Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI

MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

LANJUTAN STRATEGI DAN NILAI PERUSAHAAN

ISMAYANTI
02420222030

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA (UMI)
KOTA MAKASSAR
2023
ETIKA DAN TATA KELOLA
1. Pengertian Etika
Ethics atau etika memiliki beragam definisi. Wiley (1995) menyebutkan
bahwa etika terkait dengan moral, kewajiban, tanggung jawab, dan keadilan sosial.
Kata etika itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu “ethikos” dan
“ethos”, yang bermakna adat/kebiasaan atau sesuatu yang lazim digunakan/dilakukan
(Wiley, 1995). Sementara itu Christensen (1995) menggunakan definisi etika versi
Will Durant, yaitu studi tentang perilaku yang ideal. Les Montja (2016) menyebutkan
etika atau filosofi moral adalah sebuah prinsip filosofis kolektif yang mencakup
konsep definisi, argumen, serta rekomendasi tentang perilaku yang dianggap baik dan
buruk. Selain definisi yang beragam, isu terkait etika juga tidak selalu jelas dan
mudah untuk dipahami. Oleh sebab itu lahirlah beberapa teori etika yang menjelaskan
apakah suatu perilaku atau keputusan telah dilakukan secara etis atau tidak.
2. Etika Dalam Pelaporan Korporat
Kode etik untuk Akuntan Profesional diterapkan pada seluruh aktivitas Akuntan
Profesional. Salah satu aktivitas utama Akuntan Profesional adalah terkait dengan
pelaporan korporat, baik Akuntan Profesional di Praktik Publik (Kantor Akuntan),
maupun Akuntan Profesional di Bisnis (Perusahaan). Oleh sebab itu terdapat etika
Akuntan Profesional dalam pelaporan korporat yang harus ditaati. Kode Etik ini
terdiri atas empat bagian. Bagian 1 menetapkan kepatuhan terhadap kode etik.
Akuntan harus mematuhi Kode Etik. Prinsip perilaku profesional mensyaratkan
Akuntan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian 1 juga
menetapkan prinsip dasar etika profesional bagi Akuntan Profesional, dst sampai
dengan item c selesai (konseptual ini). Prinsip dasar etika profesional bagi Akuntan
Profesional dan memberikan kerangka konseptual yang akan diterapkan Akuntan
Profesional dalam:
a) Mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika;
b) Mengevaluasi signifikansi ancaman tersebut; dan
c) Menerapkan perlindungan yang tepat untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman tersebut sampai ke tingkat yang dapat diterima.

Akuntan Profesional mematuhi prinsip dasar etika berikut ini:


a) Integritas, yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional
dan bisnis.
b) Objektivitas, yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat
mengesampingkan pertimbangan profesional atau bisnis.
c) Kompetensi dan kehati-hatian profesional, yaitu menjaga pengetahuan dan
keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa
klien atau pemberi kerja akan menerima jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, peraturan, dan teknik mutakhir, serta
bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan teknik dan standar
profesional yang berlaku.
d) Kerahasiaan, yaitu menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
hasil hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa ada kewenangan yang jelas
dan memadai, kecuali terdapat suatu hak atau kewajiban hukum atau
profesional untuk mengungkapkannya, serta tidak menggunakan informasi
tersebut untuk keuntungan pribadi Akuntan Profesional atau pihak ketiga.
e) Perilaku Profesional, yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
dan menghindari perilaku apa pun yang mengurangi kepercayaan kepada
profesi Akuntan Profesional.

Laporan korporat adalah salah satu hasil pekerjaan Akuntan Profesional yang
Bekerja di Bisnis. Laporan korporat tersebut dijadikan acuan oleh berbagai pemangku
kepentingan, seperti investor, kreditur, pemilik, pemerintah, dan pemangku kepentingan
lainnya. Laporan korporat dapat menyajikan informasi keuangan atau informasi
manajemen, seperti laporan keuangan, diskusi dan analisis manajemen, laporan
keberlanjutan, laporan tata kelola, proyeksi, dan lainnya.
3. Pengertian Tata Kelola

Terdapat beragam definisi dari tata kelola perusahaan atau Corporate Governance
(CG). Definisi awal CG disebutkan dalam laporan yang dihasilkan oleh Committee on
the Financial Aspects of Corporate Governance yang diketuai oleh Adrian Cadbury
(sehingga disebut juga Cadbury Committee). Pada laporan tahun 1992 tersebut, CG
didefinisikan sebagai sistem yang mengarahkan dan mengelola perusahaan. Definisi
yang hampir sama disampaikan International Finance Corporation (IFC), yaitu CG
sebagai struktur dan proses untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (IFC,
2010). Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memberikan
definisi yang lebih detil. Menurut OECD, CG melibatkan serangkaian hubungan antara
manajemen, dewan, pemegang saham, dan pemangku kepenting lain perusahaan (OECD,
2015). CG juga menyediakan struktur di mana tujuan perusahaan ditetapkan, dan sarana
untuk mencapai tujuan tersebut dan memantau kinerja ditentukan (OECD, 2015). Di
Indonesia, salah satu definisi CG tertuang di Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). CG didefinisikan sebagai suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.

Dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang


Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance atau GCG)
pada Badan Usaha Milik Negara, GCG didefinisikan yaitu sebagai prinsip-prinsip yang
mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan etika berusaha. Terdapat juga definisi yang disampaikan oleh
beberapa peneliti, Shleifer dan Vishny (1997) yang mendefinisikan CG sebagai
mekanisme yang digunakan oleh pemberi modal perusahaan untuk memastikan mereka
memperoleh imbal hasil dari investasi yang telah dilakukannya. Selain itu, masih banyak
definisi-definisi CG atau GCG lainnya yang disampaikan oleh organisasi seperti oleh
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Forum for Corporate Governance
in Indonesia (FGCI), dan lainnya. Berdasarkan berbagai definisi CG di atas, dapat
disimpulkan bahwa CG terkait dengan beberapa aspek berikut:

1. CG merupakan sistem (struktur dan proses/mekanisme) pengelolaan


(mengarahkan dan mengendalikan) perusahaan;
2. Struktur dan proses tersebut melibatkan manajemen (eksekutif), dewan
pengawas, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya;
3. Struktur dan proses tersebut berupaya mewujudkan keseimbangan
kewenangan antar organ; dan
4. Struktur dan proses tersebut tunduk terhadap peraturan perundang-undangan
dan etika ber usaha; serta pada akhirnya.
5. Tujuan dari CG adalah mewujudkan nilai bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan lainnya.

4. Prinsip Tata Kelola


Untuk melaksanakan tata kelola perusahaan dengan baik, terdapat prinsip-prinsip
dasar yang perlu dipatuhi. Salah satu prinsip dasar tata kelola perusahaan yang banyak
menjadi acuan berbagai negara dan perusahaan, termasuk di Indonesia, adalah prinsip-
prinsip tata kelola yang disusun oleh OECD. Pada tahun 2015, OECD menerbitkan
G20/OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip-prinsip tata kelola OECD
pertama kali disusun pada tahun 1999 dan dimutakhirkan terakhir kalinya pada tahun
2004 (sebelum diterbitkan versi 2015). Dalam G20/OECD Principles of Corporate
Governance terdapat enam prinsip tata kelola perusahaan yang baik, yaitu:
(1) Ensuring the basis for an effective corporate governance framework;
(2) The rights and equitable treatment of shareholders and key ownership
functions;
(3) Institutional investors, stock markets, and other intermediaries;
(4) The role of stakeholders in corporate governance;
(5) Disclosure and transparancy; dan
(6) The responsibility of the board.
RISIKO

1. Pengertian Resiko

Risiko keuangan adalah risiko yang dampak kerugiannya dapat dinilai atau
diukur dengan uang. Berdasarkan jangka waktu, risiko keuangan dapat terbagi
menjadi risiko jangka pendek dan risiko jangka panjang. Risiko jangka pendek alias
kebutuhan-kebutuhan yang muncul secara tidak terduga dalam jangka pendek.
Contohnya adalah sakit atau kehilangan maupun kerusakan aset produktif, seperti
motor mogok/hilang. Hal tersebut menyebabkan kita tidak bisa bekerja seperti sedia
kala dalam waktu sementara atau membutuhkan biaya tambahan seperti biaya untuk
berobat atau memperbaiki sesuatu yang rusak. Untuk mengantisipasi risiko tersebut
Sobat Sikapi dapat membeli asuransi kesehatan maupun asuransi kendaraan.
Selanjutnya adalah risiko jangka panjang yaitu keadaan tak terduga yang
menyebabkan kerugian finansial dalam jangka panjang. Contoh risiko keuangan
jangka panjang adalah kematian. Bagi seorang tulang punggung keluarga, kematian
menyebabkan hilangnya sumber pemasukan utama dalam keluarga. Nah Sobat Sikapi
dapat membeli asuransi jiwa untuk mengelola risiko ini. Selain berdasarkan jangka
waktu, risiko keuangan juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Risiko murni dan spekulatif

Risiko murni adalah suatu risiko yang apabila terjadi akan menimbulkan
kerugian secara murni, contohnya jika kendaraan mogok atau rusak sehingga
tidak dapat digunakan untuk bekerja. Sementara risiko spekulatif adalah suatu
risiko yang berpotensi menimbulkan kerugian akibat kemungkinan terjadinya
keuntungan yang sangat kecil. Contohnya adalah seseorang yang berinvestasi
hanya sekedar mengikuti trend tanpa mengetahui karakteristik dan risiko produk
investasi yang dipilih.

b. Risiko khusus dan fundamental

Risiko khusus adalah suatu risiko yang terjadi hanya bersifat pribadi dan
dampaknya dirasakan secara lokal saja, contohnya adalah kebakaran pada rumah
hanya dirasakan oleh orang yang memiliki rumah dan lingkungan di sekitar
rumah yang terbakar tersebut. Sedangkan risiko fundamental adalah suatu risiko
yang apabila terjadi dampak kerugiannya bisa sangat luas atau bersifat
katastropik, contohnya adalah bencana alam yang melanda suatu wilayah. Dalam
kedua contoh tersebut salah satu instrumen yang dapat Sobat Sikapi gunakan
untuk mengelola risiko tersebut adalah memiliki asuransi properti.

c. Risiko statis dan dinamis

Risiko statis merupakan risiko yang tidak dipengaruhi oleh keadaan ekonomi,
seperti kemungkinan kehilangan harta benda karena kebakaran, dan pencurian.
Sebaliknya risiko dinamis adalah segala bentuk risiko kerugian akibat perubahan
dalam ekonomi, seperti fluktuasi pada nilai mata uang, nilai saham, maupun
inflasi. Berbeda dengan risiko lainnya yang dapat diasuransikan, risiko dinamis
merupakan jenis risiko yang tidak dapat diasuransikan. Hal yang dapat dilakukan
untuk mengantisipasi risiko dinamis adalah dengan melakukan diversifikasi aset
dan instrumen investasi, misalnya dengan mengombinasikan aset dalam bentuk
properti, emas, saham, obligasi, dan reksa dana. Setelah kita mengetahui jenis-
jenis risiko keuangan tersebut kita jadi lebih paham hal apa saja yang harus
diantisipasi untuk meminimalisir kerugian dari suatu risiko.

Perusahaan telah mengerahkan usaha yang besar akhir-akhir ini dalam


merancang strategi untuk menilai dan mengelola risiko yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan bisnisnya.
Berikut ini adalah lima langkah proses manajemen risiko di perusahaan.
1. Mengidentifikasi dan memahami risiko-risiko utama perusahaan.
Tidaklah mungkin mengelola risiko yang sebelumnya tidak diidentifikasi dan
dipahami. Langkah pertama dalam program manajemen risiko adalah untuk
mengembangkan pemahaman yang lengkap atas tipe risiko yang dihadapi
perusahaan. Sumber utama risiko adalah sebagai berikut:
a. Risiko permintaan
Fluktuasi permintaan atas produk dan jasa karena faktor persaingan dan dampak
keadaan ekonomi di suatu Negara.
b. Risiko komoditas
Fluktuasi harga komoditas yang penting untuk perusahaan dapat mengurangi arus
kas
perusahaan. Misalnya, kenaikan harga minyak yang terjadi di tahun 2007 – 2008
menyebabkan kerugian pada perusahaan penerbangan karena meningkatnya biaya
bahan bakar.
c. Risiko politik atau Negara
Tempat perusahaan beroperasi dapat menciptakan masalah karena adanya
ketidakstabilan politik atau intervensi pemerintah terhadap kegiatan bisnis
perusahaan.
d. Risiko operasional
Biaya operasi aktual yang jauh lebih tinggi daripada yang dianggarkan adalah
sumber volatilitas dari arus kas perusahaan.
e. Risiko nilai tukar
Perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan dapat mengakibatkan penurunan
arus kas perusahaan yang dramatis. Hanya risiko operasional yang merupakan
risiko yang berasal dari kondisi internal perusahaan sedangkan keempat risiko
yang lain adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan. Manajemen risiko lebih
terfokus kepada risiko yang berasal dari luar perusahaan.
2. Menentukan tipe risiko yang akan diterima dan ditransfer
Menentukan risiko apa saja yang dipertahankan dan risiko apa saja yang akan
dimitigasi dengan memindahkannya kepada pihak di luar perusahaan adalah hal
utama dalam manajemen risiko.
3. Memutuskan seberapa besar risiko yang harus ditanggung. Dalam langkah ketiga
ini, manajemen dihadapkan dengan pertanyaan skenario manajemen risiko
yang lebih disukai. Tidak ada formula seperti layaknya rumus NPV untuk
memutuskan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan.
4. Memasukkan risiko dalam seluruh proses pengambilan keputusan perusahaan.
Setelah perusahaan memutuskan risiko-risiko yang akan dipertahankan dan yang
akan dipindahkan ke pihak eksternal, maka perusahaan kemudian menerapkan
sebuah sistem untuk mengendalikan risk exposure yang dihadapi perusahaan. Hal ini
berarti setiap keputusan investasi, operasi, dan pendanaan yang penting untuk per
usahaan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap risiko keseluruhan
perusahaan.
5. Memonitor dan mengelola risiko yang ditanggung perusahaan
Untuk meyakinkan perusahaan bahwa keputusan harian perusahaan konsisten dengan
profil risikonya maka sangat penting untuk menempatkan sistem monitoring yang
efektif. Perusahaan memusatkan tanggung jawab untuk memonitor risiko perusahaan
kepada Chief Risk Officer yang bertanggung jawab secara langsung kepada CEO
serta secara berkala menyampaikannya kepada komisaris dan direksi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan akuntansi Indonesia. 2021. Modul chartered Accountant: Manajemen


Keuangan Lanjutan. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Otoritas Jasa Keungan, “Penting! Pahami Jenis-Jenis Risiko Keuangan Dan


Solusinya”, ttps://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/40700
diakses 22 September 2023).

Anda mungkin juga menyukai