Anda di halaman 1dari 4

Nama : Brintan Samudranis

Kelas : 4K – AKM
Absen : 03
TUGAS ETIKA BISNIS RESUME PERTEMUAN KE – 5
“Perilaku Etis dan Profesi Akuntansi Internasional”

Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2006:58) perilaku etis adalah perilaku
yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan
tindakan -tindakan yang benar dan baik. Perilaku etis adalah perilaku yang beretika dalam
organisasi untuk pelaksanakan tindakan secara adil sesuai hukum konstitusional dan
peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan. Perilaku etis ini dapat menentukan kualitas
individu (karyawan) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang
kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam bentuk perilaku. Perilaku etis merupakan hal
terpenting yang harus dimiliki setiap individu dalam berprofesi termasuk akuntansi.
Etika dalam akuntansi merupakan aplikasi dari etika dan moralitas ke dalam praktik-
praktik akuntansi (Mele, 2005). Pengetahuan akan etika seyogyanya menghassilkan
seseorang lebih sensitif terhadap masalah etis dan memiliki komitmen terhadap etika. Dalam
perumusan etika akuntan di dunia Internasional, salah satu ,asalah yang ada yaitu budaya
mempengaruhi apa yang dianggap etis dalam suatu masyarakat, sementara terdapat berbagai
macam budaya di seluruh dunia. Berbagai asosiasi profesi akuntan si seluruh dunia mencoba
merumuskan sebuah standar etika yang dapat digunakan secara global. IFAC sebagai asosiasi
profesi akuntan internasional, melalui salah satu badannya yaitu International Accounting
Education Standards Board (IAESB), menerbitkan kode etik akuntan yang bernama “Code of
Ethics for Professional Accountans”. Kode etik ini pertama kali diperkenalkan pada tahun
2008 sebagai bagian dalam Handbook of International Standards on Auditing, Assurance, and
Ethics Pronouncements, kemudian kode etik ini mengalami revisi pada tahun 2009 dan
terakhir pada tahun 2010.
Code of Ethics for Professional Accountants terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Prinsip Dasar
2. Penerapan Prinsip Dasar dalam public practice
3. Penerapan Prinsip Dasar dalam bisnis
Prinsip dasar dalam Code of Ethics for Professional Accountants adalah sebagai berikut:
1. Integrity : Prinsip Integrity mewajibkan semua kauntan profesional untuk jujur dalam
segala hubungan bisnis dan profesional
2. Objectivity : Prinsip Objectivity mewajibkan semua akuntan profesional untuk menjaga
profesionalitas mereka dengan menghindari konflik kepentingan dan bias.
3. Professional Competence and Due Care : Prinsip Professional Competence and Due
Care mewajibkan semua akuntan profesional untuk:
1. Menjaga kompetensi pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja menerima jasa profesional yang kompeten.
2. Bertindak sesuai dengan standar teknis dan profesional dalam memberi jasa
4. Confidentiality
Prinsip Confidentiality mewajibkan semua akuntan profesional untuk tidak:
1. Mengungkapkan kepada pihak luar, informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh
dalam proses pemberian jasanya, kecuali terdapat hak atau kewajiban hukum atau
profesional untuk mengungkapkannya.
2. Menggunakan informasi rahasia tersebut untuk kepentingan pribadi atau keuntungan
pihak ketiga.
5. Professional Behavior
Prinsip Professional Behavior mewajibkan semua akuntan profesional untuk taat terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku dan menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi akuntan.
Faktor yang mempengaruhi Perilaku Etis :
Menurut Dougall dalam Zulfahmi (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang meliputi:
1) Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu.
2) Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia sehingga dapat
mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan karakteristik
kelompok atau organisasi di mana ia ikut di dalamnya.
3) Faktor stimulasi yang mendorong dan meneguhkan perilaku seseorang.
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi Perilaku etis, yaitu Physical (kualitas
air dan udara, keamanan), Moral (Kebutuhan akan kejujuran dan keadilan, Bad Judgment
(Kesalahan operasi, kompensasi eksekutif), Activist Shareholders (Shareholders etis,
konsumen dan environmentalist), Economic (Kelemahan, tekanan untuk bertahan),
Competition (Tekanan global), Financial Malfeasance (Berbagai skandal akuntansi dan
keuangan), Governance Failures (Pengakuan terhadap arti penting good governance dan isu-
isu etika), Accountability (Kebutuhan akan transparansi), Synergy (Publikasi, perubahan-
perubahan yang berhasil), Institutional Reinforcement ( Hukum/UU baru utk mereformasi
praktik bisnis dan profesi).
Akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, perbandingan
prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan, dan harmonisasi standar akuntansi
di seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat dalam akuntansi internasional pada saat
perusahaan tersebut melakukan transaksi ekspor atau impor, kontrak manajemen, pemakaian
lisensi, investasi, dll. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa etika akuntansi internasional adalah
sekumpulan aturan mengenai prinsip-prinsip dan nilai kegiatan transaksi dalam akuntansi
yang berlaku di berbagai negara. Sistem akuntansi berbeda di seluruh dunia. Daerah-daerah
di mana
mereka berbeda cukup penting untuk memahami kinerja keuangan perusahaan. Beberapa
bidang utama perbedaan dalam sifat penilaian opini audit, metode dan tingkat konservatisme.
International Accounting Standards Committee (AISC) didirikan pada tahun 1973
(sekarang disebut International Accounting Standards Board). Badan yang bergerak dalam
sektor swasta ini, yang berbasis di London, mencoba untuk memfasilitasi konsultasi
internasional tentang perbedaan akuntansi dengan maksud untuk mempromosikan
konvergensi standar nasional. IASC menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk
merumuskan dan mempublikasikan dalam standar akuntansi kepentingan publik diamati
dalam penyajian laporan keuangan dan untuk mempromosikan seluruh dunia mengenai
penerimaan dan ketaatan mereka serta memfasilitasi konsultasi internasional perihal
perbedaan-perbedaan pada akuntansi dengan maksud untuk memajukan penyatuan standar
internasional.
Diversitas dalam Praktik Akuntansi
Sistem akuntansi yang digunakan di seluruh dunia sangat berbeda. Hal ini disebabkan
oleh beberapa alasan, seperti alasan struktural dan budaya. Pemindaian cepat dari sebuah
sistem akuntansi yang digunakan di negara yang berbeda akan mengungkapkan bahwa sistem
akuntansi mereka berbeda karena alasan struktural, seperti ketersediaan modal dan struktur
kepemilikan dari perusahaan lokal. Selain itu, karakteristik budaya juga mempengaruhi sifat
sistem akuntansi. Hal ini dijelaskan oleh Gray, oleh faktor budaya, kita bermaksud
memahami sejauh mana suatu masyarakat tertentu mungkin lebih atau kurang konservatif
secara alami atau lebih atau kurang transparan, misalnya (Gray 1988). Oleh karena itu,
keberadaan suatu badan yang berkembang dengan baik dari penelitian telah menetapkan,
mengeksplorasi, dan mengklasifikasikan sistem akuntansi internasional yang berbeda. Selain
itu, dari penelitian yang sering digunakan untuk mengevaluasi baik kesulitan maupun prospek
harmonisasi ini, ada pelajaran etika penting di sini yang sering terlewat, pelajaran yang
memberikan titik awal untuk memahami beberapa isu-isu etis yang lebih luas seputar
akuntansi internasional.
Sistem akuntansi berbeda di seluruh dunia. Daerah-daerah di mana mereka berbeda
cukup penting untuk memahami kinerja keuangan perusahaan. Beberapa bidang utama
perbedaan dalam sifat penilaian opini audit, metode dan tingkat konservatisme.
Keanekaragaman dalam praktek akuntansi menyebabkan masalah besar bagi investor dan
perusahaan itu sendiri. Terlepas dari banyak kekurangan dalam pelaporan keuangan, dan
saluran yang berbeda di mana investor dapat memperoleh informasi tentang perusahaan,
penelitian tetap menunjukkan bahwa rekening yang diaudit tetap menjadi sumber informasi
yang sangat penting bagi investor di berbagai negara (Chang et al 1983.). Namun, penelitian
juga menunjukkan bahwa karakteristik budaya, kelembagaan, dan karakteristik ekonomi yang
berbeda di negara yang berbeda juga menghasilkan perbedaan yang signifikan pada banyak
rasio yang dipantau oleh para analis dan investor secara rutin ketika akan menilai posisi
keuangan perusahaan (Choi et al. 1983).
Sementara itu, keragaman akuntansi juga menyebabkan masalah bagi perusahaan
(Choi dan Levich 1991), seperti:
1. Sebagai contoh, seseorang memiliki implikasi besar untuk menentukan kelayakan
kredit perusahaan asing. Jika ia tidak dapat menentukan apakah sebuah perusahaan
asing akan dapat membayar utang- utangnya, maka ia mungkin tidak akan melakukan
ekspor pada perusahaan tersebut.
2. Perjanjian licensing dan franchising. Perbedaan dalam praktik akuntansi membuat
perusahaan sulit untuk menentukan keandalan dan kemampuan pemegang lisensi
yang potensial dan merumitkan sistem informasi manajemen yang diperlukan untuk
memantau kinerja kontrak.
3. Foreign Direct Investment (FDI). Perbedaan dalam praktik akuntansi menimbulkan
kesulitan dalam menilai posisi keuangan target pengambilalihan yang potensial dan
kesulitan dalam menafsirkan laporan keuangan pesaing asing.

Anda mungkin juga menyukai