Anda di halaman 1dari 13

RESUME ETIKA BISNIS DAN PROFESI

TEORI – TEORI ETIKA

Disusun Oleh :

SANDI AL FIQRAN 1513010068

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2017
Teori-teori Etika
PENGERTIAN DAN TEORI ETIKA
Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari Yunani, yang diartikan identik dengan moral
atau moralitas. Kedua istilah ini dijadikan sebagai pedoman atau ukuran bagi tindakan
manusia dengan penilaian baik atau buruk dan bener atau salah. Etika melibatkan analisis
kritis mengenai tindakan manusia untuk menentukan suatu nilai benar dan salah dari segi
kebenaran dan keadilan. Jadi ukuran yang dipergunakan adalah norma, agama, nilai positif
dan unversalitas. Oleh karena itu, istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah-
istilah: tata krama, sopan santun, pedoman moral, norma susila, dan lain-lain yang berpijak
pada norma-norma tata hubungan antar unsur atau antar elemen didalam masyarakat dan
lingkungannya.
A. Prinsip-Prinsip Etika
a. Tanggung jawab
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya serta
profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
c. Otonomi.Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

PERILAKU ETIKA DALAM PRODESI AKUNTANSI


1. Akuntansi Sebagai Profesi Dan Peran Akuntan
Akuntan sebagai suatu profesi dituntut untuk mengikuti perkembangan dunia yang
semakin global. Profesi akuntan Indonesia di masa yang akan datang menghadapi
tantangan yang semakin berat, terutama jika dikaitkan dengan berlakunya kesepakatan
Internasional mengenai pasar bebas. Profesi akuntan Indonesia harus menanggapi
tantangan tersebut secara kritis khususnya mengenai keterbukaan pasar jasa yang
berarti akan member peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang
semakin berat.
Menurut Machfoedz (1997), profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal
utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi tersebut, yaitu: keahlian (skill),
karakter (character), dan pengetahuan (knowledge). Timbul dan berkembangnya
profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya
perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Dari
profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan
penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan oleh manajemen perusahaan.
Peran akuntan antara lain :
1. Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan
independen yangmemberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu.
2. Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau
akuntan manajemen.
3. Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga
pemerintah, misalnya dikantor Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas Keuangan (BPK).
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan
akuntansi, melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar,
dan menyusun kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.

ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF


Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan di antara para
etikawan tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham etika absolut
dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang
bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan di mana pun. Sementra itu, para penganut
etika relatif dengan berbagai argumentasi yang juga tampak masuk akal membantah hal ini.
Mereka justru mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku umum.
Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang
berbeda dan untuk situasi yang berbeda pula.
Tokoh berpengaruh pendukung paham etika absolut antara lain Immanuel Kant dan
James Rachels. Ia mengatakan bahwa ada pokok teoretis yang umum di mana ada aturan-
aturan moral tertentu yang dianut secara bersama-sama oleh semua masyarakat karena aturan-
aturan itu penting untuk kelestarian masyarakat.

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL


Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat
tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral
berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut. Perilaku di luar
kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih
disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan kelompok
sosial. Kebanyakan perilaku anak balita dapat digolongkan ke dalam perilaku di luar
kesadaran moral (unmoral behavior). Perkembangan moral (moral development) bergantung
pada perkembangan intelektual seseorang.
Tabel 3.1
Tahap-tahap Perkembangan Moral Anak Menurut Kohiberg

Tingkat (Level) Sublevel Ciri Menonjol


Tingkat I 1. Orientasi pada hukuman Mematuhi peraturan untuk menghindari
(Preconventional) hukuman
Usia < 10 tahun 2. Orientasi pada hadiah Menyesuaikan diri untuk memperoleh
hadiah/pujian
Tingkat II 3. Orientasi anak baik Menyesuaikan diri untuk menghindari
(Conventional) celaan orang lain
Usia 10-13 tahun 4. Orientasi otoritas Mematuhi hukum dan peraturan sosial
untuk menghindari kecaman dari otoritas
dan perasaan bersalah karena tidak
melakukan kewajiban
Tingkat III 5. Orientasi kontrak sosial Tindakan yang dilaksanakan atas dasar
(Postconventional) prinsip yang disepakati bersama
Usia > 13 tahun masyarakat demi kehormatan diri
6. Orientasi prinsip etika Tindakan yang didasarkan atas prinsip
etika yang diyakini diri sendiri untuk
menghindari penghukuman diri

BEBERAPA TEORI ETIKA


Teori merupakan tulang punggung suatu ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah kumpulan
pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam (dan sosial) yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut
berdasarkan penjelasan yang ada, sedangkan teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup
penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Fungsi teori dan
ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Etika sebagai
disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan
norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Sebagai ilmu, etika belum
semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Berikut ini diuraikan secara garis besar beberapa
teori yang berpengaruh.

Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu:
egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Altruisme
adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain
dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh
kepentingan diri sendiri (self-interst). Jadi yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme
psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya
terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.
Banyak sekali pandangan mengenai paham atau teori egoisme etis . Paham/teori egoisme
etis ini menimbulkan banyak dukungan sekaligus kritikan. Alasan yang mendukung teori
egoisme etis, antara lain:
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas sehat.

Alasan yang menentang teori egoisme etis antara lain:


a. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan.
b. Egoisme etis bersifat sewenang-wenang.

Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada
siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan
individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat). Dari uraian sebelumnya, paham
utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut:
(1) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan,
atau hasilnya).
(2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
(3) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

Beberapa kritik yang dilontarkan terhadap paham ini antara lain:


(1) Sebagaimana paham egoisme, utilitarianisme juga hanya menekankan tujuan/manfaat
pada pencapaian kebahagiaan duniawi dan mengabaikan aspek rohani (spiritual).
(2) Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu/minoritas demi
keuntungan sebagian besar orang (mayoritas).

Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Kedua teori
egoisme dan utilitarianisme sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari akibat,
konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu tindakan memberikan
manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang/kelompok masyarakat
(utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan
merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau
tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami terlebih
dahulu dua konsep penting yang dikemukakan oleh Kant, yaitu konsep imperative hypothesis
dan imperative categories. Imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought) yang
bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan.
Imperative categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat
apa pun. Dengan dasar pemikiran yang sama, dapat dijelaskan bahwa beberapa tindakan
seperti membunuh, mencuri, dan beberapa jenis tindakan lainnya dapat dikategorikan sebagai
imperativ

e categories, atau keharusan/kewajiban moral yang bersifat universal dan mutlak.


Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau
tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun sebagaimana dikatakan
oleh Bertens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban)
karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Hak asasi manusia didasarkan atas
beberapa sumber otoritas, yaitu: hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan (moral,
human right), dan hak kontraktual (contractual right). Hak legal adalah hak yang didasarkan
atas sistem atau yuridiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara
adalah Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan. Hak moral dihubungkan dengan
pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok—
bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak kontraktual mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia yang diatur
dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Hak-hak warga negara yang diatur dalam UU ini, antara
lain:
a. Hak untuk hidup
b. Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan
c. Hak untuk memperoleh keadilan
d. Hak untuk kebebasan pribadi
e. Hak atas rasa aman
f. Hak atas kesejahteraan
g. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
h. Hak wanita
i. Hak anak

Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori keutamaan tidak menyatakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang
tidak etis. Bila ini ditanyakan pada penganut paham egoisme, maka jawabannya adalah: suatu
tindakan disebut etis bila mampu memenuhi kepentingan individu (self-interest) dan suatu
tindakan disebut tidak etis bila tidak mampu memenuhi kepentingan individu yang
bersangkutan. Teori ini tidak lagi memepertanyakan suatu tidakan, tetapi berangkat dari
pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa
disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia
hina. Sebenarnya, teori keutamaan bukan merupakan teori yang berdiri sendiri dan terpisah
dari teori etika tindakan (deontologi, teleologi) karena sifat keutamaan bersumber dari
tindakan yang berulang-ulang.

Teori Etika Teonom


Sebenarnya setiap agama mempunyai filsafat etika yang hampir sama. Salah satunya
adalah teori etika teonom yang dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan
kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak
Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah
Allah sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci. Ada empat persamaan fundamental
filsafat etika semua agama, yaitu:
a. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan tertingggi selain tujuan
hidup di dunia.
b. Semua agama mengakui adanya Tuhan dan semua agama mengakui adanya kekuatan
tak terbatas yang mengatur alam raya ini.
c. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi
juga sebagai salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir (tujuan tertinggi)
umat manusia.
d. Semua agama mempunyai ajaran moral (etika) yang bersumber dari kitab suci masing-
masing.

Terlepas dari apakah manusia mengakui atau tidak mengakui adanya Tuhan, setiap
manusia telah diberikan Tuhan potensi kecerdasan tak terbatas (kecerdasan hati nurani,
intuisi, kecerdasan spiritual, atau apa pun sebutan lainnya) yang melampaui kecerdasan
rasional. Tujuan tertinggi umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan tak
terbatas ini dimanfaatkan.

ETIKA ABAD KE-20


Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore
Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore merasa heran tidak satu pun
etikawan yang berbicara kata baik tersebut, seakan-akan hal itu sudah jelas dengan sendirinya.
Ada yang menafsirkan kata baik sebagai nikmat (kaum hedonis), memenuhi keinginan
individu (etika egoisme, etika psikologis), memenuhi kepentingan orang banyak (etika
utilitarianisme), memenuhi kehendak Allah (etika teonom), dan bahkan ada yang mengatakan
kata baik tidak mempunyai arti. Suatu kata tidak dapat didefinisikan jika kata tersebut tidak
lagi terdiri atas bagian-bagian sehingga tidak dapat dianalisis. Berdasarkan penjelasan ini,
menurut Moore kata baik tidak dapat didefinisikan. Baik adalah baik, titik. Setiap usaha
untuk mendefinisikannya akan selalu menimbulkan kerancuan.

Tatanan Nilai Max Scheller


Scheller sebenarnya membantah anggapan teori imperative category Immanuel Kant
yang mengatakan bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban
karena kewajiban itu sendiri. Manusia wajib memenuhi sesuatu untuk mencapai sesuatu yang
baik, dan yang baik itu adalah nilai. Jadi, inti dari tindakan moral adalah tujuan merealisasi
nilai-nilai dan bukan asal memenuhi kewajiban saja. Nilai-nilai bersifat material dan apriori.
Material di sini bukan dalam arti ada kaitan dengan materi, tetapi sebagai lawan dari kata
formal. Menurut Schaller, ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri dan berbeda
antara satu dengan yang lain, yaitu: (1) nilai-nilai sekitar enak atau tidak enak, (2) nilai-nilai
vital, (3) nilai-nilai rohani murni, dan (4) nilai-nilai sekitar roh kudus.

Etika Situasi Joseph Fletcher


Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika yang
bersifat mutlak. Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi
konkret. Sesuatu ketika berada dalam situasi tertentu bisa jadi baik dan tepat, tetapi ketika
berada dalam situasi yang lain bisa jadi jelek dan salah.

Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch


Iris Murdoch mengamati bahwa teori-teori etika pasca-Kant yang memusatkan
perhatiannya kepada kehendak bebas tidak mengenai sasaran. Menurut Murdoch, yang khas
dari teori-teori etika paasca-Kant adalah bahwa nilai-nilai moral dibuang dari dunia nyata.
Teori Murdoch menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai,
melainkan kemampuan untuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang
adil dan penuh kasih yang menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.
Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner
Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak
memadai sehingga yang diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan. Ia
mengacu pada ilmu kelakuan sederhana yang dikembangkan oleh Pavlov. Ide dasar Skinner
adalah menemukan teknologi/cara untuk mengubah perilaku. Apabila kita dapat merekayasa
kondisi-kondisi kehidupan seseorang, maka kita dapat merekayasa kelakuannya.

Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas


Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan dekat
dan sesat. Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan manusia
dan semua kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang
etika baru yang berfokus pada tanggung jawab. Intinya adalah kewajiban manusia untuk
bertanggung jawab atas ketuhanan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.
Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre
Maclntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena pencerahan atas nama
rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas setiap ajaran moral,
yaitu pandangan teleologis tentang manusia. Yang dimaksud oleh Maclntyre adalah
pandangan dari Aristoteles sampai dengan pandangan Thomas Aquinas bahwa manusia
sebenarnya mempunyai tujuan hakiki (telos) dan bahwa manusia hidup untuk mencapai tujuan
itu.

TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA


Tabel 3.1
Teori Etika dan Hubungannya dengan Paradigma Hakikat Manusia dan Kecerdasan

Paradigma
Hakikat
No. Teori Penalaran
Kriteria Etis Tujuan Hidup Manusia dan
Teori
Kecerdasan
1 Egoisme Tujuan dari Memenuhi kepentingan Kenikmatan duniawi Hakikat tidak
tindakan pribadi secara individu utuh
(PQ, IQ)
2 Utilitarianisme Tujuan dari Memberi manfaat/ Kesejahteraan duniawi Hakikat tidak
tindakan kegunaan bagi banyak masyarakat utuh
orang (PQ, IQ, EQ)
3 Deontologi-Kant Tindakan itu Kewajiban mutlak Demi kewajiban itu Hakikat tidak
sendiri setiap orang sendiri utuh
(IQ, EQ)
4 Teori Hak Tingkat Aturan tentang hak Demi martabat Hakikat tidak
kepatuhan asasi manusia (HAM) kemanusiaan utuh
terhadap HAM (IQ)
5 Teori Keutamaan Disposisi karakter Karakter positif-negatif Kebahagiaan duniawi Hakikat tidak
individu dan mental (psikologis) utuh
(IQ, EQ)
6 Teori Teonom Disposisi karakter Karakter mulia dan Kebahagiaan rohani Hakikat utuh
dan tingkat mematuhi kitab suci (surgawi, akhirat, (PQ, IQ, EQ,
keimanan agama masing-masing moksa, nirmala), SQ)
individu dan mental, dan duniawi
masyarakat

Tantangan ke Depan Etika sebagai Ilmu


Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh, yaitu suatu pola
pikir yang mengutamakan integritas dan keseimbangan pada:
a. Pertumbuhan PQ, IQ, EQ, dan SQ.
b. Kepentingan individu, kepentingan masyarakat, dan kepentingan Tuhan.
c. Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual).
Dari uraian mengenai cara membangun manusia utuh yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya semua teori etika yang pada awal kemunculannya bagaikan
potongan-potongan terpisah dan berdiri sendiri, ternyata dapat dipadukan karena sifatnya
yang saling melengkapi. Inti dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan, yang bisa
diringkas sebagai berikut:
a. Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi).
b. Keseimbangan tujuan duniawi (teori teleologi) dan rohani (teori teonom).
c. Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan
masyarakat (teori utilitarianisme).
d. Gabungan ketiga butir di atas akan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan).
e. Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.
Daftar Pustaka
MacIntyre, Alasdair. Three Rival Versions of Moral Enquiry, Notre Dame: University of
Notre Dame Press, 1990.

After Virtue: A Study in Moral Theory, Second Edition, Notre Dame: University of Notre
Dame Press, 1984.

Suseno, Franz Magnis. 12 Tokoh Etika abad ke-20, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

George E. Moore, Principia Etika, (Cambridge: The CambridgeUniversity Press, 1959), hlm.
vii.

Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai