SKRIPSI
OLEH:
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dibawah bimbingan
Pembimbing I
JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Senin 11 September 2017 telah dilakukan uji komprehensif atas
mahasiswa:
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa 20 Maret 2018 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi/Berat : 171 cm / 65 kg
Agama : Islam
No. HP : 087808442913
E-mail : rezavindraa@yahoo.com /
reza.vindra25@gmail.com
Pendidikan Formal
v
Pengalaman Organisasi
Seminar
vi
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of Inflation, exchange rate
(exchange rate), Composite Stock Price Index (IHSG), and Sharia Bank Indonesia
Certificates (SBIS) against Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) during the period
January 2012 to December 2016. Data used in this study is the monthly data of
each variable. The analysis method used in this research is Vector Autoregressive
(VAR) using Microsoft Excel 2010 and Eviews version 9.0.
The results of this study found that: (1) Based on the Granger Causality
test, there is no variable showing one-way or two-way causality relationship to
Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) (2) Based on the Impulse Response Function
test, Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) shows an unstable response to shocks
on exchange rate variables (exchange rates) but shocks caused by exchange rate
variables tend to be positively responded by the variable variables of the
Indonesian Sharia Stock Index (ISSI). And shocks on Inflation and IHSG variables
tend to be responded negatively to ISSI variables, while SBIS variables show a
positive and stable response to Shariah Indonesia Index (ISSI) variable (3) Based
on the Variance Decomposition test, the variables that give the biggest shock
effect are Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) variable itself is followed by
inflation, SBIS, IHSG and Exchange Rate (Kurs) variables.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Inflasi, nilai tukar
(kurs), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Sertifikat bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia selama periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2016. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data bulanan dari masing – masing variabel. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregressive (VAR) dengan
menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Eviews versi 9.0.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) Berdasarkan uji Kausalitas
Granger, tidak ada variabel yang menunjukkan hubungan kausalitas satu arah
ataupun dua arah terhadap Indeks saham syariah Indonesia (2) Berdasarkan uji
Impulse Response Function, Indeks Saham Syariah Indonesia, menunjukkan
respon yang tidak stabil terhadap guncangan pada variabel nilai tukar (kurs) tetapi
guncangan (shock) yang ditimbulkan dari variabel nilai tukar(kurs) cenderung
direspon positif oleh variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dan
guncangan (shock) pada variabel Inflasi dan IHSG direspon secara negative pada
variabel ISSI, sedangkan variabel SBIS direspon positif dan stabil oleh variabel
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (3) Berdasarkan uji Variance
Decomposition, variabel yang memberikan pengaruh guncangan terbesar yaitu
variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) itu sendiri diikuti dengan variabel
inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar (Kurs).
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (kurs), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) Periode 2012 – 2016” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat dan salam
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
dukungan, bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala
berdo‟a tanpa henti kepada penulis. Serta, abang dan adik saya yang selalu
mensupport saya.
ix
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc,M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr.Amilin,
SE., Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr.
Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil Dekan II Bid Administrasi
Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A selaku Wakil Dekan III Bid.
skripsi ini.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan
ini. dan Ibu RR Tini Anggraeni ST., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Syariah.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami. Semoga amalmu mendapat
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
dan Bisnis.
8. Terima kasih banyak kepada Nadia Fada yang sudah menemani, mendukung,
x
9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung saya Riki, Gifar dan Dhani
indra, erix, Rahman, Aziz yang memberikan canda dan tawa semasa kuliah.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun masih sangat diperlukan
penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua
pihak.
xi
DAFTAR ISI :
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………..……..i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………...…ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………………….……………..iii
KEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………..iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………..v
ABSTRACT………………………………………………………………….…..vi
ABSTRAK………………………………………………………………………vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………....xv
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………...xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Pembatasan Masalah………………………………………………….14
C. Perumusan masalah …………………………………………………..15
D. Tujuan Penelitian……………………………………………………..16
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………………………………………………..18
1. Investasi…………………………………………………………..18
2. Indeks Saham Syariah Indonesia………………………………...19
3. Inflasi……………………………………………………………..21
4. Nilai Tukar (kurs)...........................................................................24
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)........................................29
6. Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS)......................................30
B. Keterkaitan Antarvariabel……………………………………………34
C. Penelitian Terdahulu…………………………………………………38
D. Kerangka Berpikir………………………………………………….....42
xii
E. Hipotesis…………………………………………………………..…45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………45
B. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………46
C. Metode Analisis……………………………………………………….48
D. Operasional Variabel Penelitian………………………………………54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Data Penelitian……………………………….……55
B. Hasil Analisis Pengujian statistik dan Interpretasi……………………70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………84
B. Saran…………………………………………………………………..85
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...87
Lampiran – Lampiran………………………………………………………….90
xiii
Daftar Tabel
Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
4.1 PerkembanganISSI…..…………………………………………………...61
xv
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang. Dalam konsep islam dinyatakan bahwa
semua harta dan benda seluruh alat produksi hakikatnya adalah mutlak milik
Allah SWT. Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi
diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau
hakikatnya manfaat investasi akan diterima dimasa mendatang. Sebagai salah satu
modal dan sekaligus membuat perusahaan menjadi lebih profesional. Pasar modal
1
Pasar modal merupakan indikator kemajuan suatu Negara (Tandelilin,
2011) karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana
dana segar dari masyarakat (pemodal) atau biasa dikatakan, pasar modal
(surplus fund) dengan pihak yang membutuhkan dana dalam kerangka investasii
Produk pasar modal yang menarik bagi investor salah satunya adalah
saham yang dijadikan sebagai alternatif investasi. Tingkat inflasi, nilai tukar
(SBIS), dan indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah beberapa variabel
IHSG akan direspon langsung oleh pasar modal, sehingga faktor-faktor tersebut
penduduk Indonesia adalah muslim membuat bursa efek Indonesia (BEI)kini juga
islam. Pada prakteknya pasar modal syariah tidaklah jauh berbeda dengan pasar
modal konvesional, hanya saja ada beberapa batasan dalam penentuan produk dan
2
Pada tanggal 12 Mei 2011 DSN-MUI meluncurkan fatwa DSN-MUI
No.80 dan indeks saham syariah. Fatwa DSN-MUI No.80 tentang penerapan
efek dan indeks saham syariah yang dimiliki BEI saat ini ada dua yaitu ISSI
(Indeks Saham Syariah Indonesia) dan JII (Jakarta Islamic index).Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) merupakan salah satu indeks pasar modal berbasis
saham yang tergabung dalam DES dan tercatat di BEI. Secara historis, walaupun
indeks ini tergolong masih baru namun pergerakan ISSI pada bulan Juli 2012
sampai dengan Juli 2016 bergerak fluktuatif dan trend naik. Hal ini menandakan
dan terdaftar dalam daftar efek syariah (DES). Alasan yang melatarbelakangi
dibeentuknya ISSI adalah untuk memisahkan antara saham syariah dengan saham
3
Tabel 1.1
Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia
ISSI JII
Tahun
(Miliar Rp.) (Miliar Rp.)
Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari mulai dibentuknya ISSI pada
Mei 2011 tercatat sebesar 1.968.091,37 hingga tahun 2016 mencapai 3.175.053,04
yang melebihi cukup tinggi dibandingkan dengan indeks JII. Setiap tahunnya,
ISSI memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan dengan JII. Trend
naik yang dialami ISSI ini menandakan adanya faktor-faktor sensitif yang dapat
menunjukkan trend yang sangat positif. Pertumbuhan ISSI yang selalu terjadi
setiap periodenya ini tidak terlepas karena pertumbuhan pangsa pasar syariah
yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia beberapa tahun belakangan ini.
Pertumbuhan pangsa pasar syariah yang berawal dari sektor perbankan yang
4
kemudian merambah ke asuransi dan kini eranya telah masuk pada pasar modal.
Inilah yang dijadikan kesempatan oleh beberapa perusahaan atau emiten untuk
mengeluarkan indeks syariah agar dapat menarik minat para masyarakat penanam
syariah. ISSI merupakan Indeks Saham Syariah yang terdiri dari seluruh saham
yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dan yang tergabung pada Daftar Efek
Syariah (DES). Meskipun baru dibentuk pada Mei 2011 tetapi perkembangan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami kenaikan yang cukup bagus
Tabel 1.2
5
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Indeks Saham Syariah Indonesia dari
tahun 2012 sampai 2016 selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2015
2.600.850,72. Nilai ISSI paling tinggi terdapat pada tahun 2016 yaitu sebesar
mengalami fluktuatif setiap tahunnya. dapat dilihat bahwa tingkat inflasi dari
mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 4.08% dari 4.30% menjadi 8.38%,
ISSI pun juga mengalami kenaikan pada tahun tersebut, dari 2.451.334.37
sebesar 0.02% dari 8.38% menjadi 8.36%, tetapi ISSI mengalami kenaikan dari
2.557.846,77 menjadi 2.946.892,79 pada tahun yang sama. Pada tahun 2014 -
2015 inflasi mengalami penurunan sebesar 5.01% dari 8.36% menjadi 3.35%,
ISSI pun pada tahun yang sama juga mengalami penurunan dari 2.946.892,79
penurunan sebesar 0.33% dari 3.35% menjadi 3.02%, tetapi ISSI mengalami
tingkat inflasi dengan ISSI. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah
6
dan Rizki Khoiroh (2015) inflasi mempunyai pengaruh negative terhadap ISSI,
artinya jika inflasi naik maka akan menurunkan ISSI dan sebaliknya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Tabel 1.2 pada tahun 2013 -2014 ketika inflasi
bertentangan pada Tabel 1.2 pada tahun 2012 – 2013 inflasi mengalami kenaikan
namun ISSI juga mengalami kenaikan, dengan kata lain inflasi dan ISSI memiliki
hubungan positif. Karena ketidak konsistenan ini maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut.
Pada Tabel 1.2 bisa dilihat bahwa IHSG cenderung mengalami kenaikan
dari tahun 2012 – 2016, pada tahun 2012-2013 IHSG mengalami penurunan
sebesar 0.01% dari 8.37% menjadi 8.36%, tetapi pada tahun yang sama ISSI
2014 IHSG naik 0.2% dari 8.36% menjadi 8.56%, ISSI juga mengalami kenaikan
dari 2.557.846,77 menjadi 2.946.892,79 pada tahun yang sama. Pada tahun 2014-
2015 IHSG mengalami penurunan 0.13% dari 8.56% menjadi 8.43%, ISSI pun
pada tahun yang sama juga mengalami penurunan dari 2.946.892,79 menjadi
0.14% dari 8.43% menjadi 8.57%. ISSI juga mengalami kenaikan dari
variabel IHSG dengan variabel ISSI, hal ini diperkuat dari penelitian yang
7
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) yang artinya ketika IHSG mengalami kenaikan maka ISSI juga mengalami
kenaikan dan sebaliknya. Untuk memperkuat teori yang ada maka harus dilakukan
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa nilai tukar (kurs) pada tahun 2012-
2015 selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2012-2013 nilai tukar (kurs)
mengalami kenaikan dari 9670 menjadi 12.189, Pada tahun yang sama ISSI
2014 nilai tukar (kurs) mengalami kenaikan dari 12.189 menjadi 12.440, ISSI juga
sama. Pada tahun 2014-2015 nilai tukar (kurs) mengalami kenaikan kembali dari
12.440 menjadi 13.795, tetapi ISSI pada tahun yang sama mengalami penurunan
mengalami penurunan dari 13.795 menjadi 13.600, ISSI pada tahun yang sama
(kurs) dengan ISSI, menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dan Rizki
khoiroh (2015) nilai tukar (kurs) berpengaruh negative terhadap ISSI, artinya
semakin tinggi nilai tukar (kurs) akan menurunkan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) dan sebaliknya, penelitian ini sesuai dengan Tabel 1.2 pada tahun
2014-2015 ketika nilai tukar (kurs) naik ISSI mengalami penurunan, dan pada
tahun 2015-2016 ketika nilai tukar (kurs) turun ISSI mengalami kenaikan. Namun
8
hal ini bertentangan pada Tabel 1.2 tahun 2012-2014 dimana nilai tukar (kurs)
dengan ISSI mempunyai hubungan yang positif, artinya ketika nilai tukar (kurs)
naik maka ISSI juga ikut naik, hal ini sesuai dengan penelitian Hadelin Hafni
(2015) yang menunjukan nilai tukar (kurs) berpengaruh positif terhadap Saham
syariah. Karena ketidak konsistenan ini maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa variabel SBIS mengalami fluktuatif,
pada tahun 2012 – 2013 SBIS mengalami kenaikan dari 4.8% menjadi 7.21%
pada tahun 2013. Pada tahun yang sama ISSI juga mengalami kenaikan dari
penurunan dari 7.21% menjadi 5.9% pada tahun 2014, pada tahun yang ISSI
2.946.892.79 pada tahun 2014. Pada tahun 2014-2015 SBIS kembali mengalami
peningkatan dari 5.9% menjadi 7.1% pada tahun 2015, pada tahun yang sama
tahun 2015. Pada tahun 2015-2016 SBIS kembali mengalami penurunan dari
7.1% menjadi 5.9% pada tahun 2016, dan pada tahun yang sama pula ISSI
SBIS dengan variabel ISSI, menurut penelitian yang dilakukan oleh Handelin
Hafni (2015) SBIS berpengaruh negative terhadap ISSI, penelitian ini sesuai pada
Tabel 1.2 dimana pada tahu 2013 sampai dengan 2016 SBIS berpengaruh negative
9
pada ISSI, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Dimas (2013) bahwa
SBIS berpengaruh positif terhadap ISSI, penelitian ini sesuai dengan tabel1.2 pada
tahu 2012-2013 ketika SBIS naik ISSI pun mengalami kenaikan. Karena ketidak
ada penelitian dari Aisyah dan Rizki (2015) menyimpulkan bahwa inflasi dan
nilau tukar rupiah berpengaruh secara negative signifikan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia, yang artinya dimana semakin tinggi tingkat inflasi dan nilai
Tingkat Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Kurs Rupiah secara
simultan. Namun secara parsial, ISSI dipengaruhi secara signifikan positif oleh
Tingkat Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar, sedangkan Kurs Rupiah
terhadap Jakarta Islamic Index. Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan Harga Emas
model jangka pendek dipengaruhi oleh Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (JUB)
10
pada tingkat kepercayaan 90%. ISSI dipengaruhi Inflasi di lag pertama secara
oleh JUB.
ekonomi dan moeneter yang diantaranya adalah nilai tukar rupiah, inflasi, indeks
harga saham gabungan, dan factor internal lainnya seperti, kondisi ekonomi
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
dan perekonomian dirasakan lesu. Tak hanya orang miskin, orang kaya pun akan
terkena dampak inflasi. Nilai uang yang mereka miliki akan sama-sama tergerus.
Tapi, tentu saja, daya tahan masing-masing orang orang untuk bias memikul
(Wikipedia, 2013)
11
Tingkat inflasi suatu Negara sangat berpengaruh terhadap tingkat investasi
suatu Negara. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut syahrir (1995) yang
makro seperti diantaranya tingkat inflasi yang double digit atau sampai
hyperinflation. ISSI merupakan salah satu intrumen alat investasi yang ada di
dalam pasar modal di Indonesia. Tingkat inflasi yang selalu berubah tiap bulannya
Dari variable makro ekonomi lainnya, hubungan antara nilai tukar rupiah
(kurs) dan investasi menarik untuk dikaji. Kekuatan nilai tukar mata uang dalam
Indonesia yang sedang membaik dan stabil yang akan memberikan daya tarik
kepada investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini yang kemudian
diinvestasikan pada saham yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI).
12
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indicator yang
Indonesia terdiri atas pergerakan seluruh saham di BEI yang tergabung dalam satu
dalam IHSG.
Investasi dalam bidang syariah tidak selalu kepada saham syariah saja,
akan tetapi ada juga produk investasi syariah yang berkembang pesat di Indonesia
yaitu SBIS. Sama seperti hal nya Indeks syariah, SBIS juga merupakan salah satu
instrument dibidang investasi syariah yang juga memberikan return dari hasil
investasinya terhadap SBIS tersebut sama seperti returnyang akan kita dapatkan
Indonesia Syariah (SBIS) juga selalu mengalami perubahan tiap bulan. Fluktuasi
dan bagi hasil pada nasabah tabungan atau deposito juga akan meningkat. Hal
13
Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa adanya
pengaruh antara inflasi dan investasi. Apabila kita melakukan investasi di bidang
saham, tingkat inflasi jelas juga akan berdampak pada harga saham itu sendiri.
Begitu juga hubungan antara nilai tukar (kurs) dengan kegiatan investasi
masyarakat yang khususnya berinvestasi pada sector saham syariah yang terdaftar
pada ISSI, dan juga Hubungan antara IHSG dengan ISSI, dan SBIS dengan ISSI.
mencoba mengetahui variable apa saja yang mempengaruhi ISSI, maka penelitian
ini penulis beri judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
B. Pembatasan Masalah
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah yang akan diteliti tidak terlalu
1. Variabel bebas yang digunakan adalah Inflasi, nilai tukar (kurs), Indeks
(SBIS)
Indonesia (ISSI).
14
3. Periode penelitian dari januari 2012 sampai dengan desember 2016.
C. Perumusan Masalah
di atas, ternyata perkembangan pasar modal dan khususnya pasar modal syariah
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi makro dan ekonomi moneter
15
D. Tujuan Penelitian
2016
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
2. Bagi Investor
3. Bagi Akademisi
4. Bagi Pemerintah
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi
investasi pada sektor riil yang melibatkan asset berwujud seperti tanah,
sebuah ilmu yang bersifat amaliyah. Oleh karena itu, investasi sangat
dianjurkan bagi setiap muslim (Nawawi, 2012). Hal ini juga dijelaskan
dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim yang
perubahan seperti inflasi, suku bunga, dan kurs dapat berpotensi untuk
makro ekonomi ini merupakan risiko yang dihadapi oleh perusahaan pada
seluruh sektor.
terdapat istilah atau pembedaan antara saham yang syariah dengan non
2005) yaitu :
2). Saham adalah bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran
preferen yang tidak punya hak suara namun punya hak untuk
dengan aturan syariat islam tentang bagi hasil. Maka saham yang sesuai
20
masyarakat untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk
ISSI update per 4 Desember 2016 terdapat 331 emiten yang terdaftar.
industri.
3. Inflasi
berkelanjutan.
21
Hiperinflasi atau inflasi tidak terkendali terjadi apabila kenaikan
sendiri.
Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama
inflasi.
sisi Permintaan Agregat (AD) dari barang dan jasa pada suatu
22
d. Spiralling Inflation
Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi
ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam
yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu
sebagai berikut:
b. Teori Keynes, menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat hidup
c. Teori Strukturalis, teori ini disebut juga inflasi jangka panjang. Teori ini
harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar Rupiah
merupakan nilai dari satu mata Rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata
uang negara lain. Misalnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, nilai
tukar Rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.. Nilai tukar riil adalah
nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-
a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta
asing. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas
atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah apabila
24
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayaran.
yang melakukan transaksi jual dan beli valas dipasar yang berbeda,
kerugian kurs.
(Nopirin, 2009:170)
barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah
asing.
valuta asing.
Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal
e. Pertumbuhan ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai
maka permintaan atas mata uang akan bertambah lebih cepat dari
cepat dari ekspor maka penawaran atas mata uang akan bertambah
lebih cepat dari permintaannya sehingga nilai mata uang tersebut akan
merosot.
Sifat dari kurs valuta asing tergantung sifat pasar. Apabila transaksi
jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs
negara lain), makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin
besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta sing cenderung
naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian pula inflasi akan
kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung
menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan turun
Sistem kurs stabil dapat terjadi secara aktif dan pasif. Pada sistem kurs
apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah akan
dengan permintaannya.
suatu negara, artinya maju mundurnya suatu negara bisa dilihat dari Indeks
naik turunnya indeks ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau
bebas risiko, kurs mata uang, surplus neraca perdagangan, cadangan devisa
dan inflasi.
banyak masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya
akan menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam
29
portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan
indeksnya.
Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat
pergerakan pasar dan menjadi indikator yang sangat penting bagi pelaku
tingkat bunga diskonto, dan operasi pasar terbuka. Dalam operasi pasar
30
terbuka, Bank Indonesia melakukan transksi jual beli surat berharga
surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
diskontonya tentu saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam
31
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Dari keenam akad diatas, yang saat ini telah digunakan hanyalah SBIS
bulan.
32
Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia
berikut:
a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS ; dan
pada SBIS yang digunakan saat ini adalah Ju‟alah. Akad Ju‟alah adalah
dijanjikan sebelumnya.
barang secara umum dan terus menerus yang terjadi secara luas
signifikan secara statistik terhadap JII, serta menurut Nor Isniani dan
34
Nilai tukar IDR/USD merupakan salah satu variabel yang mampu
Suta (2000) dalam Rahmi (2012:49), fluktuasi nilai Rupiah terhadap mata
uang asing akan mempengaruhi iklim investasi. Kurs yang terlalu tinggi
negeri.
mempengaruhi antara nilai tukar dan harga saham di pasar modal baik
35
turunnya present value dari future cash flow perusahaan sehingga
tergabung menjadi satu indeks yaitu IHSG. Hubungan antara ISSI dengan
mempengaruhi antara IHSG dan ISSI dengan arah yang berbanding lurus.
kedalam IHSG. Dengan demikian hubungan antara IHSG dan ISSI saling
dibagi hasilkan pada DPK (Dana Pihak Ketiga) yaitu para nasabah yang
investasi lainnya yaitu pasar modal syariah. Ketika minat Investor turun
untuk berinvestasi dipasar modal syariah tentu hal itu akan memicu
C. Penelitian Terdahulu
ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode
waktu yang digunakan dan penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak
37
hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
No. (tahun Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
penelitian)
Macroeconomic
Krishna Reddy variabels impact on ECM (error Semua variabel makro ekonomi
4 Chiteddy stock prices in BRIC Correction BRIC berpengaruh terhadap harga
(Jurnal-2015) stock market an Model) pasar saham di BRIC
emperyal analysis
41
Faktor-faktor yang Mempenagruhi Indeks Saham Syariah Indonesia
Uji Stationeritas
Uji kointegrasi
VAR VECM
42
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan, bahwa Model VAR adalah model persamaan
regresi yang menggunakan data time series yang berkaitan dengan masalah stasioneritas dan
kointegrasi antar variabel di dalamnya. Langkah pertama pembentukan VAR adalah dilakukan
uji stasioneritas data. Jika data variabel stasioner pada tingkat level maka kita mempunyai
model VAR biasa (unrestricted VAR) sebaliknya jika data tidak stasioner pada level tetapi
stasioner pada proses differensiasi yang sama, maka harus diuji apakah data tersebut
mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi.
Apabila data stasioner pada proses differensiasi namun variabel tidakterkointegrasi, maka
disebut model VAR dengan data differensiasi (VAR indifference). Namun apabila terdapat
kointegrasi maka model VAR tersebut disebut Vector Error Correction Model (VECM). Model
VECM ini merupakan model VAR yang teretriksi (restricted VAR) karena adanya kointegrasi
yang menunjukan adanya hubungan jangka panjang antar variabel di dalam estimasi VAR.
Namun, jika tidak terdapat hubungan jangka panjang maka model yang digunakan adalah
VAR in difference. Tahap selanjutnya adalah menentukan panjang lag yang optimal bagi model
penelitian. Setelah itu, akan dilakukan uji kausalitas Granger (Granger Causality Test), estimasi
modelVAR/VECM, uji Impulse Response Function (IRF) dan uji Forecasting ErrorVariance
Decomposition (FEVD). Pada tahap terakhir akan dilakukan interpretasi hasil penelitian dan
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari
kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat dibedakan dalam
43
hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik, atau
hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik
atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau
teori selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Hamid, 2010:16).
1. Setidaknya terdapat minimal satu variabel dari Inflasi, Nilai Tukar, IHSG dan
SBIS yang memiliki hubungan kausalitas satu arah maupun kausalitas dua arah
Tukar Rupiah (kurs), Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dan Sertifikat Bank
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh saham syariah yang
terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode waktu 2012-2016. Per
Untuk jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder sendiri adalah data yang didapat dari pihak atau instansi lain yang biasa
sekunder yang meliputi dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Kedua variabel
tersebut adalah variabel dependen yang diwakili oleh Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
serta variabel independen yang diwakili oleh Inflasi, Kurs, IHSG dan SBIS
data yang bagus. Data yang bagus dapat membantu mendapatkan hasil yang sesuai dalam
1. Sumber Data
Data yang digunakan diperoleh dari duniainvestasi.com (IDX) berupa daftar saham
yang terdaftar pada ISSI pada tahun 2012-2016. Data inflasi dan nilai tukar diperoleh
45
dari Bank Indoensia (BI) periode 2012-2016. IHSG diperoleh dari
duniainvestasi.com (IDX) pada periode tahun 2012-2016. Dan SBIS diperoleh dari
Pengumpulan data diperoleh dari data statistic dan data yang dipublikasikan secara
a. Data statistic kapitalisasi ISSI pada periode tahun 2012-2016 bersumber dari IDX.
b. Data inflasi yang dipublish oleh BPS pada periode tahun 2012-2016 bersumber
c. Data statistic nilai tukar mata uang pada periode tahun 2012-2016 bersumber pada
Bank Indonesia.
d. Data statistic Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode 2012-2016
e. Data statistic Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada periode 2012-2016
C. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis Vector Auto
model Vector Auto Regression (VAR) apabila data dalam penelitian ini stasioner, namun
bila data tidak stasioner dan terdapat hubungan kointegrasi antara variabel-variabelnya
maka penelitian ini menggunakan model Vector Error Correction Model (VECM). Data-
46
data tersebut akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) Eviews 9 dan
mempermasalahkan variabel endogen dan eksogen atau dengan kata lain model ini
Keunggulan dari analisis VAR antara lain adalah: (1) Metode ini sederhana,
tidak perlu khawatir untuk membedakan mana variabel endogen mana variabel
eksogen; (2) Estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan
pada tiap-tiap persamaan secara terpisah; (3) Hasil perkiraan (forecast) yang diperoleh
dengan menggunakan metode ini dalam banyak kasus lebih bagus dibandingkan dengan
hasil yang didapat dengan menggunkan model persamaan simultan yang kompleks
sekalipun. Selain itu, VAR analysis juga merupakan alat analisis yang sangat berguna,
Namun model VAR juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) VAR
merupakan model yang atheoritic atau tidak berlandaskan teori sehingga hal ini tidak
seperti persamaan simultan. Pada persamaan simultan, pemilihan variabel yang akan
model; (2) Metode ini juga bermasalah pada pemilihan parameter yang akan
bermasalah pada derajat bebas (degrees of freedom-df) akan bertambah; (3) Semua
47
variabel dalam VAR harus stasioner, jika tidak stasioner maka perlu dilakukan
1. Uji Stasioneritas
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan
time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data (stationery stochastic
process). Data stasioner adalah data yang varians-nya tidak terlalu besar dan
punya kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Tujuan uji ini adalah
agar nilai rata-raa stabil dan random error-nya sama dengan nol.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data stasioner atau tidak. Uji ini
yang sama (level atau difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner.
Hipotesis :
H1 = data stasioner
1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka H0 diterima.
2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka H1 diterima.
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag
optimal. Jika lag yang digunakan dalam stasioneritas terlalu sedikit, maka residual
dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak
48
dapat mengestimasi actual error secara tepat. Namun, jika lag yang digunakan
penentuan lag optimal dilakukan melalui likelihood ratio test, tentukan kriteria
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan cara menghitung akar-akar dari fungsi
polonominal, Jika semua akar dari fungsi polonomial tersebut didalam unit circle
atau jika nilainya < 1 maka model VAR tersebut di anggap stabil sehingga hasil
4. Uji Kointegrasi
Kestasioneran data melalui diferensiasi dinilai masih belum cukup apabila peneliti
meneruskan uji VECM. Model harus memiliki kointegrasi atau hubungan jangka
pendek dan jangka panjang. Pendekteksian ini dapat dilakukan dengan Metode
max eigen statistic dengan critical value-nya. (Ariefianto, 2012). Jika variabel-
variabel tidak terkointegrasi maka dapat diterapkan VAR standar yang hasilnya
49
kointegrasi, maka dapat diterapkan ECM untuk single equation dan VECM untuk
system equation.
variabel dependen.
1) Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka H0 diterima, model
2) Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka H1 diterima, model tidak
5. Uji Kausalitas
antara variabel-variabel yang ingin diuji. Uji kausalitas digunakan untuk melihat
hubungan antarvariabel, apakah hubungan tersebut satu arah atau dua arah
ataupun tidak ada hubungan antarkeduanya, terdapat dua hipotesis dalam uji
kausalitas:
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, digunakan nilai probabilitas. Jika
nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5% maka terdapat cukup bukti untuk
50
menolak hipotesis nol dan menyimpulkan bahwa antarvariabel mempunyai
hubungan kausalitas.
tabel, jika nilai t-statistiklebih besar dari nilai t-tabelnya, maka dapat dikatakan
Sedangkan jika suatu data time series model VAR terbukti terdapat hubungan
kointegrasi, maka VECM dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka
pendek dari suatu variabel terhadap nilai jangka panjangnya ( Ajija dkk, 2011).
menggunakan lag residual dari regresi yang terkointegrasi. Sama halnya dengan
estimasi VAR, jika nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t-tabelnya, maka
antarvariabel.
Analisis IRF dapat melacak respon variabel terikat di dalam sistem VECM karena
adanya shock dari variabel bebas pada persamaan variabel terikat dalam suatu
sistem VECM. Misalnya variabel bebas mengalami kenaikan sebesar x maka akan
mempengaruhi variabel terikat untuk saat ini atau masa depan. Menurut Sims
suau variabel akibat inovasi dari variabel yanglain. Sehingga lamanya pengaruh
51
shock pada suatu variabel terhadap variabel lain hingga pengaruhnya hilang atau
8. Variance Decomposition
VECM karena shock dan menjelaskan seberapa kuat peranan variabel tertentu
Indeks harga saham merupakan ringkasan pengaruh simultan dan kompleks dari
Dengan kata lain indeks harga saham dapat dijadikan sebagai barometer ekonomi suatu
Negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Di
Indonesia terdapat dua indeks saham syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dalam penelitian ini indeks saham syariah yang
digunakan adalah ISSI. ISSI merupakan indeks yang telah diluncurkan oleh BEI pada
tanggal 12 Mei 2011 dimana konstituen ISSI adalah seluruh saham yang tergabung
dalam Daftar Efek Syariah dan tercatat di BEI. Hingga saat ini jumlah konstituen ISSI
adalah lebih dari 200 saham. Tujuan pembentukan ISSI adalah untuk meningkatkan
kepercayaan Investor dalam melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
52
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan
2. Variabel Independen
a. Inflasi (X1)
hargaumumsecara terus-menerus.Akibatdariinflasi
digunakanadalahIndeksHargaKonsumen(IHK)
dibelanjakanuntukmembelibarang danjasadaribulankebulan.
Kurs merupakan variable bebas kedua, Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing
menunjukan harga atau nilai mata uang suatu Negara dinyatakan dalam nilai mata
uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai
53
internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang melewati
Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
indicator yang mencerminkan kondisi pasar modal suatu Negara. IHSG dalam pasar
modal di Indonesia terdiri atas pergerakan seluruh saham di BEI yang tergabung
menjadi satu indeks yaitu IHSG. Hubungan antara ISSI dengan IHSG memiliki
hubungan yang positif, karena seluruh saham yang tergolong dalam ISSI
pergerakan saham secara otomatis akan mempengaruhi antara IHSG dan ISSI
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia yang diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada bank syariah (Arifin, 2009).
54
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
hal ini disampaikan oleh Friderica (2016) bahwa pangsa pasar saham syariah lebih
dominan dibandingkan dengan non syariah. Terlihat dari jumlah saham di Bursa Efek
Indonesia yang masuk dalam kategori saham syariah sebanyak 318 efek atau 61% dari
total saham. Selain hal itu, perkembangan pasar modal syariah juga tercermin dari
Begitu juga yang dikatakan Pasaribu dan Firdaus (2013) perkembangan ekonomi
syariah telah tumbuh dan berkembang pesat pada perekonomian Indonesia, baik
dikalangan akademisi maupun praktisi. Hal ini juga berimplikasi pada berkembangnya
pasar modal syariah yang merupakan bagian dari industri keuangan syariah. Salah satu
indeks pasar modal berbasis syariah yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diterbitkan oleh Bapepam-LK
sebagai regulator yang berwenang dan bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional
Konstituen ISSI adalah seluruh saham yang tergabung dalam Daftar Efek Syariah
(DES) dan tercatat di BEI dimana saat ini jumlah konstituen ISSI sudah lebih dari 200
saham. ISSI digunakan sebagai sarana untuk memudahkan dan menarik Investor muslim
55
meskipun tidak semua Investor saham syariah adalah mereka yang beragama Islam.
dan aplikasi yang bersumber padanilai Islam yaitu Al-Quran dan As-Sunnah
yaituBapepam-LK serta pelaksana yaitu Bursa Efek Indonesia, emiten, dan Investor.
dana (Investor) dan pihak yang memerlukan dana (emiten).Dengan adanya pasar modal,
beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan laba
terbukti telah banyak industry dan perusahaan yang menggunakan institusi ini sebagai
media untuk menyerap dana investasi serta sebagai media untuk memperkuat posisi
56
GRAFIK 4.1
periode Januari 2012 – Desember 2016. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui
bahwa ISSI hampir selalu mengalami pertumbuhan pada setiap periodenya walaupun ada
beberapa penurunan, penurunan yang signifikan terjadi pada 2015, hal itu disebabkan
efek ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil. Lalu mengalami kenaikan kembali
pada periode 2016, menurut Head of Invesment and research PT. Majoris Asset
Management, Yekti Dewanti mengatakan bawha ada beberapa sector yang memberikan
potensi yang cukup tinggi ke ISSI, sehingga ISSI mengalami kenaikan pada tahun 2016.
trend yang sangat positif. Pertumbuhan ISSI yang selalu terjadi setiap periodenya ini
57
tidak terlepas karena pertumbuhan pangsa pasar syariah yang telah tumbuh dan
syariah yang berawal dari sektor perbankan yang kemudian merambah ke asuransi dan
kini eranya telah masuk pada pasar modal. Inilah yang dijadikan kesempatan oleh
beberapa perusahaan atau emiten untuk mengeluarkan indeks syariah agar dapat menarik
minat para masyarakat penanam modal yang ingin berinvestasi pada indeks syariah.
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum
selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur
tingkat presentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga
dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, peumahan,
58
Grafik 4.2
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Tabel 4.2, tingkat inflasi
pada tahun 2012 tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 4,61 persen dan yang
terendah sebesar 2,56 persen. Pada tahun 2013 inflasi tertinggi terjadi pada bulan
Agustus sebesae 8,79 persen dan terendah pada bulan Januari sebesar 4,57 persen.
Tingginya persentase inflasi pada tahun tersebut disebabkan oleh naiknya harga BBM
yang kurang diprediksi, kenaikan tersebut terjadi ketika sebelum lebaran yang
selain itu kebijakan pengurangan impor yang menyebabkan harga bawang dan juga
daging sapi meningkat secara signifikan menurut sasmito Deputi Bidang Statistik
59
Pada tahun 2014 tingkat inflasi tertinggi pada bulan Desember 8,36 persen dan
yang terendah pada bulan Juli dan September sebesar 4,53 persen. Lalu pada tahun 2015
inflasi tertinggi sebesar 7,26 persen terjadi pada bulan Juni dan Juli dan yang terendah
terjadi pada bulan Desember sebesar 3,35 persen. Sedangkan pada tahun 2016 inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Maret 4,45 persen dan yang terendah pada bulan Desember
sebesar 3,02 persen. Selama periode pengamatan nilai tingkat inflasi tertinggi
direpresentasikan pada tahun 2013 bulan Agustus sebesar 8,79 persen dan yang
Kurs Rupiah adalah nilai tukar Rupiah terhadap uang dari Negara lain, yaitu
banyaknya Rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Misalnya kurs yang menunjukkan bahwa US$ 1.00 sama dengan Rp. 8.400, berarti
untuk memperoleh satu Dolar Amerika Serikat dibutuhkan 8.400 Rupiah Indonesia
(Sukirno, 2011:397).
Menurut Subalno (2010:25), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap
mata uang Negara lain. Jadi, nilai tukar Rupiah merupakan nilai dari satu mata Rupiah
yang ditranslasikan ke dalam mata uang Negara lain. Misalnya nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS, nilai tukar Rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Dalam
transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan
kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing
yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazirn
digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam
jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan
60
transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada
hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalarn
penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate).
Berikut ini adalah tabel perkembangan Exchange Rate (Kurs) periode Januari
Grafik 4.3
Pada Grafik 4.3 menunjukan bahwa nilai kurs tertinggi pada tahun 2012 ada
dibulan Desember sebesar 9.718 dan yang terendah ada di bulan Januari sebesar 9.045.
pada tahun 2013 nilai kurs tertinggi ada di bulan Desember sebesar 12.250 dan kurs
terendah ada di bulan Febuari sebesar 9.715. pada tahun 2014 nilai kurs tertinggi ada
di bulan Desember sebesar 12.502 dan kurs terendah ada di bulan Maret sebesar
61
11.461. pada tahun 2015 nilai kurs terbesar ada di bulan September sebesar 14.730 dan
kurs terendah ada di bulan Januari sebesar 12.668. dan pada tahun 2016 nilai kurs
tertinggi ada dibulan Mei sebesar 13.683 dan kurs terendah ada di bulan September
rupiah terhadap Dollar salah satunya disebabkan oleh besarnya defisit transakasi
berjalan akibat neraca perdagangan yang defisit. Selain itu tingginya kebutuhan impor
di Indonesia khususnya pada BBM. Di sisi luar negri rencana bank sentral AS yaitu
The Fed mengurangi paket stimulusnya yang mengakibatkan dana asing yang investasi
pemiliknya.(www.detik.com)
Selama periode penilitian ini nilai kurs tertinggi ada di bulan September 2015
sebesar 14.730 dan yang terendah ada di bulan januari 2012 sebesar 9.045.
Peningkatan atau penurunan harga saham yang direfleksikan oleh Indeks Harga
atau industri suatu negara. Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan
yang lebih fundamental dari suatu negara, artinya maju mundurnya suatu negara bisa
sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks ini. Secara intuitif,
sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan
62
indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabel-variabel makro seperti suku
bunga bebas risiko, kurs mata uang, surplus neraca perdagangan, cadangan devisa dan
inflasi.
Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak masuk
atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan menyebabkan mata
uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah menurun. Sebagian model asing itu
akan ditanamkan dalam portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk
Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang
telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk
membandingkan kegiatan atau peristiwa, baisanya berupa perubahan harga saham, dari
waktu ke waktu.
IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar efek secara
IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka positif yang
negatif menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnya. Jika Indeks Harga
trend pergerakan pasar dan menjadi indikator yang sangat penting bagi pelaku di pasar
63
Grafik 4.4
yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Grafik 4.3, menunjukkan
bahwa nilai IHSG tertinggi pada bulan Maret 2015 sebesar 5,518.511 dan nilai IHSG
terendah pada bulan Mei 2012 sebesar 3,832.710. Penyebab rendahnya IHSG pada
Mei 2012 menurut MNC sekuritas dalam penelitiannya mengatakan IHSG lemah
karena keadaan didalam negeri sendiri, yaitu melemahnya nilai tukar rupiah, didalam
riset tersebut mengatakan "Indonesia yang sedang sekarat butuh infuse bernama
likuiditas dolar AS terhadap Rupiah. Jika Bank Indonesia (BI) tidak secepatnya
64
5. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga dalam mata uang
Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan
prinsip syariah. Dalam penerbitan intrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
menggunakan akad ju‟alah. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 62/DSN-
imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari
suatu pekerjaan. Ja‟il adalah pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu
atas pencapaian hasil pekerjaan (natijah) yang ditentukan. Dimana tingkat imbalan
disesuaikan dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut
Bank Indonesia (www.bi.go.id), SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah
satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip Syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi
bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank
65
Grafik 4.5
Dari Grafik 4.5 menunjukan imbal hasil secara keseluruhan pada periode
penelitian berubah-ubah. Pada tahun 2012 imbal hasil tertinggi pada bulan Desember
sebesar 4,8 persen dan terendah pada bulan Februari sebesar 3,82 persen. Pada tahun
2013 imbal hasil tertinggi dicapai pada bulan Desember sebesar 7,22 persen dan yang
terendah pada bulan Januari sebesar 4,82 persen. Pada tahun 2014 imbal hasil tertinggi
pada bulan Januari sebesar 7,23 persen dan yang terendah pada bulan Oktober sebesar
6,85 persen. Pada tahun 2015 imbal hasil tertinggi pada bulan September sampai
Desember sebesar 7,1 persen dan yang terendah terjadi pada bulan Maret sampai Juli
sebesar 6,65 persen. Pada tahun 2016 imbal hasil tertinggi pada bulan Januari sebesar
6,65 persen dan yang terendah sebesar pada bulan September sebesar 6,15 persen.
66
Selama periode penelitian berlangsung imbal hasil tertinggi pada bulan Januari 2014
sebesar 7,23 persen dan yang paling rendah pada bulan Februari 2012 sebesar 3,82
persen.
1. Uji Stationeritas
Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu uji stasioneritas,
uji stasioneritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang diuji
stasioner atau tidak. Uji stasioneritas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji akar
unit yaitu dengan menggunakan Augment Dickey-Fuller (ADF) pada derajat yang sama
(level atau difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini
menggunakan uji Augment Dickey-Fuller (ADF). Berikut adalah hasil uji stasioneritas
dengan menggunakan Augment Dickey-Fuller (ADF) dari setiap data.
Mc Kinnon
Variabel ADF Test t-Statistics Prob Keterangan
Critical Value 5%
ISSI -2.140437 -2.912631 0.2301 Tidak Stasioner
Inflasi -2.075865 -2.912631 0.2550 Tidak Stasioner
KURS -1.456034 -2.911739 0.5487 Tidak Stasioner
IHSG -1.851317 -2.911730 0.3527 Tidak Stasioner
SBIS -2.939457 -2.912631 0.0470 Stasioner
Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.1, dapat dilihat nilai t-statistic pada
variabel ISSI, inflasi, KURS dan IHSGlebih besar dari nilai critical value 5%, dan nilai
probabilitasnya lebih besar dari 0.05 . Artinya, pada pengujian stasioneritas data pada
tingkat level terhadap variabel ISSI, inflasi, KURS dan IHSG tidak stasioner pada tingkat
level. Sedangkan, variabel SBIS nilai t-statistic-nya lebih kecil dari nilai critical value
67
5%, dan nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0.05. Artinya, pada pengujian stasioneritas
pada tingkat level variabel return sudah stasioner.Apabila data tidak stasioner pada
tingkat level maka perlu dilakukan differencing data untuk memperoleh data yang
stasioner pada derajat yang sama pada first difference. Seperti uji akar unit sebelumnya
keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan
membandingkan antara nilai ADF test t-statistic dengan Mc Kinnon Critical Value 5%
serta dengan melihat nilai probabilitasnya yaitu harus lebih kecil dari 5%. Jika data masih
tidak stasioner pada tingkat first difference maka perlu dilakukan uji derajat integrasi
pada diferensi yang lebih tinggi yaitu second difference sehingga diperoleh data yang
stasioner. Berikut adalah hasil uji stasioneritas pada tingkat first difference dari uji ADF.
Tabel 4.2 memperlihatkan hasil uji stasioneritas pada first difference, dimana
semua data telah stasioner dapat dilihat dari nilai ADF Test t-Statistic pada setiap variabel
lebih kecil dari nilai Mc Kinnon Critical Value 5%, dan nilai probabilitas dari setiap
variabel juga lebih kecil dari 5%. Dari hasil uji stasioner bahwa variabel ISSI, Inflasi,
Kurs, IHSG stasioner pada tingkat first difference.
optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif terhadap panjangnya lag
68
periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun variabel
endogen lainnya.
Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari beberapa kriteria
yaitu: Final Prediction Error (FPI), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz
Dari Tabel 4.3 menunjukkan hasil dari tabel tersebut memberikan lag yang
berbeda-beda, terlihat bahwa dengan kriteria FPE, AIC, SC dan HQ kandidat lag yang
disarankan adalah lag 1, dapat dilihat dari tanda (*) yang paling banyak dan nilai yang
paling kecil.Tanda (*) yang paling banyak adalah lag 1, dengan demikian lag optimal
yang disarankan adalah lag 1.
69
3. Uji Stabilitas VAR
Setelah terbentuknya hasil estimasi persamaan VAR harus diuji kestabilannya.
Persamaan VAR dikatakan stabil apabila nilai modulusnya lebih kecil atau kurang dari 1.
Pada penelitian ini, nilai modulus dari seluruh roots memiliki nilai modulus lebih kecil
atau kurang dari 1 pada lag 1 yang menyebabkan model menjadi stabil pada lag tersebut.
Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil dari IRF dan FEVD valid.
Tabel 4.4
Uji Stabilitas VAR
Root Modulus
4. Uji Kointegrasi
Setelah ketiga uji dilakukan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah uji
panjang terhadap variabel-variabel yang diteliti. Uji kointegrasi pada penelitian ini
Tabel 4.5
Uji Kointegrasi
70
Berdasarkan Tabel 4.5, nilai trace statistic lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat
keyakinan 5%, dan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 0.05. Sehingga
hasil uji kointegrasi ini menunjukkan bahwa analisis yang digunakan untuk penelitian ini
Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel endogen dapat
keterpengaruhan antarvariabel. Jika ada dua variabel, maka apakah variabel yang satu
menyebabkan variabel lainnya, atau berlaku keduanya atau tidak ada hubungan
Tabel 4.6
Uji Kausalitas Granger
71
LN_IHSG does not Granger Cause LN_KURS 59 3.15222 0.0813
LN_KURS does not Granger Cause LN_IHSG 0.98725 0.3247
Hasil uji granger menunjukkan nilai probablitas F-stastistik sebesar0.1239 lebih besar dari
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0650 lebih besar dari 0.05. Maka
dapat disimpulkan H0diterima yang berarti ISSI tidak memengaruhi nilai tukar rupiah.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.8058 lebih besar dari 0.05. Maka
72
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.9794 lebih besar dari 0.05. Maka
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.1160 lebih besar dari 0.05.
Maka dapat disimpulkan H0diterima yang berarti Inflasi tidak mempengaruhi nilai tukar
rupiah.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.1754 lebih besar dari 0.05.
Maka dapat disimpulkan H0diterima yang berarti Inflasi tidak mempengaruhi IHSG.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0322 lebih kecil dari 0.05. Maka
73
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.6781 lebih besar dari 0.05.
Maka dapat disimpulkan H0diterima yang berarti IHSG tidak mempengaruhi SBIS.
6. Estimasi VAR
variabel Y dan sebaliknya, kita dapat mengetahuinya dengan cara membandingkan nilai t-
statistic lebih besar dari nilai t-tabelnya, maka dapat dikatakan bahwa variabel X
mempengaruhi variabel Y.
Tabel 4.7
Estimasi VAR
variabel. Bersdasarkan pada Tabel 4.7 tentang estimasi VAR, dapat diketahui bersama
bahwa variabel inflasi berpengaruh Negatif dan signifikan pada variabel ISSI,hal ini di
74
buktikan dengan membandingkan nilai t-statistic hasil estimasi variabel inflasi sebesar -
2.64706 yang berarti lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1.67356. sedangkan variabel
IHSG dan KURS menunjukan pengaruh yang negative dan tidak signifikan terhadap
ISSIkarena nilai t-statistic nya tidak lebih besar dari nilai t-tabelnya. Sedangkan variabel
SBIS berpengaruh positif dan signifikan hal ini dibuktikan dengan nilai t-statistic hasil
estimasi variabel SBIS sebesar 2.09559 yang berarti lebih besar dari t-tabel nya sebesar
1.67356.
Analisis IRF akan menjelaskan dampak dari guncangan (shock) pada satu variabel
terhadap variabel lainnya, dalam analisis ini tidak hanya dalam jangka waktu yang pendek
teatpi dapat melihat respon dinamika jangka panjang setiap variabel apabila ada shock
tertentu.
Grafik 4.6
.03
.02
.01
.00
-.01
-.02
2 4 6 8 10
Hasil IRF pada grafik 4.6 menunjukan respon variabel ISSI terhadap guncangan (shock)
yang diberikan oleh variabel inflasi pada periode ke-2 sampai dengan periode ke -10 adalah
negatif.
75
Grafik 4.7
.03
.02
.01
.00
-.01
-.02
2 4 6 8 10
Hasil IRF pada grafik 4.7 menunjukan respon ISSI terhadap guncangan (shock) yang
diberikan oleh variabel kurs pada periode ke-2, 3 dan 4 adalah negatif, sedangkan pada
periode ke-5 sampai dengan periode ke-10 guncangan (shock) yang diberikan variabel kurs
adalah positif.
Grafik 4.8
76
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Response of LN_ISSI to LN_IHSG
.04
.03
.02
.01
.00
-.01
-.02
2 4 6 8 10
Hasil IRF pada grafik 4.8 menunjukan respon variabel ISSI terhadap guncangan (shock)
yang diberikan oleh variabel IHSG pada periode ke-2 sampai dengan periode ke-10 adalah
negatif.
Grafik 4.9
.03
.02
.01
.00
-.01
-.02
2 4 6 8 10
Hasil IRF pada grafik 4.9 menunjukan respon ISSI terhadap guncangan (shock) yang
diberikan oleh varibel SBIS memberikan pengaruh positif pada periode ke-2 sampai dengan
periode ke-10
77
Tabel 4.8
Response of LNIISI:
Period LNISSI INFLASI LNKURS LNIHSG SBIS
1 0.035432 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.032011 -0.006153 -0.001060 -0.000936 0.003871
3 0.027547 -0.009895 -0.001175 -0.002361 0.006393
4 0.022746 -0.011660 -0.000698 -0.003880 0.007788
5 0.018108 -0.011916 0.00363 -0.005241 0.008307
6 0.013955 -0.011108 0.000985 -0.006305 0.008189
7 0.010457 -0.009632 0.001838 -0.007018 0.007652
8 0.007675 -0.007809 0.002561 -0.007383 0.006874
9 0.005588 -0.005889 0.003109 -0.007441 0.005996
10 0.004125 -0.004049 0.003468 -0.007253 0.005121
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel ISSI merespon shock yang diberikan
variabel inflasi adalah negatif pada awal periode hingga akhir periode atau negatif
permanen, sedangkan shock yang diberikan oleh variabel SBIS adalah positif di awal
hingga akhir periode atau positif permanen. Selanjutnya shock yang diberikan oleh
variabel jumlah Kurs adalah negatif di periode ke2, 3 dan 4. Shock yang diberikan
variabel IHSG adalah negatif permanen dari awal periode hingga akhir periode.
Selanjutnya akan dibahas mengenai respon ISSI terhadap shock yang ditimbulkan oleh
variabel inflasi, Kurs, IHSG dan SBIS. Pertama akan dibahas mengenai respon ISSI
terhadap shock yang ditimbulkan oleh variabel inflasi, berdasarkan Tabel 4.8
menunjukkan respon yang diberikan variabel ISSI akibat shock yang ditimbulkan variabel
inflasi pada periode ke 2 sebesar -0.006153, artinya kenaikan inflasi sebesar 1% akan
menurunkan ISSI sebesar 0.006153%. Selanjutnya respon ISSI terhadap SBIS, pada
78
Tabel 4.13 dapat dilihat respon yang diberikan variabel ISSI terhadap shock yang
ditimbulkan variabel SBIS adalah positif permanen, Tabel 4.8 menunjukkan respon yang
diberikan variabel ISSI akibat shock yang ditimbulkan variabel SBIS pada periode ke 2
sebesar 0.003871, artinya kenaikan SBIS sebesar 1% akan meningkatkan ISSI sebesar
0.003871%.
Respon ISSI terhadap Kurs, pada Tabel 4.8 respon yang diberikan variabel ISSI
0.001060, artinya setiap kenaikan Kurs sebesar 1% akan menurunkan ISSI sebesar
0.001060%. pada periode ke-5 respon yang diberikan ISSI terhadap shock yang
ditimbulkan variabel Kurs sebesar 0.00363, artinya setiap kenaikan kurs 1% akan
Terakhir respon ISSI terhadap IHSG, pada Tabel 4.8 dapat dilihat respon yang
diberikan variabel ISSI terhadap shock yang ditimbulkan variabel IHSG adalah negatif
permanen, Tabel 4.13 menunjukkan respon yang diberikan variabel ISSI akibat shock
yang ditimbulkan variabel IHSG pada periode ke 2 sebesar -0.000936, artinya kenaikan
Tabel 4.9
Respon Indeks Saham Syariah Indonesia
79
8. Variance Decomposition
Tabel 4.10
Variance Decompositions
hasil olah data ke empat variabel dalam kurun waktu 10 periode kedepan. Hasil dari uji
ini menerangkan mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah vaiabel
lainnya yang dapat dilihat pada periode saa ini dan periode yang akan datang.
Dari Tabel 4.10 di awal periode variabel Inflasi, Kurs, IHSG, Dan SBIStidak
memberikan pengaruh terhadap variabel ISSI, hal ini dapat dilihat bahwa nilai pengaruh
dari variabel ISSI itu sendiri adalah 100%. Pada periode kedua hingga ke sepuluh pun
variabel ISSI masih tetap memimpin dibandingkan dengan variabel lainnya, dapat dilihat
pada periode kesepuluh yaitu nilai pengaruh dari variabel inflasi sebesar 12.8%, nilai
pengaruh dari variabel Kurs 0.61%, nilai pengaruh dari variabel IHSG adalah sebesar
5.18%, dan jumlah pengaruh dari variabel SBIS sebesar 7.25%. Nilai pengaruh yang
ditunjukkan sangat besar, karena nilai pengaruh terlihat dari awal periode cenderung
meningkat.
80
9. Analisis Ekonomi
Berdasarkan dari pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa analisis
VAR cukup baik untuk menjelaskan hubungan jangka pendek, dan pengaruh guncangan
(shock) yang di timbulkan antara inflasi, Kurs, IHSG dan SBIS terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia pada bulan Januari 2012-Desember 2016. Berikut hasil dari penelitian
ini.
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa inflasi dalam jangka pendek berpengaruh
negative dan signifikan terhadap Indeks Saham Syariah, hasil uji Impulse
inflasi adalah negative pada awal sampai akhir periode atau negative permanen,
0.00653% pada period eke-2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rowland dan Mikail (2013) menyatakan bahwa tingkat inflasi memiliki
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa Kurs dalam jangka pendek berpengaruh
81
Syariah, hasil uji Impulse Response Functionvariabel Kurs dengan Indeks
yang diberikan Variabel Kurs adalah negative pada period eke-2,3 dan 4, dan
positif pada periode ke-5 sampai ke-10, artinya setiap kenaikan kurs pada
periode ke-2 sebesar 1% akan menurunkan ISSI sebesar 0.001060% dan pada
periode ke-5 setiap kenaikan 1% kurs akan menaikan ISSI sebesar 0.003630.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dan Rizki
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa IHSG dalam jangka pendek
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah, hasil
Variabel IHSG adalah negative pada awal sampai akhir periode atau negative
sebesar 0.00o926% pada periode ke-2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa SBIS dalam jangka pendek
berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Indeks Saham Syariah, hasil uji
82
Indonesia, menunjukan bahwa variabel ISSI merespon Shock yang diberikan
Variabel SBIS adalah positif pada awal sampai akhir periode atau positif
sebesar 0.003871% pada periode ke-2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode analisis Vector
Autoregressive (VAR) dan mengacu kepada hipotesis penelitian maka pada penelitian ini
1. Berdasarkan uji kausalitas granger ditemukan bahwa antara inflasi, nilai tukar rupiah,
IHSG, SBIS, tidak ada satupun yang memiliki hubunga dua arah atau pun satu arah
dengan ISSI. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan minimal tersapat
satu variabel yang memiliki hubungan kausalitas baik itu satu arah atau pun dua arah
dengan ISSI di tolak. Karena tidak ada satu pun variabel yang memiliki hubunga
2. Berdasarkan uji Impulse Response Function (IRF) ditemukan bahwa guncangan (shock)
pada variabel inflasi, nilai tukar rupiah, IHSG dan SBIS menyebabkan pergerakan ISSI
cenderung tidak stabil. Guncangan ke empat variabel tersebut memberikan respon positif
berfluktuaktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guncangan pada variabel inflasi dan
guncangan yang diberikan pada variabel kurs dan SBIS cenderung memiliki pengaruh
yang positif terhadap ISSI. Dengan demikian, maka hipotetsis kedua yang menyatakan
terdapat pengaruh guncangan (shock) yang ditimbulkan variabel inflasi, nilai tukar
84
3. Berdasarkan uji forecasting error variance descomposition, terlihat bahwa variabel ISSI
itu sendiri yang mempunyai pengaruh guncangan (shock) paling besar. Pada periode ke-1
pengaruh yang diberikan sebesar 100 persen dan menurun pada periode ke-10 menjadi
sebesar 74.13 persen. Sedangkan Pada keempat variabel lainnya, variabel yang pengaruh
guncangannya paling besar yaitu inflasi dengan pengaruh sebesar 1.6 persen pada periode
ke-2 dan meningkat sampai menjadi 12.8 persen pada periode ke-10. Dengan demikian,
hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat variabel yang pengaruh guncangan
B. Saran
Berdasarkan kesipulan yang didapatkan dari penelitian ini, maka saran yang dapat
menjaga kestabilan tingkat SBIS, nilai tukar rupiah, inflasi di masyarakat setiap
periodenya. OJK juga diharapkan dapat memberikan stimulus terhadap pasar modal
syariah yang akhirnya dapat mengundang para investor untuk lebih memilih indeks
pasar modal syariah cara ini juga efektif untuk mengendalikan tingkat inflasi dengan
2. Diharapkan kedepannya Inflasi, nilai tukar, IHSG dan SBIS dapat stabil dan
berpengaruh lebih besar lagi untuk menumbuhkan indeks syariah ini. Kerja sama
85
yang optimal antara bank Indonesia dengan OJK sebagai pengawas lembaga-lembaga
menambah variabel ekonomi lainnya misalkan ekonomi mikro. Hal ini guna untuk
melihat pengaruh ISSI secara keseluruhan terhadap variabel – variabel yang ada di
dalam ekonomi.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ang, R. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Edisi pertama: Rineka Cipta. Jakarta1997
Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba empat Jakarta 2011
Amalia, Fitri. Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Ekonomi Makro. Jakarta. 2010
Arifin, Zainul.. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah.: Azkia Publisher. Jakarta 2009
Azizah, Amalia Nur. “Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Inflasi, dan Investasi Kepemilikan
Saham Asing Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Periode Juli 2011 – Juli
2014)”.Jakarta 2015
Darmadji, dkk. “Pasar Modal diIndonesia”. Edisi Kedua. Salemba Empat : Jakarta. 2006
Dewan Syariah Nasional MUI. “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional ”.MUI, Jakarta,
2003.
Dulio, Eugene A. Uang dan Bank. Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah. PT. Gelora Aksara
Pratama. Jakarta: 1998
Dwiyanti, Vonny. Panduan Praktis Bermain Saham.: Atma Media Press. Jakarta 2010
Fakhruddin, M. Sopian. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal.PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta: 2001
Firdaus M. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series: IPBPress, Bogor. 2011
Ghozali, A. Saham Syariah . Retrieved from Web Site Republika Tentang Pasar Modal:
www.webmaster.com Jakarta 2005
Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta,Jakarta, 2009.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,2010.
Harfian, Ridho Alfin. “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Nilai
Tukar Rupiah, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Terhadap Indeks Saham Gabungan Jakarta
Islamic Index (Periode Oktober 2009 – Desember 2012). UIN Jakarta. Jakarta 2013.
87
Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Anlasis Investasi. BPFE Yogyakarta.Yoygakarta: 1998
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua”. PT Raja GrafindoPersada, Jakarta,
2008.
Kasmir. "Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya" : PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
2008
Prabowo, Dimas. “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
danJumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)”.Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2013
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,2009. Jakarta
Rowland Pasaribu dan Mikail Firdaus. "Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia". Vol. 7 No. 2. Jurnal Ekonomi dan Bisnis STIE YKPN : Yogyakarta.
2013
Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh. “Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”. Jurnal NISSULA Vol. 2 No. 1, Semarang
2015
Sukirno, Sdono. Makro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta: 2004
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar”. Edisi Ketiga : PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2011.
www.duniainvestasi.com
www.bi.go.id
www.katadata.co.id
88
www.wikipedia.com
www.detik.com
89
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Data Penelitian
90
15-Jan 5.144566 6.96 8.573431 6.93 1.637941
15-Feb 5.160875 6.29 8.603395 6.67 1.641106
15-Mar 5.159618 6.38 8.615863 6.65 1.640863
15-Apr 5.085805 6.79 8.534301 6.65 1.626453
15-May 5.118389 7.15 8.559529 6.66 1.63284
15-Jun 5.062082 7.26 8.499134 6.66 1.621778
15-Jul 5.040175 7.26 8.476868 6.68 1.617441
15-Aug 4.95798 7.18 8.413936 6.75 1.600998
15-Sep 4.900761 6.83 8.348486 7.1 1.58939
15-Oct 4.948448 6.25 8.401793 7.1 1.599074
15-Nov 4.940206 4.89 8.399833 7.1 1.597407
15-Dec 4.977154 3.35 8.432261 7.1 1.604858
16-Jan 4.975927 4.14 8.437073 6.65 1.604612
16-Feb 5.018253 4.42 8.470272 6.65 1.613082
16-Mar 5.049292 4.45 8.485749 6.6 1.619248
16-Apr 5.059171 3.6 8.484348 6.6 1.621203
16-May 5.052103 3.33 8.475689 6.6 1.619805
16-Jun 5.111632 3.45 8.520487 6.4 1.631519
16-Jul 5.157589 3.21 8.559455 6.4 1.640469
16-Aug 5.185513 2.79 8.591544 6.4 1.645869
16-Sep 5.175749 3.07 8.587586 6.45 1.643984
16-Oct 5.18862 3.31 8.59832 5.9 1.646468
16-Nov 5.135781 3.58 8.54654 5.9 1.636232
16-Dec 5.147942 3.02 8.574841 5.9 1.638597
LAMPIRAN 2
91
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
Root Modulus
92
LAMPIRAN 6
Uji Kointegrasi
LAMPIRAN 7
93
SBIS does not Granger Cause LN_IHSG 59 1.56283 0.2164
LN_IHSG does not Granger Cause SBIS 0.17411 0.6781
LAMPIRAN 8
Estimasi VAR
94
LAMPIRAN 9
Nilai Response Impulse ISSI
Response of LNIISI:
Period LNISSI INFLASI LNKURS LNIHSG SBIS
1
0.035432 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2
0.032011 -0.006153 -0.001060 -0.000936 0.003871
3
0.027547 -0.009895 -0.001175 -0.002361 0.006393
4
0.022746 -0.011660 -0.000698 -0.003880 0.007788
5
0.018108 -0.011916 0.00363 -0.005241 0.008307
6
0.013955 -0.011108 0.000985 -0.006305 0.008189
7
0.010457 -0.009632 0.001838 -0.007018 0.007652
8
0.007675 -0.007809 0.002561 -0.007383 0.006874
9
0.005588 -0.005889 0.003109 -0.007441 0.005996
10
0.004125 -0.004049 0.003468 -0.007253 0.005121
LAMPIRAN 10
Variance Decompositions
Variance Descompositon of LNISSI :
Period S.E. LN_ISSI INFLASI LN_KURS LN_IHSG SBIS
95