Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL

Dosen : Julkifli, S.E., M. Ak., Ak., CA.

Alia Adelia
202141001
Fifi Ayudia
202141003

AKUNTANSI KEUANGAN PUBLIK


POLITEKNIK LP3I MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan segala rahmat-
Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan judul ‘Kode Etik Profesi Akuntan Menuju Era
Global’ ini tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini, serta guru pembimbing kami yang telah memberikan
tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan banyak tambahan pengetahuan.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan banyak
manfaat serta menambah pengetahuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang membutuhkan
perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
1. Tantangan Profesi Akuntan Global 2
2. Kode Etik Profesi Akuntan Di AS 2
3. Kode Etik Profesi Akuntan Di Beberapa Negara Di Luar AS 3
4. Sarbanes – Oxley Act 3
5. Kode Etik Profesi Akuntan: Internasional Federation Of Accountants (IFAC) 3
6. Profesi Akuntan Indonesia dan IFAC 7
BAB III PENUTUP 8
1. Kesimpulan 8
2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini banyak sekali kasus pelanggaran-pelanggaran terutama banyak terjadi di
Indonesia, salah satunya yaitu kasus pelanggaran etika profesi akuntansi. Tidak ada hanya
masyarakat menengah yang mengalami pelanggaran tersebut, yang lebih banyak
pelanggaran yaitu terjadi di kalangan atas, seperti kasus pelanggaran korupsi, kesalahan
dalam melakukan pembuatan laporan keuangan,bahkan melalukan pemalsuan tanda tangan
terhadap nasabah bank, kasus ini terlibat karena kurangnya ketelitian dalam pembuatan
laporan keuangan dan kurangnya sistem dalam perusahaan yang bersangkutan. Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota,
baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-
jawab profesionalnya. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya
dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Kredibilitas. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar
bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apa tantangan profesi akuntan global?

2. Bagaimana kode etik profesi akuntan di AS?

3. Bagaimana kode etik profesi akuntan di beberapa negara di luar AS?

4. Apa itu sarbanes – oxley act?

5. Bagaimana profesi akuntan indonesia dan ifac?


BAB II

PEMBAHASAN

1. TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi system informasi dan
komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan system
ekonomi global. Pernyataan system ekonomi global ini makin mendorong tumbuhnya
perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-batas suatu
negara. Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas yang dicapai oleh para
pemimpin negara-negara di dunia, antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa, dan
terakhir perjanjian WTO, makin mendorong ke arah pernyataan system ekonomi dunia.

Saat ini sedikitnya ada dua persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum
sepenuhnya dapat mendukung ke arah kesatuan ekonomi global, yaitu:

a) Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri,
yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Banyak negara yang
mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di wilayahnya menyusun laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di negara masing-masing.

b) Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar


perilaku etis profesi akuntan.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi


keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tidak terlalu
lama lagi, organisasi IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dank
ode etik internasional yang dikeluarkan oleh IFAC.

2. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS

Enam manfaat dari kode etik profesi,yaitu:

1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer
pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang diakui umum yang
harus dipertimbangkan dalam proses keputusan.

2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah daripada
mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoe.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situational).

4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat
juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers).

5. Kode etik dapat merinci tanggungjawab social perusahaan itu sendiri.

6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak
mengawasinya.

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management Accountants
(IMA). Kode etik AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang berpraktik pada
kantor akuntan publik, sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi para akuntan
yang berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu organisasi perusahaan.

3. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DI LUAR AS

Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa negara, seperti AS, Inggris, Jerman,
Kanada, dan Australia tidak banyak berbeda.

4. SARBANES – OXLEY ACT

Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata


yang dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan public
multinasional yang berkantor pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan
public ternama, sempat menggoncang bursa saham dan perekonomian AS. Akibat
berbagai skandal ini, pemerintah dan lembaga legislative AS segera mengeluarkan
undang-undang yang sangat terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act (SOX).

5. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNASIONAL FEDERATION OF ACCOUNTANTS (IFAC)

Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik seara
lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian ; Bagian A
berisi prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi
akuntan dan juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut;
Bagian B berisi penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan
prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama
bagi mereka yang berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan
lebih lanjut mengenai kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian
A untuk diterapkan pada situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis
(akuntan manajemen).

Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC

Menurut Brooks (2007), ada 4 pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC
sebagai berikut: Memahami Struktur Kode Etik, Memahami Kerangka Dasar Kode
Etik untuk melakukan penilaian yang bijak, Proses Menjamin Independensi Pikiran
(independence in mind) dan Independensi Penampilan (independence in
appearance), Pengamanan untuk mengurangi Risiko Situasi konflik Kepentingan.

Kerangka dasar Kode Etik IFAC dijelaskan sebagai berikut:

1. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban akuntan
adalah untuk melayani kepentingan publik.

2. Harus dipahami bahwa tanggungjawab akuntan tidak secara eklusif hanya melayani
klien (dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani atasan (dari sudut
pandang akuntan bisnis), melainkan melayani kepentingan public dalam arti luas.

3. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan profesionalisme,


kinerja, dan kepentingan publik.

4. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu


kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.

5. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi oleh
prinsip-prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas: integritas, objektivitas,
kompetensi professional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan
standar teknis.

6. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika
akuntan mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran
(independence in mind) maupun independen dalam penampilan (independence in
appearance).

Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain :

1) Prinsip-prinsip Fundamental Etika.

2) Independensi.

3) Ancaman terhadap Independensi.


4) Pengamanan terhadap Ancaman Independensi.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika

Prinsip-prinsip Fundamental Etika terdiri atas:

a) Integritas (integrity). Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan


jujur dalam semua hubungan bisnis dan profesionalnya.

b) Objektivitas (objektivity). Seorang akuntan profesional seharusnya tidak


boleh membiarkan terjadinya bias, konflik kepentingan, atau di bawah
pengaruh orang lain sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan
professional.

c) Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan profesional


mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan
professional secara berkelanjutan pada tingkat kompeten yang didasarkan
atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini.

d) Kerahasiaan (confidentiality). Seorang akuntan professional harus


menghormati kerahasiaan informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari
hubungan professional dan bisnis serta tidak boleh mengungkapkan
informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik,
kecuali terdapat kewajiban hokum atau terdapat hak professional untuk
mengungkapkannya.

e) Perilaku profesional (profesional behavior). Seorang akuntan professional


harus patuh pada hokum dan perundang-undangan yang relevan dan harus
menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Independensi

Sebagaimana telah diketahui, ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu
independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan. Untuk
independensi dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu
independensi dalam pikiran.

a) Dalam pikiran: suatu keadaan pikiran yang memungkinkan


pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mempromosikan penilaian profesional.
b) Dalam penampilan: penghindaran fakta dan kondisi yang sedekimian
signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional -
dengan memiliki pengetahuan.
Ancaman terhadap Independensi

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi


dapat berbentuk:

a) Kepentingan diri (self-interest).

b) Review diri (self-review).

c) Advokasi (advocacy).

d) Kekerabatan (familiarity).

e) Intimidasi (intimidation).

Ancaman Independensi Akuntan Publik

Ancaman kepentingan diri dapat timbul akibat ada kepentingan keuangan,


atau ada kepentingan dari keluarga langsung atau keluarga dekat, atau
kepentingan lain dari akuntan yang bersangkutan. Kepentingan diri adalah
wujud sifat yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga
dibandingkan dengan kepentingan public yang lebih luas.

Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan public, antara


lain, namun tidak terbatas pada:

 Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan


keuangan bersama pada suatu perusahaan klien.

 Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.

 Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.

 Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.

 Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.

 Fee kontijensi sehubungan dengan perikatan penjaminan.

 Ada pinjaman dari/atau kepada klien penjaminan, atau kepada/dari


direktur atau pejabat dari klien (IFAC, 200.4).

Contoh langsung Ancaman Kepentingan Diri untuk akuntan bisnis:


Kepentingan keuangan, pinjaman, dan garansi; Perjanjian kompensasi
insentif; Penggunaan harta perusahaan yang tidak tepat; Tekanan komersial
dari pihak di luar perusahaan.

Pengamanan terhadap ancaman

Ada dua kategori pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu:

a. Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau regulasi.

b. Pengamanan lingkungan kerja.

6. PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC

Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan
manajemen, mengikuti standar kompetensi yang beralku di AS. Namun dengan
kecenderungan terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau
seluruh profesi akuntan di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem
ekonomi global tersebut. Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
kecenderungan timbulmya kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh
keseragaman atau keharmonisan penerapan standar-standar teknis akuntansi,
auditing, dan kode etik profesi akuntan di seluruh dunia.

Menyadari hal tersebut, para pengurus dan anggota IAI telah berkalikali
mengadakan diskusi dan pembicaraan sekitar kesiapan IAI untuk mengadopsi
standar-standar teknis dan kode etik internasional dengan memanfaatkan berbagai
forum, seperti kongres, seminar, lokakarya, pelatihan, dan sejenisnya. Kabar
terakhir, pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan
Indonesia mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh
International Federation of Accountans (IFAC).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA). Kode etik
AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan publik,
sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan
manajemen di suatu organisasi perusahaan.

Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak negara. Beberapa kode
etik yang berlaku di beberapa negara, seperti AS, Inggris, Jerman, Kanada, dan Australia
tidak banyak berbeda.

B. SARAN

Dikarenakan pembahasan di atas hanya menggunakan satu referensi atau sumber maka
untuk itu saran untuk pembaca adalah agar lebih banyak mencari referensi mengenai
pembahasan di atas. Dikarenakan pada pembahasan di atas terdapat keterbatasan dalam
hal referensi. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Icenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai