Anda di halaman 1dari 7

Broadening the Fraud Triangle: Instrumental Climate and Fraud

Pamela R Murphy & Clinton Free

Latar Belakang dan Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini berangkat dari keinginan untuk memahami bagaimana organisasi yang “korup”,

ditengah kesenjangan persepsi organizational climates antara para eksekutif dan karyawan, dan

apakah iklim tersebut terkait dengan praktik fraud. Dari hal tersebut timbul pertanyaan “When

fraud exists within an organization, how prevalent is an instrumental climate?”. Untuk itu

penelitian ini menguji bagaimana instrumental organizational climate ada dalam insiden fraud

dan mengidentifikasi bagaimana organizational climate terkait dengan elemen-elemen fraud

triangle.

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Climate yang dianggap berpengaruh terhadap terjadinya fraud dalam penelitian ini adalah

instrumental climate, dimana karyawan dalam organisasi yang memiliki instrumental climate

akan mengambil keputusan yang mendahulukan kepentingan pribadi.

 H1: When fraud exists within an organization, an instrumental climate will not be

associated with the perpetrator’s ‘‘attitude.’’

 H2a: When fraud exists within an organization, an instrumental climate will be

associated with rationalizations that are primarily external to the perpetrator.

 H2b: When fraud exists within an organization, an instrumental climate will not be

associated with rationalizations that are primarily internal to the perpetrator

 H3a: When fraud exists within an organization, an instrumental climate will be

associated with perceptions of an unfair or malevolent working environment.


 H3b: When fraud exists within an organization, an instrumental climate will not be

associated with greed or need on the part of the perpetrator.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan survey terhadap individu untuk mendapatkan opini dari responden

yang terdiri dari pelaku fraud (39), auditor yang melakukan investigasi fraud (37), dan individu

yang mengetahui terjadinya fraud di organisasi (28).

Hasil dan Kesimpulan

Hasil dari penelitian ditemukan bahwa 39 persen responden setuju atau sangat setuju bahwa

terdapat instrumental climate pada kasus fraud yang terjadi. Hasil penelitian mendukung H1,H3a

dan H3b, serta partially support H2a dan H2b. Lingkungan kerja yang buruk serta insentif dan

tekanan sosial (terkait dengan reputasi) terkait dengan pressure dalam fraud triangle. Disamping

itu ditemukan rationalization dimana fraud yang dilakukan dianggap bermanfaat bagi organisasi.

Konribusi Penelitan:

Penelitian ini berkontribusi terhadap literatur dimana bahwa fraud terjadi tidak hanya dipicu dari

faktor individu namun dapat juga karena dorongan sosial, dan fraud ternyata memiliki tanda-

tanda di organisasi yang dapat diidentifikasi.

Keterbatasan dan Penelitian di Masa Depan

Penelitian mungkin masih mengandung bias dari responden, dan sample yang digunakan

tergolong kecil. Penelitian masa depan dapat menguji apakah suatu climate memiliki respon

yang berbeda terhadap jenis fraud tertentu.


The Impact of Initial Information Ambiguity on the Accuracy of Analytical
Review Judgments
Benjamin L. Luippold, Thomas E. Kida

Latar Belakang dan Pertanyaan Penelitian

Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa keakuratan hipotesis awal dalam analytical

procedures oleh auditor adalah penting dalam menentukan akurasi penilaian akhir. Namun

hipotesis awal yang hanya dari melihat rasio keuangan dapat berdampak negatif terhadap

keakuratan tinjauan analitis. Lalu apakah yang menyebabkan ketidakakuratan penentuan

hipotesis awal ini? Penelitian ini mencoba menjawab dengan menguji bagaimana ambiguity

informasi awal dapat mempengaruhi akurasi final judgment dari auditor.

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Ambiguitas mengacu pada kondisi di mana beberapa kemungkinan makna atau interpretasi

terbukti untuk data yang diamati. Ambiguitas informasi dapat disebabkan oleh dua variabel

utama yaitu kecukupan data (sufficiency) dan kompleksitas data (complexity). Menghasilkan

hipotesis awal berdasarkan data yang ambigu dalam proses tinjauan analitis dapat berdampak

negatif terhadap auditor untuk mengidentifikasi penyebab yang benar dari fluktuasi data

keuangan.

 H1: In analytical review, more ambiguous initial information will decrease an auditor’s

ability to accurately identify financial statement errors, even after the auditor is exposed

to all of the firm’s relevant information.

 H1a: The accuracy of auditors’ initial hypothesis sets and final judgments when using

sufficient and complex initial information will be greater than, or equal to, auditor
accuracy when using insufficient and complex initial information, and less than, or equal

to, auditor accuracy when using sufficient and not complex initial information.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan simulasi laboratorium yang melibatkan 94 partisipan dari kantor akuntan

publik besar yang terdiri dari staff-level auditor dengan rata-rata pengalaman 7,56 bulan.

Partisipan diminta melakukan proses analytical procedures informasi keuangan dengan

kesalahan yang sudah di set. Terdapat 3 kelompok data yang dilakukan analisis yaitu

insufficient-complex, sufficient-complex, dan sufficient-not complex.

Hasil dan Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan semua hipotesis didukung, dimana ketika auditor disajikan dengan

informasi awal yang lebih ambigu, mereka cenderung tidak akurat dalam mengungkap kesalahan

dalam laporan dalam penilaian akhir. Hal ini mendukung argumen bahwa ambiguity dapat

bersumber dari data insufficiency dan complexity sebagaimana yang diobservasi peneliti.

Kontribusi Penelitian

Penelitian berkontribusi pada literatur dengan menyelidiki kemungkinan penyebab hipotesis

awal yang tidak akurat. Penelitian menemukan bahwa data insufficiency dan complexity tidak

hanya memengaruhi keakuratan kumpulan hipotesis awal, tetapi juga akurasi penilaian akhir.

Keterbatasan dan Penelitian di Masa Depan

Penelitian ini terbatas pada responden yang berasal dari level yang sama, sehingga tidak

menunjukkan apakah tingkat pengalaman berpengaruh terhadap ambiguitas informasi awal.


Penelitian masa depan dapat menyelidiki penilaian tim dan menguji dampak ambiguitas ketika

deteksi kesalahan hanya dapat diidentifikasi melalui pengenalan pola.

An Examination of the Effects of Managerial Procedural Safeguards,


Managerial Likeability, and Type of Fraudulent Act on Intentions
to Report Fraud to a Manager
Steven E Kaplan, Kelly R Pope, Janet A Samuels

Latar Belakang dan Pertanyaan Penelitian

Peneliti melakukan studi ini karena melihat rendahnya tingkat pelaporan fraud oleh karyawan

yang mengetahui (saksi). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab mengapa para saksi mau/tidak

mau melaporkan dan kepada siapa mereka melaporkan. Peneliti berargumen bahwa budaya

organisasi memiliki pengaruh terhadap pelaporan oleh saksi internal dalam organisasi.

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Budaya perusahaan yang diobservasi dalam penelitian adalah managerial procedural safeguards,

yaitu terkait dengan skill dan pelatihan manajer dalam menerima laporan fraud, kebijakan yang

dianut, dan kontrol atas informasi yang diterima manajer yang memandu respons manajer

terhadap laporan.

 H1: Reporting intentions to a manager will be higher when managerial procedural

safeguards are strong compared to when managerial procedural safeguards are weak.

 H2: Reporting intentions to a manager will be higher when the manager is likeable

compared to when the manager is unlikeable.

 H3: Managerial procedural safeguards will moderate the relationship between

managerial likeability and reporting intentions to a manager.


 H4: Reporting intentions to a manager will be higher when the fraud involves

misappropriation of assets rather than fraudulent financial reporting.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode experimental study, dimana akuntan professional dan

manajer menjadi partisipan. Partisipan menerima skenario yang menggambarkan perusahaan

secara umum. Desain menggunakan indikator managerial procedural safeguards (lemah atau

kuat), disukai manajerial (disukai atau tidak disukai), dan jenis tindakan penipuan

(penyalahgunaan aset atau kecurangan pelaporan keuangan). Total partisipan (bersih) yang

dianalisis adalah 171 partisipan.

Hasil dan Diskusi

Penelitian ini menunjukkan bagaimana keinginan saksi untuk melaporkan insiden fraud yang

diketahuinya, dimana fokus diarahkan kepada karakteristik perusahaan, penerima laporan fraud,

dan bagaimana budaya tidak benar dapat mempengaruhi niat untuk melaporkan. Lebih lanjut,

ditemukan pengaruh dari managerial procedural safeguards, managerial likeability, type of

fraudulent act terhadap keinginan untuk melaporkan fraud.

Kontribusi Penelitian

Penelitian ini memberikan insight bahwa manajer yang disukai secara signifikan memicu

keinginan lebih tinggi untuk melaporkan suatu pelanggaran. Hal ini dapat dijadikan masukan

bagi organisasi agar mempertimbangkan perilaku manajer dan memberikan pelatihan yang

memadai bagi manajer dalam menerima laporan fraud.

Keterbatasan dan Penelitian di Masa Depan


Penelitian ini terbatas dengan menggunakan kasus rekaan. Penelitian masa depan perlu

mengeksplorasi peran atribusi kepada individu yang tampaknya terlibat dalam penipuan sebagai

mediator pelapor yang berniat untuk melaporkan Selain itu perlu diteliti jenis fraud yang

mempengaruhi dan mana yang tidak mempengaruhi niat melaporkan.

Anda mungkin juga menyukai