Anda di halaman 1dari 4

BAB VII

PENGAWASAN KEUANGAN DESA

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu menjelaskan proses dan mekanisme
pengawasan keuangan desa beserta ruang lingkupnya sesuai dengan regulasi yang berlaku.

A. PIHAK‐PIHAK TERKAIT YANG MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN


KEUANGAN DESA

Desa saat ini diberikan mandat dalam mengelola keuangan desa yang nilainya cukup besar dimana
sumber pendapatannya berasal dari dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer dan Lain‐
lain pendapatan, sehingga banyak pemangku kepentingan yang diberikan amanat untuk melakukan
pengawasan keuangan desa baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti dalam gambar di
bawah ini:

Gambar 8.1
Stakeholders Pengawasan Desa

Masyarakat

BPD
KPK

Keuangan
Desa
Kecamatan
BPK

APIP

155
Para pemangku kepentingan tersebut memiliki pola dan sasaran pengawasan yang berbeda‐beda
terhadap pengelolaan keuangan desa, seperti yang dapat diuraikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 8.1
Sasaran dan dasar Hukum Pengawasan Keuangan Desa

No Pemangku kepentingan Sasaran Pengawasan Dasar Hukum


1. Masyarakat 1. Pemantauan Pelaksanaan UU No. 6/2014 ps 82
pembangunan desa PP 43/2014 jo PP 47/2015 Psl
2. penyelenggaraan 127
Pemerintahan Desa dan
pembangunan Desa
2. Badan Permusyawaratan Desa pengawasan kinerja Kepala UU 6/2014 ps 55, 61
(BPD) Desa PP 43/2014 jo 47/2015 ps 43
3. Kecamatan Pengawasan desa melalui PP 43/2014 jo PP 47/2015 ps
kegiatan fasilitasi 154
4. Aparat Pengawasan Intern Pengawasan atas pengelolaan UU 6/2014 ps 112 s.d 115
Pemerintah (APIP) Keuangan Desa Permendagri 113 ps 44
pendayagunaan Aset Desa
serta penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
5. Badan Pemeriksa Keuangan pemeriksaan atas pengelolaan UU No. 15/2004 ps 2 ayat
(Bepeka) dan tanggung jawab keuangan
negara
6. Komisi Pemberantasan Korupsi Melakukan penyelidikan, UU 30/2002
(KPK) penyidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi
Melakukan tindakan‐tindakan
pencegahan tindak pidana
korupsi;

Dari tabel di atas terlihat bahwa APIP khususnya Inspektorat Kabupaten dalam konteks
pengawasan keuangan desa diberikan porsi atau peran yang paling besar dan strategis
dibandingkan pihak‐pihak lainnya untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dana desa
dalam arti lebih luas dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan sampai
pertanggungjawaban keuangan desa.

Dalam Jakwas Inspektorat Jenderal Dalam Negeri tahun 2016 (Permendagri 71 tahun 2015) salah
satu prioritas pengawasan yang bisa dilakukan oleh inspektorat Kabupaten terhadap penguatan
akuntabilitas kinerja dan keuangan desa adalah melakukan pengawasan terhadap tugas
pembantuan dan alokasi dana desa. Jauh Sebelum UU No. 6 tahun 2014 tentang desa lahir,

156
inspektorat Kabupaten sebenarnya juga telah diberi mandat untuk melakukan pengawasan atas
pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa; dan Pelaksanaan urusan
pemerintahan desa (PP 79 tahun 2005).

B. POLA PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN/KOTA

Sesuai standar Audit Intern Indonesia tahun 2013, maka Inspektorat Kabupaten dapat melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa dengan pola audit yaitu audit terhadap
terhadap aspek keuangan tertentu yang secara definisi adalah audit atas aspek tertentu
pengelolaan keuangan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atas dana yang dibiayai oleh
APBN/APBD dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa pengelolaan keuangan
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan sebagaimana ketentuan
yang berlaku agar tujuan pengelolaan keuangan tepat sasaran.

Ruang lingkup audit pengelolaan keuangan desa oleh Inspektorat Kabupaten meliputi proses siklus
keuangan desa dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban atas tujuh sumber pendapatan desa yaitu pendapatan asli daerah, Dana
Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, Bantuan Keuangan Provinsi, Bantuan
Keuangan Kabupaten dan Lain‐lain pendapatan desa yang sah.

C. TAHAPAN AUDIT ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Audit yang dilakukan oleh Inspektorat terhadap pengelolaan keuangan desa dapat dilakukan
melalui beberapa tahap dan langkah kerja audit dimana masing‐masing tahap terdapat tujuan yang
harus dicapai oleh auditor, yaitu sebagai berikut:

No. Tahapan Audit Tujuan Audit


1. Survey Pendahuluan 1. Mendapatkan informasi latar belakang obyek yang diaudit (desa).
2. Mendapatkan informasi keberadaan infrastruktur dokumen‐
dokumen pengelolaan keuangan desa.
3. Mendapatkan informasi tentang realisasi pendapatan desa.
4. Mendapatkan informasi awal tentang potensi kelemahan pada
pemerintah desa yang diaudit
2. Reviu Sederhana atas 1. Mendapatkan keyakinan memadai atas pengendalian intern
Sistem Pengendalian pengelolaan keuangan desa
Intern Pengelolaan 2. Mendapatkan keyakinan atas ketaatan pemerintaha desa pada
Keuangan Desa peraturan pengelolaan keuangan desa dalam hal implementasi
proses perencanaan sampai pertanggungjawaban.

157
No. Tahapan Audit Tujuan Audit
3. Menyimpulkan kelemahan‐kelemahan yang terjadi dalam proses
pengelolaan keuangan desa.
3. Pengujian Substantif atas 1. Memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
Pengelolaan Keuangan pertanggungjawaban belanja telah dibuat sesuai dengan
Desa ketentuan yang berlaku.
2. Memperoleh keyakinan memadai bahwa kegiatan yang
direalisasikan telah dianggarkan dalam APBDesa.
3. Memperoleh keyakinan memadai bahwa pengadaan barang/jasa
telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Memperoleh keyakinan memadai bahwa kewajiban perpajakan
atas pengelolaan keuangan desa telah dipenuhi sesuai dengan
ketentuan.
5. Memperoleh keyakinan memadai bahwa semua sumber
pendapatan telah ditatausahakan dengan benar sesuai ketentuan.
6. Memperoleh keyakinan bahwa peruntukkan belanja dana desa
maupun dana lainnya telah sesuai dengan ketentuan.
4. Menyusun Laporan Merumuskan kesimpulan dan permasalahan hasil audit pengelolaan
keuangan desa dalam laporan secara terstruktur dan sistematis.

158

Anda mungkin juga menyukai