Anda di halaman 1dari 19

Kode Etik Profesi Akuntansi

Kelompok 5 :
Fitri Nur Janah
Intan Nurkhikmatul Aini
Lies Cinthia
Pengertian Kode Etik Profesi Akuntansi

Kode etik adalah Suatu tingkah laku atau perbuatan dalam melaksanakan
pekerjaannya dalam aktivitas dalam profesi akuntansi, dan harus memenuhi
tanggungjawab profesionalnya.
Tujuan Profesi Akuntansi
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

1. Kredibilitas

2. Profesionalisme

3. Kualitas Jasa

4. Kepercayaan
Jenis-jenis Akuntan Di Indonesia
 Akuntan Publik

Adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk memberikan jasa audit umum dan review atas
laporan keuangan, audit kinerja dan audit khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti
jasa konsultasi, jasa kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan
keuangan.
 Akuntan Pemerintah

Adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah seperti di departemen, BPKP dan BPK,
Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain.
 Akuntan Pendidik

Adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi yatu mengajar, menyusun kurikulum
pendidikan akuntansi dan melakukan enelitian di bidang akuntansi.
 Akuntan Manajemen/Perusahaan

adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi. Tugas yang dikerjakan adalah

penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan akuntansi kepada pihak intern maupun ekstern

perusahaan, penyusunan anggaran, menangani masalah perpajakan dan melakukan pemeriksaan intern.

 Auditor Internal

Adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai

pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu

manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

 Konsultan SIA / SIM

Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar pekerjaan utamanya adalah

memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan sistem informasi dalam sebuah

perusahaan. Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus mampu menguasai sistem teknologi

komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya

jasa yang disediakan oleh Konsultan SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang menggunakan

jasanya ini.
Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia

Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab profesi

2. Kepentingan Publik

3. Integritas

4. Obyektivitas

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

6. Kerahasiaan

7. Perilaku Profesional

8. Standar Teknis
Garis Besar Kode Etik Dan Perilaku Professional

- Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia.


- Hindari menyakiti orang lain.
- Bersikap jujur dan dapat dipercaya
- Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi
- Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.
- Memberikan kredit yang pantas untuk property intelektual.
- Menghormati privasi orang lain.
- Menghormati privasi orang lain.
- Kepercayaan.
Aturan Etika dalam Akuntan
 Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar
profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance).
 Integritas dan Objectivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan


objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interst) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
Standar Umum

Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang

terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang diterapkan IAI :
- Kompetensi profesional.

- Kecermatan dan keseksamaan profesional.

- Perencanaan dan supervisi.

- Data relevan yang memadai.


Prinsip-prinsip Akuntansi
1.Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain

suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau

2.Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap

laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan

tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara

keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang

ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti

tersebut diatas. Dalam kondisi tersbeut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini

selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak

memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi

dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum

akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.


RUU PROFESI AKUNTAN

Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan


(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No.17 Tahun 2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari
kliennya berdasarkan SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP
dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar Internasional.
Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada International Auditing Standart.
Penegakan Etika Profesi Akuntan di Indonesia

Di Indonesia, penegakan Kode Etik dilaksanakan oleh sekurang–kurangnya


enam unit organisasi, yaitu : (Prosiding Kongres VIII, 1998)

1. Kantor Akuntan Publik

2. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik – IAI

3. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik – IAI

4. Dewan Pertimbangan Profesi IAI

5. Departemen Keuangan RI

6. BPKP
Beberapa Pelanggaran Kode Etik Akuntan di Indonesia
Meskipun telah dibentuk unit organisasi penegakan etika sebagaimana disebutkan di atas, namun

demikian pelanggaran terhadap kode etik ini masih ada. Berdasarkan Laporan Dewan Kehormatan

dan Pengurus Pusat IAI dalam kongres IAI, pelanggaran terhadap Kode Etik dan sengketa secara

umum meliputi sebagai berikut :

-Kongres V (1982-1986), meliputi : (Hoesada, 1996):

1. Publikasi (penawaran jasa tanpa permintaan, iklan, pengedaran buletin KAP).

2. Pelanggaran Obyektifitas (mengecilkan penghasilan, memperbesar biaya suatu laporan keuangan).

3. Isu pengawas intern Holding mempunyai KAP yang memeriksa perusahaan anak Holding tersebut).

4. Pelanggaran hubungan dengan rekan seprofesi.

5. Isu menerima klien yang ditolak KAP lain dalam perang tarif.
- Kongres VI (1986-1990), meliputi : (Hoesada, 1996):

1) Publikasi (ucapan selamat hari Natal, Tahun Baru, Merger pada perusahaan
bukan klien, selebaran, iklan).

2) Perubahan opini akuntan tanpa bukti pendukung yang kuat.

3) WTP tanpa kertas kerja memadahi.

4) Surat akuntan pengganti.

5) Sengketa membawa kertas kerja keluar KAP.

6) WanPrestasi pembayaran fee.

7) Pengaduan pemegang saham minoritas tentang Laporan Keuangan, KAP


dituduh memihak.
- Kongres VII (1990-1994), Jumlah kasus 21 buah melibatkan 53 KAP, pengaduan terutama berasal dari instansi pemerintah dan BUMN pemakai

Laporan (50 % pengaduan), perusahaan klien (30 %), sisanya oleh KAP dan pengurus IAI (20 %). (Hoesada, 1996)

Pengaduan meliputi :

1) Dua pengaduan Bappepam tentang kualitas kerja.

2) Sebuah pengaduan Bapeksta tentang cap dan tanda tangan tanpa opini dan tentang pernyataan akuntan terkait pasal 47 KUHD (35 KAP).

3) Pengaduan Direktor Asuransi Ditjen Lembaga Keuangan tentang penyimpangan Laporan AT dan PAI.

4) Pengaduan Deputi BPKP atas audit perusahaan daerah sesuai NPA.

5) Pengaduan Deputi BPKP tentang penawaran atas kerja sama dalam rangka pemberian jasa akuntan.

6) Pengaduan PT Taspen tentang audit tidak sesuai NPA.

7) Pengaduan klien KAP tentang audit tidak sesuai NPA, laporan audit terlambat, tidak sesuai PAI, dua opini berbeda dua KAP untuk klien periode

sama, tugas tidak selesai dan berkas hilang.

8) Pengaduan antar KAP tentang komunikasi akuntan pengganti dan akuntan terdahulu.

9) Pengaduan iklan oleh pengurus IAI.


Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran kode etik

 Faktor ekstern (uncontrollable), yaitu :

- Kurangnya kesadaran anggota masyarakat (termasuk anggota KAP) akan

kepatuhan terhadap hukum.


- Honorarium yang relatif rendah untuk pekerjaan audit yang ditawarkan klien–

klien tingkat menengah dan kecil.


- Praktek-praktek yang tidak benar dari sebagian usahawan yang menyulitkan

independensi akuntan publik.


- Masih sedikitnya Badan Usaha yang membutuhkan jasa akuntan publik,

khususnya dibidang audit.


Faktor intern (controllable), yaitu :
- Tidak adanya perhatian yang sungguh–sungguh dari sebagian pimpinan KAP akan mutu

pekerjaan audit mereka.


- Orientasi yang lebih mementingkan keuntungan Finansial dari pada menjaga nama baik

KAP yang bersangkutan.


- Pendapat bahwa perbuatan–perbuatan yang melanggar etik ini tidak atau kecil

kemungkinannya diketahui pihak lain.


- Kurangnya kesadaran untuk mengutamakan etik dalam menjalankan profesi oleh sebagian

anggota IAI-KAP.
- Mutu pekerjaan audit yang ada kalanya tidak dapat dipertanggungjawabkan karena

penggunaan tenaga yang berkualitas kurang baik.


Beberapa hambatan dalam penegakan kode etik

1. Sikap anggota profesi yang mendua, pada satau sisi menolak setiap pelanggaran terhadap

kode etik tetapi pada sisi lain memberikan pembenaran atas pelanggaran tersebut.

2. Adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling mengadukan pelanggaran

kode etik.

3. Belum jelasnya aturan tentang mekanisme pemberian sanksi dan proses peradilan atas

kasus-kasus pelanggaran baik dalam Anggaran Dasar maupun dalam Anggaran Rumah

Tangga.

4. Belum dapat berfungsinya secara efektif BPP dan DPP sebagai akibat dari belum

jelasnya peraturan dalam AD/ART.


TERIMA
KASIH................

Anda mungkin juga menyukai