Disusun Oleh :
2017
Teori-teori Etika
PENGERTIAN DAN TEORI ETIKA
Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari Yunani, yang diartikan identik dengan moral
atau moralitas. Kedua istilah ini dijadikan sebagai pedoman atau ukuran bagi tindakan
manusia dengan penilaian baik atau buruk dan bener atau salah. Etika melibatkan analisis
kritis mengenai tindakan manusia untuk menentukan suatu nilai benar dan salah dari segi
kebenaran dan keadilan. Jadi ukuran yang dipergunakan adalah norma, agama, nilai positif
dan unversalitas. Oleh karena itu, istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah-
istilah: tata krama, sopan santun, pedoman moral, norma susila, dan lain-lain yang berpijak
pada norma-norma tata hubungan antar unsur atau antar elemen didalam masyarakat dan
lingkungannya.
A. Prinsip-Prinsip Etika
a. Tanggung jawab
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya serta
profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
c. Otonomi.Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu:
egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Altruisme
adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain
dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh
kepentingan diri sendiri (self-interst). Jadi yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme
psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya
terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.
Banyak sekali pandangan mengenai paham atau teori egoisme etis . Paham/teori egoisme
etis ini menimbulkan banyak dukungan sekaligus kritikan. Alasan yang mendukung teori
egoisme etis, antara lain:
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas sehat.
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada
siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan
individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat). Dari uraian sebelumnya, paham
utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut:
(1) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan,
atau hasilnya).
(2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
(3) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Kedua teori
egoisme dan utilitarianisme sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari akibat,
konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu tindakan memberikan
manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang/kelompok masyarakat
(utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan
merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau
tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami terlebih
dahulu dua konsep penting yang dikemukakan oleh Kant, yaitu konsep imperative hypothesis
dan imperative categories. Imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought) yang
bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan.
Imperative categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat
apa pun. Dengan dasar pemikiran yang sama, dapat dijelaskan bahwa beberapa tindakan
seperti membunuh, mencuri, dan beberapa jenis tindakan lainnya dapat dikategorikan sebagai
imperativ
Terlepas dari apakah manusia mengakui atau tidak mengakui adanya Tuhan, setiap
manusia telah diberikan Tuhan potensi kecerdasan tak terbatas (kecerdasan hati nurani,
intuisi, kecerdasan spiritual, atau apa pun sebutan lainnya) yang melampaui kecerdasan
rasional. Tujuan tertinggi umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan tak
terbatas ini dimanfaatkan.
Paradigma
Hakikat
No. Teori Penalaran
Kriteria Etis Tujuan Hidup Manusia dan
Teori
Kecerdasan
1 Egoisme Tujuan dari Memenuhi kepentingan Kenikmatan duniawi Hakikat tidak
tindakan pribadi secara individu utuh
(PQ, IQ)
2 Utilitarianisme Tujuan dari Memberi manfaat/ Kesejahteraan duniawi Hakikat tidak
tindakan kegunaan bagi banyak masyarakat utuh
orang (PQ, IQ, EQ)
3 Deontologi-Kant Tindakan itu Kewajiban mutlak Demi kewajiban itu Hakikat tidak
sendiri setiap orang sendiri utuh
(IQ, EQ)
4 Teori Hak Tingkat Aturan tentang hak Demi martabat Hakikat tidak
kepatuhan asasi manusia (HAM) kemanusiaan utuh
terhadap HAM (IQ)
5 Teori Keutamaan Disposisi karakter Karakter positif-negatif Kebahagiaan duniawi Hakikat tidak
individu dan mental (psikologis) utuh
(IQ, EQ)
6 Teori Teonom Disposisi karakter Karakter mulia dan Kebahagiaan rohani Hakikat utuh
dan tingkat mematuhi kitab suci (surgawi, akhirat, (PQ, IQ, EQ,
keimanan agama masing-masing moksa, nirmala), SQ)
individu dan mental, dan duniawi
masyarakat
After Virtue: A Study in Moral Theory, Second Edition, Notre Dame: University of Notre
Dame Press, 1984.
Suseno, Franz Magnis. 12 Tokoh Etika abad ke-20, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
George E. Moore, Principia Etika, (Cambridge: The CambridgeUniversity Press, 1959), hlm.
vii.
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta.