Anda di halaman 1dari 18

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Kode Etik Profesi Akuntan Internasional

Dosen Pengampu :

Ibu Siti Nur Hadiyati, SE., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:
Dicky Leumardi Pratama 422040001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia ekonomi, perbedaan praktik akuntansi bukanlah menjadi
suatu hal yang aneh. Setiap negara memiliki praktik akuntansi yang
berbeda, sesuai dengan keadaan struktural dan budaya masing-masing
negara tersebut. Perbedaan praktik akuntansi tersebut tentu dapat
mengganggu aktivitas ekonomi perusahaan maupun investor. Apalagi, saat
ini, pasar bebas sudah mulai dijalankan oleh berbagai negara.
Sehingga, diperlukan adanya suatu badan yang dapat mengatur
aktivitas ekonomi, seperti Accounting International Standards Committee
(AISC) dengan membuat suatu aturan atau pedoman praktik akuntansi
demi keberlangsungan aktivitas ekonomi dan setiap negara dapat berperan
aktif di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, timbullah beberapa pertanyaan yaitu:
1. Apa pengertian etika akuntansi internasional?
2. Bagaimana diversitas dalam praktik akuntansi?
3. Bagaimana peranan Accounting International Standards Committee (AISC)
dalam praktik akuntansi internasional?
4. Bagaimana konvergensi dan harmonisasi standar akuntansi?
5. Bagaimana sistem ekonomi berbasis neoliberal dan syariah?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Mengetahui pengertian etika akuntansi internasional.
2. Mengetahui keberagaman praktik akuntansi.
3. Mengetahui peranan Accounting International Standards Committee (AISC)
dalam praktik akuntansi internasional.
4. Mengetahui konvergensi dan harmonisasi standar akuntansi.
5. Mengetahui perbedaan sistem neoliberal dan syariah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etika Akuntansi Internasional


Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethikos, berarti
timbul dari kebiasaan, maksudnya adalah sesuatu dimana dan bagaimana
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma
yang menyangkut bagaimana manusia, sebagai manusia, harus hidup baik,
dan (b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan pada
nilai dan norma-norma moral yang umum diterima.
Sementara itu, Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan
akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara,
perbandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan,
dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Suatu perusahaan
mulai terlibat dalam akuntansi internasional pada saat perusahaan tersebut
melakukan transaksi ekspor atau impor, kontrak manajemen, pemakaian
lisensi, investasi, dll.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa etika akuntansi internasional
adalah sekumpulan aturan mengenai prinsip-prinsip dan nilai kegiatan
transaksi dalam akuntansi yang berlaku di berbagai negara.

2.2 Diversitas dalam Praktik Akuntansi


Sistem akuntansi yang digunakan di seluruh dunia sangat berbeda.
Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, seperti alasan struktural dan
budaya. Pemindaian cepat dari sebuah sistem akuntansi yang digunakan di
negara yang berbeda akan mengungkapkan bahwa sistem akuntansi mereka
berbeda karena alasan struktural, seperti ketersediaan modal dan struktur
kepemilikan dari perusahaan lokal. Selain itu, karakteristik budaya juga
mempengaruhi sifat sistem akuntansi. Hal ini dijelaskan oleh Gray, oleh
faktor budaya, kita bermaksud memahami sejauh mana suatu masyarakat
tertentu mungkin lebih atau kurang konservatif secara alami atau lebih atau
kurang transparan, misalnya (Gray 1988).
Oleh karena itu, keberadaan suatu badan yang berkembang dengan
baik dari penelitian telah menetapkan, mengeksplorasi, dan
mengklasifikasikan sistem akuntansi internasional yang berbeda. Selain itu,
dari penelitian yang sering digunakan untuk mengevaluasi baik kesulitan
maupun prospek harmonisasi ini, ada pelajaran etika penting di sini yang
sering terlewat, pelajaran yang memberikan titik awal untuk memahami
beberapa isu-isu etis yang lebih luas seputar akuntansi internasional.
Sistem akuntansi berbeda di seluruh dunia. Daerah-daerah di mana
mereka berbeda cukup penting untuk memahami kinerja keuangan
perusahaan. Beberapa bidang utama perbedaan dalam sifat penilaian opini
audit, metode dan tingkat konservatisme.
Keanekaragaman dalam praktek akuntansi menyebabkan masalah
besar bagi investor dan perusahaan itu sendiri. Terlepas dari banyak
kekurangan dalam pelaporan keuangan, dan saluran yang berbeda di mana
investor dapat memperoleh informasi tentang perusahaan, penelitian tetap
menunjukkan bahwa rekening yang diaudit tetap menjadi sumber informasi
yang sangat penting bagi investor di berbagai negara (Chang et al 1983.).
Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa karakteristik budaya,
kelembagaan, dan karakteristik ekonomi yang berbeda di negara yang
berbeda juga menghasilkan perbedaan yang signifikan pada banyak rasio
yang dipantau oleh para analis dan investor secara rutin ketika akan menilai
posisi keuangan perusahaan (Choi et al. 1983).
Sementara itu, keragaman akuntansi juga menyebabkan masalah bagi
perusahaan (Choi dan Levich 1991), seperti:
1. Menciptakan masalah operasional pada pasar modal maupun penanaman
modal. Sebagai contoh, seseorang memiliki implikasi besar untuk
menentukan kelayakan kredit perusahaan asing. Jika ia tidak dapat
menentukan apakah sebuah perusahaan asing akan dapat membayar
utang-utangnya, maka ia mungkin tidak akan melakukan ekspor pada
perusahaan tersebut.
2. Perjanjian licensing dan franchising. Perbedaan dalam praktik akuntansi
membuat perusahaan sulit untuk menentukan keandalan dan
kemampuan pemegang lisensi yang potensial dan merumitkan sistem
informasi manajemen yang diperlukan untuk memantau kinerja kontrak.
3. Foreign Direct Investment (FDI). Perbedaan dalam praktik akuntansi
menimbulkan kesulitan dalam menilai posisi keuangan target
pengambilalihan yang potensial dan kesulitan dalam menafsirkan
laporan keuangan pesaing asing.

2.3 Tanggapan Profesi


Dalam menanggapi masalah-masalah yang telah diulas di atas,
International Accounting Standards Committee (AISC) didirikan pada tahun
1973 (sekarang disebut International Accounting Standards Board). Badan yang
bergerak dalam sektor swasta ini, yang berbasis di London, mencoba untuk
memfasilitasi konsultasi internasional tentang perbedaan akuntansi dengan
maksud untuk mempromosikan konvergensi standar nasional. IASC
menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk merumuskan dan
mempublikasikan dalam standar akuntansi kepentingan publik diamati
dalam penyajian laporan keuangan dan untuk mempromosikan seluruh
dunia mengenai penerimaan dan ketaatan mereka serta memfasilitasi
konsultasi internasional perihal perbedaan-perbedaan pada akuntansi
dengan maksud untuk memajukan penyatuan standar internasional.
Dalam rangka mencapai tujuan ini, IASB bertujuan untuk satu set
standar akuntansi yang berkualitas tinggi yang digunakan di seluruh pasar
modal dunia. International Financial Reporting Standards (IFRS) sekarang
membentuk dasar akuntansi di lebih dari seratus negara. Pada tahun 2005,
negara-negara Uni Eropa mulai menggunakan IFRS, dan Asia, penggunaan
IFRS sedang berkembang. Cina baru saja mengadopsi satu set standar baru
berdasarkan SAK, perdana menteri India baru-baru ini menyerukan
penerapan IFRS, dan Korea sedang mempertimbangkan adopsi mereka pada
akhir dekade ini. Canada’s Accounting Standards Board baru-baru ini
mengumumkan akan membuang standar nasional dalam rangka untuk
mengadopsi IFRS. Sebuah proyek konvergensi dengan AS sedang
berlangsung, melihat pergerakan menuju konvergensi dengan standar
akuntansi internasional, dengan kemungkinan bahwa pernyataan IFRS
dapat digunakan di Amerika Serikat pada tahun 2009.
Namun, terlepas dari efeknya mengurangi tekanan pada profesi
akuntansi alternatif untuk swa-regulasi dan pertanyaan mengenai
penyebaran gaya barat pada standar akuntansi internasional hanya
memperluas pasar dari perusahaan-perusahaan barat yang besar, IASC
menyatakan bahwa konvergensi standar akuntansi internasional memiliki
manfaat baik bagi investor maupun perusahaan di beberapa negara.
Karena harmonisasi akuntansi memungkinkan terjadinya
perbandingan yang akan dibuat antara perusahaan, memungkinkan investor
untuk memiliki saham di perusahaan di berbagai negara, sehingga secara
signifikan memperluas jangkauan peluang investasi. Kegiatan ini tentu
dapat mengurangi biaya bagi perusahaan, meningkatkan kolam peluang
investasi modal yang potensial, dan adanya kemudahan yang dapat mereka
eksploitasi. Namun, hal ini diklaim bahwa harmonisasi juga
menguntungkan negara karena menghasilkan serangkaian standar
akuntansi yang diakui secara internasional, karena akan ada persyaratan
untuk lembaga nasional yang menetapkan standar, standar ini akan tersedia
dengan beban minimum.

2.4 Konvergensi dan Harmonisasi Standar Akuntansi


Hampir sebagian besar negara di dunia saat ini menerapkan konsep
standar akuntansi mereka untuk beralih kepada standar akuntansi keuangan
internasional. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan ekonomi dunia yang
tampak dari perdagangan bebas antar negara dan munculnya perusahaan-
perusahaan multinasional sehingga berpengaruh pada kebutuhan akan
harmonisasi atas suatu standar yang berlaku di seluruh dunia.
Harmonisasi menyatakan proses dalam peningkatan kompatibilitas
atau kesesuaian praktik akuntansi terhadap penentuan batasan-batasan
besar praktik-praktik yang beragam. Standar harmonisasi ini terlepas dari
konflik logika dan dapat meningkatkan daya banding informasi keuangan
yang bersumber dari berbagai negara di dunia. Secara singkat, harmonisasi
standar akuntansi dapat diartikan bahwa suatu perusahaan tidak akan
mengikuti secara penuh standar yang ditetapkan oleh internasional, namun
hanya akan menyesuaikan terhadap standar tersebut tanpa adanya
pertentangan peraturan. Akhir-akhir ini, sejumlah perusahaan yang
memperoleh tambahan dana dari luar negaranya dan para investor yang
berusaha untuk melakukan diversifikasi investasi secara internasional
menghadapi beberapa kendala yakni perbedaan nasional dalam hal
akuntansi, pengungkapan, dan audit.
Harmonisasi akuntansi mencakup:
1. Standar akuntansi yang berkaitan dengan pengukuran dan
pengungkapannya;
2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik yang
berhubungan dengan adanya surat berharga dan pencatatan terhadap
bursa efek;
3. Standar audit.
Sedangkan, konvergensi dalam standar akuntansi dan dalam konteks
standar internasional berarti nantinya ditujukan hanya akan ada satu
standar. Satu standar itulah yang kemudian berlaku menggantikan standar
yang tadinya dibuat dan dipakai oleh negara itu sendiri. Sebelum ada
konvergensi standar biasanya terdapat perbedaan antara standar yang
dibuat dan dipakai di negara tersebut dengan standar internasional.
Konvergensi standar akan menghapus perbedaan tersebut perlahan-lahan
dan bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara
standar negara tersebut dengan standar yang berlaku secara internasional.
2.5 Neoliberalisme vs Syariah
2.5.1 Neoliberalisme
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi
neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad
keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari
liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian
neoklasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh
pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada
penciptaan distorsi dan High Cost Economy yang kemudian akan
berujung pada tindakan koruptif. Paham ini memfokuskan pada pasar
bebas dan perdagangan bebas merobohkan hambatan untuk
perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa
mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup
masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui
peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.
Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan pada
kekuasaan pasar, dengan pembenaran mengacu pada kebebasan.
Seperti pada contoh kasus upah pekerja, dalam pemahaman
neoliberalisme, pemerintah tidak berhak ikut campur dalam
penentuan gaji pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja
sepenuhnya ini urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si
pekerja. Pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar
adalah privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-
usaha industri yang dimiliki-dikelola pemerintah.
Tapi privatisasi ini tidak terjadi pada negara-negara kapitalis
besar, justru terjadi pada negara-negara Amerika Selatan dan negara-
negara miskin berkembang lainnya. Privatisasi ini telah mengalahkan
proses panjang nasionalisasi yang menjadi kunci negara berbasis
kesejahteraan. Nasionalisasi yang menghambat aktivitas pengusaha
harus dihapuskan.
Revolusi neoliberalisme ini bermakna bergantinya sebuah
manajemen ekonomi yang berbasiskan persediaan menjadi berbasis
permintaan. Sehingga menurut kaum neoliberal, sebuah
perekonomian dengan inflasi rendah dan pengangguran tinggi, tetap
lebih baik dibanding inflasi tinggi dengan pengangguran rendah.
Tugas pemerintah hanya menciptakan lingkungan sehingga modal
dapat bergerak bebas dengan baik.
Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan
memotong pengeluaran, memotong biaya-biaya publik seperti subsidi,
sehingga fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan publik harus dikurangi.
Akhirnya logika pasarlah yang berjaya diatas kehidupan publik.
Ini menjadi pondasi dasar neoliberalisme, menundukan kehidupan
publik ke dalam logika pasar. Semua pelayanan publik yang
diselenggarakan negara harusnya menggunakan prinsip untung-rugi
bagi penyelenggara bisnis publik tersebut, dalam hal ini untung rugi
ekonomi bagi pemerintah. Pelayanan publik semata, seperti subsidi,
dianggap akan menjadi pemborosan dan inefisiensi. Neoliberalisme
tidak mengistimewakan kualitas kesejahteraan umum.
Tidak ada wilayah kehidupan yang tidak bisa dijadikan
komoditi barang jualan. Semangat neoliberalisme adalah melihat
seluruh kehidupan sebagai sumber laba korporasi. Misalnya dengan
sektor sumber daya air, program liberalisasi sektor sumber daya air
yang implementasinya dikaitkan oleh Bank Dunia dengan
skema watsal atau water resources sector adjustment loan. Air dinilai
sebagai barang ekonomis yang pengelolaannya pun harus dilakukan
sebagaimana layaknya mengelola barang ekonomis. Dimensi sosial
dalam sumber daya public goods direduksi hanya sebatas sebagai
komoditas ekonomi semata. Hak penguasaan atau konsesi atas sumber
daya air ini dapat dipindah tangankan dari pemilik satu ke pemilik
lainnya, dari satu korporasi ke korporasi lainnya, melalui mekanisme
transaksi jual beli. Selanjutnya, sistem pengaturan beserta hak
pengaturan penguasaan sumber air ini lambat laun akan dialihkan ke
suatu badan berbentuk korporasi bisnis atau konsursium korporasi
bisnis yang dimiliki oleh pemerintah atau perusahaan swasta nasional
atau perusahaan swasta atau bahkan perusahaan
multinasional dan perusahaan transnasional.
Satu kelebihan neoliberalisme adalah menawarkan pemikiran
politik yang sederhana, menawarkan penyederhanaan politik sehingga
pada titik tertentu politik tidak lagi mempunyai makna selain apa
yang ditentukan oleh pasar dan pengusaha. Dalam pemikiran
neoliberalisme, politik adalah keputusan-keputusan yang menawarkan
nilai-nilai, sedangkan secara bersamaan neoliberalisme menganggap
hanya satu cara rasional untuk mengukur nilai, yaitu pasar. Semua
pemikiran diluar rel pasar dianggap salah.
Kapitalisme neoliberal menganggap wilayah politik adalah
tempat dimana pasar berkuasa, ditambah dengan konsep
globalisasi dengan perdagangan bebas sebagai cara untuk perluasan
pasar melalui WTO, akhirnya kerap dianggap
sebagai neoimperialisme.
Munculnya Neoliberalisme:
1. Munculnya neoliberalisme yang meninggalkan petaka dan
ratapan bagi dunia tidak bias dipisahkan dari munculnya Multi
Nasional Corporation (MNC).
2. Selain MNC, organisasi-organisasi internasional yang memantau
dan mengontrol pasar bebas merupakan faktor lain yang juga
turut mengondisikan munculnya neoliberalisme. Kehadiran
organisasi-organisasi tersebut hanya untuk menjamin bahwa
negara-negara di seantero dunia mematuhi atau mentaati prinsip-
prinsip pasar bebas.
3. Selain kedua faktor diatas, revolusi di bidang teknologi informasi
dan transportasi merupakan hal lain yang juga sangat berperan
bagi munculnya neoliberalisme di seantero dunia. Kemajuan
teknologi informasi dan transportasi telah mengubah sistem
perhitungan untung dan rugi dari bulanan menjadi harian bahkan
keuntungan per jam.
Dampak neoliberalisme:
1. Semua layanan publik menjadi mahal (tingginya ongkos
kesehatan dan pendidikan);
2. Membesarnya kekayaan berbagai sektor usaha global;
3. Kesenjangan yang makin melebar (kaya-miskin), dimana pekerja
tidak mendapat perlindungan dari negara;
4. Konflik meluas bukan hanya pada kaya-miskin melainkan antar
kelompok miskin;
5. Munculnya gagasan Corporate Sosial Responsibility (CSR).
Perlawanan terhadap isu neoliberalisme:
1. Melakukan pendidikan kritis dan kampanye tentang ekonomi
pasar dan peta kekuatan modal,
2. Mendorong lahirnya organisasi sosial yang berbasis sosial plural,
3. Menuntut kembalinya fungsi negara sebagai penyedia layanan
publik yang murah sekaligus bermutu,
4. Membuat media pencerahan sebagai lawan dari wacana dominan
neoliberal,
5. Mendorong aksi-aksi massa yang memanfaatkan sentimen
keadilan dan ekonomi rakyat,
6. Memanfaatkan kekuatan sosial untuk mendorong tuntutan
progresif, dan
7. Menciptakan basis logistik yang mandiri.

2.5.2 Teori Akuntansi Syariah


Islam telah memiliki prinsip-prinsip etika dan perilaku secara
abadi, dan dengan demikian pendekatan yang tak mengindahkan
prinsip-prinsip tersebut tak akan bisa mewujudkan suatu
masyarakat Islam. Poin pertama tersebut khususnya benar jika dilihat
bukti bahwa sekularitas dipisahkan dari hal-hal keimanan dalam
kehidupan barat, yang dampaknya juga kembali mengenai lingkungan
Islam. Prinsip dan kebiasaan-kebiasaan akunting konvesional yang
berasal dari pendekatan empiris-deduktif tampak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam (Gambling & Karim, 1991;
Khan, 1994a; Adnan & Gaffikin, 1998). Meski begitu, dengan
kecenderungan tetap dipraktekkan dan dapat diterima secara umum
sekarang, mengakibatkan adanya salah analis sehingga konsep
akuntansi konvensional dipandang cocok untuk Islam. Halsama dapat
terjadi jika teori akuntansi Islam dikembangkan melalui
pendekatan empiris-deduktif.
Dari perspektif Islam, salah satu penggunaan yang mungkin
untuk pendekatan positif ialah dalam menentukan konsesus
dan kesepakatan atas berbagai tafsir prinsip-prinsip syariah. Dalam
Islam, di mana prinsip tak dinyatakan secara eksplisit dalam Al-
Qur’an dan Sunnah dan lebih didasarkan pada penafsiran,
berbagai aturan untuk suatu isu bisa sampai ke tujuannya secara
bersamaan. Oleh karenanya, Muslim biasanya akan mengambil opini
mayoritas orang yang berpengetahuan untuk itu (Jumhur) sebagai
yang paling otentik. Dengan begitu, riset positif yang bertujuan
menemukan persepsi kaum ulama, sarjana dan mereka yang berilmu
lainnya (termasuk para akuntan) akan sangat berguna dalam
membentuk opini mayoritas untuk suatu isu.
Dalam pendekatan deduktif, prinsip-prinsip teoritis akuntansi
secara logis diperoleh lewat deduksi berbagai asumsi dari
aksioma atau prinsip-prinsip awalnya (Whittington, 1986). Pendekatan
“true income” dalam teori akunting merupakan bentuk paling awal
pendekatan deduktif. Pendekatan ini berusaha menyelaraskan antara
laba akuntansi dengan laba ekonomi yang menjadi pegangan
para ekonom, dan dengan begitu sangat bergantung pada teori
ekonomi.
Namun, Gambling dan Karim (1991) berargumentasi bahwa
konsep income ekonomi tak bisa diterima dalam perspektif Islam
karena hal-hal yang tak bisa diterima itu begitu fundamental bagi
teori deduktif barat. Misalnya, model tingkat ekonomi pengembalian
modal (economic rate of return on capital) yang membentuk basis bagi
kalkulasi pendapatan di muka dengan asumsi bahwa uang punya nilai
waktu, yang dinyatakan Gambling dan Karim sebagai hal yang tak ada
dalam Islam. Atas dasar ini, bagian dari teori akunting deduktif
yang berlandasan teori ekonomi konvensional tampak bukan sebagai
model yang cocok untuk menciptakan teori akuntansi Islam. Gambling
dan Karim (1991) menyarankan pendekatan normatif deduktif dalam
penetapan standar-standar akunting karena muslim harus mematuhi
syariah baik dalam aspek sosial maupun kehidupan ekonomi mereka.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ulasan Fakta


Fakta ini diambil dari sebuah skripsi yang bertujuan untuk
mengetahui secara real bagaimana praktik penyajian laporan keuangan
sesuai IFRS pada PT. Garuda Airlines Indonesia (GA). PT. Garuda Airlines
Indonesia (GA) adalah sebuah BUMN yang beroperasi di bidang jasa
penerbangan dan merupakan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
Alasan pemilihan PT. Garuda Airlines Indonesia sebagai setting
penelitian adalah karena GA telah mengaplikasikan IFRS pada laporan
keuangannya. Selain itu, GA merupakan perusahaan penerbangan nasional
yang berstandar internasional dan sangat berpengaruh di Indonesia
mengingat service yang memuaskan dan pemberian rasa aman selama
terbang, sehingga keeksistensian GA tidak diragukan lagi. Alasan terakhir
adalah karena GA merupakan perusahaan yang dianggap matang dan
dijadikan percontohan oleh perusahaan penerbangan lain dalam mengelola
keuangan dan laporan keuangan yang berstandar Internasional yang dapat
dijadikan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan ini.
Kenyataan bahwa GA bukan merupakan perusahaan publik, alasan
GA melakukan adopsi IFRS pada laporan keuangan perlu dipertanyakan.
Apakah paksaan dari pemerintah atau keinginan GA sendiri. Dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh penyusun skripsi dengan beberapa orang
di bagian keuangan baik di GA Semarang maupun GA Jakarta, diperoleh
jawaban bahwa adopsi IFRS pada GA merupakan keinginan GA sendiri. Jadi
pengadopsian IFRS pada GA merupakan inisiatif dari perusahaan dan
bukan merupakan paksaan dari pemerintah. Dengan adanya keputusan
pemerintah tentang kewajiban melakukan adopsi IFRS, pihak GA merasa
terbantu sehingga nantinya adopsi IFRS di Indonesia tidak terlalu sulit
karena pemerintah Indonesia sendiri mendukung tindakan tersebut. pihak
GA merasa perlu menjadikan IFRS sebagai pedoman dalam membuat
laporan keuangan karena pada IFRS terdapat chapter yang mengatur tentang
perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan. Dengan adanya chapter
tersebut, GA merasa lebih mudah dalam membuat laporan keuangan karena
ada pedoman yang jelas. GA mengadopsi IFRS bukan karena paksaan
pemerintah maupun aturan yang berlaku tetapi karena GA merasa bahwa
adopsi IFRS merupakan sebuah kebutuhan sehingga dengan inisiatif pribadi
dari manajemen perusahaan, GA mengadopsi IFRS pada laporan
keuangannya.
Sedangkan hambatan yang dihadapi GA dalam melakukan adopsi
IFRS adalah kesiapan SDM, kesiapan sistem akuntansi, dan hambatan dalam
pembiayaan. Untuk mengatasi hal tersebut, GA mempunyai solusi dengan
mempersiapkan SDM dengan IFRS capability, melakukan pengembangan
software akuntansi, dan mempersiapkan biaya tambahan untuk proses
adopsi.

3.2 Analisis Fakta


Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa PT. Garuda Airlines
Indonesia (GA) memiliki inisiatif dalam mengubah sistem akuntansi
berstandar internasional atau lebih dikenal dengan IFRS. Hal ini
dikarenakan pangsa pasar GA sudah merambah pada dunia internasional,
sehingga mereka pun memiliki tanggung jawab dalam pelaporan keuangan
dengan standar internasional pula. Dengan demikian, laporan keuangan dan
kinerja GA dapat diakui secara internasional.
Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS – Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), Dudi M. Kurniawan, manfaat lain mengadopsi IFRS adalah:
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK);
2. Mengurangi biaya SAK;
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan;
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan;
5. Meningkatkan transparansi keuangan;
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan
dana melalui pasar modal;
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Praktik akuntansi pada setiap negara berbeda-beda sesuai dengan
keadaan struktural dan budaya negara tersebut. Perbedaan tersebut
mengakibatkan adanya ketidaksesuaian antara pemilik dan pengguna
laporan keuangan dalam hal informasi keuangan, sehingga penerapan
standar akuntansi secara umum sangat dibutuhkan.
IFRS menjadi salah satu alternatif dalam menyelesaikan perbedaan
tersebut. IFRS dianggap mampu menyajikan laporan keuangan secara jelas,
lengkap, dan transparan. IFRS dijadikan tolak ukur dalam penyusunan
laporan keuangan dan dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan
secara internasional dikarenakan IFRS telah dijadikan suatu standar
akuntansi yang diakui secara internasional.

4.2 Saran
1. Accounting International Standards Committee (AISC) dapat memonitor
pelaksanaan standar akuntansi di internasional dengan baik;
2. Accounting International Standards Committee (AISC) secara aktif
mensosialisasikan standar-standar akuntansi yang berlaku di
internasional agar menarik negara-negara yang belum menggunakan
IFRS untuk segera menggunakannya;
3. Pemerintah dapat berperan aktif dalam usaha mengendalikan aktivitas
ekonomi dalam rangka tercapainya kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Ahra, Kim. (2011). Rangkuman Accounting and Business Ethics; Ken Mc. Phail dan
Diane Walter-5 [Online]. Tersedia:
http://theearthdew.wordpress.com/2011/06/08/rangkuman-
accounting-and-business-ethics-ken-mcphail-dan-diane-walters-5-2/ [10
Desember 2012]

Hilda, Riris. (2012). Kasus IFRS [Online]. Tersedia:


http://ririzblushon.blogspot.com/2012/04/kasus-ifrs.html [8 Desember
2012]

Ken Mc. Phail and Diane Walters.2009.Accounting and Business Ethics.Routledge


Publishing.

Nisa, Faqi. (2011). Akuntansi Internasional [Online]. Tersedia:


http://faqiniez.wordpress.com/2011/02/28/akuntansi-internasional/ [7
Desember 2012]

Romauli, Feronica. (2011). Contoh Kasus: Penerapan IFRS di Indonesia [Online].


Tersedia: http://romauliferonica.blogspot.com/2011/03/contoh-kasus-
penerapan-ifrs-di.html [8 Desember 2012]

Anda mungkin juga menyukai