GRUP A1
ETIKA PROFESI AUDITOR
1
Kode Etika
Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur perilaku
moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yanh harus dipenuhi dan ditaati
setiap anggota profesi. Karena kode etik merupakan wujud dari komitmen moral organisasi, kode
etik harus berisi mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh anggota
profesi, apa yang harus didahulukan dan apa yang boleh dikorbankan oleh profesi ketika
menghadapi situasi konflik atau dilematis, tujuan dan cita-cita luhur profesi, dan bahkan sanksi
yang akan dikenakan kepada anggota profesi yang melanggar kode etik. Terdapat dua tujuan
utama dari kode etik. Pertama, kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari
kemungkinan kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh
anggota profesi.
Kedua, kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilaku perilaku
menyimpang oleh anggota profesi. Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada
2 (dua) syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kode etik harus dibiuat oleh profesinya sendiri.
Kode etik tidak akan efektif apabila ditentukan oleh pemerintah atau instansi di luar profesi itu.
Kedua, pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus. Setiap pelanggaran akan
dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan yang khusus dibentuk.
2
Kode Etik Akuntan Indonesia
Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang meliputi
prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika yang diikuti dengan tanya jawab dalam
kaitannya dengan interpretasi aturan etika. Prinsip-prinsip etika dalam Kode Etik IAI ada 8
(delapan), yaitu:
1. Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap akuntan harus
senantiasa mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua
kegiatan yang dilakukan.
2. Kepentingan Umum (Publik)
Setiap akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang
mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat dan
menunjukkan komitmen pada profesional.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin
4. Obyektivitas
Setiap akuntan harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehatihatian ,kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa auditan
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya
3
7. Perilaku Profesional
Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi
Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat dapat
dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan oleh
auditor ketika memunculkan keunggulan personal ketika memberikan layanan profesional
kepada instansi tempat auditor bekerja dan kepada auditannya. Misalnya, auditor seringkali
menghadapi situasi di mana terdapat berbagai alternative penyajian informasi yang dapat
menciptakan gambaran keuangan atau kinerja yang berbeda-beda. Dengan berbagai tekanan
yang ada untuk memanipulasi fakta-fakta, auditor yang berintegritas mampu bertahan dari
berbagai tekanan tersebut sehingga fakta-fakta tersaji seobyektif mungkin. Auditor perlu
mendokumentasikan setiap pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam situasi penuh
tekanan tersebut.
Obyektivitas
Auditor yang obyektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi profesinya
dapat dipertahankan. Dalam mengambil keputusan atau tindakan, ia tidak boleh bertindak atas
dasar prasangka atau bias, pertentangan kepentingan, atau pengaruh dari pihak lain. Obyektivitas
ini dipraktikkan ketika auditor mengambil keputusan-keputusan dalam kegiatan auditnya.
4
Auditor yang obyektif adalah auditor yang mengambil keputusan berdasarkan seluruh bukti yang
tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi
maupun tekanan dan pengaruh orang lain. Obyektivitas auditor dapat terancam karena berbagai
hal. Situasi-situasi tertentu dapat menghadapkan auditor pada tekanan yang mengancam
obyektivitasnya, seperti hubungan kekerabatan antara auditor dengan pejabat yang diaudit.
Obyektivitas auditor juga dapat terancam karena tekanan dari pihak-pihak tertentu, seperti
ancaman secara fisik. Untuk itu, auditor harus tetap menunjukkan sikap rasional dalam
mengidentifikasi situasi atau tekanan yang dapat mengganggu obyektivitasnya.
Ketidakmampuan auditor dalam menegakkan satu atau lebih prinsip-prinsip dasar dalam aturan
etika karena keadaan atau hubungan dengan pihak-pihak tertentu menunjukkan indikasi adanya
kekurangan obyektivitas
5
Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara terbuka
dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu auditor harus
memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya, kecuali adanya kewajiban
pengungkapan karena peraturan perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus dijaga sampai
kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti bekerja pada instansinya. Dalam prinsip
kerahasiaan ini juga, auditor dilarang untuk menggunakan informasi yang dimilikinya untuk
kepentingan pribadinya, misalnya untuk memperoleh keuntungan finansial.
6
1. Kepercayaan Publik
Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib dengan menilai kewajaran dari laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Auditor harus memiliki tanggung jawab
terhadap laporan keuangan yang sedang dikerjakan. Tanggung jawab disini sangat
penting bagi auditor. Publik akan menuntut sikap profesionalitas dari seorang auditor,
komitmen saat melakukan pekerjaan. Atas kepercayaan publik yang diberikan inilah
seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya
memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki
tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai
kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan.
Sistem Akuntansi
Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan
menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
7
Bukti Audit
Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan
kesimpulan rasional. Dan harus memperoleh bukti yang sangat bermanfaat dalam
mengaudit laporan keuangan.
Pengendalian Intern
Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal,
hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance
test.
4. Independensi Auditor
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan
yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.
Independensi penampilan.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak
independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan
8
masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi
masyarakat terhadap independensi akuntan publik.
Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor
dari kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan, window
dressing,serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal.
Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai regulator
telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan kereablean data yang
disajikan emiten baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.
9
Etika Dalam Fraud Audit
B. PENGERTIAN FRAUD
Dalam kamus Inggris-Indonesia, fraud diartikan sebagai penipuan, kecurangan atau
penggelapan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwodarminto (1976),
fraud berarti tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil, dan keculasan.
Dalam “Fraud Examiners Manual”, fraud didefinisikan sebagai an intentional untruth or a
dishonest scheme used to take deliberate and unfair advantage of another person or group of
persons. It includes any means, such as surprise, trickery, or cunning, by which one cheats
another. Maksudnya, fraud berkenaan dengan adanya keuntungan yang diperoleh seseorang
10
dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Didalamnya
terkandung unsur-unsur : tak terduga (surprise), tipu daya (trickery), licik (cunning) dan curang
(unfair), yang merugikan orang lain (cheats).
Pendapat yang lain menyatakan bahwa fraud adalah penipuan yang sengaja dilakukan yang
menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan
keuntungan bagi pelaku fraud. Perbuatan menipu adalah perbuatan curang yakni mengandung
unsur ketidakjujuran, bohong dan cenderung tersembunyi sehingga pihak korban sering tidak
menyadari dirinya telah dirugikan.
Fraud yang dibahas dalam modul ini diarahkan pada bentuk pelanggaran hukum/aturan yang
terjadi karena adanya suatu rekayasa atau adanya penyalahgunaan wewenang seperti
penggelapan, pencurian dengan tipu Etika dalam Fraud Audit Pusdiklatwas BPKP - 2008 46
muslihat, kecurangan pelaporan keuangan, korupsi, kolusi ataupun nepotisme. Pencurian dengan
kekerasan, perampokan, termasuk juga perbuatan melawan hukum, merugikan orang lain dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi, yang tergolong dalam tindak pidana umum,
tetapi tidak termasuk pengertian fraud dalam modul ini.
11
3. Penginvestigatian fraud (investigative), yaitu upaya untuk menangani dan memproses
tindakan fraud sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12