Anda di halaman 1dari 53

Etika Profesi Auditor

Kelompok 11
Nama Anggota Kelompok :

Agnes Jocom – 20061104167


Maya Maradesa – 20061104120
Anggelo Wangko – 20061104104
Alicya Lanipi – 20061104207
Definisi Etika
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Den-
gan kata lain, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma
moral. Sebagai salah satu cabang filsafat, etika menekankan pada pendekatan
kritis dalam melihat nilai dan norma moral serta permasalahan-permasalahan
moral yang timbul dalam kehidupan manusia
Kode Etik
Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur perilaku moral dari
suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang harus dipenuhi dan ditaati setiap
anggota profesi. Karena kode etik merupakan wujud dari komitmen moral organisasi, kode etik
harus berisi mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi,
apa yang harus didahulukan dan apa yang boleh dikorbankan oleh profesi ketika
menghadapi situasi konflik atau dilematis.
Peranan etika
dalam Proses
Auditor
Standar etika ini sangat penting mengingat sebagai profesional, seorang auditor
mengemban tanggung jawab yang besar. Dalam hal ini, kesadaran atau kewas-
padaan merupakan unsur kunci untuk menghindari perilaku tidak etis dan melang-
gar hukum. Untuk menghindari perilaku tidak etis, para auditor harus memban-
gun rasa tanggung jawab yang kuat.
Pentingnya
Nilai-nilai Etika
dalam Auditing
Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan auditing. Berikut
adalah masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan
atau tekanan untuk:
1. Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
2. Mengungkapkan informasi rahasia
3. Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,
penyuapan dan sebagainya.
Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai perilaku yang pantas
harus dibuat. Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak
beretika:
1. Semua orang melakukannya.
2. Jika itu legal, maka itu beretika.
3. Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.
Kode Etik
Akuntan
Indonesia
Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan disebut dengan Kode Etik Akuntan Indonesia. Dalam hubungan ini
perlu diingat bahwa IAI adalah satu-satunya organisasi profesi akuntan di Indone-
sia.
Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap akuntan
harus senantiasa mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan
moral dalam semua kegiatan yang dilakukan.
Kepentingan Umum (Publik)
Setiap akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang
mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan
masyarakat dan menunjukkan komitmen pada profesional.
Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
Obyektivitas
Setiap akuntan harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan ke-
pentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati- hatian, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa auditan atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
Kerahasiaan
Setiap akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh se-
lama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau men-
gungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Perilaku Profesional
Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Standar Teknis
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan.
Kode Etik
INTOSAI
Kode etik INTOSAI terdiri dari (1) integritas, (2) independen, obyektif dan tidak
memihak, (3) kerahasiaan dan (4) kompetensi. Dalam paragaraf 15 dan 18, IN-
TOSAI menyatakan bahwa auditor tidak hanya bersifat independen terhadap
auditan dan pihak lainnya, tetapi juga harus obyektif dalam menghadapi berba-
gai masalah yang direviu.
Government
Accounting
Standards dari
US GAO
Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor harus menjaga
integritas, obyektifitas dan independensi. Organisasi pemeriksa juga memiliki tang-
gung jawab dalam memberikan keyakinan yang memadai bahwa independensi
dan obyektifitas dilaksanakan dalam semua tahap penugasan.
Draft Standar
Pemeriksaan
Keuangan Negara
(SPKN) BPK
Berkaitan dengan independensi, SPKN menyatakannya dalam standar umum kedua,
yang berbunyi "Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organ-
isasi pemeriksa dan pemeriksa baik pemerintahan maupun akuntan publik, harus
bebas baik dalam sikap mental maupun penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan
organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya."
Aturan Etika
Kompartemen
Akuntan Sektor
Publik
Aturan etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-prinsip etika dan dite-
tapkan untuk masing-masing kompartemen. Untuk akuntan sektor publik, aturan
etika ditetapkan oleh IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-
KASP).
Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan sektor publik harus memiliki karakteristik
yang mencakup:
• Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
• Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi kerja maupun untuk
auditan.
• Berpandangan obyektif.
• Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.
Integritas

Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjun-
jung tinggi kebenaran dan kejujuran.
Obyektivitas

Auditor yang obyektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga in-
dependensi profesinya dapat dipertahankan.
Kompetensi dan kehati-hatian

Agar dapat memberikan layanan audit yang berkualitas, auditor harus memiliki
dan mempertahankan kompetensi dan ketekunan
Kerahasiaan

Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya


dalam melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus
dilakukan secara terbuka dan transparan.
Prinsip kerahasiaan tidak berlaku dalam situasi-situasi berikut:
o Pengungkapan yang diijinkan oleh pihak yang berwenang, seperti auditan dan instansi tempat ia
bekerja.
o Pengungkapan yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundang- undangan
o Pengungkapan untuk kepentingan masyarakat yang dilindungi dengan undang-undang.
Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak konsisten dalam mempertahankan reputasi profesi
serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap tindakan
yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor pro-
fesional.
Standar Teknis dan Profesional

Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang
meliputi standar teknis dan profesional yang relevanStandar ini ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia.
Panduan Umum Lainnya Pada Aturan IAI-KASP

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, panduan umum lainnya yang tercantum dalam
aturan etika IAI-KASP terdiri dari tiga hal yaitu panduan good governance dari organisasi/instansi
tempat auditor bekerja, panduan identifikasi pertentangan kepentingan, panduan
atas pemberian fasilitas dan hadiah, dan panduan penerapan aturan etika bagi auditor yang bek-
erja di luar wilayah hukum aturan etika.
Good Governance
Auditor diharapkan mendukung penerapan good governance pada organisasi atau instansi tempat
ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut:
• Tidak mementingkan diri sendiri
• Integritas
• Obyektivitas
• Akuntabilitas
• Keterbukaan
• Kejujuran
• Kepemimpinan
Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan adanya pertentangan
kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik adalah:
• Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja, maupun auditan di tempat kerja (instansinya).
• Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi.
• Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar atau aturan.
Fasilitas dan Hadiah.
Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki atau akan memiliki hubungan
kontraktual dengannya dengan mengacu dan memperhatikan seluruh peraturan perundang-undangan
mengenai tindak pidana korupsi, dengan melakukan tindakan-tindakan berikut:
• Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang normal dan masuk akal
• Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi masyarakat bahwa auditor akan
terpengaruh oleh pemberian tersebut.
• Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang diterima maupun yang dito-
lak, dan melaporkan catatan tersebut.
Pemberlakuan Aturan Etika bagi Auditor yang Bekerja di Luar Negeri
Pada dasarnya auditor harus menerapkan aturan yang paling keras apabila auditor dihadapkan
pada dua aturan berbeda yang berlaku ketika ia bekerja di luar negeri, yaitu aturan etika pro-
fesinya di Indonesia dan aturan etika yang berlaku di luar negeri.
Indenpendensi
Auditor
Sesuai dengan etika profesi, akuntan yang berpraktik sebagai auditor dipersyaratkan
memiliki sikap independensi dalam setiap pelaksanaan audit. Dalam kaitannya dengan auditor,
independensi umumnya didefinisikan dengan mengacu kepada kebebasan dari hubungan
(freedom from relationship) yang merusak atau tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk
menerapkan obyektivitas.
Indenpendensi dan Akuntan Publik

Independensi merupakan suatu konsep yang lebih mendasar dalam profesi akuntansi diband-
ingkan dengan profesi lainnya. Tidak ada standar dalam Aturan Perilaku atau Kode Etik
Profesi bagi auditor yang lebih penting daripada independensi.
Indenpendensi dalam Kenyataan

Independensi dalam kenyataan merupakan salah satu aspek paling sulit dari etika dalam profesi
akuntansi. Kebanyakan auditor siap untuk menegaskan bahwa untuk sebagian besar indepen-
densi dalam kenyataan merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari seorang profesional.
Indenpendensi dalam Penampilan

Independensi dalam penampilan mengacu kepada interpretasi atau persepsi orang mengenai in-
dependensi auditor. Sebagian besar nilai laporan audit berasal dari status independensi dari
auditor.
KKN dan Tindakan
Melanggar Hukum
Lainnya
Dari sudut pandang etika, korupsi dalam konteks administrasi publik didefinisikan
sebagai penggunaan jabatan, posisi, fasilitas atau sumber daya publik untuk kepentingan atau
keuntungan pribadi. Dengan demikian, korupsi pada dasarnya merupakan pelanggaran terhadap
kepercayaan publik yang diberikan kepada pegawai atau pejabat publik
Pengendalian Mutu Audit

Hasil audit diperlukan oleh berbagai pihak sebagai pertimbangan dalam membuat keputu-
san. Opini auditor yang tidak akurat akan memberikan dampak yang buruk. Karenanya,
timbul suatu kebutuhan untuk menjaga kualitas laporan audit sehingga mencegah pengambi-
lan keputusan yang kurang tepat.
Peer Review
Menurut Internal Quality Review, istilah peer review memiliki arti eksternal reviu dan evaluasi
kualitas dan efektivitas program akademis, staffing, dan struktur, yang dilaksanakan oleh pihak
eksternal yang memiliki keahlian di bidang yang direviu.
Pelaksanaan Peer Review di BPK
Pada Agustus 2004, BPK menyelesaikan peer review untuk pertama kalinya. Peer review terse-
but dilaksanakan oleh 3 (tiga) pihak dari Badan Audit New Zealand, yaitu Direktur Eksekutif
New Zealand, Direktur Audit New Zealand, dan Direktur Asosiasi Audit New Zealand.
Thanks !

Anda mungkin juga menyukai