
Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham secara internasional dan
mengikuti IAS, atau sekarang disebut IFRS. Semakin nebingkat dan bursa efek di
seluruh dunia berada di bawah tekanan yang semakin meningkat untuk menggunakan
IFRS sebagai pengganti standar domestik untuk pencatatan saham perusahaan-
perusahaan asing. Di AS perusahaan-perusahaan asing diperbolehkan untuk
menggunakan standar internasional (IAS 21) dan bukan standar AS (FAS No. 52)
dalam masalah translasi mata uang asing.

Anda mungkin juga menyukai