Anda di halaman 1dari 4

Riko Triawan Syahputra

457521

Kode Etik Akuntan Publik 2020

Lima prinsip dasar etika untuk Anggota adalah:


(a) Integritas: bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional 8dan bisnis
(b) Objektivitas: tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena adanya
bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain
(c) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional -untuk:
(i) Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level yang
disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa
profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional dan standar teknis terkini serta
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(ii) Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis yang
berlaku
(d) Kerahasiaan: menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan profesional
dan bisnis
(e) Perilaku Profesional: mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menghindari perilaku apapun yang diketahui oleh Anggota mungkin akan mendiskreditkan
profesi Anggota.
Tekanan untuk Melanggar Prinsip Dasar Etika:
- Tekanan untuk melaporkan hasil keuangan yang menyesatkanuntuk memenuhi harapan
investor, analis, atau pemberi pinjaman
- Tekanan untuk menahan laporan audit internal yang mengandung temuan tidak wajar
- Tekanan dari klien untuk menerima suap agar auditor mau tunduk dengan keinginan klien
Penerapan Kerangka Kerja Konseptual – Anggota Yang Berpraktik Melayani Publik
Identifikasi Ancaman: Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika mungkin
dimunculkan oleh serangkaian fakta dan keadaan yang beragam. Berikut adalah contoh fakta dan
keadaan dari setiap kategori ancaman yang mungkin memunculkan ancaman bagi anggota ketika
melakukan jasa profesional:
a) Ancaman kepentingan pribadi:
-Anggota mempunyai kepentingan keuangan langsung pada klien
-Anggota menawarkan suatu imbalan rendah untuk mendapatkan perikatan baru dan imbalan
tersebut sangat rendah sehingga menyulitkan bagi anggota tersebut untuk melakukan jasa
profesional sesuai dengan standar profesional dan standar teknis yang berlaku.
b) Ancaman telaah pribadi
- Anggota menerbitkan laporan asurans atas efektivitas operasi sistem keuangan setelah anggota
yang bersangkutan mengimplementasikan sistem tersebut
- Anggota menyiapkan data asli yang digunakan untuk menghasilkan catatan yang merupakan
hal pokok dari suatu perikatan asurans.
c) Ancaman advokasi
- Anggota mempromosikan kepentingan atau saham dari klien
- Anggota melobi proses legislasi untuk kepentingan klien
d) Ancaman kedekatan
- Anggota memiliki anggota keluarga inti atau anggota keluarga dekat yang menjabat sebagai
direktur, komisaris, atau pejabat eksekutif klien
- Direktur, komisaris, atau pejabat eksekutif dari klien, atau karyawan dalam posisi yang dapat
memberikan pengaruh signifikan terhadap hal pokokdari suatu perikatan, sebelumnya menjabat
sebagai rekan perikatan
e) Ancaman intimidasi
- Anggota sedang terancam kehilangan perikatan dari klien atau pemecatan dari Kantor karena
perselisihan tentang permasalahan professional
- Anggota merasa ditekan untuk menyetujui pertimbangan dari karyawan klien karena karyawan
tersebut lebih ahli dalam permasalahan yang diperdebatkan
Penyediaan Jasa Non-Asurans Kepada Klien Audit
Jasa pembukuan dan akuntansi, administrative, penilaian, perpajakan, audit internal, sistem
teknologi informasi, penunjang litigasi, hukum, rekrutmen, keuangan korporat.
Pekerjaan dengan Klien Asurans
- Kantor disyaratkan untuk mematuhi prinsip dasar etika, independen dan menerapkan
kerangka kerja konseptual yang ditetapkan dalam Seksi 120 untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap independensi
- Hubungan kerja dengan klien asurans dapat memunculkan ancaman kepentingan pribadi,
ancaman kedekatan,atau ancaman intimidasi. Seksi ini menetapkan persyaratan dan
materi aplikasi spesifik yang relevan untuk menerapkan kerangka kerja konseptual dalam
keadaan seperti itu
Kerangka Tata Kelola Perusahaan di Indonesia

Fitur Tata Kelola Perusahaan di Indonesia


- Peran BUMN: Selama dua puluh tahun terakhir, Indonesia telah mengubah sejumlah
badan usaha milik negara menjadi perusahaan yang sebagian diprivatisasi melalui
penawaran umum dan / atau aliansi strategis. Namun demikian, banyak sektor penting
dalam perekonomian Indonesia yang masih merupakan monopoli negara atau sebagian
besar didominasi oleh badan usaha milik negara, seperti sektor perbankan, listrik,
pertambangan, minyak dan gas, pos dan telekomunikasi, perkeretaapian, dan perkapalan.
- Kepemilikan terkonsentrasi: Banyak perusahaan di Indonesia dimulai sebagai
perusahaan swasta kecil yang dimiliki oleh satu pemegang saham pengendali, kepala
keluarga, atau sekelompok kecil pemegang saham. Meskipun banyak yang telah
berkembang secara signifikan, pemegang saham pengendali seringkali tidak berubah.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi ini menimbulkan tantangan yang berbeda,
seperti cara terbaik untuk mengelola konflik keluarga; memutuskan suksesi; menentukan
kebijakan kepemilikan; memperkuat perencanaan strategis dan fungsi manajemen
lainnya; dan memperluas keanggotaan Dewan Komisaris hingga mencakup komisaris
independen non-keluarga.
- Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol: Sebagian besar pemegang saham
pengendali sering menduduki posisi kunci di Dewan Komisaris dan Direksi, meskipun
ICL tidak mengizinkan individu yang sama untuk merangkap sebagai komisaris dan
direktur. Perusahaan-perusahaan yang memisahkan kepemilikan dan kontrol seringkali
melakukannya hanya di atas kertas. Kegagalan untuk memisahkan kepemilikan dan
kontrol biasanya menghasilkan struktur akuntabilitas dan kontrol yang lemah
- Struktur kepemilikan yang sulit: Beberapa grup bisnis besar, terutama perusahaan
besar milik negara, dibentuk dalam bentuk perusahaan induk yang mempertahankan
kendali atas anak perusahaan mereka. Meskipun struktur kepemilikan dapat melayani
tujuan yang sah, kepemilikan silang dan kurangnya transparansi sering menyebabkan
struktur kepemilikan yang tidak jelas yang dapat merugikan pemegang saham minoritas.
- Badan usaha yang belum berpengalaman: Indonesia pertama kali memperkenalkan
sebagian dari konsep Dewan Komisaris dan Direksi saat ini dalam ICL tahun 1995 dan
Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara pada tahun 2003. Namun, konsep
tersebut tidak dianggap serius hingga saat ini, ketika perusahaan mulai menyusun
rancangan rinci anggaran dasar (AoA) yang mematuhi hukum dan peraturan yang ada.
Struktur Tata Kelola Perseroan Terbatas
- RUPS: Semua pemegang saham biasa berhak untuk ikut serta dalam RUPS dan memiliki
jumlah suara yang sesuai dengan saham biasa masing-masing. RUPS menyetujui
pencalonan keanggotaan Dewan Komisaris dan Direksi. Selain itu, menyetujui laporan
tahunan, laporan keuangan, distribusi keuntungan dan kerugian (termasuk pembayaran
dividen), amandemen modal dasar, amandemen AoA, reorganisasi dan pembubaran, dan
transaksi luar biasa.
- Dewan Komisaris: Bertanggung jawab untuk mengawasi dan memberikan nasihat
kepada Direksi, dalam rangka mengejar kepentingan dan tujuan perusahaan.
- Dewan Direksi: Setiap perusahaan harus memiliki direksi yang bertanggung jawab atas
pengelolaan sehari-hari. Direksi merupakan perwakilan hukum perusahaan, kecuali
apabila hal tersebut dapat menimbulkan benturan kepentingan atau Direksi belum
diangkat, dalam hal ini Dewan Komisaris dapat untuk sementara waktu mengisi peran
tersebut.
- Dewan Komite: Bertugas membantu dan memberikan rekomendasi kepada Dewan
Komisaris
- Sekretaris Perusahaan: Tugasnya adalah memastikan perusahaan menyediakan
informasi perusahaan yang relevan kepada publik, memberi nasihat kepada Direksi
sehubungan dengan kepatuhan terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya, dan bertindak sebagai titik kontak antara emiten atau emiten dengan
OJK serta publik.
- Auditor Internal: OJK mewajibkan Direksi perusahaan terbuka di Indonesia untuk
membentuk fungsi audit internal. Auditor internal memainkan peran yang semakin
penting di banyak perusahaan terbuka di Indonesia untuk memperkuat standar tata kelola
perusahaan.
- Auditor Eksternal: Direksi wajib menyusun laporan tahunan yang setelah direview oleh
Dewan Komisaris harus disampaikan kepada RUPS. Laporan tahunan mencakup laporan
keuangan dengan neraca dan laporan laba rugi. Pengauditan eksternal atas laporan
keuangan oleh auditor eksternal independen bersertifikat adalah wajib bagi perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai