Anda di halaman 1dari 13

NAMA

: INTAN OKTRI AGTIA

NPM

: 1311031051

JURUSAN

: S1 AKUNTANSI REGULER

TUGAS RESUME AKUNTANSI KEPERILAKUAN

BAB 16
ASPEK KEPERILAKUAN PADA ETIKA AKUNTAN

Dilema Etika

Akuntan didalam aktivitas auditnya memiliki banyak hal yang harus


dipertimbangkan karena auditor mewakili banyak konflik kepentingan yang
melekat dalam proses audit. Konflik ini akan menjadi sebuah dilema etika ketika
auditor diharuskan membuat keputusan yang menyangkut independensi dan
integritasnya dalam imbalan ekonomis yang mungkin dijanjikan disisi lain.
Dilema etika muncul sebagai konsekuensi konflik audit karena auditor berada
dalam situasi pengambilan keputusan antara yang etis dan tidak etis.
Prilaku etika dlm profesi akuntansi
o akuntansi sebagai profesi dan peran akuntansi
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara
terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi.

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus


memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
o Peran Akuntan Profesional
Akuntan adalah penasihat bisnis independen. Akuntan dapat menawarkan
berbagai layanan. Akuntan dapat didaftarkan auditor, dapat mengatur sistem
akuntansi klien, bisa menjadi penasihat pada perencanaan pajak, atau detektor
penipuan dan penggelapan, dapat melakukan penganggaran dan analisis laporan
keuangan, menyarankan klien pada keputusan pembiayaan, memberikan
pengetahuan khusus dan dapat membantu menjaga etika lingkungan.

Penalaran Moral

Penalaran moral dan pengembangan memainkan peran kunci dalam seluruh area
profesi akuntansi. Akuntan yang secara kontinu dihadapkan pada dilema berada
pada konflik nilai. Akuntan pajak misalnya, ketika memutuskan kebijakan
mengenai metode akuntansi yang akan dipilih, membutuhkan waktu untuk
memutuskan antara metode yang mencerminkan sifat ekonomi sesungguhnya dari
transaksi atau metode yang paling sesuai menggambarkan perusahaan.

Model Pengambilan Keputusan Etis

Banyak sumber berbeda telah menyajikan landasan konseptual tentang besaran


riset perilaku etis akuntan. Misalnya saja, kerangka kerja teoritis tentang
pengambilan keputusan etis dipinjam dari psikologi sosial.

Pendekatan Kognitif Lingkungan Terhadap Pengembalian Keputusan Etis

Ketika banyak riset yang berhubungan dengan perilaku etis individual untuk
mengukur tingkat moral reasoning individual, telah berkembang pendekatan
tambahan yang membahas komponen lain dari model riset. Misalnya, mereka
menyebutnya skala etis multidimensional (sem) sebagai ukuran kesadaran modal,
yang merupakan komponen pertama dari model rest dan menghubungkan teori
perencanaan perilaku dengan komponen lain.

Reidenach mengembangkan sem untuk fokus pada dinamika pengambilan


keputusan yang melibatkan perilaku etis yang belum diselidiki. Delapan skala
likert yang bipolar dibagi kedalam tiga dimensi, yaitu keadilan moral, relativisme
dan kontraktualisme, yang dimasukkan dalam ukuran. Skenario etis degunakan
dengan memasukkan deskripsi atas situasi tunggal sepanjang 100 kata. Flory et al,
menggunakan SEM untuk mengkaji respon etis terhadap 300 akuntan manajemen
yang bersertifikat terhadap empat skenario manajemen laba. Tujuan utama dari
studi tersubut adalah memvalidasi penggunaan SEM dalam konteks akuntansi.
Ketika tujuan ini dicapai, gambaran yang ditampilkan tidak mendukung
variabilitas antar subjek, sehingga menghasilkan perhatian pada validasi eksternal.
Cohen kemudian memperluas riset Reidabach dan Robin terhadap situasi
multinasional. Hasil untuk sampel subjek di negara-negara Amerika Serikat dan
lainnya menunjukkan munculnya konflik tambahan yaitu utilitarianisme yang
penting dalam pengambilan keputusan etis. Sementara SEM dikritik sebagai gagal
untuk memasukkan kerangka kerja psikolog dalam proses ethical reasoning Flory
merespon dengan menunjukkan bagaimana ukuran ini secara teoritis berbeda dari
karya pengembangan moral Kolhberg dan Rest, serta bahwa ukuran ini mungkin
menjadi alat yang lebih baik untuk memahami proses moral reasoning akuntan.

Model Alternatif Pengambilan Keputusan Etis

Noreen (1988), memperluas teori agensi dengan membahas ekonomi etis dalam
konteks kontrak. Didasarkan pada minat individual, dia menyatakan aksi yang
paling menguntungkan. Terdapat model pengambilan keputusan etis lain yang
dikembangkan secara spesifik untuk profesi akuntansi. Misalnya, untuk lebih
memahami situasi dimana auditor dianggap melanggar kode etik dan perilaku
profesional AICPA, lampe dan finn membuat model dari proses keputusan etis
auditor

sebagai

proses

dengan

lima

elimen

(pemahaman

keuntungan,

pengendalian dampak, keputusan lain, penilaian lain, dan pengambilan keputusan


final) untuk dibandingkan dengan model yang berbasis kode etik dan perilaku
profesional AICPA. Dengan cara yang sama, finn dan lampe membuat model dari
keputusan berkaitan dengan penyampaian pengaduan auditor.

Dalam mengomentari keadaan riset saat ini dalam paradigma etika akuntansi,
Machintosh yang mengadopsi perspektif filosofi sosial, menyatakan bahwa riset
saat ini menekankan suatu perspektif yang hanya mengukur penerimaan sosial,
dan bukannya perspektif etis yang sesungguhnya. Ia menyatakan bahwa
sementara riset sekarang menggunakan ukuran etis alternatif, orang berperilaku
agak etis atau kurang etis, ini adalah masalah ini atau itu.
Terakhir, ia mempertanyakan penggunaan metodologi positivistik saat ini dengan
mencatat bahwa etika adalah masalah nilai (apa yang seharusnya) dan bukan fakta
(apa ini). Lebihlanjut lagi, masalah ini semakin rumit dengan adanya fakta bahwa
individu yang berbeda mungkin menyampaikan sasaran normatif yang berbeda
yang didasarkan pada konteks dan individu masing-masing.

Riset Perilaku Etis Akuntan

Bagian berikut mendefinisikan dan menjelaskan empat area riset akuntansi utama
yang menyelidiki tingkat moral reasoning akuntan dan perilaku yang
berhubungan, yaitu studi pendidikan etika, studi pengembangan etika, studi
penilaian etika, dan studi etika lintas budaya. Studi pendidikan etika menyelidiki
apakah pendidikan memengaruhi keahlian moral reasonig siswa dalam program
akuntansi.
Studi pengembangan etika berusaha meningkatkan poin kerier mereka. Studi
penilaian etika mengkaji hubungan antara ukurn moral reasoning dengan perilaku
spesifik dalam akuntansi, auditing, atau perpajakan. Terakhir, studi etika lintas
budaya menyelidiki perbedaan dalam keahlian moral reasoning dan/atau
keputusan etika akuntan dari belahan dunia yang berbeda.

Studi Pendidikan Etika

Studi pendidikan etika berusaha menentukan efek pendidikan terhadap keahlian


moral reasoning dari para praktisi dan mahasiswa akuntansi. Sementara hasil dari
banyak studi umumnya telah menunjukkan bahwa pendidikan kampus secara
positif berhubungan dengan pengaruh tingkat moral reasoning individual, temuan

dalam ranah akuntansi telah menunjukkan bahwa akuntan pada umumnya tidak
mengalami kemajuan pada tingkat perkembangan moral sama seperti lulusan
kampus lainnya.
M. Armstrong (1987)
Satu studi pertama yang menyelidiki hubungan antara perkembangan moral dan
riset perilaku dilakukan m. Armstrong (1987). Tingkat moral reasoning dari CPA
dibandingkan dengan yang sudah dan belum lulus. Hal yang mengejutkan, skor
DIT rata-rata CPA secara signifikan lebih rendah dari pada kedua kelompok
tersebut. M.armstrong (1987) menyimpulkan bahwa para CPA yang menjadi
responden kelihatannya mencapai tingkat kematangan moral orang dewasa pada
umumnya.
Ponemon Dan Glazer (1990)
Poneman dan glazer memperluas penyelidikan ke dalam tingkat moral reasoning
akuntan dengan membandingkan mahasiswa dengan alumni untuk dua lembaga
pendidikan yang terletak di daerah timur amerika serikat. Lembaga yang pertama
adalah suatu kampus seni liberal swasta yang menawarkan jurusan akuntansi.
Sementara lembaga yang kedua, american assembly of colligiate school bisiness
(AACSB) merupakan lembaga yang terpandang dalam mengadakan program
akuntansi.
St. Pierre, nelson dan gabbin (1990)
St pierre et al. Mengkaji hubungan tingkat moral reasoning . sampel yang terdiri
atas 479 mahasiswa senior dari semua disiplin ilmu yang berbeda yang terdiri
atas jurusan bisnis dan non bisnis pada universitas ukuran menengah di bagian
timur Amerika serikat diminta untuk melengkapi DIT. Ukuran lain yang
dikumpulkan berkaitan dengan sbjek adalah jurusan, gender, dan paparan awal
terhadap etika dalam kurikulum formal.

Studi Pengembangan Etika

Sementara studi pendidikan etika mengkaji dampak pendidikan terhadap praktisi


dan

mahasiswa

akuntansi,

studi

pengembangan

etika

berfokus

pada

pengembangan moral reasoning dalam profesi akuntansi. Beberapa studi misalnya


menemukan bahwa posisi auditor dalam perusahaan berbanding terbalik dengan
tingkat moral reasoning. Riset memberikan bukti kuat mengenai eksistensi
sosialitan etis. Individu yang dipromosikan mempunyai tingkat ethical reasoning
yang serupa dengan manajemen. Bukti ini mendukung keyakinan bahwa promosi
individual dapat ditekan oleh budaya etika perusahaan.
Ponemon (1990)
Ponemon menyelidiki ethical reasoning dan penilaian praktisi akuntansi dalam
perusahaan publik. Lima puluh sua praktisi CPA dari bermacam-macam posisi
diperusahaan publik di daerah timur laut Amerika Serikat berpartisipasi dalam
studi. Subjek mengisi wawancara penilaian moral atau MJI dan paradigma
auditing. Dilema auditing dikembangkan dari studi kasus dari kehidupan nyata
yang melibatkan kantor akuntan publik dan dua klien audit besar.
Dilema tersebut digambarkan sebagai serangkaian kejadian yang terjadi dalam
suatu krisis dengan kedua klien. Baik MJI dan dilema auditing diskor secara
serupa, sehingga memungkinkan untuk membandingkan secara langsung skor
tersebut. Hasilnya menunjukkan bahawa subjek tidak berbeda secara signifikan
antara kedua dilema.

Studi Keputusan Etis

Studi keputusan etis berfokus kepada hubungan antara bermacam-macam ukuran


dan perilaku terhadap bidang akuntansi. Bagian berikut menelaah studi
representatif yang mengkaji:
1.

Isu independensi

2.

Pelanggaran lain kode etik dan perilaku profesional AICPA

3.

Pendeteksian atas penipuan dalam laporan keuangan dan komunikasinya

4.

Ketidakpatuhan pembayaran pajak

5.

Perilaku disfungsional spesifik dalam profesi akuntansi.

Studi Etis Lintas Budaya

Sebagian besar studi yang berhubungan dengan akntansi dan etika difokuskan
kepada profesi akuntansi di Amerika serikat. Perbedaan budaya mungkin muncul
diantara kelompok profesi akuntansi dari negara berbeda. Meskipun demikian,
perbandingan antara profesi akuntansi di Amerika Serikat dengan kelompok lain
dapat memberikan pemahaman yang berharga tentang penetapan standar
organisasi internasional.

Implikasi Pada Riset Mendatang

Satu masalah menonjol yang masih dihadapi oleh peneliti akuntansi dalam
menyelidiki dimensi etika profesi akuntansi berhubungn dengan keputusan apakah
akan terus memperluas atau menyatukan teori konflik dan ukuran dalam kerangka
kerja pengambilan keputusan etika empat komponen dari Rest.
Gaa misalnya, menekankan pentingnya kemajuan diluar penjelasan ini dan
menyampaikan penempatan kerangka kerja teoretis kognisi moral yang spesifik
bagi profesi akuntansi. Ia menyampaikan bahwa kerangka kerja ini harus
melibatkan pengakuan atas peranan akuntan dalam masyarakat dan tanggung
jawab mereka terhadap bermacam-macam pemangku kepentingan, serta keahlian
moral akuntan.
Dengan cara yang sama, Ponemon dan Gabhart dalam bidang etika untuk auditor
dan akuntan mengakui bahwa keputusan-keputusan akuntan telah menjadi subjek
dari bermacam-macam kelompok konstituen termasuk organisasi klien yang
menbayar pelayanan mereka, kantor akuntan profesional di mana karyawan
menjadi anggota akuntan, profesi akuntan itu sendiri, dan publik umum (yang
mengandalkan angka-angka dalam laporan keuangan).
Tanggung jawab beragam ini (dan sering kali bertentangan) menunjukkan bahwa
proses resolusi konflik etika akuntan mungkin tidak cukup sesuai dengan model
pengambilan keputusan yang lebih umum dari Rest. Meskipun demikian jika
model Rest sahih untuk menjelaskan perilaku etis akuntan, maka ukuran dan

konflik yang bertentangan dalam menghubungkan keempat komponen tersebut


harus disatukan.
Dengan demikian, riset medatang harus melanjutkan kemajuan di dua dimensi:
1. Melanjutkan integrasi model dan ukuran kognitif yang berbeda dalam
model Rest
2. Mengembangkan sebuah model pengambilan keputusan etis kognitif yang
khusus untuk profesi akuntansi.
Perilaku Etika dalam Pemberian Jasa Akuntan publik
Setiap akuntan publik sebagai bagian anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
maupun staff profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota
IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus menerapkan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik atau sekarang disebut sebagai Kode
Etik Profesi Akuntan Publik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemberi
jasa.Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja
di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
(1) Prinsip Etika, memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh
Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota.
(2) Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat
anggota Himpunan yang bersangkutan.
(3) Interpretasi Aturan Etika, merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

REVIEW ARTIKEL
Pengaruh Pencapaian Tujuan Anggaran Pada Sikap
RIsiko dan Eskalasi

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan investigasi apakah individu yang tidak mencapai tujuan
anggaran akan membuat keputusan investasi proyek berisiko daripada individu
yang mencapai tujuan anggaran dan apakah kompensasi berbasis bonus
memperparah efek ini. Penelitian ini juga menjajaki apakah pengambilan
keputusan investasi berisiko meluas eskalasi proyek ketika diharapkan analisis
nilai akan menyarankan bahwa kelanjutan tersebut tidak menguntungkan untuk
mencapai tujuan anggaran. Akhirnya, hubungan antara durasi usaha dan eskalasi
proyek diuji. Sebuah dua periode percobaan komputer interaktif dilakukan dengan
menggunakan 60 subyek siswa untuk menguji hipotesis penelitian. Sebuah dua
faktor, antara-subyek desain melintasi dua bentuk berbasis kinerja kompensasi
(berdasarkan bonus-dan profit sharing) dengan prestasi dan non achievement dari
sasaran anggaran.

TEORI DAN HIPOTESIS

Standar anggaran dan Efek Sikap Risiko


Teori Prospect (PT) telah digunakan untuk menggambarkan dan memprediksi
sikap risiko individu dalam kondisi ketidakpastian. PT 'menunjukkan bahwa
individu kemauan untuk mengambil risiko dalam keputusan yang diberikan
kontekstual terikat dan berdasarkan penilaian mereka "prospek" titik acuan
subjektif. PT 'memprediksi bahwa individu batal risiko ketika mereka
mengevaluasi pilihan-pilihan yang berada di atas titik acuan mereka dan mencari

risiko sikap pameran ketika mereka mengevaluasi keputusan yang jatuh di bawah
titik referensi mereka (Kahneman dan' IVersky 1979).
Payneet

al.

(1980)

menyatakan

bahwa

individu

menggunakan

tingkat

pengembalian yang ditargetkan perusahaan mereka sebagai titik acuan dalam


mengevaluasi investasi. Mereka menemukan bahwa pilihan individu dari
spekulasi tergantung pada apakah hasil alternatif berada di atas atau di bawah
tingkat target return (pengembalian nol untuk percobaan mereka).
Payne et al. (1981) diperpanjang penelitian bahwa dengan menggunakan tingkat
keuntungan yang dianggarkan. Subyek memilih salah satu dari dua berjudi
alternatif yang memiliki nilai yang diharapkan sama di bawah tingkat keuntungan
yang ditargetkan berbeda (nol. $ 160,000 dan $ 320.000). Konsisten dengan ketika
berjudi disajikan berada di bawah level target profit, mata pelajaran yang dipilih
alternatif yang termasuk nilai hasil yang lebih tinggi meskipun potensi kerugian
juga lebih besar. Payne et al. (1981) tidak memperluas penelitian mereka untuk
portofolio investasi.
Penelitian ini memperluas penelitian sebelumnya dengan mengukur sikap risiko
dasar individu ex ante dalam menentukan apakah pencapaian tujuan anggaran
membentuk sikap risiko berikutnya. PT menunjukkan bahwa manajer mencapai
tujuan anggaran akan cenderung untuk mengambil risiko ketika membuat
keputusan lebih lanjut. Manajer yang belum mencapai sasaran anggaran
mengevaluasi pilihan lebih lanjut dari posisi negatif titik acuan, sehingga
kemauan yang lebih besar untuk mengambil risiko.
insentif
"Dampak keputusan insentif, seperti yang ditemukan dalam literatur yang ada,
dicampur. Kedua penelitian penetapan tujuan (Locke et al. 1981) dan beberapa
penelitian akuntansi (misalnya, Magee dan Dickhaut 1978;.. Chow 1983)
menunjukkan bahwa insentif moneter memainkan peran motivasi dalam
meningkatkan tugas perforrnance penelitian lain menunjukkan bahwa insentif
dapat mengurangi kinerja keputusan Awasthi dan Pratt (1990) menemukan bahwa
insentif tidak meningkatkan kinerja pada masalah keputusan tenggelam biaya .

Ashton (1990) dan Libby dan Lipe (1992) menunjukkan bahwa insentif tidak
selalu menghasilkan peningkatan kinerja.
Sementara literatur pilihan kontrak insentif telah dieksplorasi motivasi dan
perbedaan sinyal antara jenis kontrak insentif, penelitian sebelumnya tentang efek
keputusan insentif memiliki sebagian besar menyelidiki perbedaan yang
dihasilkan dari ada atau tidak adanya insentif. Ini adalah studi untuk menyelidiki
apakah bentuk kontrak insentif mempengaruhi sikap risiko individu. "Jenis Iwo
kontrak kompensasi insentif berbasis kinerja diidentifikasi. Kontrak pertama,
bonus berbasis. Penekanan yang signifikan pada pencapaian tujuan anggaran
dengan membuat kompensasi bergantung pencapaian tujuan. Tipe kedua dari
kontrak, pembagian keuntungan, memberikan kompensasi bergantung keuntungan
terlepas dari apakah tingkat tujuan minimum tercapai.
H2: Interaksi ordinal terjadi antara prestasi anggaran dan kompensasi tersebut
bahwa kompensasi berbasis bonus-dan nonachievement hasil gol anggaran dalam
keputusan secara signifikan berisiko untuk mata pelajaran mengalami kedua
Condi tions.
Eskalasi sebagai Alokasi Sumber Daya Masalah
Eskalasi melibatkan kelanjutan dari kursus gagal tindakan, kadang-kadang
digambarkan sebagai "membuang uang baik setelah buruk." Masalah apakah
individu meningkat karena perubahan dalam sikap risiko atau karena tindakan
tersebut merupakan pilihan yang paling rasional ekonomis tindakan yang tersedia
mendasari salah satu perdebatan utama dalam penelitian tentang eskalasi.
Beberapa berpendapat eskalasi yang dapat terjadi bahkan ketika ekonomi
menguntungkan untuk manajer (Thaler 1985; Whyte 1986).
Arkes dan Blumer (1985) dan Whyte (1986) keduanya menunjukkan eskalasi
yang merupakan bentuk tenggelam biaya bias yang dapat dijelaskan oleh PT.
Penulis ini mengandaikan bahwa, karena biaya tenggelam yang tidak terpulihkan,
mereka dianggap sebagai pengurangan, atau kerugian, relatif terhadap titik
referensi individu. Potensi recouping kerugian membayangi biaya investasi

tambahan jika investasi kemudian gagal. Hasil persepsi ini dalam kesediaan
meningkat untuk mengambil risiko dalam upaya untuk memulihkan kerugian
H3:.Individu yang tidak memenuhi sasaran anggaran lebih mungkin untuk
meningkat dibandingkan individu yang memenuhi tujuan mengurangi anggaran.
Peran upaya dalam meningkatkan perforrnance keputusan, dan khususnya dalam
eskalasi, tetap merupakan isu penting penelitian. Seperti disebutkan di atas,
kebanyakan sebelum tenggelam biaya dan eskalasi penelitian yang tersedia
subyek dengan cukup inforrnation untuk mengembangkan keputusan normatif
yang benar pada kelanjutan proyek. Akibatnya, bukti penelitian sebelumnya tidak
mencapai kesimpulan yang pasti tentang baik kinerja tugas atau usaha. Awasthi
dan Pratt (1990) menemukan bahwa subyek bekerja di bawah insentif moneter
diberikan lebih banyak usaha pada masalah sunk cost (yang analog dengan
eskalasi) daripada mereka yang tidak menerima insentif moneter, namun upaya
peningkatan tidak menghasilkan peningkatan kinerja.
Awasthi dan Pratt (1990) tidak mencatat tirne dihabiskan untuk setiap masalah
individu dalam percobaan mereka, sehingga hubungan antara waktu yang
dihabiskan pada masalah biaya tenggelam dan kinerja tidak secara khusus diuji.
Dalam pengaturan tugas audit, Libby dan Lipe (1992) menemukan bahwa insentif
moneter peningkatan durasi usaha dan durasi upaya peningkatan kinerja recall,
tapi hubungan antara usaha dan kinerja tergantung pada jenis proses kognitif yang
terlibat dalam tugas. Dalam kedua studi-studi sebelumnya, peran insentif dalam
upaya menghasilkan diselidiki oleh kontras berbasis kinerja dan kompensasi
berbasis kinerja yang tidak. 5 Mengingat hasil yang beragam dalam literatur
mengenai efek usaha pada kinerja selanjutnya, penelitian ini meneliti apakah
upaya peningkatan mempengaruhi keputusan kelanjutan proyek dan dinyatakan
dalam bentuk nol:
H4: Tidak ada hubungan antara durasi usaha yang dikeluarkan oleh individu di
membuat keputusan investasi mereka dan eskalasi.

METODE PENELITIAN

Desain Eksperimental dan Subyek


Faktorial 2x2 antara-subyek desain digunakan untuk menguji secara empiris
proposisi ini. Dua tingkat pencapaian sasaran anggaran (tidak mencapai anggaran:
tingkat 18 persen pengembalian, dan mencapai anggaran: tingkat 22 persen
pulang) disilangkan dengan dua jenis insentif (bonus berbasis dan bagi hasil).
Subyek yang terdaftar dalam bagian dari kursus manajemen junior. Siswa dipilih
untuk percobaan ini terutama karena manipulasi kompensasi insentif.
Pertama, tingkat kompensasi yang dapat diberikan melalui percobaan lebih
mungkin untuk mewakili insentif berarti bagi siswa daripada manajer. Kedua,
manajer berlatih diharapkan akan dipengaruhi oleh lingkungan kerja mereka dan
cenderung untuk membawa persepsi organisasi atau pekerjaan spesifik mengenai
anggaran dari tempat kerja mereka untuk percobaan. Identifikasi dan kontrol dari
pengaruh organisasi sangat sulit dalam percobaan laboratorium saat berlatih
manajer subjek.

Eksperimental Task
Penelitian ini digunakan latihan komputer interaktif yang dirancang untuk
mensimulasikan konteks keputusan manajerial. Subyek diberitahu untuk
memainkan peran seorang manajer dengan tanggung jawab untuk divisi biaya,
pendapatan dan investasi. Subyek membuat keputusan proyek dalam menanggapi
serangkaian memorandum ( "di-keranjang" tugas dan tugas investasi berpangkat)
diadaptasi dari MacCrimmon dan Wehrung (1986). memorandum ini dijelaskan
masalah divisi atau peluang investasi di terns dari probabilitas hasil dan hadiah
yang terkait dengan setiap tindakan alternatif. Tabel merangkum prosedur
eksperimental.

Anda mungkin juga menyukai