Anda di halaman 1dari 13

ETIKA PROFESIONAL DALAM AUDITING

OLEH

Iftitah Hana Shania 11160000004


Rizka Amanda 11160000232
Sintha Aprilia 11160000244

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


JAKARTA
2019
ETIKA DALAM AUDITING

Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan oleh
seorang yang kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang
sistematis dalam proses pengumpulan dan pengevalusian bahan bukti secara objektif
tentang informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas ekonomi,
dengan tujuan untuk menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.

Seorang auditor dalam mengaudit sebuah laporan keuangan harus berpedoman


terhadap standar auditing yang telah ditentukan Institut Akuntan Publik Indonesia.
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA).
PENTINGNYA ETIKA DALAM PROFESI AKUNTANSI

Professional sendiri adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih


dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan
hukum dan masyarakat. Akuntan publik sebagai professional mengakui
adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi,
termasuk perilaku yang terhormat meskipun itu berarti pengorbanan diri.
Alasan utamanya adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas
jasa yang diberikan oleh profesi tanpa memandang individu yang
menyediakan jasa tersebut.
Tujuannya adalah agar dapat melakukan tugasnya dengan baik dan
mendapat kepercayaan dari masyarakat maupun klien.
KEPERCAYAAN PUBLIK

Kepercayaan masyarakat umum  sebagai pengguna jasa audit atas


independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi
auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat juga bisa menurun
disebabkan oleh keadaan mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap
dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut.

Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas


dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu
kepentingan dengan kliennya baik merupakan manajemen perusahaan atau
pemilik perusahaan.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR KEPADA PUBLIK

Menurut PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa :


“Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan
audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun
kecurangan. Karna sifat dari bahan bukti audit dan karakteristik kecurangan,
auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang memadai, namun bukan
absolute, bahwa salah saji material telah dideteksi. Auditor tidak memiliki
tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
mendapatakan keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian yang
disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap
laporan keuangan telah terdeteksi”.

Dalam kode etik diungkapkan, auditor tidak hanya memiliki tanggung jawab
terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga
terhadap publik.
Publik akan mengharapkan auditor untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan
untuk melayani publik.
- Justice Buger mengungkapkan bahwa akuntan publik yang independen dalam
memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan
memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan
antara auditor dengan kliennya.

- Baker dan Hayes, bahwa seorang akuntan publik diharapkan memberikan


pelayanan yang profesional dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan
keuntungan dari contractualarragment antara akuntan publik dan klien. Ketika
auditor menerima penugasan audit terhadap sebuah perusahaan, hal ini membuat
konsekuensi terhadap auditor untuk bertanggung jawab kepada publik.

- Kalbers dan Cenker (2008) menyatakan bahwa tanggung jawab tampaknya


menjadi karakteristik berharga bagi auditor independen, terutama ketika mereka
mempercepat dan memberikan perbaikan pengawasan dan tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan audit.
TANGGUNG JAWAB DASAR AUDITOR

TheAuditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal


dari AuditingPracticesBoard, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) mengenai
tanggung jawab auditor:

1)  Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan,


mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

2)   Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan.

3)   Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable
untuk memberikan kesimpulan rasional.

4)   Pengendalian
Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan
kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan
mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliancetest.

5)   Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan.


INDEPENDENSI AUDITOR

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh


pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26).

Auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,


karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam
hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Tiga aspek independensi seorang auditor,
yaitu sebagai berikut :

1)   Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus


mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.

2)   Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya


pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.

3)   Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) :


Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional
auditor.
 
PERATURAN PASAR MODAL

Penilaian kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal


Indonesia mencakup beberapa komponen analisa yaitu:
1)   Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang harus
disampaikan kepada publik dan Bapepam,

2)   Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen


atau perusahaan public,

3)   Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh emitmen


atau perusahaan public,

4)   Ketentuan tentang aktivitas profesi jasa auditor independen.


Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah
Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang
Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Dalam Peraturan ini
yang dimaksud dengan:
1)   Periode Audit adalah periode yang mencakup periode laporan keuangan yang
menjadi objek audit, review, atau atestasi lainnya.

2)   Periode Penugasan Profesional adalah periode penugasan untuk melakukan pekerjaan


atestasi termasuk menyiapkan laporan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan.

3)   Anggota Keluarga Dekat adalah istri atau suami, orang tua, anak baik di dalam
maupun di luar tanggungan, dan saudara kandung.

4)   FeeKontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional
yang hanya akan dibebankan apabila ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.

5)   Orang Dalam Kantor Akuntan Publik adalah orang yang termasuk dalam penugasan
audit, review, atestasi lainnya, dan/atau non atestasi yaitu: rekan, pimpinan, karyawan
professional, dan/atau penelaah yang terlibat dalam penugasan.
INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

Supriyono (1988) membuat kesimpulan mengenai pentingnya independensi


akuntan publik sebagai berikut:

1)   Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan


publik untuk memulai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen
kepada pemakai informasi.

2)   Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan


dari klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai laporan keuangan.

3)   Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan


yang disajikan oleh manajemen.

4)   Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia berikan tidak
mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai.

5)   Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara


berkesinambungan perlu dipertahankan.
KESIMPULAN
Etika dalam auditing sangat diperlukan oleh auditor. Kode etik atau aturan etika
profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor  profesional dalam
mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit.
Berperilaku etis/etik sesuai dengan etika profesi yang dianut menunjukkan bahwa
seorang auditor tersebut dapat berkomitmen dengan baikdalam menjalankan tugasnya.
Perilaku etis merupakan hal yang paling mendasar dalam melakukan suatu pekerjaan.
Segala sesuatu yang berawal dari kesadaran dan ketulusan dalam bekerja maka
hasilnya juga akan lebih baik.

SARAN
            Etika dalam auditing harus diterapkan oleh seorang auditor, agar
mendapatkan kepercayaan dari publik sehingga akan memberikan dampak
positif bagi perkembangan profesi auditor.

Anda mungkin juga menyukai