2111070352
IAS 2
INVENTORIES
1. PENILAIAN
IAS 2 mendiskripsikan bahwa basis utama akuntansi persediaan adalah kas, dan
kas didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain
untuk membuat persediaan ada di lokasi perusahaan dan dalam kondisi seperti pada saat
pelaporan persediaan. Dikatakan bahwa kas atas pembelian persediaan mencakup harga
beli, biaya angkut, asuransi, dan biaya penanganan persediaan (handling costs). Potongan
tunai, rabat, dan jenis-jenis potongan pembelian lain jika ada harus dikurangkan ke kos
persediaan. Dapat disimpulkan bahwa sampai dengan titik ini, tidak ada perbedaan
kententuan pengukuran kas persediaan antara IFRS dengan US GAAP, keduanya
membuat aturan yang boleh dikatakan sama persis, karena memang untuk kasus kas
perolehan persediaan tidak ada ruang untuk penerapan konsep principles-based, sehingga
mau tidak mau harus menggunakan konsep rules-based.
Untuk kasus persediaan yang memerlukan proses produksi cukup lama, IAS 23
mengatur bahwa bagian dari biaya pendanaan (borrowing costs) harus diperlakukan
sebagai bagian dari kos persediaan. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa IFRS
justru sangat mengatur tentang bagaimana biaya pendanaan harus diperlakukan, atau
justru menggunakan rules-based dan bukannya menggunakan principles-based.
Semestinya jika konsisten menggunakan principles- based, financing costs untuk
keperluan proses produksi yang panjang semacam ini tetap diperlakukan sebagai period
costs dan bukannya diperlakukan sebagai production costs, karena jika manajemen
memutuskan untuk tidak menggunakan dana luar dalam proses produksinya, maka
financing costs tidak akan pernah terjadi.
2. PENDAHULUAN
membolehkan penggunaan metode LIFO, sehingga saat ini metode pengukuran kas
yang berlaku adalah metode FIFO dan metode Rata-rata Tertimbang. Pembatasan
penggunakan metode akuntansi semacam ini merupakan indikasi bahwa IFRS pada
dasarnya tidak sepenuhnya menggunakan principles-based, bahkan dalam kasus
akuntansi persediaan menjadi lebih rules- based dibanding US GAAP.
Persediaan adalah salah satu aset lancar signifikan bagi perusahaan pada
umumnya, terutama perusahaan dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan,
pertambangan, kontraktor bangunan, dan penjual jasa tertentu. Hal ini menyebabkan
akuntansi untuk persediaan menjadi suatu masalah penting bagi perusahaan-perusahaan
tersebut.
b. Nilai wajar
Nilai wajar adalah jumlah di mana suatu aset dipertukarkan, atau kewajiban
diselesaikan, antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu transaksi
yang wajar
c. Komoditi
Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek kontrak berjangka yang
diperdagangkan di bursa berjangka
Penentuan persediaan akhir dan harga pokok penjualan ditunjukkan dalam ilustrasi tersebut:
Jika yang digunakan adalah sistem persediaan perpetual baik dalam kuantitas
ataupun nilai dolar, maka angka biaya dikaitkan dengan setiap penarikan barang.
Kemudian biaya dari 4.000 unit yang dikeluarkan pada tanggal 19 Maret akan terdiri
dari item-item yang dibeli
tanggal 2 Maret dan 15 Maret. Nilai persediaan akhir menurut metode FIFO dalam
sistem persediaan perpetual untuk PT. ABC adalah
dari apakah harga pokok penjualan dihitung seiring dengan barang dijual sepanjang
periode akuntansi (sistem perpetual) atau sebagai residu pada akhir periode akuntansi
(sistem periodik).
Salah satu tujuan dari FIFO adalah menyamai arus fisik barang, Jika arus fisik
barang secara aktual adalah yang pertama masuk, yang pertama keluar, maka metode
FIFO menyerupai metode identifikasi khusus. Pada saat yang sama, metode FIFO tidak
memungkinkan perusahaan memanipulasi laba karena perusahaan tidak bebas memilih
item-item biaya tertentu untuk dimasukkan ke beban.
Berikut adalah formula perhitungan unit cost berdasarkan metode rata-rata tertimbang
Jika PT Agro Plaza memiliki persediaan awal, maka persediaan awal ini dimasukkan
dalam total unit yang tersedia dan total biaya barang yang tersedia untuk dijual ketika
menghitung biaya rata-rata per unit. Metode biaya rata-rata yang lain adalah metode rata-rata
bergerak, yang digunakan dalam sistem persediaan perpetual. Aplikasi metode biaya rata-rata
untuk catatan persediaan perpetual ditunjukkan dalam ilustrasi dibawah ini:
Dalam metode ini, biaya rata-rata per unit yang baru akan dihitung setiap kali
pembelian dilakukan. Sebagai contoh, pada tanggal 15 Maret, setelah 6.000 unit dibeli
dengan harga Rp
26.400 PT Agro Plaza memiliki 8.000 unit persediaan berharga pokok Rp 34.400 (Rp
8.000 + Rp 26.400). Dengan demikian, biaya rata-rata per unit adalah Rp 34.400 dibagi
8.000, atau Rp 4,3. Biaya per unit ini digunakan dalam kalkulasi biaya penarikan sampai
pembelian berikutnya dilakukan, ketika biaya rata-rata per unit yang baru dihitung. Oleh
karena itu, biaya dari 4.000 unit yang dikeluarkan pada tanggal 19 Maret adalah Rp 4.3
atau total harga pokok penjualan sebesar Rp 17.200. pada tanggal 30 Maret, menyusul
pembelian 2.000 unit seharga Rp 9.500, biaya per unit yang baru sebesar Rp 4.45
ditetapkan untuk persediaan akhir sebesar Rp 26.700.
Pemakaian metode rata-rata biasanya dapat dibenarkan dari sisi praktis, bukan
karena alasan konseptual. Metode ini mudah diterapkan, objektif, dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk memanipulasi laba seperti halnya beberapa metode penentuan harga
persediaan lainnya.
4.2 SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Adapun sistem pencatatan persediaan dapat digolongkan ke dalam dua cara yaitu:
a. Sistem Periodik Atau Fisik (Physical Method)
Menurut Epstein dan Jermakowicz (2007:p176), Sistem periodik ialah
sistem persediaan di mana jumlah yang ditentukan hanya berkala oleh perhitungan
fisik. Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2007:p2461), dalam sistem
persediaan periodik, rincian catatan persediaan barang yang dimiliki tidak
disesuaikan secara terus menerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan
barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi.
Menurut sistem ini setiap pembelian atau pemasukan maupun penjualan
(pengeluaran) persediaan tidak dicatat atau dibukukan ke dalam perkiraan
persediaan. Pembelian barang dibukukan keperkiraan-keperkiraan pembelian dan
beberapa perkiraan lain seperti potongan pembelian dan pengembalian pembelian.
Penjualan dibukukan ke perkiraan penjualan. Dengan sistem ini jumlah persediaan
akhir diketahui setelah dilakukan perhitungan fisik (invertory taking) terhadap
barang yang ada digudang. Selanjutnya setelah perhitungan fisik maka perlu
dilakukan closing (penutup) terhadap persediaan awal. Jadi dalam buku besar
persediaan hanya terdapat jumlah persediaan awan dan persediaan akhir. Bagi
perusahaan dagang jika menggunakan metode ini maka sistem pencatatannya
adalah sebagai berikut:
Saat Pembelian:
Purchase Rp xxx
Jika barang yang telah dibeli dikembalikan karena rusak atau penyebab lainnya:
Sales Rp xxx
Sales Rp xxx
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut selama tahun berjalan ditunjukan dengna:
5. PENGUKURAN BIAYA PEROLEHAN
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang
lebih rendah, Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi,
dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat
ini.
a. Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak),
biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat
dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam
menentukan biaya pembelian
b. Biaya Konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan
unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi
sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi
bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak
langsung yang relatif konstan, tanpa
memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan
pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi
pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang
berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume
produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga
kerja tidak langsung.
c. Biaya standar
Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan
perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya standar di-review
secara reguler dan, jika
diperlukan, direvisi sesuai dengan kondisi terakhir
d. Metode eceran
Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai
persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki marjin
yang sama saat tidak
praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya
e. Biaya-biaya Lain
Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya
tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam
keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya
perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan