Anda di halaman 1dari 5

REVIEW ARTIKEL 5 DAN 6

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Natasya Deviana (12180274)
Bertin Dondatu (12190453)
Maria Seftasyana Armaella (12190450)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2022
ARTIKEL 5
1. Judul: Determinan Intensi Whistleblowing Dengan Insentif Whistleblowing sebagai Variabel
Moderasi
2. Tujuan: Mengungkap sisi etis dari auditor eksternal, yaitu intensi whistleblowing
3. Pertanyaan Penelitian
• Apakah komitmen organisasi, saluran pelaporan anonim, keseriusan pelanggaran
berpengaruh positif terhadap intensi whistleblowing?
• Apakah personal berpengaruh negatif terhadap intensi whistleblowing?
• Apakah insentif whistleblowing memoderasi pengaruh komitmen organisasi, saluran
pelaporan anonim, personal cost dan keseriusan pelanggaran terhadap intensi
whistleblowing?
4. Novelty Penelitian / Mengapa ini Penting: Peran akuntan menjadi penting, mengingat akses
mereka ke informasi akuntansi, dan sering berada dalam posisi yang menguntungkan untuk
mengungkap kesalahan dan melakukan whistleblowing. Dalam penugasan audit dinamika
yang terjadi antara auditor dengan klien, akuntan dapat mengungkapkan salah saji material
yang ditemukan ketika memberikan pendapat mereka. Namun, sering terjadi bahwa auditor
dan klien bekerja bersama untuk menipu publik. Di sini peran akuntan lain dalam kantor
akuntan publik menjadi sangat penting untuk melakukan whistleblowing.
5. Landasan Teori
- Theory Of Planned Behavior (TPB) → TPB menjelaskan hubungan antara sikap dan
perilaku
- Prosocial Organizational Behavior Theory → Menjelaskan sifat dasar manusia sebagai
makhluk sosial yaitu, memerlukan bantuan orang lain, memerlukan hadirnya dalam
kehidupan sosial dan bermasyarakat.
6. Logika Hipotesis
- Individu dengan komitmen yang tinggi terwujud melalui sikap untuk tetap membela
organisasinya, berupa meningkatkan terus prestasi organisasinya dan berkeyakinan untuk
ikut serta mewujudkan tujuan organisasi
- Tersedianya saluran pelaporan anonim ini akan membuat individu akan merasa terlindungi
dan aman dari pembalasan dendam karena diperlukan identitas asli saat melaporkan
kecurangan.
- Semakin besar dampak yang ditimbulkan akibat kecurangan tersebut, semakin tinggi
tingkat keseriusan pelanggaran, maka semakin besar intensi whistleblowing,
- Adanya insentif whistleblowing akan mendorong auditor untuk lebih berani melaporkan
suatu kecurangan kepada berbagai pihak
7. Hipotesis :
- H1: Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap intensi whistleblowing
- H2: Saluran pelaporan anonim berpengaruh positif terhadap intensi whistleblowing
- H3: Personal cost berpengaruh negatif terhadap intensi whistleblowing
- H4: Keseriusan pelanggaran berpengaruh positif terhadap intensi whistleblowing
- H5: Insentif whistleblowing berpengaruh positif terhadap intensi whistleblowing
8. Metoda Penelitian : Data penelitian diperoleh melalui kuesioner baik secara online maupun
tercetak, responden yang digunakan para auditor eksternal yang bekerja di KAP di Jakarta
dan berdasarkan Directory 2019 tercatat 286 KAP yang beroperasi di Jakarta.
9. Hasil Pengujian : Setelah data primer diolah akan menunjukkan keenam variabel laten dan
memiliki nilai AVE di atas kriteria minimum yaitu 0,50 sehingga ukuran convergent validitu
sudah baik atau dapat dikatakan telah memenuhi kriteria convergent validity.
10. Kesimpulan :
- Mengungkapkan faktor komitmen organisasi, saluran anonim dan keseriusan pelanggaran
berpengaruh positif terhadap intensi whistleblowing.
- Memberikan kontribusi bagi praktisi dalam mengembangkan pengetahuan terkait
whistleblowing dan sebagai pendorong dan memotivasi para pegawai untuk menjadi
whistleblowing guna mengurangi tingkat pelanggaran atau kecurangan.
11. Saran dan Keterbatasan :
- Saran : Untuk penelitian berikutnya adalah menguji variabel intensi whistleblowing
kedalam 3 saluran pelaporan yang berbeda yakni saluran eksternal, internal, dan anonim.
- Keterbatasan :
● Penelitian tidak menggunakan wawancara untuk mengkonfirmasi temuan ini.
● Hanya mempertimbangkan insentif whistleblowing dalam perlindungan hukum tanpa
turut menguji insentif keuangan.
● Sampelnya adalah auditor digeneralisasikan.
● Penelitian ini menggunakan data berupa jawaban responden atas pernyataan yang
diajukan pada kuisioner penelitian dan pengumpulan data saat masing-masing akuntan
publik (auditor) sedang menyusun dan menyiapkan laporan hasil audit klien.
12. Pengembangan Penelitian
Mungkin untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan saluran eksternal, internal dan
anonim untuk diuji dengan variabel intensi whistleblowing.

ARTIKEL 6
1. Judul : Jenis Kelamin Auditor, Pengalaman dan Pelaporan di Nirlaba Organisasi.
2. Tujuan : Untuk menyelidiki hubungan antara karakteristik auditor individu dan
mengidentifikasi karakteristik auditor yang menyiratkan jaminan kualitas laporan
keuangan (FS) yang lebih baik.
3. Pertanyaan Penelitian: Apakah terdapat hubungan antara karakteristik auditor individu dan
opini audit di organisasi nirlaba Belgia (NPO)? Apakah karakteristik auditor tersirat
jaminan kualitas laporan keuangan yang lebih baik?
4. Novelty / Mengapa ini Penting: Karena artikel ini memiliki tujuan untuk memberikan
pengetahuan tambahan kepada penyedia sumber daya dan oemangku kepentingan NPO
lainnya untuk membedakan antara auditor dan tingkat jaminan yang mereka berikan.
Kemampuan ini sangat penting untuk merespon dengan benar informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan dan laporan audit untuk membuat keputusan yang tepat.
5. Landasan Teori: Organisasi Nirlaba, Kualitas Audit, Opini Audit, Gender Auditor,
Keahlian sektor Auditor.
6. Logika Hipotesis
• Sensitivitas moral perempuan yang lebih tinggi dan toleransi resiko yang rendah,
sehingga menimbulkan konservatisme dan kemandirian yang lebih tinggi, dan/atau
kepercayaan diri perempuan yang lebih rendah dan tingkat usaha yang lebih tinggi
• Auditor dengan pengalaman bertahun-tahun lebih mampu menghasilkan lebih banyak
kemungkinan kesalahan dari ingatan mereka untuk menjelaskan temuan audit.
• Dalam studi nirlaba, mitra audit yang cocok dengan sektor ditemukan menunjukkan
kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengeluarkan opini audit yang dimodifikasi,
kualitas laba yang lebih tinggi dan kemungkinan penyajian kembali akuntansi yang
lebih rendah. Dalam studi sektor publik dan nirlaba, kantor audit yang sesuai dengan
sektor dikaitkan dengan lebih sedikit pelanggaran pelaporan GAAS, lebih sedikit
kekurangan kualitas audit yang dicatat dalam tinjauan pengendalian kualitas dan
kualitas audit yang lebih tinggi seperti yang dirasakan oleh klien.
7. Hipotesis :
• H1 : Mitra audit perempuan lebih cenderung mengeluarkan opini audit yang
dimodifikasi daripada rekan laki-laki mereka.
• H2 : Tingkat pengalaman mitra audit yang lebih tinggi pada awalnya meningkatkan
kemungkinan pendapat yang dimodifikasi, tetapi setelah tingkat pengalaman tertentu
tercapai, pengalaman tambahan mengurangi kemungkinan pendapat yang
dimodifikasi.
• H3 : Mitra audit tingkat keahlian sektor yang lebih tinggi lebih mungkin untuk
mengeluarkan opini audit yang dimodifikasi daripada mitra dengan keahlian sektor
yang lebih sedikit.
8. Metode Penelitian: Metode yang digunakan adalah populasi penelitian dan pengumpulan
data.
9. Hasil Pengujian
● Hasil menunjukkan bahwa untuk setiap jenis opini audit berapa banyak NPO yang
menerimanya (dalam keseluruhan sampel dan menurut jenis kelamin, pengalaman, dan
keahlian sektor auditor yang dipilih). Hasil juga menunjukkan bahwa NPO dengan
mitra ahli sektor lebih mungkin untuk mendapatkan opini yang dimodifikasi dan lebih
kecil kemungkinannya untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian daripada
NPO tanpa pakar sektor. (Tabel II)
● Hasil mengungkapkan bahwa (audit oleh) mitra ahli sektor cenderung (diaudit oleh)
auditor. Hal ini sejalan dengan Crawford dkk.(2009), yang menemukan bahwa firma
audit tidak terlalu tertarik dengan NPO karena alasan ekonomi (pendanaan terbatas,
audit yang memakan waktu). (Tabel III)
● 11,8 persen dari NPO dalam kumpulan data kami menunjuk auditor perempuan dan 7
persen menunjuk auditor teratas dalam sektor NPO tertentu. Rentang pengalaman yang
diamati sebagai auditor terdaftar berkisar dari kurang dari 1 tahun hingga 37 tahun,
dengan rata-rata (median) 18 tahun (20 tahun). (Tabel IV)
● Panel A mengungkapkan bahwa auditor wanita (sedikit) lebih mungkin daripada
auditor pria untuk memodifikasi opini karena kesalahan dalam FS. Ini mendukung H1.
Kedua, pengalaman bertahun tahun sebagai mitra audit penandatanganan tidak
menunjukkan hasil yang signifikan, yang tidak mendukung H2. Ketiga, Panel A
mengungkapkan bahwa pakar sektor lebih mungkin daripada pakar nonsektor untuk
mengubah pendapat karena kesalahan dan ketidakpastian (terutama ketidakpastian
selain GC (tidak ditampilkan)). Temuan ini mendukung H3. Panel B, menyiratkan
bahwa pengalaman meningkatkan kecenderungan untuk melaporkan ketidakpastian
sampai titik tertentu. (Tabel V)
● Terdapat informasi dan statistik deskriptif pada tiga pencocokan dan mengungkapkan
bahwa pencocokan berhasil (ketidakseimbangan yang terdeteksi antara sub-sampel
yang cocok sangat rendah). (Tabel VI)
● Hasil mengkonfirmasi bahwa kecenderungan yang lebih tinggi dari pakar sektor untuk
mengungkapkan ketidakpastian dalam laporan audit terkait dengan keahlian sektor dan
bukan karena pemilihan sendiri. Kecenderungan para ahli sektor yang lebih tinggi
untuk mengungkapkan kesalahan hanya sebagian dikonfirmasi dalam sampel yang
cocok. (Tabel VII)
10. Kesimpulan :
Manfaat bagi berbagi pelaku di bidang non-profit dan bagi perusahaan audit, untuk NPO
yang sangat mementingkan akuntabilitas keuangan, merekomendasikan untuk
mempertimbangkan keahlian sektor auditor saat membuat keputusan pilihan auditor.
11. Saran dan Keterbatasan
Saran : Lebih mempertimbangkan dinamika tim audit sehingga dapat menjelaskan opini
audit sepenuhnya.
Keterbatasan :
• Bahwa dinamika tim audit tidak dipertimbangkan.
• Pengaturan penelitian Belgia kami dicirikan oleh risiko litigasi yang rendah dan
akibatnya kebijaksanaan auditor yang lebih tinggi.
• Penelitian ini berfokus pada kecenderungan untuk mengeluarkan semua jenis opini
yang dimodifikasi.
12. Pengembangan Penelitian :
● Peneliti yang berikutnya mungkin bisa memodifikasi kan kembali agar generalisasi
yang sudah ditemukan bisa dengan cara yang lebih konservatif.
● Peneliti berikutnya mungkin bisa melaksanakan penelitian ini di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai