Pendahuluan
IAS 2 mendiskripsikan bahwa basis utama akuntansi persediaan adalah kas, dan
kas didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk
membuat persediaan ada di lokasi perusahaan dan dalam kondisi seperti pada saat
pelaporan persediaan. Dikatakan bahwa kas atas pembelian persediaan mencakup harga
beli, biaya angkut, asuransi, dan biaya penanganan persediaan (handling costs). Potongan
tunai, rabat, dan jenis-jenis potongan pembelian lain jika ada harus dikurangkan ke kos
persediaan. Dapat disimpulkan bahwa sampai dengan titik ini, tidak ada perbedaan
kententuan pengukuran kas persediaan antara IFRS dengan US GAAP, keduanya membuat
aturan yang boleh dikatakan sama persis, karena memang untuk kasus kas perolehan
persediaan tidak ada ruang untuk penerapan konsep principles-based, sehingga mau tidak
mau harus menggunakan konsep rules-based.
Untuk kasus persediaan yang memerlukan proses produksi cukup lama, IAS 23
mengatur bahwa bagian dari biaya pendanaan (borrowing costs) harus diperlakukan
sebagai bagian dari kos persediaan. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa IFRS justru
sangat mengatur tentang bagaimana biaya pendanaan harus diperlakukan, atau justru
menggunakan rules-based dan bukannya menggunakan principles-based. Semestinya jika
konsisten menggunakan principles-based, financing costs untuk keperluan proses produksi
yang panjang semacam ini tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukannya
diperlakukan sebagai production costs, karena jika manajemen memutuskan untuk tidak
menggunakan dana luar dalam proses produksinya, maka financing costs tidak akan pernah
terjadi.
Tujuan dari standar IAS 2 adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan.
Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang
diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai
pendapatan terkait diakui.
Persediaan sebagaimana dimaksud pada diatas diukur pada nilai realisasi bersih
pada tahap tertentu produksi. Hal ini terjadi, misalnya, ketika tanaman pertanian telah
dipanen atau mineral telah ada diekstraksi dan dijual terjamin berdasarkan kontrak forward
atau garansi pemerintah, atau saat pasar aktif dan ada risiko diabaikan untuk menjual.
Persediaan ini dikecualikan dari hanya persyaratan pengukuran Standar ini.
Pedagang pialang adalah mereka yang membeli atau menjual komoditas untuk
orang lain atau atas nama mereka sendiri. Persediaan sebagaimana dimaksud pada di atas
pada prinsipnya diperoleh dengan tujuan menjual dalam waktu dekat dan menghasilkan
keuntungan dari fluktuasi harga atau margin pedagang perantara. Bila persediaan ini diukur
pada nilai wajar dikurangi biaya penjualan, maka persediaan tersebut dikecualikan dari
hanya persyaratan pengukuran Standar ini
Dasar Penilaian
a) Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi
estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat
penjualan. Nilai realisasi neto mengacu kepada jumlah neto yang entitas berharap
untuk direalisasi dari penjualan persediaan dalam kegiatan usaha biasa. Nilai wajar
mencerminkan suatu jumlah di mana persediaan yang sama dapat dipertukarkan
antara pembeli dan penjual yang berpengetahuan dan berkeinginan di pasar. Nilai
realisasi neto adalah nilai khusus entitas sedangkan nilai wajar tidak tergantung
pada nilai khusus entitas. Nilai realisasi neto untuk persediaan bisa tidak sama
dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
IAS 2 menyatakan bahwa estimasi net realizable value harus diterapan
untuk setiap jenis persediaan atau item demi item, kecuali terdapat sekelompok
persediaan yang sejenis dan dapat dinilai secara tepat per kelompok jenis
persediaan. Sebagai pedoman umum, penilaian harus dilakukan untuk setiap jenis
persediaan untuk mencegah kemungikan terjadinya kompensasi unrealized gain
dengan unrealized loss kelompok persediaan lain, sehingga menurunkan jumlah
rugi yang harus diakui, hal ini penting untuk diperhatikan mengingat IFRS
melarang pengakuan unrealized gain pada laporan rugi-laba. Dikatakan bahwa
evaluasi penurunan nilai persediaan yang dilakukan atas sekelompok persediaan,
tidak atas item per item persediaan, adalah merupakan mekanisme tidak langsung
atau?backdoor mechanism? untuk mengakuiunrealized gain yang seharusnya tidak
diakui, sehingga perlu ditegaskan bahwa tuntutan dasar evaluasi penurunan nilai
persediaan adalah diterapkan atas item demi item persediaan. Paparan dalam dua
paragraf di atas menegaskan bahwa IAS 2 sangat mengatur penerapan net realizable
value, yaitu harus diterapkan item demi item demi untuk mencegah potensi
pengakuan unrealized gain secara tidak langsung, di sisi lain US GAAP tidak
mengatur hingga sedetil ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa IFRS ternyata
justru lebih condong ke rules-based dan bukannya berbasis pada konsep principles-
based.
b) Nilai wajar (fair value)
Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi.
Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban
antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm
length transaction).
c) Komoditi
Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek kontrak berjangka
yang diperdagangkan di bursa berjangka
d) Nilai khusus entitas
Nilai khusus entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan oleh
suatu entitas yang timbul dari penggunaan aset berkelanjutan dan dari pelepasannya
pada akhir umur manfaat atau yang diharapkan terjadi ketika penyelesaian
kewajiban.
Jika PT Agro Plaza memiliki persediaan awal, maka persediaan awal ini
dimasukkan dalam total unit yang tersedia dan total biaya barang yang tersedia
untuk dijual ketika menghitung biaya rata-rata per unit. Metode biaya rata-rata yang
lain adalah metode rata-rata bergerak, yang digunakan dalam sistem persediaan
perpetual. Aplikasi metode biaya rata-rata untuk catatan persediaan perpetual
ditunjukkan dalam ilustrasi dibawah ini :
Dalam metode ini, biaya rata-rata per unit yang baru akan dihitung setiap
kali pembelian dilakukan. Sebagai contoh, pada tanggal 15 Maret, setelah 6.000
unit dibeli dengan harga Rp 26.400 PT Agro Plaza memiliki 8.000 unit persediaan
berharga pokok Rp 34.400 (Rp 8.000 + Rp 26.400). Dengan demikian, biaya rata-
rata per unit adalah Rp 34.400 dibagi 8.000, atau Rp 4,3. Biaya per unit ini
digunakan dalam kalkulasi biaya penarikan sampai pembelian berikutnya
dilakukan, ketika biaya rata-rata per unit yang baru dihitung. Oleh karena itu, biaya
dari 4.000 unit yang dikeluarkan pada tanggal 19 Maret adalah Rp 4.3 atau total
harga pokok penjualan sebesar Rp 17.200. pada tanggal 30 Maret, menyusul
pembelian 2.000 unit seharga Rp 9.500, biaya per unit yang baru sebesar Rp 4.45
ditetapkan untuk persediaan akhir sebesar Rp 26.700.
Satu tantangan dalam menghitung jumlah persediaan adalah menentukan inventaris apa
yang dimiliki perusahaan. Untuk menentukan kepemilikan barang, dua pertanyaan harus
dijawab: apakah semua barang yang termasuk dalam hitungan milik perusahaan? Apakah
perusahaan memiliki barang yang tidak termasuk dalam hitungan?
FOB Shipping Point mensyaratkan bahwa ongkos kirim barang dari penjual
ke pembeli ditanggung oleh pembeli, sehingga kepemilikan barang tersebut
telah berpindah dari penjual ke pembeli di tempat penjual. Sehingga apabila
terjadi pembelian barang dari penjual dengan FOB Shipping Point dan
barang tersebut masih dalam perjalanan ke tempat pembeli, barang dalam
perjalanan tersebut adalah barang milik pembeli meskipun pada saat tutup
buku barang tersebut belum diterima. Konsekuensinya, nilai barang tersebut
harus dimasukkan sebagai persediaan pada neraca akhir tahun tersebut pada
perusahaan pembeli. Tanggung jawab penjual terhadap barang yang ia jual
akan selesai di tempat penjualan berlangsung (biasanya toko atau gudang
penjual), sehingga segala urusan dan biaya yang melekat setelahnya
menjadi urusan pembeli. Oleh karena itu, setelah proses pembelian selesai
di tempat penjual, barang yang dibeli sudah bisa diakui sebagai milik
perusahaan dan nilainya sudah bisa dicantumkan dalam neraca.
ilustrasi:
Beberapa dari kita tentu saja sering belanja di supermarket. Anggaplah
dalam kunjungan ke supermarket kali ini kita membeli dua jenis barang;
yaitu barang kebutuhan sehari-hari dan barang elektronik berupa kulkas.
Setelah dibayar dikasir, barang kebutuhan sehari-hari langsung dibawa
pulang sedangkan kulkas diantar oleh petugas supermarket ke rumah
sebagai bentuk layanan dari mereka. Jika dalam perjalanan pulang kita
harus berhenti membeli bensin untuk kendaraan atau membayar orang
untuk mengangkat barang atau ada yang rusak pada barang kebutuhan
sehari-hari yang kita beli seperti telur yang pecah atau kemasan yang rusak
pada barang lain, maka itu akan menjadi urusan pembeli bukan lagi urusan
penjual karena barang sudah berpindah kepemilikannya setelah transaksi
tadi selesai dikasir.Proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari tadi
merupakan contoh dari FOB shipping point.
Contoh :
PT. GSX membali barang dagangan Rp. 2.000.000 secara kredit, beban
pengangkutan Rp. 200.000 dengan syarat (FOB Shipping Point). Maka
Jurnalnya :
(D) Pembelian (barang dagang) 2.000.000
(D) Beban Pengangkutan 200.000
(K) Utang Dagang 2.200.000
Jika barang dalam transit pada tanggal pernyataan diabaikan, jumlah persediaan
mungkin salah alamatnya. Anggaplah, untuk contoh, bahwa Perusahaan Hargrove
memiliki persediaan 20.000 unit oh tangan pada tanggal 31 desember. Barang tersebut juga
memiliki barang berikut dalam perjalanan:
1. Penjualan 1.500 unit dikirim 31 desember menggunakan FOB destination
2. Pembelian 2.500 unit dikirim menggunakan FOB Shipping point oleh penjual
pada 31 desember
Hargrove memiliki hak legal untuk kedua unit 1.500 yang terjual dan 2.500 unit
yang dibeli. Jika perusahaan mengabaikan unit dalam perjalanan, maka akan mengecilkan
jumlah persediaan sebesar 4.000 unit (1.500 + 2.500). Seperti yang akan kita lihat nanti di
bab ini, jumlah persediaan yang tidak akurat tidak hanya mempengaruhi jumlah persediaan
yang ditunjukkan pada laporan posisi keuangan tetapi juga perhitungan harga pokok
penjualan pada laporan laba rugi.
1. Sistem Perpetual
Dalam sistem persediaan perpetual, perusahaan menyimpan catatan rinci
tentang biaya setiap pembelian dan penjualan inventaris. catatan-catatan ini secara
continue - terus-menerus - tunjukkan persediaan yang harus ada untuk setiap
barang. Sebagai contoh, dealer toyota memiliki catatan persediaan terpisah untuk
setiap mobil, truk, dan van di lantai lot dan showroom-nya. Demikian pula, toko
kelontong morrisons menggunakan kode bar dan pemindai optik untuk menyimpan
catatan harian setiap kotak sereal dan setiap jar jelly yang dibeli dan dijual. Di
bawah sistem persediaan perpetual, perusahaan menentukan biaya barang yang
terjual setiap kali terjadi penjualan
2. Sistem periodik
Dalam sistem persediaan periodik, perusahaan tidak menyimpan catatan
inventaris rinci barang yang ada selama periode tersebut. Sebagai gantinya, mereka
menentukan biaya barang yang terjual hanya pada akhir periode akuntansi - yaitu,
secara berkala. Pada titik ini, perusahaan menghitung jumlah persediaan fisik untuk
menentukan biaya barang yang ada. untuk menentukan harga pokok penjualan
berdasarkan sistem persediaan periodik, langkah berikut diperlukan:
Tentukan biaya barang yang ada di awal periode akuntansi
Tambahkan ke dalamnya harga pokok barang yang dibeli
Kurangi biaya barang di tangan pada akhir periode akuntansi
Pembelian inventory
Retur Pembelian
Pada tanggal 2 Desember CV Permata Hijau mengembalikan sebanyak 20 buah jam tangan
anak merek Looney Tunes karena warna tidak sesuai dengan pesanan.
Diskon Pembelian
Contoh :
Contoh :
PT GSX menjual inventory secara kredit ke PT DFG sebesar Rp 5.000.000 dengan biaya
harga pokok penjualan sebesar Rp 4.000.000
Contoh :
Diskon Penjualan
Contoh :
PT DFG membayar hutang sebesar Rp 10.000.000 ke PT GSX dikurangi diskon penjualan
sebesar Rp 500.000
V. Pengakuan Beban
1. Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV) / Biaya Terendah atau Nilai
Realisasi Bersih
Pencatatan persediaan dicatat berdasarkan biaya yang digunakan untuk persediaan
tersebut. Akan tetapi, biasanya persediaan mengalami penurunan nilai karena
kerusakan, keusangan, penurunan harga, dan lain-lain yang menyebabkan nilai
persediaan juga diturunkan. Oleh karena itu, persediaan dilaporkan pada biaya/nilai
terendah atau nilai realisasi bersih.
Net Realizable Value (Nilai Realisasi Bersih)
Net realizable value (nilai realisasi bersih) adalah estimasi harga jual dalam
keadaan bisnis normal dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya
untuk penjualan.
Contoh :
COGS Method
(D) Cost of good sold 12.000
(K) Inventory 12.000
Loss Method
(D) Kerugian akibat penurunan NRV 12.000
(K) Inventory 12.000
Use of an Allowance/Menggunakan Cadangan
Pada umumnya perusahaan menggunakan akun Allowance (cadangan) untuk
menyesuaikan nilai realisasi bersih persediaan.
Contoh Jurnal
(D) Kerugian akibat penurunan persediaan ke NRV 12.000
(K) Allowance pengurangan persediaan ke NRV 12.000
Recovery of Inventory Loss
Ilustrasi, Jerry Co mengsumsikan NRV meningkat $5.000 dari $80.0000. Jerry
Co. membuat jurnal menggunakan Loss Method :
(D) Allowance pengurangan persediaan ke NRV 5.000
(K) Recovery dari kerugian persediaan 5.000
Evaluation of LCNRV Rule/Evaluasi dari Aturan LCNRV
Perusahaan mengakui penurunan nilai aktiva dan dibebankan sebagai beban
pada periode ketika kerugian manfaat terjadi, bukan pada periode terjadinya
penjualan. Pada sisi lain, kenaikan nilai aktiva hanya diakui pada saat penjualan
terjadi. Apabila pencatatan tidak dilakukan secara konsisten maka akan
menyebabkan data terdistorsi.
Pengaplikasian aturan LCNRV menghasilan inkonsistensi karena perusahaan
mungkin menilai persediaan menurut biaya dalam satu tahun dan menurut nilai
realisasi bersih pada tahun berikutnya.
LCNRV menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi efeknya
terhadap laporan laba-rugi mungkin saja atau bahkan tidak bersifat konservatif.
Laba bersih tahun berjalan ketika kerugian diakui jelas lebih rendah, tetapi laba
bersih tahun berikutnya mungkin lebih tinggi dari normal jika penurunan yang
diterapkan atas harga jual tidak material.
2. Valuation Bases/Dasar Penilaian
Special Valuation Situations/Penilaian Situasi Spesial(khusus)
Berdasarkan aturan LCNRV dapat dibenarkan dalam situasi ketika biaya sulit
untuk ditentukan, item dapat segera dipasarkan dengan harga pasar yang
berlaku, dan unit produk yang dipertukarkan. Terdapat dua situasi umum di
mana Nilai realisasi bersih adalah aturan umum:
- Aset pertanian
- Komoditas yang dilakukan oleh broker-pedagang.
Valuation Using Relative Sales Value/ Penilaian Menggunakan Nilai Relatif
Penjualan
Biasanya perusahaan membeli sekelompok unit yang berbeda dangan satu
harga yang seharusnya harganya juga berbeda-beda. Ketika menghadapi situasi
semacam itu, praktek yang paling umum dan paling logis adalah
mengalokasikan total biaya di antara berbagai unit atas dasar nilai relative
penjualan.
Purchase Commitments/Komitmen Pembelian
Dalam banyak bisnis, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
tersedianya persediaan barang dagangan. Akibatnya, sangat wajar bagi
perusahaan untuk membuat komitmen pembeliaan. Umumnya jika harga
kontrak lebih besar dari harga pasar, dan kerugian diperkirakan akan muncul
pada saat pembeliaan dilaksanakan,maka kerugian harus diakui dalam periode
terjadinya penurunan harga.
3. Gross Profit Method of Estimating Inventory/ Metode Laba Kotor Untuk
Mengestimasi Persediaan
Metode laba kotor adalah metode yang digunakan untuk mengestimasi persediaan
karena kadang-kadang perhitungan fisik tidak praktis dilakukan. Metode Laba
Kotor didasarkan pada tiga asumsi :
- Persediaan Awal + Pembeliaan = Total barang yang diperhitungkan
- Barang yang belum terjual harus berada ditangan
- Jika penjualan – biaya – jumlah persediaan yang + pembeliaan, =
persediaan akhir
Gross profit percentage/Perhitungan Persentase Laba Kotor
Persentase laba kotor adalah persentase dari harga jual. Laba kotor atas harga
jual adalah metode yang umum untuk menghitung laba karena sebagian besar
barang dijual atas dasar eceran, laba yang dihitung atas harga jual lebih rendah
daripadalaba yang didasarkan pada biaya, dan persentase yang lebih rendah
disukai pelanggan, laba kotor yang didasarkan harga jual tidak pernah melebihi
100%.
Evaluation of Gross Profit Method/Evaluasi Metode Laba kotor
Metode laba kotor memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
1) Memberikan estimasi persediaan akhir.
2) Menggunakan persentase masa lalu dalam perhitungan.
3) Tingkat laba kotor mungkin tidak representatif.
4) Biasanya tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan keuangan. IFRS
memerlukan persediaan fisik sebagai verifikasi tambahan.
4. Retail Inventory Method/Metode Persediaan Eceran
Retail Inventory Method adalah sebuah metode yang digunakan oleh pengecer,
untuk persediaan nilai tanpa perhitungan fisik, dengan mengkonversi harga
eceran biaya. Pencatatan metode persediaan eceran dilakukan atas : total biaya
dan nilai eceran dari barang yang dibeli, jumlah biaya dan nilai eceran dari
barang yang tersedia untuk dijual, dan penjualan untuk periode.
Konsep Metode Eceran
Perusahaan eceran menggunakan konsep markup dan markdown. Markup
adalah tambahan atas harga eceran awal. Pembatalan markup adalah penurunan
harga barang dagang yang sebelumnya telah di-markup di atas harga eceran
awal. Markdown adalah penurunan harga jual awal. Pembatalan markdown
adalah apabila markdown kemudian dioffset oleh kenaikan harga barang yang
sebelumnya telah di markdown.
Conventional method/Metode Konvensional
Metode persediaan eceran konvensional dirancang untuk memperkirakan nilai
terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar.
Special items/Item khusus
- Biaya pengangkutan adalah bagian dari pembeliaan.
- Retur pembeliaan adalah pengurangan biaya maupun harga eceran.
- Diskon pembeliaan adalah pengurang pembeliaan.
- Transfer-in dari department lain dilaporkan dengan cara yang sama
seperti pada pembeliaan dari perusahaan lain.
Evaluation Retail Inventory Method/Evaluasi Metode Persediaan Eceran
Ada beberapa alas an digunakan metode ini, yaitu :
- Laba bersih dapat dihitung tanpa menghitung secara fisik dari
persediaan
- Mengontrol kekurangan persediaan
- Mengatur kuantitas persediaan di tangan
- Untuk informasi akuntansi
VII. Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam mengukur persediaan, termasuk
rumus biaya yang digunakan;
Jumlah tercatat persediaan dan nilai tercatat dalam klasifikasi sesuai dengan
entitas;
Nilai tercatat persediaan dinyatakan sebesar nilai wajar dikurangi biaya
penjualan;
Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
Jumlah penurunan persediaan yang diakui sebagai biaya pada periode sesuai
dengan paragraf 34;
Jumlah pembalikan dari setiap penurunan yang diakui sebagai pengurangan
jumlah persediaan yang diakui sebagai beban pada periode sesuai dengan
paragraf 34;
K eadaan atau kejadian yang menyebabkan pembalikan penurunan persediaan
sesuai dengan paragraf 34; dan
Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai kewajiban.
Informasi tentang jumlah tercatat yang dimiliki dalam klasifikasi persediaan yang
berbeda dan luasnya Perubahan aset tersebut berguna bagi pengguna laporan keuangan.
Klasifikasi persediaan yang umum adalah barang dagangan, persediaan produksi, bahan,
barang dalam proses dan barang jadi. Persediaan dari penyedia layanan dapat digambarkan
sebagai pekerjaan yang sedang berjalan.
Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan, yang sering
disebut biaya perolehan, terdiri dari biaya - biaya yang sebelumnya termasuk dalam
pengukuran persediaan yang saat ini telah dijual dan tidak dapat dialokasikan biaya
overhead produksi dan jumlah tidak normal biaya produksi persediaan . Keadaan entitas
mungkin juga menjamin masuknya jumlah lainnya, seperti biaya distribusi.
Beberapa entitas mengadopsi format untuk keuntungan atau kerugian yang
menghasilkan jumlah yang diungkapkan selain biaya persediaan yang diakui sebagai biaya
selama periode tersebut. Dengan format ini, entitas menyajikan analisis biaya dengan
menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat biaya. Dalam hal ini, entitas mengungkapkan
biaya yang diakui sebagai biaya untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga
kerja dan biaya lainnya bersamaan dengan jumlah perubahan bersih persediaan untuk
periode tersebut.