Disusun oleh:
Friska Anggraini (2011070374)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ABFI PERBANAS INSTITUTE
2022
Daftar Isi
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas dan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas kuliah pada mata
kuliah Seminar Akuntansi Keuangan, juga untuk membantu teman-teman dan pembaca
dalam mempelajari IAS 16 : Properti, Pabrik, dan Peralatan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Reschiwati, Dr., S.E., Ak., M.M. selaku
dosen mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas ini sehingga
penyusun mempunyai alasan yang kuat untuk membaca buku dan menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai IAS 16 : Properti, Pabrik, dan Peralatan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
ilmunya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Penyusun
menyadari, makalah yang penyusun tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
Aset tetap atau PPE (Property Plant, and Equipment) adalah aset berwujud (tangible assets)
yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, yang memiliki manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Istilah aset tetap berbeda dengan aset tidak berwujud, yang juga
memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi tetapi tidak memiliki wujud fisik,
serta nilainya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh eksistensi fisik dari aset. IAS 16 Property,
Plant and Equipment diterbitkan pada tanggal 18 Desember 2003 dan berlaku efektif untuk
periode pelaporan yang dimulai sejak 1 Januari 2005.
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aset dapat disebut aset tetap
apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Properti, Pabrik, dan Peralatan atau PPE walaupun merupakan satu kesatuan akun, namun
ketiganya memiliki arti yang berbeda. Properti adalah suatu aset tidak lancar yang dimiliki
untuk menghasilkan pendapatan sewa atau untuk kenaikan nilai (apresiasi modal) atau
keduanya, tidak digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif, tidak untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Contohnya seperti
gudang, kawasan industri, dan gedung kantor. Pabrik (plant) merupakan aset tetap yang
dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan utama operasional perusahaan. Contohnya seperti
pabrik dan workshop. Peralatan (Equipment) adalah aset tetap yang dimiliki untuk digunakan
dalam membantu kegiatan operasional perusahaan. Contohnya adalah kendaraan, peralatan
kantor, dan mesin-mesin produksi.
Tujuan dari penetapan standar ini adalah untuk memberikan ketentuan perlakuan akuntansi
untuk properti, pabrik dan peralatan sehingga para pengguna laporan keuangan dapat
mengetahui informasi terkait investasi yang dilakukan suatu entitas dalam properti, pabrik,
Standar ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk property, plant and equipment kecuali
ketika Standar mensyaratkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda.
1. Aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5 Non-
current Assets Held for Sale and Discontinued Operation;
2. Aset biologik terkait aktivitas agrikultur (lihat IAS 41 Agriculture)
3. Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (lihat IFRS 6 Exploration for
and Evaluation of Mineral Resources); atau
4. Hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya
tidak terbarui lainnya.
Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk
mengembangkan atau memelihara aset.
Pernyataan lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap berdasarkan pendekatan yang
berbeda dari Pernyataan ini. Misalnya, IAS 17 Leases mensyaratkan suatu entitas untuk
mengevaluasi pengakuan aset tetap sewaan atas dasar pemindahan risiko dan imbalan.
Namun demikian, dalam aspek perlakuan akuntansi tertentu lainnya untuk aset
tersebut,termasuk penyusutan, diatur oleh Standar ini.
III. Pengakuan
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut; dan
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset tetap. Oleh karena
itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang sesuai dengan kondisi
tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit yang secara
individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan kriteria atas
nilai agregat tersebut.
Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya
perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk
memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk
menambah, mengganti, atau memperbaikinya.
Berdasarkan waktu timbulnya, biaya perolehan property, plant and equipment, dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Biaya Awal
Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap
semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomis masa depan
dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat
ekonomis masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap
semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut
memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomis masa depan yang lebih besar dari
aset-aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomis yang dihasilkan seandainya aset
tersebut tidak diperoleh.
Berdasarkan prinsip pengakuan property, plant and equipment yang diatur dalam IAS 16,
suatu entitas tidak mengakui biaya perawatan harian suatu item property, plant and
equipment ke dalam nilai terbawa dari item aset tersebut. Biaya perawatan harian tersebut
diakui dalam profit dan loss pada laporan laba rugi. Biaya perawatan harian tersebut berupa
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus
diukur sebesar biaya perolehan.
2. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
3. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi
manajemen;
4. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena
entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.
1. biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam IAS 19 Employee Benefits) yang
timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
2. biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
3. biaya handling dan penyerahan awal;
4. biaya perakitan dan instalasi;
5. biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih
penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya,
contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji); dan
6. komisi profesional..
Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:
1) biaya pembukaan fasilitas baru;
2) biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi);
3) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk
biaya pelatihan staf); dan
a Material, tenaga kerja, overhead selama proses konstruksi , biaya bunga jika
membangun sendiri
b Harga beli bangunan dan pengurusan hak perolehan bangunan.
c Fee professional dan Izin Pendirian Bangunan
Perolehan Tanah
Semua biaya terkait dengan akuisisi dan penyiapan tanah sesuai dengan tujuan penggunaan :
a) Harga Beli
b) Biaya pengurusan hak tanah (sertifikat, pajak/BPHTB, biaya notaris, dll.
c) Biaya untuk perataan tanah, penghancuran bangunan yang tidak diperlukan
1. Harga beli,
2. Pajak atau Bea yang tidak dapat dikreditkan
3. Biaya transportasi
4. Biaya asuransi selama pengiriman barang
5. Biaya instalasi dan biaya penyiapan tempat untuk melakukan instalasi
6. Biaya untuk pengetesan peralataN
1. Sejumlah $ 50.000,- untuk biaya perbaikan inferior pabrik agar sesuai dengan lini
produksi yang baru.
2. Sejumlah $ 100.000,- untuk menyiapkan lahan pabrik.
3. Sejumlah $ 5.000.000 untuk membeli mesin yang akan digunakan pada lini produksi
baru.
4. Sejumlah $ 60.000,- untuk biaya pengiriman mesin baru.
5. Instalasi dan perakitan mesin memakan biaya sejumlah $ 55.000,-
6. Biaya pengujian mesin baru sejumlah $ 40.000,-
7. Biaya petugas pengawas dalam instalasi dan pengujian sejumlah $ 20.000,-
8. Biaya acara peluncuran perdana lini produksi baru sejumlah $ 30.000,-
9. Biaya untuk memperkenalkan lini produksi baru sejumlah $ 950.000,-
10. Biaya administrasi dan general overhead dalam mempelajari dan mengikuti proses
instalasi mesin baru sejumlah $ 250.000,-
Biaya perolehan lini produksi baru yang diakui sebagai aset tetap adalah sejumlah $
5.325.000,-
Biaya yang tidak dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan aset dicatat
sebagai beban pada periode terjadinya.
Sehingga biaya berikut tidak dapat dimasukkan sebagai aset tetap:
o Biaya acara peluncuran perdana lini produksi baru sejumlah $ 30.000,-
o Biaya untuk memperkenalkan lini produksi baru sejumlah $ 950.000,-
o Biaya administrasi dan general overhead dalam mempelajari dan mengikuti
proses instalasi mesin baru sejumlah $ 25.000,-
Contoh Soal 2.
Entitas membeli peralatan tambang, diimport dari luar negeri. Harga peralatan
200.000 USD.
Kurs spot atas atas pembelian peralatan tersebut sebesar 14.000,- dan kurs KMK yang
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya.
Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal,
perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama
periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan IAS 23 : Biaya Pinjaman.
10 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Satu atau lebih item property, plant and equipment dapat saja diakuisisi dalam transaksi
pertukaran dengan aset non moneter, atau kombinasi aset moneter dan aset non moneter. Jika
hal tersebut terjadi, maka harga perolehan aset diukur dengan nilai wajar kecuali jika:
b. Nilai wajar dari aset yang diterima maupun aset yang diberikan keduanya tidak dapat
diukur secara handal. Jika nilai item yang diperoleh/diakuisisi tidak dapat diukur dengan nilai
wajar, maka harga perolehannya ditetapkan sebesar nilai terbawa (carrying amount) dari aset
yang diberikan (dilepas).
Suatu entitas dalam menentukan suatu transaksi pertukaran apakah mengandung substansi
komersial, mempertimbangkan sejauh mana arus kas di masa mendatang yang diharapkan
berubah sebagai hasil dari transaksi. Transaksi pertukaran mengandung substansi komersial
apabila:
1) Konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas dari aset yang diterima berbeda
dengan konfigurasi arus kas aset yang dialihkan; atau
2) Entity-specific value dari bagian operasi entitas terpengaruh oleh perubahan transaksi
sebagai hasil dari pertukaran; dan
3) Terdapat perbedaan poin 1 dan 2 yang signifikan relatif terhadap nilai wajar aset yang
dipertukarkan.
Nilai wajar suatu asset yang tidak dapat dibandingkan dengan nilai wajar berdasar transaksi
market, dapat diukur dengan handal apabila:
a. Keberagaman estimasi nilai wajar dari aset tersebut tidak signifikan; atau
b. Probabilitas dari estimasi nilai wajar yang beragam masih berada dalam range
penentuan dan penilaian nilai wajar.
Jika suatu entitas dapat menentukan secara handal nilai wajar aset yang diterima maupun aset
yang diberikan, maka nilai wajar yang diberikan digunakan sebagai patokan untuk mengukur
nilai aset yang diterima, kecuali jika nilai wajar dari aset yang diterima memiliki bukti-bukti
yang lebih jelas terkait nilai wajarnya.
Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial, nilai
spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi mencerminkan
11 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
arus kas setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas melakukan
perhitungan lebih rinci.
Nilai wajar aset dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar yang sejenis,
jika:
1. Variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal(wajar) untuk aset tersebut
tidak signifikan; atau
2. probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional
dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar.
Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau
diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas. Biaya
perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa pembiayaan ditentukan sesuai
dengan IAS 17.Nilai tercatat aset tetap dapat dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai
dengan IAS 20 Accounting for Government Assistance.
Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda dan dari masing-masing cara
perolehan tersebut akan mempengaruhi penentuan harga perolehan aset tetap. Berikut ini
adalah beberapa cara perolehan dari aset tetap :
a. Pembelian Tunai
Pembelian ini terdiri dari pembelian tunai tanpa potongan dan pembelian tunai dengan
potongan (cash discount). Pada pembelian tunai tanpa potongan aset diperoleh sebesar harga
perolehan aset ditambah dengan biaya-biaya lain. Biaya-biaya lain yang membuat barang
tersebut tiba di lokasi dan pada kondisi yang diperlukan untuk penggunaan sesuai dengan
tujuannya. Biaya tersebut terdiri dari harga tunai dari penjual ditambah biaya seperti biaya
angkut, biaya asuransi dalam perjalanan, biaya pengukuhan hak milik, biaya instalasi, dan
biaya percobaan.
Ilustrasi 5.1 Dibeli tunai mesin seharga Rp 90.000.000. biaya angkut Rp 1.000.000 dan biaya
instalasi Rp 800.000. Dari transaksi tersebut, maka biaya perolehan mesin tersebut dapat
dihitung sebagai berikut:
12 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Biaya angkut Rp 1.000.000
Pada pembelian tunai dengan potongan (cash discount) potongan itu sendiri dapat
mengurangi biaya perolehan aset tetap tersebut. Potongan ini biasanya diberikan kepada
perusahaan yang melakukan pembayaran tunai sebelum tanggal pelunasan yang ditentukan
oleh penjual atau karena perusahaan membayarkan seluruh biaya untuk aset tetap tersebut
tunai pada saat pembelian.
Ilustrasi 5.2 PT Siliwangi membeli mesin seharga Rp 100.000.000. biaya angkut Rp 900.000
biaya asuransi Rp 500.000 dan biaya instalasi Rp 800.000. karena perusahaan membayarkan
seluruhnya tunai dan sekaligus maka pihak penjual memberikan potongan sebesar 5% dari
total harga. Dari transaksi tersebut, maka biaya perolehan mesin tersebut dapat dihitung
sebagai berikut:
Total Rp 97.090.000
13 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
(D) Mesin Rp 97.090.000
b. Pembelian Angsuran
Ada kalanya aset tetap diperoleh dengan cara pembelian angsuran. Dalam hal demikian,
kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran dapat dilakukan dalam sekian kali
angsuran. Harga perolehan aset tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran
baik yang jelas-jelas dinyatakan dalam kontrak maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus
dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai beban bunga.
Ilustrasi 5.3 Suatu kendaraan dibeli dengan harga Rp 150.000.000. jumlah ini akan dibayar
selama 5 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani
bunga sebesar 10% setahun.
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung:
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk pembayaran ini adalah sebagai berikut:
14 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Angsuran kedua terdiri dari angsuran pokok bulanan sebesar Rp 30.000.000 ditambah bunga
selama satu bulan atas saldo utang yang belum dibayar, dengan perhitungan sebagai berikut:
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk angsuran kedua adalah sebagai berikut:
Proses perhitungan, pembayaran, dan pencatatan angsuran seperti di atas akan berulang setiap
bulan sampai semua utang angsuran telah dibayar.
c. Pembelian Secara Gabungan (Lumpsum)
Perusahaan dapat memperoleh aset tetap secara gabungan, dan membayar satu harga untuk
aset tetap gabungan tersebut. Dalam hal ini, biaya perolehan aset tetap tersebut harus
dialokasikan ke masing-masing jenis aset, karena tiap aset mempunyai masa manfaat yang
berbeda dan perlu disusutkan secara terpisah. Harga perolehan dari setiap aset tetap yang
diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar aset.
Ilustrasi 5.4. Perusahaan membeli bangunan, kendaraan, dan peralatan dengan total biaya Rp
2.300.000.000. Estimasi nilai wajar dari masing-masing aset sebagai berikut:
Bangunan Rp 1.200.000.000
Kendaraan Rp 800.000.000
Peralatan Rp 500.000.000
Total Rp 2.500.000.000
15 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Total harga perolehan sebesar Rp 2.300.000.000 dialokasikan sebagai berikut:
Total Rp 2.300.000.000
Menurut Kieso dkk (2011:523) properti diperoleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas
seperti saham biasa, maka biaya properti itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari
atau nilai yang ditetapkan saham tersebut. Jika saham sedang diperdagangkan secara aktif,
maka nilai pasar saham yang diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya properti
yang diperolehan. Saham merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas berjalan.
Ilustrasi 5.9. Perusahaan Bumi Cipta Persada membeli tanah dengan membayar tunai atas
tanah tersebut dan perusahaan menerbitkan saham 500.000 lembar saham biasa kepada
Perusahaan Dreamland dengan nilai pari Rp 1000 yang memiliki nilai pasar wajar Rp
1200/saham. Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat transaksi penerbitan saham tersebut:
16 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
e. Hibah atau sumbangan
Dalam hal ini ketika aset tetap diperoleh melalui sumbangan atau hibah, tidak ada biaya yang
dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Pada hibah yang berkaitan dengan aset tetap,
maka baik hibah maupun aset tetap yang diterima harus dicatat pada nilai wajar.
Hibah yang diterima akan dicatat sebagai pendapatan selama periode berkaitan dengan
penggunaan hibah tersebut. Hibah yang diterima berkaitan dengan aset tetap, diakui sebagai
pendapatan selama umur manfaat aset tetap tersebut dan diakui secara profesional sejalan
dengan penyusutan aset tetap yang bersangkutan.
Ilustrasi 5.10. Perusahaan mendapat mesin dari pemerintah sebagai hibah dengan nilai wajar
sebesar Rp 250.000.000 atas usaha perusahaan menemukan inovasi baru dalam meningkatkan
kualitas tanaman karet. Ayat jurnal yang dibuat perusahaan pada saat menerima hibah
sebagai berikut:
Suatu perusahaan mungkin membuat sendiri aset tetap yang diperlukan seperti gedung,
peralatan atau mesin yang akan digunakan dalam kegiatan operasional sehari-hari.
Pembuatan aset tetap ini biasanya bertujuan untuk menekan biaya operasional perusahaan
dengan memanfaat fasilitas yang tidak terpakai dengan harapan untuk mendapatkan mutu
yang lebih baik. Biaya perolehan suatu aset yang dikonstruksi sendiri ditentukan dengan
menggunakan prinsip yang sama sebagaimana aset yang diperoleh bukan dengan konstruksi
sendiri.
17 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
dengan uang muka sebesar Rp 200.000.000 dan syarat pembayaran bertahap. Berikut adalah
rincian pembayaran yang dilakukan perusahaan:
Pembayaran I Rp 200.000.000
Pembayaran II Rp 200.000.000
Pembayaran IV Rp 150.000.000
Perhitungan uang muka pada saat pembayaran termin 1 dilakukan jurnal sebagai berikut:
Untuk pembayaran pada termin III dan IV dilakukan penjurnalan yang sama seperti pada
termin II. Setelah proses pembangunan selesai dan dilakukan serah terima dengan berita
acara dilakukan pencatatan jurnal kapitalisasi aset tetap sebagai berikut:
18 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
VI. Pengukuran Setelah Pengakuan
Pengeluaran - pengeluaran setelah perolehan aset tetap terbagi menjadi dua, yaitu pengeluaran
modal dan pengeluaran pendapatan. Pada dasarnya pengeluaran-pengeluaran tersebut diatas
dapat dikelompokkan menjadi :
yaitu : pengeluaran – pengeluaran untuk aset tetap yang manfaatnya dinikmati tidak lebih dari
satu periode akuntansi.
Contoh soal :
Sebagai contoh pada saat PT. Johan Pratama melakukan pemeliharaan kendaraan sebesar
Rp.500.000.- maka perusahaan akan menjurnal sebagai berikut :
yaitu : pengeluaran untuk aset tetap yang manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu periode
akuntansi. Jenis pengeluaran yang bersifat demikian dicatat sebagai tambahan bagi harga
perolehan aset tetap yang bersangkutan.
Contoh Soal :
Jawab:
a.Jika perbaikan memperpanjang umur ekonomis, berarti akumulasi penyusutan yang sudah
dicatat terlalu besar, maka biaya perbaikan tersebut dicatat sebagai pengurangan akumulasi
penyusutan yang sudah terjadi.
19 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Jurnalnya:
Akumulasi penyusutan gedung Rp. 20.000.000,-
Kas Rp. 20.000.000,-
b.Jika biaya perbaikan hanya menambah nilai aktiva, tetapi tidak memperpanjang umur
ekonomis, maka biaya tersebut dicatat disebelah debet aktiva yang bersangkutan, sebagai
penambah nilai aktiva.
Jurnalnya:
Gedung Rp. 20.000.000,-
Kas Rp. 20.000.000,-
Capital expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan aset tetap, maka capital
expenditure dilaporkan di neraca sebagai aset tetap yang akan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan. Revenue expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan biaya, maka
revenue expenditure dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban yang akan mengurangi
pendapatan.
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan
menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
20 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Menurut IFRS entitas yang memilih untuk menggunakan kerangka revaluasi harus mengikuti
prosedur revaluasi. Apabila perusahaan akan melakukan revaluasi, maka hal itu harus
diterapkan pada semua asset yang bersangkutan.
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh
penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan
peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari aset
tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang
berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan
pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement
cost approach).
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi.
Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya,
maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai
wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi
tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan.
Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
a) Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasinya. Metode ini
sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan
biaya pengganti yang telah disusutkan.
Contoh:
Peralatan senilai 100.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah
90.000.000
1 Januari 2020
21 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan 100.000.000
Kas 100.000.000
31 Desember 2020
31 Desember 2020
b) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi
disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan
untuk bangunan
Contoh:
Peralatan senilai 100.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah
90.000.000.
1 Januari 2020
22 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Kas 100.000.000
31 Desember 2020
31 Desember 2020
- tanah
- tanah dan bangunan
- mesin
- kapal
- pesawat udara
- kendaraan bermotor
- perabotan, dan
- peralatan kantor
Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk
menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai
23 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara
bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan
secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.
Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam
pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan
nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi,maka penurunan tersebut diakui dalam laba
rugi. Namun,penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama
penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain mengurangi akumulasi
dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke
saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi pemindahan
sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut. Namun,
sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh
entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar
perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah
penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo
laba tidak dilakukan melalui laba rugi.
c. Depresiasi
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total
biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah.
Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan
dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk
menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat terbang, baik
yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa pembiayaan. Sama halnya, jika entitas
memperoleh aset tetap yang disewakan dalam sewa operasi, maka entitas sebagai lessor
mungkin akan lebih tepat untuk menyusutkan secara terpisah jumlah yang terefleksikan
dalam biaya perolehan aset tersebut yang dapat diatribusikan langsung kepada ketentuan
sewa, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara relatif terhadap kondisi
pasar.
24 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode
penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan
lainnya dari aset tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam
menentukan beban penyusutan.
Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap, maka entitas
juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa terdiri atas bagian
yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi bervariasi untuk
bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk menentukan penyusutan
bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan dan atau umur manfaat
dari bagian tersebut.
Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara terpisah bagian dari aset yang biaya
perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan aset tersebut. Beban penyusutan
untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan
dalam jumlah tercatat aset lainnya. Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui
dalam laba rugi. Namun, manfaat ekonomik di masa depan dari suatu aset adalah untuk
menghasilkan aset lainnya.
Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan
dimasukkan dalam jumlah tercatatnya. Misalnya, penyusutan pabrik dan peralatan
dimasukkan dalam biaya konversi dari persediaan (lihat IAS 2). Sama halnya, penyusutan
aset tetap untuk aktivitas pengembangan mungkin dimasukkan dalam biaya perolehan aset
takberwujud yang diakui sesuai dengan IAS 38 Intangible Assets.
Beban depresiasi untuk masing-masing periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali
beban depresiasi tersebut tercakup dalam nilai tercatat aset lainnya. Beban depresiasi selama
periode pada umumnya diakui dalam laba rugi. Meskipun demikian, terkadang manfaat
ekonomis masa depan dari aset tersebut diserap untuk memproduksi asset lain. Dalam kasus
seperti itu, maka beban depresiasi terdiri dari bagian harga perolehan aset lainnya dan
termasuk dalam nilai tercatat. Misalnya, beban depresiasi pabrik dicatat sebagai harga
perolehan persediaan (inventory) yang diproduksi. Demikian halnya, depresiasi item
property, plant and equipment yang dipakai untuk tujuan riset dan pengembangan dapat
masuk ke harga perolehan aset tidak berwujud.
25 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Nilai yang dapat disusutkan (depreciable amount) dari suatu aset harus dialokasikan secara
sistematis sepanjang masa manfaatnya dan nilai sisa serta masa manfaat suatu aset harus
dikaji kembali paling sedikit setiap akhir tahun. Apabila ekspektasi masa manfaat berbeda
dari estimasi sebelumnya, maka perubahan tersebut harus dihitung dan diungkapkan sebagai
perubahan estimasi akuntansi sesuai ketentuan IAS 8 Accounting Policies, Changes in
Accounting Estimates and Errors. Nilai yang dapat disusutkan ditentukan dengan
mengurangkan nilai sisa dari harga perolehan aset, meskipun dalam praktiknya nilai sisa
tidak signifikan dan tidak material jika dibandingkan
Beban depresiasi diakui meskipun nilai wajar aset melebihi nilai tercatatnya, sepanjang nilai
sisa asset masih di bawah nilai tercatatnya. Perbaikan dan perawatan tidak dapat
menyebabkan depresiasi suatu aset dihentikan.
Nilai sisa dari aset dapat naik hingga sama atau melebihi nilai tercatat aset. Jika hal tersebut
terjadi maka beban depresiasi aset akan nol hingga nilai sisa tersebut secara subsekuen
diturunkan hingga di bawah nilai tercatatnya.
Penyusutan suatu aset dimulai ketika aset tersebut tersedia untuk digunakan, misalnya pada
saat aset tersedia di lokasi dengan kondisi yang mampu beroperasi sesuai dengan maksud dan
keinginan manajemen. Penyusutan aset seketika dihentikan apabila aset tersebut
diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual kembali (held for sale) pada saat
tanggal klasifikasi. Meskipun demikian, depresiasi tidak berhenti hanya karena asset tersebut
tidak digunakan (menganggur) atau dihentikan pemakaiannya, kecuali apabila aset tersebut
telah didepresiasikan secara penuh. Namun apabila penghitungan depresiasi dilakukan
berdasarkan unit pemakaian, maka depresiasi dapat bernilai nol ketika asset tersebut
menganggur.
Dalam menentukan estimasi masa manfaat suatu aset, dipertimbangkan beberapa faktor
berikut ini:
1) Pemakaian yang diharapkan dari suatu aset. Pemakaian yang diharapkan dinilai dari
referensi terkait kapasitas atau output fisik dari aset tersebut.
2) Pemakaian dan pelepasan fisik suatu aset, dimana tergantung dari faktor operasional
seperti jumlah shift pemakaian asset, program perbaikan dan perawatan serta pemeliharaan
ketika aset tidak sedang digunakan.
26 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
3) Keusangan yang bersifat teknis maupun komersil yang disebabkan oleh perubahan atau
perkembangan produksi, atau perubahan permintaan pasar terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan asset tersebut.
4) Ketentuan legal atau pembatasan serupa terkait pemakaian asset, seperti misalnya
ketentuan mengenai tanggal kadaluarsa.
Tanah dan bangunan merupakan aset terpisah dan pencatatannya dilakukan secara terpisah
meskipun perolehannya dilakukan secara bersamaan. Pada umumnya, tanah memiliki masa
manfaat yang tidak terbatas sehingga tidak disusutkan. Di sisi lain, bangunan memiliki masa
manfaat yang terbatas sehingga disusutkan. Kenaikan harga tanah dimana terdapat bangunan
yang berdiri di atasnya, tidak mempengaruhi nilai yang dapat disusutkan dari bangunan
tersebut.
Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur
manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap direview minimum setiap akhir
tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka
perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan IAS 8
Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors.
Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya, sepanjang nilai
residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan pemeliharaan aset tidak
meniadakan keharusan untuk menyusutkan aset.
Jumlah tersusutkan suatu aset ditentukan setelah mengurangi nilai residualnya. Dalam
praktik, nilai residu aset terkadang tidak signifikan sehingga tidak material dalam
penghitungan jumlah tersusutkan.
Nilai residu aset dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar dari jumlah
tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka beban penyusutan aset tersebut adalah nol, hingga
nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah tercatatnya.
Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada saat aset
tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai
dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika aset tersebut
diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut termasuk dalam
kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan
IFRS 5 dan pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu depresiasi tidak dihentikan
27 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
pengakuannya ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya kecuali telah habis
disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan adalah usage method (seperti
unit of production method) maka beban penyusutan menjadi nol bila tidak ada produksi.
Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas terutama
melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan
teknis,keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering
mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam
menentukan umur manfaat dari setiap aset:
a) ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan
merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset;
b) ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor peng-operasian aset tersebut
seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan
perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak
digunakan (menganggur);
c) keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau
peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang
dihasilkan oleh aset tersebut; dan
d) pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan
manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah jangka
waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik
masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat
lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset
merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap
aset yang serupa.
e. Metode Penyusutan
28 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka
metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut.
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan
secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode
garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan
metode jumlah unit (sum of the unit method).
Metode garis lurus menghasilkan nilai beban depresiasi yang konstan selama masa manfaat
asset, sepanjang nilai sisa asset tidak berubah.
Metode depresiasi saldo menurun menghasilkan beban depresiasi yang relatif menurun dari
periode ke periode selama masa manfaat aset.
Metode unit produksi menghasilkan beban depresiasi yang besarnya berdasarkan pemakaian
yang diharapkan atau unit output yang dihasilkan.
29 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
(a) Metode Garis Lurus
(Dalam ribuan rupiah)
Journal entry
2008 Beban depresiasi Rp 5.250.000
Akum. Depresiasi Mesin Rp 5.250.000
(b) Metode Saldo Menurun
(Dalam ribuan rupiah)
30 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Journal entry
2008 Beban depresiasi Mesin Rp 11.790.000
Akum. Depresiasi Mesin Rp 11.790.000
Tahun Jam Mesin Dasar per Beban Depresiasi Beban Depresiasi Akum.
Digunakan Jam Tahunan Tahun Berjalan Depresiasi
Journal entry
2008 Beban Depresiasi Mesin Rp 3.150.000
Akum. Depresiasi Mesin Rp 3.150.000
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan
dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali IAS 17
31 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik). Keuntungan
tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
Namun, entitas yang aktivitas normal rutinnya adalah menjual aset yang sebelumnya
disewakan, maka entitas mentransfer aset tetap tersebut menjadi persediaan sesuai nilai
tercatat ketika aset tidak lagi disewakan dan menjadi aset dimiliki untuk dijual. Imbalan dari
penjualan aset tersebut diakui sebagai pendapatan sesuai dengan IAS 18 Revenue. IFRS 5
tidak diterapkan ketika aset yang dimiliki untuk dijual dalam keadaan bisnis normal
dipindahkan ke persediaan.
Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan
berdasarkan sewa pembiayaan,atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan
aset,entitas menerapkan kriteria dalam IAS 18 Revenue untuk mengakui pendapatan dari
penjualan barang. IAS 17 diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan sewa-balik.
Jika suatu entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian sebagian aset tetap dalam
jumlah tercatat aset tetap tersebut,maka selanjutnya entitas tersebut juga menghentikan
pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan tanpa memperhatikan apakah bagian
yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika hal ini tidak praktis bagi entitas untuk
menentukan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan, entitas dapat menggunakan biaya
perolehan dari penggantian tersebut sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang
digantikan pada saat diperoleh atau dikonstruksi.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap
ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada,dan jumlah
tercatat dari aset tersebut.
Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Jika
pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui pada
saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya
diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan IAS 18 yang mencerminkan imbalan efektif
atas piutang.
32 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Contoh Penghentian Pengakuan Dengan Cara Dibuang :
PT. Merapi memiliki mesin yang dibeli pada januari 2008 dengan harga perolehan Rp
80.000.000,-; estimasi umur ekonomis 10 tahun (habis pakai pada 2018); estimasi nilai sisa
Rp 0,-. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Telah disusutkan selama 10
tahun. Mesin tersebut akan dibuang sebagai rongsokan, sedangkan menurut catatan
pembukuan, mesin tersebut masih mempunyai nilai buku sebesar Rp 1.500.000,-.
Mesin Rp 80.000.000,-
PT. Merapi memiliki mesin yang dibeli 1 juli 2017 dengan harga Rp 20.000.000. Depresiasi
sebesar Rp 2.400.000 per tahun, jurnal depresiasi dilakukan setiap akhir tahun. Pada 1
september 2021 mesin dijual dengan harga 10.000.000. Buatlah jurnal untuk mencatat
penjualan tersebut.
33 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
50 bulan x 2.400.000/12 = 10.000.000
Jika kas adalah 25% atau lebih besar daripada nilai wajar pertukaran, maka seluruh
keuntungan harus diakui.Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis transaksi
pertukaran aset yang berbeda, berikut ini akan dibahas berbagai situasi kerugian dan
keuntungan dari pertukaran aset.
Perusahaan menukarkan kendaraan bekasnya dengan model yang lebih baru. Kendaraan
bekas yang ditukarkan memiliki nilai buku Rp 35.000.000 (biaya perolehan Rp 50.000.000
dikurang akumulasi penyusutan Rp 15.000.000) dan nilai wajar sebesar Rp 30.000.000.
Kendaraan tersebut ditukar dengan model baru seharga Rp 55.000.000.
Perhitungan jumlah yang harus dibayar dan kerugian atas pertukaran kendaraan bekas adalah
sebagai berikut:
● Jumlah yang harus dibayar:
34 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Jumlah yang harus dibayar Rp 25.000.000
Perusahaan menukarkan sejumlah mesin bekas dengan tanah seharga Rp. 100.000.000. Mesin
bekas yang ditukarkan memiliki nilai buku Rp 35.000.000 (biaya perolehan sebesar Rp
60.000.000 dikurang akumulasi penyusutan sebesar Rp 25.000.000) dengan nilai wajar Rp
52.000.000.
Perhitungan jumlah yang harus dibayar dan keuntungan dari pertukaran tersebut adalah:
● Jumlah yang harus dibayar:
35 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Nilai buku mesin (Rp 35.000.000)
Ayat jurnal yang dibuat untuk transaksi pertukaran tersebut sebagai berikut:
Ilustrasi 5.7. Pertukaran – Situasi Keuntungan yang Tidak Memiliki Substansi Komersial
dan Tidak Ada Kas yang Diterima
Perusahaan memperoleh mesin baru dengan menukarkan mesin lama yang memiliki nilai
wajar Rp 45.000.000. Nilai buku mesin tersebut adalah Rp 40.000.000 (biaya perolehan Rp
60.000.000 dikurang akumulasi Rp 20.000.000). perusahaan juga harus membayar tunai Rp
10.000.000 untuk mesin baru tersebut. Perhitungan biaya mesin baru dan keuntungan dari
pertukaran ini adalah:
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah sebagai berikut:
36 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial karena tidak terjadi
perubahan yang signifikan terhadap posisi ekonomi perusahaan akibat pertukaran tersebut.
Maka, perusahaan tidak mengakui atau menangguhkan keuntungan sebesar Rp 5.000.000 dari
pertukaran yang terjadi.
Ilustrasi 5.8. Pertukaran – Situasi Keuntungan yang Tidak Memiliki Substansi komersial dan
Sejumlah Kas Diterima
Perusahaan menukarkan truk bekas yang mempunyai nilai buku Rp 60.000.000 (biaya
perolehan Rp 100.000.000 dikurang akumulasi Rp 40.000.000) dan nilai wajar Rp
90.000.000. Dalam pertukaran tersebut perusahaan menerima sebuah truk baru dengan nilai
wajar Rp 75.000.000 ditambah kas sebesar Rp 15.000.000.
Pada umumnya ketika sebuah transaksi pertukaran yang tidak memiliki substansi komersial,
perusahaan tidak mengakui atau menangguhkan setiap keuntungan. Namun, karena pada
kasus ini perusahaan menerima uang tunai sebesar Rp 15.000.000. Maka, perusahaan
mengakui sebagai keuntungan. Bagian keuntungan yang diakui perusahaan adalah rasio
moneter dibandingkan dengan nilai total yang diterima. Perhitungan bagian keuntungan
perusahaan adalah sebagai berikut:
VIII. Pengungkapan
g aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan
yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 : Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan Dan pelepasan
lainnya;
38 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
- selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata
uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari
kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan
- perubahan lain.
a keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk
liabilitas;
b jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
pembangunan;
c jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan\
d jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan
nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan
secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain.
Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal yang
memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan
estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan
keuangan dalam mereview kebijakan yang dipilih manajemen dan memungkinkan
perbandingan dengan entitas lain.
a penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya
perolehan aset lain, selama satu periode; dan
b akumulasi penyusutan pada akhir periode.
Sesuai dengan IAS 8 entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan estimasi akuntansi
yang berdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan berdampak material pada
periode berikutnya.
Untuk aset tetap, pengungkapan tersebut dapat muncul dari perubahan estimasi dalam:
a) nilai residu
b) estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap
c) umur manfaat
39 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
d) metode penyusutan
Pengguna laporan keuangan juga dapat menemukan informasi berikut yang relevan dengan
kebutuhan mereka:
a jumlah tercatat dari properti, pabrik dan peralatan yang sementara menganggur;
b jumlah tercatat bruto dari setiap properti yang disusutkan sepenuhnya, pabrik dan
peralatan yang masih digunakan;
c jumlah tercatat properti, pabrik dan peralatan yang sudah pensiun dari penggunaan
aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5;
dan
d saat model biaya yang digunakan, nilai wajar aset tetap saat ini material berbeda dari
jumlah tercatat.
40 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN
PT MAYORA INDAH Tbk.
41 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
II. Estimasi Masa Manfaat Aset Tetap
42 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
III. Penyajian Aset Tetap pada Laporan Posisi Keuangan
Dalam laporan posi keuangan, aset tetap disajikan dalam kelompok aset tidak lancar. Dalam
laporan posisi keungan tahun 2020 PT Mayora Indah Tbk., terlihat bahwa jumlah aset tetap
setelah dikurangi dengan nilai akumulasi penyusutan dan penurunan nilai aset, mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Detail terkait hal ini tentunya akan dijelaskan di catatan 9.
43 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t
Notes 9. Catatan Atas Laporan Keuangan
Dalam detail notes 9, terlihat secara detail apa saja ase tetap yang dimiliki oleh perusahaan,
yaitu tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan, peralatan kantor, dan kendaraan.
Selain itu perusahaan juga memiliki aset daam penyelesaian yang sebagian sudah
direklasifikasi ke aset tetap yang siap untuk didepresiasikan sebesar Rp 2.557.480.238.294,-
Untuk detail akumulasi penyusutan akan berkaitan dengan bebn penyusutan yang ada di
laporan laba rugi.
Di dalam laporan posisi keuangan, terdapat akun uang muka pebelian aset tetap sebesar Rp
521.483.598.829,-
Akun uang muka pembelian ini akan direklasifikasikan ke aset tetap tanah, mesin dan
peralatan ketika aset tersebut sudah dilunasi pembayarannya dan sudah menjadi milik PT
Mayora Indah Tbk. sepenuhnya.
IV. Laporan Laba Rugi
Untuk beban depresiasi yang dialokasikan ke beban pokok penjualan, merupakan beban
depresiasi terkait aset tetap yang digunakan untuk proses produksi, khususnya masuk ke
dalam beban overhead pabrik sebagai biaya produksi tidak langsung.
Sedangkan untuk beban depresiasi yang dialokasikan ke beban umum dan administrasi
merupan beban penyusutan atas aset yang tidak berkaitan langsung dengan produksi
contohnya seperti peralatan kantor.