Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGAUDITAN I

“10 STANDAR AUDIT DAN ETIKA PROFESI”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Mata Kuliah Pengauditan I

Oleh :

Kelompok 1 :

ABDUL KHAIR BALE (17 304 060)


ALICIA F. KAMBEY (17 304 015)
CHRISTINE E. KENI (17 304 029)
CHRISTIE L. SIGAR (17 303 090)
FIKI J. BAWAMENEWI (17 304 039)
FIRNADE TANDI PAU (17 304 005)
NOVIANTHY TUMBELAKA (17 304 045)
KELAS : AKUNTANSI V A

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
TONDANO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anungrahnya
serta penyertaannya,kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “10 Standar Audit dan
Etika Profesi”. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah ‘’Pengauditan I’’.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca serta bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah berperan dalam penyusunan
makalah ini serta referensi dan sumber-sumber informasi yang kami peroleh.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunannya yang merupakan kelemahan dari kami,
sehingga kami sangat , sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah
kedepannya. , atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Tondano , 21 September 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

1. 10 Standar Audit Menurut GAAS


2. Etika Profesi (Kode Etik)
A. Independensi, Integritas, Objektivitas
B. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
C. Tanggungjawab Kepada Klien
D. Tanggungjawab Kepada Rekan Seprofesi
E. Tanggungjawab dan praktik lain

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, wajah dunia seakan mendapatkan pukulan berat dari banyaknya
tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politik yang akhirnya bermuara pada derita krisis global
saat ini. Banyaknya kejadian memilukan didunia ini cenderung disebabkan oleh banyaknya
pengabaian etika dalam berbagai lini kehidupan masyarakat dunia. Salah satu lini kehidupan
masyarakat dunia ini adalah kegiatan bisnis. Kebutuhan hidup masyarakat dunia tidak mungkin
terpenuhi tanpa adanya kegiatan bisnis. Dalam sepuluh tahun terakhir, cukup banyak tragedi
kehancuran bisnis yangterjadi di dunia, tragedi ini memberi dampak penderitaan yang cukup
signifikan pada kehidupan masyarakat luas dan tak sedikit korban yang berjatuhan karenanya.
Sebagian besar tragedi ini dipicu oleh adanya pengabaian etika dalam setiap kegiatan bisnis.
Secara singkat, pengabaian etika adalah dilakukannya suatu kegiatan yang dianggap benar oleh
para pengambil keputusan, namun membawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak
lain. Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah, praktek kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan, penyuapan,window dressing, dan lain sebagainya. Berkaca dari
beberapa kejadian yang memilukan tesebut, para praktisi bisnis dan keuangan dunia mulai
memperluas area manajemen resiko mereka. Dari yang awalnya hanya berfokus pada area
manajemen resiko bisnis, mereka mulai menyadari bahwa mereka perlu menerapkan manajemen
dalam lingkup etika. Dalam literature, manajemen di lingkup etika ini disebut manajemen resiko
etika. Dalam Brooks (2004) dinyatakan, Para praktisi bisnis kini mulai menyadari bahwa
meskipun manajemen risiko cenderung berfokus kepada masalah-masalah non-etis, bukti yang
ada menunjukkan bahwa penghindaran bencana dan kegagalan juga memerlukan perhatian
kepada masalah risiko etika.Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak
menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat.

Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat,tidak


memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir
contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis. Melihat realita yang demikian kritisnya
kondisi dari berbagai lapisan kehidupan yang ada, maka salah satu yang dapat dilakukan adalah
dengan mempelajari adanya kode etik masing-masing lini dan dijalankan sesuai
ketentuan masing yang diharapkan semua aspek kehidupan dapat berjalan seimbang dengan
tujuan bersama tanpa merugikan di salah satu pihak.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa permasalahan yang dirumuskan di dalam makalah adalah sebagai berikut:

1. Apa saja hal-hal yang adapada 10 standar audit?


2. Apa yang dimaksud dengan Etika Profesi?
3. Apa saja hal-hal yang diatur dalam Etika Profesi?

1.3 Tujuan Pembahasan


Berkaitan dengan rumusan masalah terlampir sebelumnya, makalah ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Memahami 10 standar audit.
2. Memahami pengertian dan tujuan Etika Profesi (kode etik).
3. Memahami hal-hal yang diatur dalam Etika Profesi (kode etik).
BAB II

PEMBAHASAN

1. 10 STANDAR AUDIT MENURUT GAAS

Kita sering mendengar istilah GAAP di akuntansi di mana GAAP adalah singkatan
dari Generally Accepted Accounting Principle. Di dalam auditing, ada sebuah istilah yang
disebut GAAS yang merupakan singkatan dari Generally Accepted Auditing Standard.

GAAS adalah aturan-aturan dan pedoman umum yang digunakan akuntan publik yang terdaftar
atau bersertifikat dalam mempersiapkan dan melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan klien.

Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi pedoman auditor dalam melaksanakan
pemeriksaan laporan keuangan yang dikelompokkan dalam 3 standar. yaitu standar umum
(general standards), standar pekerjaan lapangan (standards of field work) dan standar
pelaporan (standards of reporting).

Standar Umum (General Standards)

1. Competence, audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2. Independence, dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Due Professional Care, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan seksama.

Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)

4. Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan
jika digunakan , asisten harus disupervisi dengan semestinya.

5. Understanding the Entity, Environment, and Internal Control, pemahaman yang memadai atas
struktur pengendalian intern harus diperoleh untk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.

6. Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Standar Pelaporan (Standards of Reporting)

7. Financial Statements Presented in Accordance with GAAP, laporan audit harus menyatakan
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
8. Consistency in the Application of GAAP, laporan audit harus menunjukkkan keadaan yang
didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.

9. Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informative dalam laporan keuangan


harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

10. Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diterima.

2. ETIKA PROFESl (KODE ETIK)

Di dalam masyarakat telah melekat suatu pengertian khusus dalam istilah


profesionalisme_ Seorang profesional diharapkan dapat mengaréhkan dirinya pada suatu tingkat
tindakan di atas tingkat tindakan yang dilakuan oleh sebagian besar anggota masyarakat. Seorang
Akuntan Publik, sebagai profesional, memahami adanya tanggung jawab kepada klien, rekan
seprofesi dan kepada praktik lainnya, walaupun hal tersebut dapat berarti pengorbanan diri.

Akuntan publik merupakan orang yang memiliki predikat profesional. lstilah profesional
berarti tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab
penugasan dan memenuhi undang-undang serta peraturan masyarakat.

Sebagai profesional, akuntan publik harus bertingkah laku terhormat, karena


dibutuhkannya kepercayaan publik yang tinggi atas kualitas jasa yang diberikan. Penting untuk
meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa lainnya, jika hal
ini tidak dapat memberi kepercayaan pada inen maka kemampuan profesional akuntan publik
untuk memberikan jasa kepada klien dan masyarakat secara efektif berkurang.

Kantor Akuntan publik ditugaskan dan dibayar perusahaan yang mengeluarkan laporan
keuangan, untuk memberikan pendapatnya. Laporan hasil audit akan dimanfaatkan bagi para
pemakai laporan. Auditor tidak berhubungan dengan pemakai laporan keuangan tetapi lebih
sering berhubungan dengan klien.

Para pemakai laporan penting untuk memandang kantor akuntan publik sebagai pihak
yang independen, tidak memihak dan memiliki kompeténsi tinggi. Jika pemakai beranggapan
bahwa kantor akuntan publik tidak memberikan jasa yang dapat mengurangi risiko informasi,
maka nilai audit dan laporan atestasi akan berkurang, akibatnya permintaan akan audit atau jasa
lain pada kantor akuntan publik yang bersangkutan akan berkurang. Oleh §ebab itu kantor
akuntan publik akan lebih termotivasi untuk selalu benindak dengan profesionalisme yang tinggi.
Salah satu cara profesi akuntan publik mewujudkan perilaku profesional salah satunya
adalah pengaruh dari pelaksanaan etika profesi yang talah ditetapkan oleh IAI yaitu Kode Etik
Akuntan Indonesia.

Kode etik dibuat dengan tujuan untuk menentukan standar perilaku bagi para akuntan,
terutama akuntan publik.

Kode etik profesi diperluakan karena alasan-alasan sebagai berikut

-Kebutuhan akan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa yang diberikan.

-Masyarakat tidak dapat diharapkan mampu menilai kualitas jasa yang diberikan oleh profesi

-Meningkatnya kompetisi di antara anggota profesi

Kode Etik Akuntan Indonesia

Dalam masyarakat yang majemuk terdapat sistem nilai etika yang majemuk (banyak dan
berbeda antara yang satu dengan yang lain). Akibatnya tidak menutup kemungkinan akan terjadi
konflik antara kelompok masyarakat tertentu dengan yang Iain. Fenomena ini memang sulit
dihindarkan, karena kemajemukannya sendiri merupakan fenomena yang alamiah. Dengan kata
lain, kemajemukan itu gebetulnya memang harus ada, namun di samping kemajemukannya
tersebut harus ada sebuah nilai Yang sifatnya universal dan dapat diterima oleh semua pihak.

Etika adalah nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan
digunakan oleh individu atau suatu golongan tertentu sedangkan Kode Etik adalah produk
kesepakatan yang mengatur tingkah laku moral suatu kelompok tertentu dalam masyarakat untuk
diberlakukan dalam suatu masa tertentu, dengan ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok itu.

Etika Profesi merupakan kode etik untuk profesi tertentu dan karenanya harus dimengerti
selayaknya, bukan sebagai etika absolut. Untuk mempermudah harus dijelaskan bagaimana
masalah hukum dan etika berkaitan walaupun berbeda.

Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan dalam suatu konteks profesional.


Terhadap profesi Akuntan Publik sebagai konsultan, sangatlah diperlukan Kode Etik Profesi
yang memadai serta tingkat profesionalisme profesi yang tinggi. Alvins A. Arens, et al. (2003:74)
memberikan pengertian kode etik adalah sebagai berikut:

”Ethics can be defined broadly as a set of moral principles or value”


Kode etik Akuntan Indonesia merupakan kode perilaku yang terdiri dari ketentuan umum
mengenai perilaku ideal dan perilaku khusus yang menguraikan berbagai tindakan yang tidak
dapat dibenarkan.

Ketentuan umum dalam kode etik akuntan publik memiliki kekuatan dalam hal penekanan pada
kegiatan yang positif hingga menghasilkan kualitas kerja yang tinggi. Sedangkan kelemahannya
adalah sum untuk memaksakan perilaku umum yang ideal karena tidak adanya standar perilaku
minimum.

Peraturan khusus memiliki keunggulan dalam pejabaran terinci, sehingga dapat dipaksakannya
standar perilaku dan kinerja minimum. Kelemahannya adalah cenderung memberikan penafsiran
Dada para praktisi sebagai standar maksimum dan bukannya minimum.

Kode perilaku lkatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: kode etik akuntan
Indonesia, Pernyataan Etika Profesi, dan lnterpretasi Pernyataan Etika Profesi. Ketiga bagian
tersebut dilandasi oleh prinsip perilaku profesional.

KERANGKA KODE ETIK IAI

Tanggung jawab profesi


Kepentingan umum
Integritas
Obyektivitas Prinsip etika
Kompetensi dan kehati-hatian
professional
Kerahasiaan
Perilaku organisasi Aturan etika
Standar teknis

Independensi Standar umum Tanggung jawab Tanggung Tanggung jawab


integritas, prinsip kepada klien jawab kepada dan praktek lain
objektivitas akuntansi rekan

Interpretasi aturan etika

Ketetapan etika

Prinsip Etika, adalah standar ideal dari perilaku etis yang dapat dicapai dalam terminologi
filosoti. Ditetapkan oleh lAl-Pusat.
Aturan Etika, Standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus, dan
merupakan suatu keharusan. Diterbitkan oleh lAl-KAP.

lnterpretasi Aturan Etika, lnterpretasi peraturan perilaku, bukan merupakan keharusan, tetapi
para praktisi harus memahaminya. Ditetapkan oleh Pengurus |Al-KAP.

Ketetapan Etika, Penjelasan dan jawaban yang diterbitkan dewan SPAP untuk menjawab
pertanyaanpertanyaa peraturan perilaku yang diajukan oleh para praktisi dan lainnya yang
tertarik pada persyaratan etika. Bukan merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus
memahaminya.

Kode etik ini meliputi seperangkat prinsip-prinsip atau nilai-nilai moral yang mengatur
tentang perilaku profesional akuntan publik. Kode etik ini harus ditaati oleh semua akuntan yang
menjalankan praktik sebagai akuntan publik.

Interpretasi pernyataan etika profesi merupakan penjelasan yang dikeluarkan oleh Komite
Kode Etik lAl mengenai beberapa situasi tertentu yang dihadapi dalam praktik berkenaan
dengan perilaku etika profesional.

A. Independensi, lntegritas, Objektivitas

1. lndependensi

Standar Profesional Akuntan Publik mengharuskan bahwa auditor dalam penugasannya


harus mempertahankan sikap mental independen. lndependensi dalam audit berarti cara
pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil
pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap mental independen tersebut harus
meliputi independence in fact dan independence in appearance. Banyak pihak yang
menggantungkan kepercayaan terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan
auditor, karena harapan pemakai laporan keuangan untuk mendapatkan suatu pandangan
yang tidak memihak.

Independence in fact

lndependen dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataanya auditor mampu
mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Artinya
sebagai suatu kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam mempenimbangkan fakta-fakta yang dipakai
sebagai dasar pemberian pendapat, auditor harus objektif dan tidak berprasangka.

Independence in appearance

lndependen dalam penampilan adalah hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi
ini. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut memiliki hubungan
tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapat menimbulkan
kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen.

Upaya memelihara lndependensi

Profesi dan masyarakat memberi perhatian besar tentang kepastian:

- Auditor mempertahankan sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan


pekerjaanya (independence in fact).

- Para pemakai menganggap auditor bertindak independen (independence in


appearance).

Oleh karena itu dibutuhkan upaya pemeliharaan independensi. Upaya dapat berupa
persyaratan atau dorongan lain, hal-hal tersebut antara lain:

a. Kewajiban hukum, adanya sanksi hukum bagi auditor yang tidak independen.

b. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang mengharuskan auditor
mempertahankan sikap independen, untuk semua hal yang berkaitan dengan penugasan.

c. Standar Pengendalian Mutu, salah satu standar pengendalian mutu mensyaratkan


kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan
jaminan yang cukup bahwa semua staf independen.

d. Komite Audit, merupakan sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang
bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya '
dari manajemen. Komite audit akan memutuskan kantor akuntan publik mana yang akan
diberi tugas, dan menentukan ruang lingkup pekerjaan, melakukan pertemuan untuk
membahas hasil audit, dan membantu menengahi bila terjadi perselisihan antara
manajemen dan audimr.

e. Komunikasi dengan auditor pendahulu

Auditor pengganti melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu sebelum memerima


penugasan., dengan tujuan umuk mendapat informasi mengenai integritas manajemen.

f. Penjajagan pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi

Tujuan untuk meminimasi kemungkinan manajemen menjalankan praktik membeli


pendapat, hal ini merupakan ancaman potensial terhadap independensi.

2. lntegritas dan Objektivitas Auditor di dalam menjalankan tugasnya harus dapat


mempertahankan integritas dan objektivitas. Harus bebas dari masalah benturan
kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material
(material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada
pihak lain. _ Dengan mempertahankan integritas auditor akan bertindak jujur, dan tegas,
dengan mempertahankan objektivitasnya, auditor akan benindak adil, tidak memihak
dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak
tertentu atau kepentingan pribadi.

B. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

Terdapat aturan-aturan perilaku bagi akuntan publik yang berkaitan dengan standar teknis yaitu
peraturan 201, 202 dan 203.

201 Standar Umum

a. Kompetensi profesional

Akuntan publik hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.

b. Kecermatan dan kesepakatan profesional!

Wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan


profesional.

c. Penencanaan dan supervisi

Wajib merencanakan dan mensupewisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian


jasa profesional.

d. Data Relevan yang memadai Wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk
menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan
pelaksanaan jasa profesionalnya.

202 Kepatuhan terhadap Standar

Semua anggota kantor akuntan publik yang melaksanakan penugasan jasa auditing,
atestasi, review, kompilasi, konsultan manajemen, perpajakan, atau jasa profesional
lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang
ditetapkan IAI
203 Prinsip-prinsip Akuntansi

Anggota kantor akuntan publik tidak diperkenankan untuk:

1. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

2. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus


dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku, apabila laporan tersebut emuat penyimpangan yang berdampak material terhadap
laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan lAl.

Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti
tersebut di atas. Dalam kondisi tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan
dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), sena alasan
mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan
laporan yang menyesatkan.

C. Tanggung jawab kepada Klien

301 Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP dalam praktik penugasan tidak diperkenankan mengungkapkan informasi


klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien

Peraturan ini tidak dimaksudkan untuk:

1. Membebaskan anggota dari kewaiiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika


kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.

Penjelasan: tanggung jawab auditor untuk melepaskan standar-standar profesional


adalah lebih besar daripada tanggung jawab untuk informasi rahasia klien.

Jika sesudah laporan audit dikeluarkan dengan opini wajar tanpa pengecualian,
auditor menemukan laporan keuangan ternyata ada salah saji material, maka auditor
tidak dapat memberitahukan informasi rahasia klien kepada pihak lain. Maka harus
diterbitkan laporan audit yang sudah dikoreksi.

2. Mempengaruhi kewaiiban anggota dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan


perundang-undangan yang berlaku seperti panggi/an resmi penyidikan pejabat
pengusut atau melarang kepatuhan anggota terhadap ketentuan peraturan yang
berlaku
Penjelasan: Informasi yang didapat kantor akuntan publik dari kliennya tidak
mempunyai hak istimewa.

Kantor akuntan publik harus menaati hukum yang berlaku.

3. melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan
kewenangan IAI

Penjelasan: Pelaksanaan review sejawat atas pengendalian mutu kantor akuntan


publik Iainnya dengan melakukan pemeriksaan kertas kerja harus dapat menjaga
rahasia informasi yang diperoleh dan tidak memakainya untuk tujuan lain.

4. Menghalangi anggota dari pengaiuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar


atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka
penegakan disiplin anggota.

Penjelasan: kantor akuntan publik tidak dapat menolak pemeriksaan kertas kerja
dengan mengatakan kertas kerja itu rahasia, jika seorang dalam kantor akuntan publik
dituntut telah melaksanakan kinerja teknis yang tidak memadai oleh badan yang
dibentuk lAI-KAP dalam rangka penegakan disiplin anggota.

Anggota KAPyangterlibatdalam penyidikan dan reviewdi atastidak boleh


memanfaatkannya untuk kepentingan diri pribadi mereka atau mengungkapkan informasi
klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan
ini tidak boleh membatasi anggota dalam pemberian informasi sehubungan dengan proses
penyidikan atau penegakan disiplin sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) di
atas atau review praktik profesional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3)
di atas.

Setiap anggota harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam tugasnya,
dan tidak boleh terlibat dalam pengungkapan dan pemanfaatan informasi tersebut, tanpa
seizin pihak yang memberi tugas, kecuali jika hal itu dikehendaki oleh norma profesi,
hukum atas negara.

302 Fee Profesional

1. Besaran Fee

Besarnya fee anggota kantor akuntan publik dapat bervariasi tergantung pada:

-Risiko penugasan

-Kompleksitas jasa yang diberikan

-Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut


-truktur biaya kantor akuntan publik yang bersangkutan dan pertimbangan profesional
Iainnya.

Anggota kantor akuntan publik tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Ketentuan ini untuk membantu para
akuntan publik mempertahankan objektivitas dalam melaksanakan audit atau
memberikan jasa perpajakan atau manajemen.

2. Fee kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan. Kecuali ada temuan atau hasil tertentu di mana jumlah
fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontijen jika
ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.

Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan
tersebut dapat mengurangi independensi.

D. Tanggung iawab kepada Rekan Seprofesi

401 Tanggung iawab kepada rekan seprofesi

Anggota kantor akuntan publik wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.

402 Komunikasi antar Akuntan Publik

Anggota waiib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan engagement audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun
buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain degnan jenis dan periode serta tujuan yang
berlainan.

Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari
akuntan pengganti secara memadai.

403 Perikatan atestasi

Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi
dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu
tunjuk klien, kecuall apablla perikatan tersebut dllaksanakan untuk memenuhl ketentuan
perundang-undangan atau peraturan yang dlbuat oleh badan yang borwemng.
E. Tangung jawab dan praktik lain

501 Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang


menoemarkan pnofesi.

502 Iklan, Promosi dan kegiatan Punasaran hinnya

Anggota KAP dalam menialankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien
melalul pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan keglatan pemasaran
Iainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

Keadaan ini akan meningkatkan persaingan pada pemasaran dan penetapan harga yang
Iebih bersaing untuk berbagai jasa. Adanya sanksl hukum, persyaratan review bersyarat,
dan kemungkinan campur tangan dari IAI akan dapat mempertahankan mutu audit temp
tlnggl. Persaingan yang makin besar dalam profesl ini tidak akan menekan kantor publik
yang efisien dan bermutu tinggi. Diharapkan persaingan yang meningkat tidak
menyebabkan para auditor menurunkan mutu di bawah standar.

503 Komisi dan fee referal

a. Komisi Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk Iainnya yang
diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien/pihak lain.

Anggota KAP tidak dipetkenankan untuk memberikan/ menerima komisi apabila


pemberian penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi lndependensi.

b. Fee Referal (Rujukan) Fee referal adalah imbalan yang dibayarkan/diterima-kepada/ dari
sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal hanya diperkenankan bagi
sesama profesi.

504 Bentuk Organisasi dan KAP

Anggota hanya dapat berpraktik akunmn publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku danlatau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Etika profesi adalah suatu sistem norma, nilai danaturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan
jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan dari setiap kode etik suatu profesi setiap etika
profesi mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang
mengatur etika profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena
melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik akan
diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, SK, Suhayati, E. 2013. Auditing. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai