Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDEPENDENSI AUDITOR

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Pengauditan 2 Semester 5

Pengampu: Indarti Diah Palupi, SE., MSi

Oleh:

DELLA ISWARASARI

B200140339 / H

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukurkami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Independensi Auditor dengan baik meskipun banyk kekurangan didalamnya. Dan saya juga
berterima kasih kepada Ibu Indarti Diah Palupi,SE.,Msi. selaku Dosen mata kuliah
Pengauditan 2 yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
independensi auditor. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Surakarta, 06 Januari 2017

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Independensi merupakan dasar dari srtuktur filosofi profesi. Pendapat seorang
akuntan publik betapapun kompetennya akuntan publik tersebut dalam melaksanakan
audit atau jasa atestasi lainyya akan menjadi kurang bernilai jika akuntan publik
tersebut tidak independen. Akuntan publik dituntut harus bertindak independen dalam
segala hal artinya para anggotanya harus bertindak dengan integritas dan objektivitas.
Untuk mengujinya para anggota dilarang mempunyai kepentingan keuangan atau
hubungan usaha dengan klien.
Auditor merupakan profesi yang berlandaskan kepada kepercayaan dari
masyarakat atau publik yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
dengan memberikan hasil audit yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan akan
transparansi dan kewajaran laporan keuangan, baik di perusahaan swasta maupun di
sektor publik kepada pihak yang berkepentingan baik pihak internal (Klien) maupun
pihak eksternal (Pihak Ketiga). Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya auditor
harus bertindak objektif dan independen berdasarkan standar dan kode etik profesi
mereka. Banyak cara dilakukan agar auditor tidak menemukan kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan bahkan yang lebih parah lagi adalah kecurangan-
kecurangan yang dilakukan tidak dapat dideteksi oleh auditor. Independensi akuntan
publik dapat terpengaruh jika akuntan publik mempunyai kepentingan keuangan atau
mempunyai hubungan usaha dengan klien yang diaudit.
Menurut Lanvin (1976) dalam Supriyono (1988) independensi auditor dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Ikatan keuangan dan usaha dengan klien
2.Jasa-jasa lain selain jasa audit yang diberikan klien
3. Lamanya hubungan kantor akuntan publik dengan klien
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Independensi Auditor?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi independensi auditor?
3. Ada berapa prinsip-prinsip yang terdapat dalam Independensi auditoryang diberikan
oleh AICPA?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk memberikan penjelasan mengenai Independensi Auditor.
2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor.
3. Untuk menjelaskan ada berapa prinsip-prinsip yang terdapat dalam Auditor yang
diberikan oleh AICPA.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Independensi
Independensi auditor merupakan suatu hal penting yang sudah sejak lama menjadi
pembicaraan baik di kalanganpraktisi, pembuat kebijakan ataupun para akademisi. Hal
ini dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor berkaitan dengan kepentingan
banyak pihak. Namun demikian pendapat yang diberikan oleh auditor terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan tidak akan mempunyai nilai apabila auditor tersebut
dianggap tidak memiliki independensi oleh para pengguna laporankeuangan. Dalam
melaksanakan proses audit, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para
pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang
disusun dan disajikanoleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapatmengenai
kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, auditor harus bersikap independen terhadap
kepentinganklien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadapkepentingan akuntan
publik itu sendiri.Penilaian masyarakat atas independensi auditorindependen bukan pada
diri auditor secara keseluruhan. Oleh karena itu, apabila seorang auditor independen atau
suatu Kantor Akuntan Publik lalai atau gagal mempertahankan sikap independensinya,
maka kemungkinan besar anggapan masyarakat bahwa semua akuntan publik tidak
independen. Kecurigaan tersebut dapat berakibat berkurang atau hilangnya kredibilitas
masyarakat terhadap jasa audit profesi auditor independen.

B. Prinsip-Prinsip dalam Independensi


Berkaitan dengan independensi, AICPA memberikan prinsip-prinsip sebaga
panduan yaitu :
1. Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung dalamhal keuangan terhadap klien.
2. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang
akar mengganggu objektifitas berkenaan dengan cara-cara yang mempengaruhi
laporan keuangan.
3. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan klien yang
akan mengganggu objektifitas auditor.Selain definisi yang diberikan oleh AICPA,
SEC (Securities Exchange Committee) sebagai badan yang juga berkepentingan
terhadap auditor yang independen memberikan definisi berkaitan dengan
independensi.
SEC memberikan empat prinsip dalam rnenentukan auditor yan independen.
Prinsip-prinsip ini menyatakanbahwa independensi dapat terganggu apabila:
1) memiliki konflik kepentingan dengan kliennya;
2) mengaudit pekerjaan mereka sendiri
3) berfungsi baik sebagai manajer ataupun pekerja dari kliennya;
4) bertindak sebagai penasehat bagi kliennya

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor


Menurut penelitian Nur Barizah Abu Bakar et al., (2005), sedikitnya ada enam
faktor yang telah diteliti berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
independensi auditor. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Ukuran besarnya kantor akuntan publik (KAP),
 Penelitian yang dilakukan oleh DeAngelo (1981b), Shockley dan Hold (1983),
Nichols dan Smith (1983), Dopuch dan Simunic (1980), McKinley et al.,
(1985), Shockley (1981), Gul (1989), menemukan adanya hubungan yang
positif antara ukuran besarnya kantor akuntan publik dengan independensi
auditor. Artinya semakin besar ukuran kantor akuntan publik semakin tinggi
independensi auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Goldman dan Barlev
(1974), menyatakan bahwa seseorang hendaknya tidak dengan mudah
menyimpulkan kantor akuntan publik yang besar akan imun terhadap tekanan
klien.
2. Tingkat persaingan antar kantor akuntan publik dalam memberikan jasa pelayanan
kepada klien
 Studi yang dilakukan oleh Knapp (1985),Shockley (1981), membuktikan bahwa
tingkat persaingan yang tinggi antar kantor akuntan publik dalam rangka
melayani kepentingan klien dapat menurunkan independensi auditor. Penelitian
yang dilakukan oleh Gul (1989), menemukan hal yang sebaliknya.
3. Lamanya hubungan audit
 US Senate (1976) menyatakan bahwa hubungan audit yang terlalu lama antara
kantor akuntan publik dengan klien yang diaudit mengakibatkan sulitnya untuk
menegakkan independensi auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Shockley
(1981) menemukan bahwa lamanya hubungan audit antara kantor akuntan
publik dengan klien secara signifikan tidak berpengaruh terhadap persepsi
independensi auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Teoh dan Lim (1996)
melaporkan bahwa terdapat hubungan negatif antara lamanya hubungan audit
dengan independensi auditor.
4. Besarnya biaya jasa audit (audit fees)
 Besarnya biaya jasa audit (audit fee) yang diterima oleh kantor akuntan publik
secara normal, semakin besar jasa audit yang diterima oleh kantor akuntan
publik dari seorang klien berhubungan dengan tingginya risiko atas hilangnya
independensi auditor. Accountant International Study Group (1976),
merekomendasikan bahwa auditor harus menahan diri dari menerima apapun
dengan jumlah biaya jasa audit sebesar sepuluh persen atau melebihi total
pendapatan audit. International Federation of Accountant (IFAC, 1996, 8.7).
Code of Ethics for Professional Accountant dan European Federation of
Accountants and Auditors (EFAA,1998), menyatakan bahwa ukuran besarnya
perusahaan klien (yang diukur dari besarnya biaya jasa audit) dapat
meningkatkan perhatian terhadap independensi auditor, namun tidak disebutkan
berapa total biaya yang dapat diterima oleh auditor. EFAA (European
Federations of Accountants and Auditor 1998, 4) secara jelas menyatakan
bahwa total biaya audit dari seorang klien terhadap auditor sebaiknya tidak
melebihi persentase total perputaran uang dalam kantor akuntan publik.
Penelitian yang dilakukan oleh Pany dan Reckers (1980) menyatakan bahwa
biaya jasa audit tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap persepsi
independensi.
5. Layanan jasa berupa saran manajerial atau management advisory services (MAS)
 Beberapa survei empiris yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana pihak
ketiga, auditor, perusahaan memandang masalah ini, namun hasilnya masih
menjadi perdebatan. Goldman dan Barlev (1974), McKinley et al., (1985),
melaporkan bahwa pada riset awal berkaitan dengan penggunaan laporan
keuangan, menunjukkan bahwa independensi auditor dipengaruhi secara nagatif
oleh jasa tambahan berupa saran-saran manajerial yang diberikan oleh auditor
kepada klien yang diaudit. Mereka percaya bahwa jasa tambahan yang berupa
saran-saran manajerial akan menciptakan hubungan kerja yang terlalu erat
antara auditor dengan klien yang diaudit. Wallman (1996) dalam penelitianya
menemukan hubungan yang positif antara layanan jasa manajerial yang
diberikan oleh auditor terhadap klien yang diaudit dengan persepsi independensi
auditor. Mereka percaya bahwa layanan jasa manajerial dapat meningkatkan
pengetahuan auditor tentang klien, sehingga dapat meningkatkan obyektivitas
auditor.
6. keberadaan komite audit pada perusahaan klien.
 Banyak dukungan yang mengusulkan adanya hubungan positif antara komite
audit dengan independensi auditor. Pada dasarnya adanya hubungan positif
antara keberadaan komite audit pada perusahaan klien dengan independensi
auditor, berarti bahwa keberadaan komite audit akan meningkatkan
independensi auditor. Teoh dan Lim (1996) dalam penelitianya menemukan
bahwa formasi komite audit memiliki dampak positif dalam meningkatkan
independensi auditor. Gul (1989) dalam penelitianya menemukan bahwa komite
audit tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persepsi
independensi auditor.

D. MENGAPA AUDIT DIPERLUKAN?


Laporan audit yang dikeluarkan oleh auditor akan menghasilkan laporan keuangan
yang telah memenuhi dua kualifikasi utama laporan keuangan yaitu relevansi dan
reliabilitas (SFAC no.2) sehingga dapat dijelaskan secara lebih lanjut bahwa perlunya
dilakukan audit independen atas laporan keuangan dapat dilihat pada empat kondisi
berikut:
a. Pertentangan Kepentingan (Conflict of Interest) Muncul kekhawatiran bahwa
laporan keuangan menjadi bias untuk kepentingan manajemen, oleh karena itu para
pengguna mencari keyakinan dari auditor independen luar bahwa informasi tersebut
telah : 1. Bebas dari bias untuk kepentingan manajemen 2. Netral untuk kepentingan
berbagai kelompok pengguna (dengan perkataan lain, informasi tidak disajikan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan salah satu kelompok pengguna di atas
kelompok lainnya).
b. Konsekuensi (Consequence) Laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi
yang digunakan untuk membuat keputusan investasi yang signifikan, peminjaman,
serta keputusan lainnya, , keputusan yang dibuat akan membawa konsekuensi
ekonomi, sosial, dan konsekuensi lain yang signifikan. Oleh karena itu para
pengguna laporan akan menggunakan jasa auditor independen untuk memperoleh
keyakinan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan GAAP, termasuk
semua pengungkapan yang memadai.
c. Kompleksitas (Complexity) Masalah akuntansi dan proses penyusunan laporan
keuangan telah menjadi sangat kompleks, dengan meningkatnya kompleksitas ,
maka risiko salah interpretasi dan risiko timbulnya kesalahan yang tidak disengaja
juga ikut meningkat. Karena para pengguna merasa semakin sulit, atau bahkan
mustahil untuk mengevaluasi sendiri mutu laporan keuangan, maka mereka
mengandalkan auditor independen untuk menilai mutu informasi yang dimuat dalam
laporan keuangan. d. Keterpencilan (Remoteness) Para pengguan laporan keuangan
menganggap tidak praktis untuk mencari akses langsung pada catatan akuntansi
utama guna melaksanakan sendiri verifikasi atas asersi laporan keuangan karena
adanya faktor jarak, waktu, dan biaya. Daripada mempercayai mutu data keuangan
begitu saja, sekali lagi para pengguna lebih mengandalkan laporan auditor
independen untuk memnuhi kebutuhannya. Empat kondisi diatas secara bersama-
sama membentuk adanya risiko informasi (information risk) yaitu risiko bahwa
laporan keuangan mungkin tidak benar, tidak lengkap, atau bias. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa audit laporan keuangan dapat meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan dengan cara menekan risiko informasi.

E. KASUS YANG TERKAIT DENGAN INDEPENDENSI


Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit
perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam
lingkungan perusahaan klien yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan
tanggung jawab dari manajemen untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya
terlihat selalu baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik .
Akan tetapi disisi lain, pemilik menginginkan supaya auditor melaporkan dengan
sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya. Dari hal tersebut
dapat diketahui bahwa suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemakai
laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan
jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan
akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun pertanyaan
dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin
besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik diluar negeri
maupun didalam negeri.
Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan public yang tidak
bisa terdeteksi oleh akuntan public yang menyebabkan perusahaan
didenda oleh Bapepam. Kini kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik
juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus yang
menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan
kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional,Tbk.
Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam
yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset
hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang
mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam
membayar utang.
Berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang
memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya
Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin
akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan
pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan
Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang
obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bahwa klien berusaha agar laporan keuangan yang dibuat oleh
klien mendapatkan opini yang baik oleh auditor. Banyak cara dilakukan agar auditor tidak
menemukan kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bahkan yang lebih parah lagi
adalah kecurangan-kecurangan yang dilakukan tidak dapat dideteksi oleh auditor.

DAFTAR PUSTAKA

Bartlett. 1993. A Scale of Perceived Independence: New Evidence of an Old Concept.


Accounting, Auditing, Accountability Journal.Blecker. L.C., Defond, M.L., Jiambalvo, J. and
Subramanyam, K.R. 1998. The Effect of Audit Quality on Earn¬ings Management.
Contemporary Accounting Research Spring.Beneish, M.D. 2001 Earnings Management: A
Perspective. Managerial Finance.Copley, P.A. and Doucet,M.S. 1993. Auditor Tenure,Fixed
Fee Contract, and The Supply of Substandard Single Audits. Public Budgeting &
Finance.Davidson, R.A. & D.Neu. 1993. A Note on the Association Between Audit Firm Size
and Auditor Quality. Contemporary Accounting Research.Davis, L.R., Soollilly and
Trompoter, G. 2000. AuditorTenure, Auditor Independence and Manajemen laba.De Angelo,
L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality.

Anda mungkin juga menyukai