0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan4 halaman
Kerangka tata kelola perusahaan di Indonesia ditandai oleh peran besar BUMN, kepemilikan terkonsentrasi, pemisahan antara kepemilikan dan kontrol yang kurang jelas, serta struktur kepemilikan yang kompleks pada beberapa grup bisnis. Struktur tata kelola perseroan terbatas Indonesia terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite pendukung, sekretaris perusahaan, auditor internal dan eksternal.
Kerangka tata kelola perusahaan di Indonesia ditandai oleh peran besar BUMN, kepemilikan terkonsentrasi, pemisahan antara kepemilikan dan kontrol yang kurang jelas, serta struktur kepemilikan yang kompleks pada beberapa grup bisnis. Struktur tata kelola perseroan terbatas Indonesia terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite pendukung, sekretaris perusahaan, auditor internal dan eksternal.
Kerangka tata kelola perusahaan di Indonesia ditandai oleh peran besar BUMN, kepemilikan terkonsentrasi, pemisahan antara kepemilikan dan kontrol yang kurang jelas, serta struktur kepemilikan yang kompleks pada beberapa grup bisnis. Struktur tata kelola perseroan terbatas Indonesia terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite pendukung, sekretaris perusahaan, auditor internal dan eksternal.
(a) Integritas: bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional 8dan bisnis (b) Objektivitas: tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain (c) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional -untuk: (i) Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (ii) Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis yang berlaku (d) Kerahasiaan: menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan profesional dan bisnis (e) Perilaku Profesional: mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menghindari perilaku apapun yang diketahui oleh Anggota mungkin akan mendiskreditkan profesi Anggota. Tekanan untuk Melanggar Prinsip Dasar Etika: - Tekanan untuk melaporkan hasil keuangan yang menyesatkanuntuk memenuhi harapan investor, analis, atau pemberi pinjaman - Tekanan untuk menahan laporan audit internal yang mengandung temuan tidak wajar - Tekanan dari klien untuk menerima suap agar auditor mau tunduk dengan keinginan klien Penerapan Kerangka Kerja Konseptual – Anggota Yang Berpraktik Melayani Publik Identifikasi Ancaman: Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika mungkin dimunculkan oleh serangkaian fakta dan keadaan yang beragam. Berikut adalah contoh fakta dan keadaan dari setiap kategori ancaman yang mungkin memunculkan ancaman bagi anggota ketika melakukan jasa profesional: a) Ancaman kepentingan pribadi: -Anggota mempunyai kepentingan keuangan langsung pada klien -Anggota menawarkan suatu imbalan rendah untuk mendapatkan perikatan baru dan imbalan tersebut sangat rendah sehingga menyulitkan bagi anggota tersebut untuk melakukan jasa profesional sesuai dengan standar profesional dan standar teknis yang berlaku. b) Ancaman telaah pribadi - Anggota menerbitkan laporan asurans atas efektivitas operasi sistem keuangan setelah anggota yang bersangkutan mengimplementasikan sistem tersebut - Anggota menyiapkan data asli yang digunakan untuk menghasilkan catatan yang merupakan hal pokok dari suatu perikatan asurans. c) Ancaman advokasi - Anggota mempromosikan kepentingan atau saham dari klien - Anggota melobi proses legislasi untuk kepentingan klien d) Ancaman kedekatan - Anggota memiliki anggota keluarga inti atau anggota keluarga dekat yang menjabat sebagai direktur, komisaris, atau pejabat eksekutif klien - Direktur, komisaris, atau pejabat eksekutif dari klien, atau karyawan dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap hal pokokdari suatu perikatan, sebelumnya menjabat sebagai rekan perikatan e) Ancaman intimidasi - Anggota sedang terancam kehilangan perikatan dari klien atau pemecatan dari Kantor karena perselisihan tentang permasalahan professional - Anggota merasa ditekan untuk menyetujui pertimbangan dari karyawan klien karena karyawan tersebut lebih ahli dalam permasalahan yang diperdebatkan Penyediaan Jasa Non-Asurans Kepada Klien Audit Jasa pembukuan dan akuntansi, administrative, penilaian, perpajakan, audit internal, sistem teknologi informasi, penunjang litigasi, hukum, rekrutmen, keuangan korporat. Pekerjaan dengan Klien Asurans - Kantor disyaratkan untuk mematuhi prinsip dasar etika, independen dan menerapkan kerangka kerja konseptual yang ditetapkan dalam Seksi 120 untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap independensi - Hubungan kerja dengan klien asurans dapat memunculkan ancaman kepentingan pribadi, ancaman kedekatan,atau ancaman intimidasi. Seksi ini menetapkan persyaratan dan materi aplikasi spesifik yang relevan untuk menerapkan kerangka kerja konseptual dalam keadaan seperti itu Kerangka Tata Kelola Perusahaan di Indonesia
Fitur Tata Kelola Perusahaan di Indonesia
- Peran BUMN: Selama dua puluh tahun terakhir, Indonesia telah mengubah sejumlah badan usaha milik negara menjadi perusahaan yang sebagian diprivatisasi melalui penawaran umum dan / atau aliansi strategis. Namun demikian, banyak sektor penting dalam perekonomian Indonesia yang masih merupakan monopoli negara atau sebagian besar didominasi oleh badan usaha milik negara, seperti sektor perbankan, listrik, pertambangan, minyak dan gas, pos dan telekomunikasi, perkeretaapian, dan perkapalan. - Kepemilikan terkonsentrasi: Banyak perusahaan di Indonesia dimulai sebagai perusahaan swasta kecil yang dimiliki oleh satu pemegang saham pengendali, kepala keluarga, atau sekelompok kecil pemegang saham. Meskipun banyak yang telah berkembang secara signifikan, pemegang saham pengendali seringkali tidak berubah. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi ini menimbulkan tantangan yang berbeda, seperti cara terbaik untuk mengelola konflik keluarga; memutuskan suksesi; menentukan kebijakan kepemilikan; memperkuat perencanaan strategis dan fungsi manajemen lainnya; dan memperluas keanggotaan Dewan Komisaris hingga mencakup komisaris independen non-keluarga. - Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol: Sebagian besar pemegang saham pengendali sering menduduki posisi kunci di Dewan Komisaris dan Direksi, meskipun ICL tidak mengizinkan individu yang sama untuk merangkap sebagai komisaris dan direktur. Perusahaan-perusahaan yang memisahkan kepemilikan dan kontrol seringkali melakukannya hanya di atas kertas. Kegagalan untuk memisahkan kepemilikan dan kontrol biasanya menghasilkan struktur akuntabilitas dan kontrol yang lemah - Struktur kepemilikan yang sulit: Beberapa grup bisnis besar, terutama perusahaan besar milik negara, dibentuk dalam bentuk perusahaan induk yang mempertahankan kendali atas anak perusahaan mereka. Meskipun struktur kepemilikan dapat melayani tujuan yang sah, kepemilikan silang dan kurangnya transparansi sering menyebabkan struktur kepemilikan yang tidak jelas yang dapat merugikan pemegang saham minoritas. - Badan usaha yang belum berpengalaman: Indonesia pertama kali memperkenalkan sebagian dari konsep Dewan Komisaris dan Direksi saat ini dalam ICL tahun 1995 dan Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara pada tahun 2003. Namun, konsep tersebut tidak dianggap serius hingga saat ini, ketika perusahaan mulai menyusun rancangan rinci anggaran dasar (AoA) yang mematuhi hukum dan peraturan yang ada. Struktur Tata Kelola Perseroan Terbatas - RUPS: Semua pemegang saham biasa berhak untuk ikut serta dalam RUPS dan memiliki jumlah suara yang sesuai dengan saham biasa masing-masing. RUPS menyetujui pencalonan keanggotaan Dewan Komisaris dan Direksi. Selain itu, menyetujui laporan tahunan, laporan keuangan, distribusi keuntungan dan kerugian (termasuk pembayaran dividen), amandemen modal dasar, amandemen AoA, reorganisasi dan pembubaran, dan transaksi luar biasa. - Dewan Komisaris: Bertanggung jawab untuk mengawasi dan memberikan nasihat kepada Direksi, dalam rangka mengejar kepentingan dan tujuan perusahaan. - Dewan Direksi: Setiap perusahaan harus memiliki direksi yang bertanggung jawab atas pengelolaan sehari-hari. Direksi merupakan perwakilan hukum perusahaan, kecuali apabila hal tersebut dapat menimbulkan benturan kepentingan atau Direksi belum diangkat, dalam hal ini Dewan Komisaris dapat untuk sementara waktu mengisi peran tersebut. - Dewan Komite: Bertugas membantu dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris - Sekretaris Perusahaan: Tugasnya adalah memastikan perusahaan menyediakan informasi perusahaan yang relevan kepada publik, memberi nasihat kepada Direksi sehubungan dengan kepatuhan terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, dan bertindak sebagai titik kontak antara emiten atau emiten dengan OJK serta publik. - Auditor Internal: OJK mewajibkan Direksi perusahaan terbuka di Indonesia untuk membentuk fungsi audit internal. Auditor internal memainkan peran yang semakin penting di banyak perusahaan terbuka di Indonesia untuk memperkuat standar tata kelola perusahaan. - Auditor Eksternal: Direksi wajib menyusun laporan tahunan yang setelah direview oleh Dewan Komisaris harus disampaikan kepada RUPS. Laporan tahunan mencakup laporan keuangan dengan neraca dan laporan laba rugi. Pengauditan eksternal atas laporan keuangan oleh auditor eksternal independen bersertifikat adalah wajib bagi perusahaan.