Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET TETAP”

Oleh:

Kelompok 4
Wilda 0016.04.33.2022
Ismayanti 0004.004.33.2022
Munifa 0022.04.33.2022
Andi Besse Rune Tompo S 0021.04.33.2022
M. Khusnul Mubarak 0030.04.33.2022
Muh. Asrullah Arifin 0033.04.33.2022

PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERITAS MUSLIM INDONESIA
KOTA MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Pajak Atas Aset Tetap ini dengan baik dan
tepat waktu.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
Akuntansi Perpajakan, dengan merangkum dari berbagai sumber buku dan website online
sehingga dapat melengkapi tugas yang diberikan dosen pengampuh.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
penyampaian materi. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk memperbaiki makalah saya menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini
dapat dijadikan referensi dan memberikan manfaat bagi para pembaca.

Makassar, 10 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................- 1 -
PENDAHULUAN......................................................................................................................- 1 -
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................- 1 -
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................- 1 -
C. TUJUAN..........................................................................................................................- 1 -
BAB II.........................................................................................................................................- 2 -
PEMBAHASAN.........................................................................................................................- 2 -
A. Pengakuan Aset Tetap........................................................................................................- 2 -
B. Perolehan Aset Tetap..........................................................................................................- 3 -
C. Penggolongan Aset Tetap...................................................................................................- 5 -
D. Penyusutan Aset Tetap......................................................................................................- 6 -
E. Penarikan Harta Bukan Bangunan.................................................................................- 11 -
F. Revaluasi Aktiva Tetap..................................................................................................- 11 -
BAB III.....................................................................................................................................- 13 -
PENUTUP.................................................................................................................................- 13 -
Simpulan................................................................................................................................- 13 -
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................- 14 -

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 : 68) aset tetap adalah aset berwujud, yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk di sewakan
ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu
periode. SAK menggunakan istilah aset tetap, sedangkan menurut pasal 11 UU PPh nomor
36 tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau
berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan menagih dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai lebih dari satu tahun.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas tentang Akuntansi Pajak
Ataspengakuan aset tetap, perolehan asset tetap, penggolongan aktiva tetap, penyusutan aset
tetap, penarikan harta bukan bangunan, dan revaluasi aktiva tetap
Bagaimana revaluasi aktiva tetap.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengakuan aset tetap?
2. Bagaimana perolehan asset tetap?
3. Bagaimana penggolongan aktiva tetap?
4. Bagaimana penyusutan aset tetap?
5. Bagaimana penarikan harta bukan bangunan?
6. Bagaimana revaluasi aktiva tetap?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengakuan aset tetap
2. Mengetaui perolehan asset tetap
3. Mengetahui penyusutan aset tetap
4. Mengetahui penarikan harta bukan bangunan
5. Mengetahui penggolongan aktiva tetap
6. Mengetahui revaluasi aktiva tetap

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengakuan Aset Tetap

PSAK No. 16 Revisi Tahun 2007 menyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Menurut Warren, C.S., dkk (2016, 494) aset tetap (fixed asset) adalah aset yang
bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen dan merupakan
kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dibeli bukan untuk dijual, yang digunakan
untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan dan dapat digunakan lebih dari
satu periode akuntansi seperti peralatan, mesin, gedung dan tanah. Kieso, D.E.,
Weygandt, J.J. dan Warfield, T.D. (2011, 512) mendefinisikan aset tetap sebagai
berikut:
Property, plant, and equipment is defined as tangible assets that are held for use in
production or supply of goods and services, for rentals to others, or for adminstrative
purposes; they are expected to be used during more than one period.
Rudianto (2012, 256)

Aktiva tetap merupakan barang berwujud milik perusahaan


yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan,
bukan untuk diperjual belikan. Menurut Bambang Riyanto (2011, 115) menyatakan
bahwa “aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur
habis turut serta dalam proses produksi dan ditinjau dari lama perputaran aset tetap
ialah aset yang mengalami proses perputaran dalam jangka waktu panjang”.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) telah mengesahkan penyesuaian atas
PSAK 16 tentang Aset Tetap, pengertian aset tetap menurut PSAK No.16 paragraf 06
aset berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
dan (b) diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Berikut adalah

2
klasifikasi aset tetap : Tanah, Gedung dan Bangunan, Mesin dan alat– alat, Kendaraan,
Peralatan

Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke entitas; dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau dinilai
wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
kontruksi, bila dapat diterapkan, jumlah yang didistribusikan pada aset saat pertama kali diakui
sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK.
Biaya perolehan terdiri atas harga beli, termasuk bea import, PPN masukan yang tidak
dapat dikreditkan, dan biaya lain yang dapat diatribusikan secara langsung sampai aset tersebut
siap dipakai atau berada ditempat.
Komponen biaya perolehan aset tetap (Paragraf 16 PSAK No. 16 Revisi 2007):
1. Harga perolehan
Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban biaya-biaya tersebut timbul pada saat aset diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset selama periode tertentu yang bertujuan selain menghasilkan
persediaan.

B. Perolehan Aset Tetap

 Perolehan Aset Tetap secara Gabungan


Apabila aset diperoleh secara gabungan, maka harga perolehan masing-masing aset tetap
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan berdasarkan perbandingan nilai wajar
masing-masing aset yang bersangkutan.

3
Contoh: harga bangunan termasuk tanah seharga Rp 300.000.000,-
Jenis Aset Harga Jual Alokasi Harga Perolehan
Tanah 150.000.000 15 x 300.000.000 = 180.000.000
25
Bangunan 100.000.000 10 x 300.000.000 = 120.000.000
25
Jumlah 250.000.000 = 300.000.000
Ayat jurnal saat pembelian tunai:
Tanah 180.000.000
Bangunan 120.000.000
Kas dan Bank 300.000.000
 Perolehan Aset Tetap secara Angsuran
Aset tetap yang diperoleh secara angsuran, perlu diperhatikan mengenai kontrak
pembeliannya. Contoh: membeli aset tetap berupa mobil harga perolehan Rp.120.000.000
dibayar dalam 24 kali angsuran, angsuran pokok Rp.5.000.000 per bulan dengan bunga 20% per
tahun.
Perhitungan angsuran pertama:
Angsuran pokok = Rp 5.000.000,-
Bunga 1/12 x 20% x 120.000.000 = Rp 2.000.000,-
Jumlah pembayaran = Rp 7.000.000
Angsuran bulan kedua:
Angsuran pokok = Rp.5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x (120.000.000-5.000.000) = Rp.1.916.000
Jumlah pembayaran = Rp.6.916.000

 Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran


Menurut PSAK No. 16 (Revisi 2007) suatu aset tetap dapat diperoleh dengan pertukaran
atau pertukaran sebagian. Biaya diukur pada nilai wajar aset yang dipertukarkan atau diperoleh,

4
yang paling andal, sebanding dengan nilai wajar aset yang dipertukarkan setelah disesuaikan
dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.
 Perolehan Aset Tetap dengan Cara Membangun Sendiri
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas harga belinya dan setiap biaya dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset dapat
bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Dari aspek perpajakan perolehan aset tetap
dengan cara membangun sendiri tersebut sebagai objek yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.
 Perolehan secara Hibah, Bantuan dan Sumbangan
Dalam perolehan secara hibah, bantuan, dan sumbangan secara langsung dihubungkan
dengan perlakuan akuntansi pajak, karena akuntansi komersial sedikit mengatur aset yang
diperoleh dari sumbangan (donasi).
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada Pasal 10 ayat (4) UU PPh yang
mengatur berikut ini.
1. Apabila terjadi pengalihan harta berupa bantuan, sumbangan, harta hibah, atau warisan,
syarat yang harus dipenuhi berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b adalah:
Tidak termasuk sebagai objek pajak adalah:
1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima
zakat yang berh
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, atau pengusaha
kecil, termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, pemerintahan, ataU penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan; Warisan.
Apabila tidak memenuhi syarat yang diperlukan sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh
dengan contoh kongkret yaitu harta hibahan yang diberikan tersebut ternyata mempunyai
hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan, maka dasar penilaian bagi yang menerima penghibahan sama dengan nilai pasar
dari harta tersebut.

5
C. Penggolongan Aset Tetap
Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki sifat yang berbeda dengan aktiva lainnya.
Kriteria aktiva tetap terdiri dari berbagai jenis barang maka dilakukan penggelompokkan lebih
lanjut atas aktiva-aktiva tersebut. Pengelompokkan itu tergantung pada kebijaksanaan akuntansi
perusahaan masing-masing karena umumnya semakin banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan maka semakin banyak pula kelompoknya.

Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan akuntansi dilakukan penggolongan sebagai
berikut:
 Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian
dan peternakan.
 Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya dapat
diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel dan lain-
lain.
 Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak
dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti hasil
tambang dan lain-lain.
Berdasarkan Jenis Aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut:
 Lahan - Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan
maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan
diatasnya harus dipisahkan pencatatan dari lahan itu sendiri.
 Bangunan gedung - Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas
lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung.
 Mesin - Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang
bersangkutan.
 Kendaraan - Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut, truk, grader, traktor, forklift,
mobil, kendaraan bermotor dan lain-lain.
 Perabot - Dalam jenis ini termasuk perabotan kantor, perabot laboratorium, perabot
pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan
 Inventaris - Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam
perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris
gudang dan lain-lain.

6
 Prasarana - Prasarana merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi
khusus prasarana seperti: jalan, jembatan, roil, pagar dan lain-lain.

D. Penyusutan Aset Tetap


1. Pengertian penyusutan
Di samping pengeluaran dalam masa penggunaannya, masalah penyusutan merupakan
masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Dimaksud dengan penyusutan
menurut Akuntansi Perpajakan terapan adalah sebagai berikut : “Proses alokasi sebagian harga
perolehan aktiva menjadi biaya (costallocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha”
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2 tentang
Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa: “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi
dibebankan kependapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu:
 Keadilan pajak, dengan adanya penyusutan, maka perusahaan manufaktur dan jenis usaha
yang padat modal (capital intensive) akan sangat diuntungkan dibandingkan perusahaan
jasa ataupun jenis usaha padat karya (labor intensive).
 Kebijakan ekonomi, dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan
investasi (capital growth) sehingga EAT/ROI/CF menjadi meningkat.

 Administrasi, pemilihan jenis penyusutan harus disesuaikan dengan beberapa hal, yaitu
besarnya biaya administrasi, sumber daya manusia, dan kepatuhan wajib pajak.

2. Pengelompokan Aset Tetap untuk Keperluan Penyusutan


Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva yang dimiliki dan mengelompokkannya
sebagai aktiva tetap, apabila aktiva yang dimaksud memenuhi pengertian dan memiliki sifat-sifat
sebagai aktiva tetap. Mengenai pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan Indonesia
memberikan pernyataan dalam PSAK Nomor 16 paragraf 06, yaitu: (Ikatan Akuntan Indonesia,
op.cit., No 16 paragraf 6)
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai
aktiva tetap apabila:

7
 Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan datang yang
berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir dalam perusahaan; untuk dapat menilai
apakah manfaat keekonomisan di masa yang akan datang tersebut akan mengalir ke
dalam perusahaan maka harus di nilai tingkat kepastian terjadinya aliran manfaat
keekonomisan tersebut, yang juga memerlukan suatu kepastian bahwa perusahaan akan
menerima imbalan dan menerima resiko terkait.
 Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal; sedangkan kriteria kedua mengarah
kepada bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukungnya.

3. Penyusutan berdasarkan perpajakan.


PSAK No. 16 (Revisi 2007) penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap
berwujud dengan syarat aset tetap berwujud tersebut:
1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi;
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang
dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan, penyusutan atas pengeluaran untuk
pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah
yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang memiliki dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar masa manfaat
yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
Persyaratan aset yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi:
1. Harta yang disusutkan adalah harta berwujud
2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Terdapat pula aset yang menurut akuntansi dapat disusutkan, tetapi menurut akuntansi pajak
tidak dapat disusutkan, yaitu:
 Aset tetap perusahaan berupa kendaraan yang dikuasai dan dibawa pulang pegawai,
termasuk juga yang ada di daerah terpencil

8
 Aset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan di daerah terpencil yang
ditempati pegawai yang tidak diberi tunjangan oleh perusahaan

a. Metode Penyusutan Sesuai Ketentuan Komersial


Dalam praktik akuntansi komersial metode penyusutan dapat digunakan sesuai
pengelompokan menurut kriteria berikut ini:
 Dasar waktu
a. Metode garis lurus (straight line method)
Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan Penyusutan
b. Metode pembebanan umum
1) Metode jumlah angka tahun

Biaya Penusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan


Dasar Penghitungan Penyusutan : Harga perolehan/Nilai Residu

2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda

Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan


Dasar Penghitungan Penyusutan : Harga Sisa Buku Awal Periode

 Dasar Penggunaan
a. Metode jam jasa (service hour method)

Harga Peroleha – Nilai Residu


Tarif penyusutan per jam :
Estimated Dervice Life

b. Metode unit produksi (productive output method)

Produksi Sebenarnya
Tarif Penyusutan :
Kapasitas Produksi
Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar
Dasar Kriteria Lainnya
Penyusutan bahwa
: Harga biaya penyusutan
Perolehan dapat dihitung dengan dasar jenis dan
– Nilai Residu
kelompok.

9
 Saat Penyusutan Aset Tetap Sesuai Ketentuan Komersial

Paragraf 58 SAK No. 16 (Revisi 2007) menyatakan bahwa penyusutan aset dimulai pada
saat aset berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai
dengan keinginan dan maksud manajemen.

 Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam hal terjadi Jual Beli Harta
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta ditentukan sebagai
berikut:
 Tidak dipengaruhi hubungan istimewa:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya
dibayar;
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang sesungguhnya
diterima.
 Dipengaruhi hubungan istimewa:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan;
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah jumlah yang seharusnya
diterima.

 Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam hal terjadi Tukar-Menukar Harta
Dalam hal terjadi tukar-menukar harta dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai
penjualan harta tersebut adalah:
1. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang seharusnya dikeluarkan
berdasarkan harga pasar.
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang seharusnya diterima
berdasarkan harga pasar (Pasal 10 ayat (2) UU PPh)

10
 Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam hal terjadi pengalihan Harta karena
Hibah, Bantuan atau Sumbangan, dan Warisan
1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan
2. Wajib Pajak tidak menelenggarakan pembukuan

 Metode Penyusutan sesuai Ketentuan Perpajakan


Metode penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan sebagaimana telah
diatur dalam Pasal 11 UU PPh:
1. Metode garis lurus (straight line method) atau metode saldo menurun (declining balance
method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan.
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.
 Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan
Penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta berwujud didasarkan pada Pasal 11 UU No.
36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

 Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan


Penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta berwujud didasarkan pada Pasal 11 UU No.
36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

 Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan


Penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta berwujud didasarkan pada Pasal 11 UU No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

11
Contoh:
PT Maju memiliki aset tetap berwujud yang diperolehnya awal tahun 2014 sebagai berikut
(metode garis lurus):

No Jenis Harta Bulan/Tahun Masa Harga Kelompok


Perolehan Manfaat Perolehan

1 Mesin I Januari 2014 8 Tahun 200.000.000 II


2 Mesin II Januari 2014 8 Tahun 150.000.000 II
3 Truk Januari 2014 8 Tahun 70.000.000 II
1. Mesin I = 12,5% x 200.000.000 = 25.000.000
2. Mesin II = 12,5% x 150.000.000 = 18.750.000
3. Truk = 12,5% x 70.000.000 = 8.750.000
jumlah penyusutan selama tahun 2014 = 52.500.000

E. Penarikan Harta Bukan Bangunan

Aset tetap perusahaan yang tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakian. Penarikan
dapat dilakukan dengan menjual aset tetap tersebut. Dalam akuntansi komersial, terhadap aset
tetap yang dijual nilai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan, sedangkan dalam
ketentuan perpajakan nilai sisa bukunya dihitung sampai dengan akhit tahun sebelum aset
tersebut dijual. Ketentuan Pasal 11 ayat (8) UU PPh, bahwa telah terjadi penjualan atau
penarikan harta Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka nilai
buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian
asuransinya yang diterima atau diperoleh, dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya
penarikan, sehingga keuntungan atau kerugian karena pengalihan atau penarikan harta dikenakan
pajak dalam tahun dilakukan pengalihan harta.
Apabila terjadi pengalihan harta karena bantuan, sumbangan, hibah, atau warisan (yang
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh) berupa harta berwujud, maka
jumlah sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugian oleh pihak yang mengalihkan.

F. Revaluasi Aktiva Tetap

12
Pemerintah telah meluncurkan kebijakan perpajakan melalui Peraturan Menteri
Keuangan bernomor 191/PMK.10/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Untuk Tujuan
Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016 (PMK
191/2015) atau lebih dikenal sebagai Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap.
Secara garis besar, kebijakan ini adalah bentuk insentif perpajakan yang diberikan kepada
Wajib Pajak. Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap bukanlah instrumen baru karena Menteri
Keuangan pernah meluncurkan instrumen yang sama pada tahun pada tahun 2008 yaitu melalui
PMK Nomor: 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan (PMK 79/2008).

Tarif yang diberikan bagi insentif revaluasi aktiva tetap ini terbagi menjadi 3 macam dan
ketiganya bersifat final. Pembagian tarif ini disesuaikan dengan saat wajib pajak melakukan
pemanfaatan insentif perpajakan revaluasi. Tarif tersebut adalah:

 3%, untuk permohonan sampai dengan 31 Desember 2015 dan penilaian kembali selesai
paling lambat 31 Desember 2016;

 4%, untuk permohonan periode 1 Januari 2016 sampai dengan 30 Juni 2016 dan penilaian
kembali selesai paling lambat 30 Juni 2017; atau
 6%, untuk permohonan periode 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 dan
penilaian kembali selesai paling lambat 31 Desember 2017.

Tarif tersebut dikenakan atas selisih lebih nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali atau
hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak berdasarkan Kantor Jasa Penilai Publik atau
ahli penilai di atas nilai buku fiskal semula. Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib
Pajak lainnya adalah Wajib Pajak wajib melunasi Pajak Penghasilan (PPh) Final terkait
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap dilakukan sebelum diajukannya permohonan dan
dilengkapinya dokumen dalam hal permohonan diajukan dengan menggunakan nilai perkiraan
penilaian kembali dari Wajib Pajak.

Jika dibandingkan dengan tarif yang terdapat pada PMK 79/2008, tentunya tarif yang
terdapat di PMK 191/2015 jauh lebih rendah. Tarif yang terdapat pada PMK 79/2008 adalah
10%, sedangkan tarif yang berlaku pada PMK 191/2015 berkisar antara 3% hingga 6%.

13
Terbitnya peraturan ini diharapkan dapat menjadi insentif untuk menjaga stabilitas
ekonomi makro, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta memperhatikan kebutuhan wajib pajak
berniat meningkatkan nilai perusahaannya.

Pemberian insentif perpajakan ini dimaksudkan sebagai pendorong wajib pajak agar
semakin taat terhadap ketentuan peraturan perpajakan. Kepada seluruh masyarakat dan Wajib
Pajak, dihimbau untuk segera memanfaatkan kesempatan ini, sekaligus memberikan dukungan
positif dalam pencapaian target penerimaan negara dari pajak. Pajak yang Anda bayarkan,
dikembalikan dalam bentuk fasilitas umum, sarana prasarana dan berbagai layanan umum
lainnya, karena Pajak Milik Bersaama

14
BAB III
PENUTUP

Simpulan

PSAK No. 16 Revisi Tahun 2007 menyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Apabila aset diperoleh secara
gabungan, maka harga perolehan masing-masing aset tetap ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

Pengelompokkan itu tergantung pada kebijaksanaan akuntansi perusahaan masing-


masing karena umumnya semakin banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan maka
semakin banyak pula kelompoknya. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 17 paragraf 2 tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa: “Penyusutan adalah
alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi,
penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan kependapatan baik secara langsung maupun
tidak langsung”.
Ketentuan Pasal 11 ayat (8) UU PPh, bahwa telah terjadi penjualan atau penarikan harta
Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka nilai buku harta tersebut
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima
atau diperoleh, dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan, sehingga
keuntungan atau kerugian karena pengalihan atau penarikan harta dikenakan pajak dalam tahun
dilakukan pengalihan harta.Kebijakan ini adalah bentuk insentif perpajakan yang diberikan
kepada Wajib Pajak. Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap bukanlah instrumen baru karena Menteri
Keuangan pernah meluncurkan instrumen yang sama pada tahun pada tahun 2008 yaitu melalui
PMK Nomor: 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan (PMK 79/2008).

15
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Estralia. 2013. Akuntansi Perpajakan Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.

Mayangsari, Anisa Putri dan Yayuk Nurjanah. 2018. Analisis Penerapan PSAK No.16Dalam
Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Perusahaan Studi Kasus Pada CV.Bangun Perkasa
Furniture. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol. 6 (No. 3).

Standar Akunatsi (PSAK) No. 16 Revisi 2011. Exposure Draf penyataan Standar Akuntansi
Keuangan Asset Tetap. Di akses pada tanggal 10 mei 2021.
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-16.pdf.

16

Anda mungkin juga menyukai