Anda di halaman 1dari 10

THE ETHICS OF AUDITING FUNCTION

KODE ETIK IAPI

ETIKA BISNIS DAN PROFESI


PERTEMUAN KE-12

OLEH KELOMPOK 4

I Putu Risky Perdana Yasa 1781621002 02

Ni Nyoman Widiasih 1781621004 04

Ervin Saputra 1781621012 12

Ni Luh Putu Nuarsih 1781621015 15

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI)

1. Pengertian Kode Etik


Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal
dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri salah satu profesi yang
ada yaitu Akuntan Publik. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi
masyarakat yaitu jasa assurance, jasa atestasi dan jasa non-assurans.
1) Jasa assuran adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan.
2) Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), riview dan prosedur
yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan
pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah
asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
3) Jasa non-assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negative, ringkasan
temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa non-assurance yang dihasilkan
oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan dan jasa
konsultasi.
Terdapat 5 (lima) kewajiban Akuntan Publik dan KAP yaitu sebagai berikut:
1) Bebas dari kecurangan (fraud) ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan
kemahiran jabatannya (due profesional) dalam menjalankan tugas profesinya.
2) Menjaga kerahasiaan informasi/data yang diperoleh dan tidak dibenarkan
memberikan informasi rahasia tersebut kepada pihak yang tidak berhak.
3) Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam (Omnibus Statement)
Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor
Akuntan Publik (SPM-KAP.

1
4) Mempunyai staff atau tenaga auditor yang profesional dan memiliki pengalaman
yang cukup. Hal ini dapat ditempuh melalui Pendidikan Profesi Berkelanjutan
(PPL) atau Continuing Profesion Education
5) Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya dengan baik
dan benar.
Terdapat 3 (tiga) larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Akuntan Publik (AP) yaitu
sebagai berikut:
1) Memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan (general audit) untuk klien yang
sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3 tahun untuk mencegah terjadinya
kolusi antara Akuntan Publik dengan auditee yang merugikan pihak lain seperti
investor, kreditur, pemerintah, pemegang saham, dan lain-lain.
2) Apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi
penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
3) Akuntan Publik dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh ketentuan
perundang-undangan/organisasi profesi seperti sebagai pejabat Negara BUMN,
BUMD,dll kecuali yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen perguruan tinggi
yang tidak menduduki jabatan structural dan atau komisaris atau komite yang
bertanggung jawab kepada komisaris atau pimpinan usaha konsultansi manajemen.
Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), yang tidak boleh dilakukan yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan jasa kepada suatu pihak, apabila KAP tidak dapat bertindak independen
2) Memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuangan untuk klien yang
sama berturut-turut untuk kurun waktu leboh dari 5 (lima) tahun.
3) Memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan manajemen.
4) Menggunakan jasa Pihak Terasosiasi yang menolak atau tidak bersedia memberikan
keterangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan
KAP.

2. Latar Belakang Penetapan Kode Etik Profesi Akuntan IAPI


Salah satu misi Institut Akuntan Publik Indonesia (‘IAPI”) adalah untuk menyusun dan
mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas
dengan mengacu pada standar internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, IAPI telah
memberikan tanggung jawab kepada Dewan Standar Profesional Akuntan Publik IAPI untuk

2
mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang
berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia.

3. Bagian Kode Etik Profesi Akuntan IAPI


Kode Etik Profesi Akuntan Publik (“Kode Etik”) ini terdiri dari dua bagian, yaitu
Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi
dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode
Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi
tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (“KAP”) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan
jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang
tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu
tersebut di atas selanjutnya disebut “Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP
atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas, tetap harus
mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak
boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan
yang diatur dalam Kode Etik ini.
Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku
ternyata lebih ketat dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan
aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan
lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini. Kode Etik ini berlaku efektif sejak tanggal 1
Januari 2010. Bagian-bagian pada Kode Etik Profesi Akuntan Publik (IAPI) yaitu sebagai
berikut:
Bagian A: Prinsip Dasar Etika Profesi
Seksi 100 Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi
Seksi 110 Prinsip Integritas
Seksi 120 Prinsip Objektivitas
Seksi 130 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
3
Seksi 140 Prinsip Kerahasiaan
Seksi 150 Prinsip Perilaku Profesional

Bagian B: Aturan Etika Profesi


Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP atau Jaringan KAP
Seksi 220 Benturan Kepentingan
Seksi 230 Pendapat Kedua
Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-tamahan lainnya
Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien
Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

4
KASUS DILEMA AUDITOR

Arthur merupakan lulusan di Bidang Akuntansi dan memperoleh gelar sarjana


kemudian ia disewa oleh Castor Gotlieb LLP yaitu perusahaan akuntansi menengah terbesar.
Alasannya memilih perusahaan tersebut dibanding perusahaan lain karena selama
wawancara, Arthur dan perekrut telah berbicara panjang lebar tentang kejujuran dan
integritas pribadi. Ini adalah nilai-nilai yang paling berharga bagi Arthur, dan ia yakin bahwa
kejujuran dan integritas yang konsisten dengan nilai-nilai dan misi pernyataan Castor Gotlieb.
Penugasan pada klien pertama, Arthur melakukan aspek-aspek dasar dari audit. Ia
menunjukkan kompetensi dan wawasan masalah audit yang potensial, dan sebagainya
pekerjaan berikutnya ia diberi aspek yang lebih kompleks dari audit. Dia menyelesaikannya
tepat waktu, dan diberi evaluasi yang sangat positif oleh senior auditnya yaitu Jonathan Lee.
Arthur menikmati pekerjaan, namun pekerjaan tersebut harus dilakukan berjam-jam,
terutama selama musim pajak. Menurutnya sulit untuk bekerja dari sembilan sampai lima di
kantor klien di mana ia menyelesaikan pengembalian pajak sampai sebelas malam, hanya
untuk mengulang seluruh rutinitas pada hari berikutnya, dan setiap hari setelah itu. Arthur
hanya memiliki satu hari libur setiap minggu. Menurut manajernya Stella Resse itu
merupakan hal yang wajar karena waktu istirahat akan dilakukan pada musim panas. Pada
minggu kedua bulan Maret, Arthur dikirim bekerja pada audit Perusahaan Furniture Pine
Crest. Pine Crest memproduksi dan menjual furniture kontemporer ruang tamu dan ruang
makan melalui dua toko yang terletak di pinggir kota. Arthur bertanggung jawab untuk
bagian persediaan. Ia memiliki anggaran waktu 40 jam untuk menyelesaikan bagian dari
audit, karena telah menghabiskan 40 jam pada bagian persediaan tahun lalu. Audit persediaan
topi adalah straight forward, dan Arthur yakin bahwa ia akan mampu menyelesaikan bahwa
bagian dari file di bawah anggaran.
Pada malam kedua audit, Arthur menghitung capital gain yang kena pajak untuk
wealthy client, Arthur menyadari bahwa mungkin ada masalah transfer pricing internal Pine
Crest sehubungan dengan satu model furnitur ruang makan yang telah dipindahkan dari satu
toko ke toko lainnya. Selama dua hari berikutnya, Arthur menghabiskan jumlah tambahan
waktu memeriksa skema harga transfer internal perusahaan serta seluruh pemeriksaan
didokumentasikan. Setelah menghabiskan hampir 50 jam pada bagian persediaan, Arthur
menyimpulkan bahwa tidak ada masalah dengan persediaan. Arthur telah keliru dan malu
bahwa ia telah menghabiskan begitu banyak waktu pada persediaan. Dia merasa bahwa jika
5
ia baru saja mengikuti prosedur audit standar, ia bisa menyelesaikan bagian sesuai anggaran.
Akibatnya, ia melaporkan bahwa ia hanya menghabiskan 40 jam saat ia benar-benar
menghabiskan 50 jam. Arthur enggan untuk memalsukan laporan waktunya, tapi ia
membenarkan tindakannya atas dasar bahwa ia baru dan berpengalaman. Dia juga
mengatakan bahwa ekstra 10 jam adalah pengalaman belajar. Serta ia merasa tidak akan ada
yang tahu bahwa ia telah menyelesaikan laporan dalam waktu tidak benar, karena Arthur
memiliki reputasi untuk memiliki integritas tinggi.
Pada akhir audit Pine Crest, Arthur menerima penilaian yang sangat baik dari Senior
Audit Jonathan Lee serta Manager Stella Reese. Kinerja Arthur pada dua pekerjaan
berikutnya juga sangat baik dan ia dipromosikan menjadi staf akuntan menegah di akhir
tahun. Februari berikutnya, Arthur dipanggil ke pertemuan membahas yang akan datang
mengenai Audit Pine Crest Furniture yang akan dilakukan bulan depan. Pertemuan itu
beranggotakan Jonathan Lee, Stella Reese, serta tiga staf akuntan lain yang telah mengaudit
Pine Crest tahun lalu. Stella mengatakan bahwa akibat dari krisis ekonomi penjualan di Pine
Crest turun. Controller mereka mengatakan mereka tidak mampu membayar jumlah yang
sama tahun ini untuk audit. Auditor berada di bawah banyak tekanan untuk menjaga biaya
serendah mungkin, dan Ms. Johnson selaku mitra dari Castor Gotlieb telah setuju untuk
menurunkan biaya sedikit, tetapi tetap meminta untuk menyelesaikan audit dalam waktu
singkat.
Hasil dari keputusan tersebut berarti bahwa anggaran waktu audit yang telah dipotong
10% tahun ini. Apapun anggaran untuk bagian itu tahun lalu itu 10% lebih sedikit tahun ini.
Hasil itu menimbulkan protes namun Stella berpendapat bahwa mereka punya tim audit yang
sama bekerja pada klien tahun ini di tahun lalu. Kita semua tahu operasi dan kegiatan klien.
Tidak ada kurva belajar pada audit kali ini, sehingga dapat dilakukan dengan maksimal.
Stella terkesan dengan kinerja Arthur tahun lalu. Ia tidak menyadari bahwa mungkin ada
masalah harga persediaan transfer. Tidak sampai ia membaca apa yang Arthur tulis secara
baik dan mendalam tahun lalu. Stella berkesimpulan bahwa jika audit persediaan pada audit
ini dilakukan lagi oleh Arthur maka ia akan dengan cepat menyelesaikan audit itu.
Konsekuensi dari apa yang dilakukan Arthur menimbulkan dilema yang harus ia hadapi. Ia
mencoba membuat pilihan dari 4 hal yang mungkin dilakukannnya yaitu:
1. Memberitahukan Stella kebenaran bahwa ia berbohong pada laporan pertama kalinya
tahun lalu. Apakah ia dipecat karena ia tidak menunjukkan kejujuran dan integritas?

6
2. Menyelesaikan audit persediaan dan melaporkan 36 jam, terlepas dari berapa lama
waktu yang dibutuhkan. Apakah ini berarti berbohong lagi laporan waktunya?
Apakah ini adil untuk siapa pun yang memiliki untuk melakukan bagian persediaan
tahun depan?
3. Mengeluh pada Ms Johnson dan mengatakan bahwa pengurangan sepuluh persen
sewenang-wenang dalam waktu audit yang tidak adil. Bagaimana Jonathan dan Stella
akan bereaksi jika ia pergi di atas kepala mereka ke partner audit?
4. Mencari pekerjaan di perusahaan akuntansi lain. Kenapa dia akan mengatakan bahwa
dia berhenti?

Pertanyaan:
Apa yang harus Arthur lakukan? Mengapa?

Jawab:
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat
keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya. Hal yang dapat
dilakukan untuk menghadapi dilema etika yaitu sebagai berikut:
1) Memeroleh fakta yang relevan
2) Mengidentifikasi isu etika dengan fakta tersebut
3) Menentukan siapa yang akan terkena pengaruh dari keluaran (outcome) dilema
tersebut dan bagaimana cara setiap individu atau kelompok itu dipengaruhi
4) Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi pribadi yang harus
menyelesaikan dilema tersebut
5) Mengidentifikasi konsekuensi yang akan terjadi pada setiap alternatif
6) Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan
Menurut kami, yang seharusnya Arthur lakukan berdasarkan pilihan di atas adalah
memberitahukan Stella kebenaran bahwa ia berbohong pada laporan pertama kalinya tahun
lalu, walaupun ini akan berdampak pada penilaian oleh senior auditor dan manajer akan tidak
baik atas kinerja dan integritas dari Arthur. Namun dampak dari pilihan yang tidak tepat atas
audit tahun sebelumnya adalah penilaian yang salah atas kinerja oleh senior auditor dan
manajer serta berdampak pada proses audit yang selanjutnya khususnya untuk penentuan
anggaran waktu. Kemampuan skeptisme yang dimiliki oleh Arthur memang sudah cukup
baik hanya saja tidak jujur menyampaikan kondisi yang sebenarnya kepada internal
7
perusahaan tempat ia bekerja. Jika Arthur menyampaikan dengan jujur saat itu dan
menyampaikan kendala serta alasan mengapa membutuhkan waktu lebih lama, maka proses
audit yang selanjutnya akan bisa lebih baik. Ketidakjujuran Arthur menimbulkan bias
pemahaman dari internal perusahaan. Selain itu, hal yang seharusnya juga dilakukan manajer
dan senior auditor adalah meriview kerta kerja audit dengan cermat dan detail walaupun
penilaian terhadap staff sudah cukup baik. Bagi staff yang baru dipekerjaan sebaiknya juga
diberikan pelatihan atau training mengeni proses akuntansi dan proses audit sebelum memang
langsung melakukan pemeriksaan ke lapangan. Bagi pimpinan sebaiknya mengapresiasi atas
kejujuran yang berani diungkapkan oleh seluruh komponen perusahaan untuk menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki reputasi baik yang dicerminkan melalui integritas, objektivitas,
independensi dan kompetensi sumber daya manusia dalam perusahaan tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Duska, Ronald, Brenda Shay Duska dan Julie Ragatz. 2011. Accounting Ethics Second
Edition. United Kingdom:Wiley-Blackwell.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2008. Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Jakarta:
IAPI

Anda mungkin juga menyukai