Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PELAPORAN KORPORAT

Nama: Riko Triawan Syahputra

NIU: 457521

1. A) Ketika seorang akuntan harus mengeluarkan pendapat ketika melakukan audit suatu
perusahaan. Dilema etika akan terjadi saat auditor mengungkapkan info yang tidak ingin
dipublikasikan oleh klien kepada umum. Dilema etika terjadi ketika auditor diharuskan membuat
keputusan yang menyangkut independensi dan integritasnya denga iming-iming imbalan
ekonomis yang dijanjikan. Namun disisi lain, auditor harus bertanggung jawab kepada pengguna
laporan keuangan dan stakeholder. Hal tersebut dikarenakan laporan keuangan tersebut akan
dijadikan sebagai pedoman untuk menyusun strategi perusahaan untuk tetap bisa berkembang di
masa mendatang.

B) - Integritas: Bersikap jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis

- Objektivitas: Menghindari konflik kepentingan yang berpotensi juga

- Kompetensi: Melakukan jasa professional secara kompeten dan sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku

- Kerahasiaan: Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari klien

- Perilaku Profesional: Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku

C) Kode Etik Akuntan Profesional ini terdiri atas tiga bagian yaitu:

• Bagian A: Prinsip Dasar Etika;

• Bagian B: Akuntan Profesional di Praktik Publik;

• Bagian C: Akuntan Profesional di Bisnis.

 
Bagian A berisi prinsip dasar etika yaitu integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional. Bagian A juga memberikan suatu kerangka
konseptual dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman terhadap prinsip dasar etika, serta
menerapkan perlindungan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman sampai pada tingkat
yang dapat diterima. Bagian B menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di Bagian
A bagi Akuntan Profesional yang memberikan jasa profesional kepada publik (praktik publik). 
Bagian C menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di Bagian A bagi Akuntan
Profesional di organisasi tempatnya bekerja (bisnis). Kode Etik Akuntan Profesional ini disahkan
pada tanggal 5 Desember 2016 untuk berlaku efektif pada 1 Januari 2017.

Kode etik akuntan publik yang diterbitkan oleh IAPI terdiri dari:
(1) Prinsip Dasar Etika Profesi
Terdiri dari tanggung jawab profesi, integritas, objektivitas, kompetensi kehati-hatian,
kerahasiaan, perilaku professional, dan standar teknis.
(2) Aturan Etika
Terdiri dari Independensi, Integritas dan Objectivitas; Standar Umum dan Prinsip Akuntansi;
tanggung Jawab kepada Klien; Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi; tanggungjawab dan
Praktik Lain

(3) Interpretasi Aturan Etika.


Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya.

2) A) tata kelola korporat (corporate governance) merupakan struktur dan proses yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tata kelola korporat ini melibatkan serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan juga menyediakan struktur yang digunakan untuk
menetapkan tujuan perusahaan, dan cara untuk mencapai tujuan tersebut serta memantau kinerja
ditentukan.
B) Transparansi:. Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan.

Akuntabilitas: Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan


dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja
yang berkesinambungan.

Responsibility: Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan


tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat menjalankan perusahaan
dalam jangka panjang

Independensi: Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain

Kesetaraan: Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus bisa memperhatikan


kepentingan pemegang saham mayoritas maupun minoritas dan pemangku kepentingan laiinya
berdasarkan asas kesetaraan.

C) 1. Organ Utama

Efektifitas peran dan fungsi organ utama di suatu perusahaan merupakan kata kunci yang
menjadi penentu sukses atau tidaknya implementasi GCG. Oleh karena itu, stuktur organ utama
di suatu perusahaan harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat menjalankan fungsinya
sesuai ketentuan yang berlaku dan/atau atas dasar prinsip bahwa setiap organ memiliki
independensi ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk
kepentingan perusahaan.
2. Organ Pendukung

Pada umumnya organ pendukung implementasi GCG meliputi: komite-komite, baik di


bawah pengawasan dan tanggung jawab Dewan Komisaris (seperti Komite Audit, Komite
Nominasi dan Remunerasi serta Komite Pemantau Risiko, dan lain sebaginya) maupun Dewan
Direksi (seperti Komite Human Capital, Komite Teknologi Informasi, Komite Kredit, Komite
Produk, ALCO, dan lain sebagainya).
Corporate Secretary, dan unit kerja yang melaksanakan dan mengkoordinasikan
pelaksanaan fungsi pengendalian internal, Manajemen Risiko, Audit Internal, dan Audit
Eksternal. Pada praktiknya di lapangan, organ utama dan organ pendukung berjalin beriringan
dalam menjalankan fungsinya sehingga membentuk GCG infrastructure dan sekaligus menjadi
sarana perusahaan ketika mengimplementasikan GCG di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai