Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATA KULIAH

PENGUKURAN AKUNTANSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pengampu : Sohidin, SE., M.Si., AK, CA

Disusun Oleh

Nama : Tutik Setyoningsih

NIM : K7720076

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TAHUN 2022/2023
PENGUKURAN AKUNTANSI

A. Pengantar
Semakin meningkatnya kebutuhan informasi akuntansi yang berkualitas
untuk mendukung keputusan menjadikan pengukuran akuntansi sebuah
persoalan yang penting. Ada kendala dalam pengukuran akuntansi. Pertama,
keandalan atau reliabilitas. Kemanfaatan keputusan laporan keuangan berbasis
nilai kini (current value) akan dikompromikan jika dalam penerapannya terlalu
banuak keandalan yang dikorbankan untuk mendapatkan relevansi yang lebih
besar. Kedua adalah skeptisisme (ketidakpercayaan) manajemen tentang
reserve recognition accounting berdampak pada digunakannya dibawa ke
akuntansi nilai sekarang terutama ketika pendekatan pengukuran menyiratkan
bahwa nilai sekarang dan volatilitasnya terkandung dalam laporan keuangan.

B. Akuntansi Nilai Kini (Current Value Accounting)


1. Dua Versi Akuntansi Nilai Kini
Pasca penerapan standar akuntansi internasional atau International
Financial Reporting Standard (IFRS), penilaian berbasis akuntansi kos
historis secara bertahap semakin sedikit, dan sebagai gantinya penilaian
berbasis nilai kini semakin masif. Ada dua versi penilaian berbasis
akuntansi nilai sekarang yaitu nilai pakai (value in use) dan nilai wajar
(fair value).
a) Nilai Pakai (Value in Use)
Nilai pakai adalah nilai saat ini yang dapat diukur dengan menilai
tunaikan arus kas yang diharapkan diterima atau dibayarkan terkait
dengan penggunaan aset atau liabilitas. informasi relevan adalah
informasi yang menginformasikan kepada investor tentang prospek
ekonomi perusahaan masa mendatang. Dengan demikian, kita dapat
menyimpulkan bahwa nilai pakai (value in use) krusial dalam relevansi
karena nilai tunai mengukur arus kas ekspektasian yang akan diterima
atau dikeluarkan oleh sebuah perusahaan. Namun, ada syaratnya, yaitu
nilai penggunaan tergantung pada penggunaan aset, karena manajemen
dapat mengubah tujuan penggunaan aset atau liabilitas tersebut.
b) Nilai Wajar (Fair Value)
Nilai wajar diatur dalam PSAK 68 yang efektif berlaku mulai
tahun 2015. Standar ini mengadopsi IFRS 13. PSAK 68
mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai "harga yang akan
diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar
pada tanggal pengukuran. Dasar penilaian ini juga disebut harga keluar
(exit price), yang mengukur biaya kesempatan (opportunity cost)
perusahaan bagi penggunaan aset dan liabilitasnya. Dengan
menggunakannya, perusahaan melepaskan kesempatan untuk
penggunaan terbaik berikutnya, dengan cara menjualnya atau
menebusnya dengan harga keluar.
Karena ketidaklengkapan pasar, harga pasar yang berfungsi baik
tidak ada sebagai sebagian besar aset dan liabilitas. Dalam menghadapi
kesulitan ini, standar akuntansi (PSAK 68) menetapkan teknik
penilaian dalam mengukur nilai wajar untuk memaksimalkan
penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan
meminimalkan penggunaan input yang tidak dapat diobservasi. Input
tersebut dikategorikan dalam tiga level hirarki nilai wajar, yaitu
- Input level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar
aktif untuk aset atau liabilitas yang identik dan dapat diakses
entitas pada tanggal persekutuan.
- Input level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk
dalam level 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Input level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset
atau liabilitas.
2. Akuntansi Nilai Wajar dan Laporan Laba Rugi
Akuntansi nilai wajar mengakui keuntungan dan kerugian yang
terjadi akibat adanya perubahan nilai wajar. Akibatnya, akuntansi nilai
wajar dianggap meruppakan upaya untuk menaikkan sifat laporan laba
rugi lebih berwawasan kedepan, sehingga mengurangi jeda pengakuan dan
meningkatkan kegunaan keputusan bagi investor. Dengan demikian,
akuntansi nilai wajar mengubah sifat laporan laba rugi. Dengan
menggunakan akuntansi kos historis, laba bersin adalah hasil dari
penandingan antara pendapatan dan biaya, dengan catatann pendapatan
diakui pada saat penndapatan tersebut direalisasikan. Beberapa akkuntan
berpendapat bahwa proses matching mengurangi volatilitas laba dan
meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi laba masa depan.
Oleh karena itu, laporan laba rugi dianggap lebih penting disbanding
neraca.
Akuntansi nilai wajar juga meningkatkan kemampuan laba bersih
untuk melaporkan stewardship manajer. Manajer dapat dipandang sebagai
penanggung jawab biaya kesempatan aset bersih yang digunakan dalam
bisnis. Dengan asumsi reliabilitas yang wajar, kinerja manajer diukur
berdasarkan kemampuannya untuk menghasilkan retum di atas biaya
modal. Jika yang terjadi sebaliknya, maka perusahaan akan lebih memilih
menjual aset bersihnya. Jadi, dalam akuntansi nilai wajar, laporan laba rugi
mengasumsikan peran ganda, yaitu melaporkan informasi yang bermanfaat
bagi investor dan membantu melaporkan stewardship manajer.

C. Contoh Pengukuran Longstanding


1. Piutang Dagang dan Utang Dagang
Bagi kebanyakan perusahaan, piutang dagang (bersih setelah
memperhitungkan cadangan kerugian piutang) dan utang dagang dinilai
sebesar nilai bersih yang diharapkan akan diterima alau dibayarkan.
Karena rentang waktu pembayaran pendek, maka faktor bunganya
(discount factor) sangat kecil atau tidak material, sehingga nilai tunai yang
dihasilkan relatif sama dengan nilai bersih yang diharapkan akan diterima
atau dibayar.
2. Arus kas tetap dengan kontrak
Utang jangka panjang dapat dinilai dengan nilai tunai bunga masa
depan ditambah nilai tunai nominal, yang didiskontokan dengan tingkat
bunga efektif, yaitu tingkat bunga ketika surat utang dikeluarkan.
Sepanjang tingkat bunga perusahaan tidak berubah, nilai buku sama
dengan ndai pakai (value in use). Pendiskontoan aset dan liabilitas pada
tarif efektifnya disebut akuntansi kos yang diamortisasi (amortized cost
accounting). Dengan sistem ini. penerimaan atau pengeluaran kas kontrak
masa mendatang yang diekspektasikan didiskontokan pada tingkat bunga
efektif berdasarkan kontrak, dan tarif ini tidak berubah meskipun ada
perubahan tingkat bunga relevan dan atau peringkat kredit perusahaan.
Dengan demikian. akuntansi kos yang diamortisasi adalah salah satu versi
nilai pakai, namun pendiskontoannya menggunakan tarif efektif dan bukan
biaya modal perusahaan Dengan demikian, pendapatan atau beban
periodik adalah hasil perkalian antara tingkat bunga efektif dan nilai buku
setiap awal periode.
3. Aturan terendah antara kos atau nilai biaya bersih yang dappat
direalisasi (The Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value)
Aturan yang terendah antara kos atau nilai bersih yang dapat
direalisasi atau the lower-of-cost-or-Net Realizable Value/LCNRV) yang
secara tradisional diterapkan pada persediaan, merupakan contoh lama
pendekatan pengukuran parsial. Standar akuntansi keuangan nomor
(PSAK) nomor 14 atau International Accounting Standard (IAS) 2
mengatur bahwa ketika nilai bersih yang dapat direalisasi persediaan
(NRV) jatuh di bawah kosnya, maka persediaan nilai diturunkan sebesar
selisih antara nilai tersebut dan kosnya. persediaan nilai diturunkan sebesar
selisih antara nilai tersebut dan kosnya.
4. Uji Penurunan Nilai (Impairment) aset tetap
Penyusun standar telah memberlakukan uji penurunan nilai untuk
sebagian besar aset non-keuangan, seperti aset tetap (property, plant, &
equipment/PPE). Uji penurunan nilai membantu melindungi auditor dari
kewajiban hukum, dan karena mereka memaksa dilakukannya penurunan
nilai aset yang dinilai terlalu tinggi, maka mereka berkontribusi terhadap
peningkatan konservatisme bersyarat yang didokumentasikan oleh Basu
(1997).
Berdasarkan PSAK 48 tentang penurunan nilai aset, penurunan
nilai aset seperti aset tetap diakui dalam laba bersih. Rugi penurunan nilai
adalah kelebihan nilai buku di atas jumlah terpulihkan (recoverable
amount). Jumlah terpulihkan adalah nilai yang lebih besar antara nilai
wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai. Rugi penurunan nilai aset,
selain goodwill, dapat dipulihkan apabila pada periode berikutnya nilai
terpulihkan meningkat, dengan ketentuan jumlah maksimum pemulihan
adalah sebesar rugi penurunan nilai telah dicatat sebelumnya.
Uji penurunan nilai dilakukan melalui dua langkah. Pertama,
ditentukan apakah aset tersebut mengalami penurunan nilai. Aset
dinyatakan turun nilainya apabila nilai buku aset melebihi jumlah arus kas
bersih langsung masa depan yang tidak didiskontokan. Jika suatu aset
mengalami penurunan nilai, maka aset tersebut diturunkan nilainya
menjadi sebesar nilai wajarnya.

D. Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan adalah sebuah kontrak yang menciptakan aset
keuangan sebuah perusahaan dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas
sebuah perusahaan lain. Aset dan liabilitas keuangan didefinisikan lebih luas.
Dengan demikian, aset keuangan mencakup kas, instrumen ekuitas perusahaan
lain, hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari
perusahaan lain atau untuk bertukar instrumen keuangan dengan perusahaan
lain dalam kondisi yang berpotensi menguntungkan.
Liabilitas keuangan adalah liabilitas yang merupakan kewajiban
kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya kepada
perusahaan lain, atau untuk bertukar aset keuangan atau kewajiban keuangan
dengan perusahaan lain dalam kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan.
Dengan demikian, aset dan liabilitas keuangan mencakup seluruh item seperti
piutang dagang, piutang wesel, utang dagang, utang wesel, sekuritas ekuitas
yang dimiliki oleh perusahaan, dan obligasi yang beredar. Semua itu disebut
dengan sekuritas utama (primary securities), termasuk didalamnya adalah
instrumen derivatif.

E. Instrumen Keuangan Utama


1. Pelanggaran Aturan oleh Penyusunan Standar
Karena penilaian berdasarkan nilai pasar, maka penurunan nilai aset
keuangan sangat signifikan. Hal ini terjadi karena nilai pasar aser
keuangan pada masa itu mengalami liquidity pricing yang sangat rendah.
Dalam menghadapi ketidakpastian seperti ini, penyusun standar
melakukan modifikasi sebagai berikut:
- IASB dan FASB mengeluarkan panduan serupa tentang cara
menentukan ketika pasar tidak aktif. Pedomannya adalah jika nilai
pasar ada dan tidak dapat disimpulkan dengan andal dari nilai barang
sejenis, perusahaan dapat menentukan nilai wajar dengan
menggunakan asumsi mereka sendiri atas arus kas masa depan dari
aset dan liabilitas, dan didiskontokan dengan tingkat bunga yang
disesuaikan dengan risiko.
- IASB membolehkan reklasifikasi aset keuangan tertentu agar lebih
konsisten yang lebih besar dengan standar FASB, yang
membolehkan pelonggaran nilai wajar dalam "keadaan yang jarang
terjadi". Keruntuhan pasar dianggap sebagai keadaan yang jarang
terjadi. Sebagai contoh, Pinjaman dan piutang dapat dinilai
berdasarkan kos, meskipun nilai wajarnya lebih rendah, sepanjang
arus kas masa depan ekspektasian lebih besar dibandingkan kos.
2. Perubahan Akuntansi Nilai Wajar
Akuntansi nilai sekarang merupakan subyek bagi kemungkinan
bahwa manajemen dapat mengubah tujuan penggunaan aset agar dapat
mempengaruhi nilai sekarang. Di IFRS 9, perubahan dalam model bisnis
diharapkan jarang terjadi. Dengan cara ini, manajemen menjadi lebih sulit
untuk mempengaruhi input nilai sekarang ke dalam biaya perolehan
diamortisasi. Akibatnya, penilaian berdasarkan niat dipertahankan, namun
kemampuan manajemen untuk mengubah maksudnya dibatasi. Perubahan
nilai wajar umumnya dimasukkan ke dalam laba bersih.
IFRS 13 juga mengharuskan pengungkapan tambahan yang lebih
banyak. Misalnya, metode dan masukan tertentu yang diadopsi perusahaan
untuk menentukan nilai wajar harus diungkapkan, khususnya untuk Level
3, sehingga pihak luar dapat melihat riwayat nilai wajar tersebut. Selain
itu. untuk kewajiban, pengungkapan diperlukan dari setiap peningkatan
kredit Pengungkapan tambahan adalah disyaratkan oleh IFRS 7, termasuk
nila buku, dan nilai wajar jika berbeda, dari berbagai kategori aset dan
liabilitas keuangan dan levelnya dalam hierarki nilai wajar. Pengungkapan
asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar juga disyaratkan.
3. Opsi Nilai Wajar
IFRS 9 berisi opsi nilai wajar. Saat diperoleh, perusahaan dapat
memilih aset keuangan dan atau liabilitas keuangan, yang normalnya akan
dinilai sebesar biaya yang amortisasi, ke dalam kategori nilai wajar jika
hal ini mengurangi ketidakcocokan (mismatch), karena ketidakooookan ini
merupakan volatilitas laba yang melebihi volatilitas rill yang dihadapi
perusahaan. Perubahan nilai wajar aset dan kewajiban yang ditentukan
berdasarkan opsi nilai wajar dimasukkan dalam laba bersih.
Ketidaksesuaian muncul ketika beberapa aset atau liabilitas
dinyatakan sebesar nilai wajar tetapi liabilitas atau aset terkait lainnya
tidak. Misalnya, sebuah perusahaan menerbitkan obligasi untuk
membiayai pembelian portofolio pinjaman berbunga. Utang obligasi
dinilai berdasarkan biaya yang amortisasi. Karena tingkat bunga pasar
berubah, maka nilai wajar utang obligasi akan naik atau turun dan nilai
wajar pinjaman akan jatuh atau naik. Dengan demikian, secara ril, obligasi
memberikan lindung nilai alami (natural hedge) bagi pengaruh perubahan
tingkat bunga pinjaman.
Dalam akuntansi, jika perubahan nilai wajar aset pinjaman
dimasukkan ke dalam laba bersih tetapi tidak ada keuntungan atau
kerugian wajar yang dicatat pada utang obligasi, maka volatilitas laba
bersih perusahaan akan melebihi volatilitas nyata yang telah dipilih
perusahaan melalui aktivitas lindung nilai alaminya. Ini menjadi tidak
cocok (minmatch)
Untuk mengurangi potensi mismatch, perusahaan dapat
menggunakan opsi nilai wajar bagi utang jangka panjangnya sehingga
"kedua sisi" dan lindung nilai alami memiliki nilai yang wajar, dan
keuntungan atau kerugian yang timbul dimasukkan ke dalam laba bersih.
Berdasarkan IFRS 9. penggunaan opsi nilai wajar adalah terbatas. Salah
satu batasannya adalah bahwa opsi ini digunakan untuk mengurangi
mismatch seperti di atas.
Nilai wajar utang perusahaan dapat juga berubah karena perubahan
risiko kredit, bahkan ketika tidak ada perubahan suku bunga pasar. Jika
perubahan nilai wajar utang disebabkan oleh perubahan risiko kredit
perusahaan dimasukkan dalam laba bersih, maka hasilnya mungkin
tampak aneh. Misalnya, perusahaan menerima down-grade (penurunan
peringkat kredit sekuritas) dari lembaga pemeringkat kredit. Akibatnya,
nilai wajar utangnya turun sebagai respons atas kenaikan tersebut risiko
kredit ditanggung oleh pemberi pinjaman.

F. Nilai Wajar dan Kos Historis


Sebagian akuntan berpendapat bahwa akuntansi kos hitoris lebih berguna
bagi investor dibanding nilai kini. Ada beberapa model teoritis yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi nilai relatif akuntansi nilai wajar dan akuntansi
kos historis untuk instrumen keuangan: Allen dan carletti (AC; 2008)
menyajikan sebuah model ketika bank dan perusahaan keuangan memiliki aset
keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Jika kondisi normal terjadi
ketika perusahaan asuransi tidak dapat membayar klaimnya, maka perusahaan
harus dilikuidasi, termasuk menjual aset jangka panjang.
Dengan akuntansi nilai wajar, bank harus menurunkan aset jangka
panjangnya ke harga likuiditas, yang berakibat pelanggaran persyaratan modal
resmi dan insolvensi teknis, meskipun berdasarkan nilai pakai solvensi.
Dengan akuntansi kos historis, penurunan ini tidak terjadi dan bank tetap
solvent.

G. Risiko Likuiditas dan Kualitas Pelaporan Keuangan


Acharya dan Pedersen (AP; 2005) mendefinisikan risiko likuiditas sebagai
ketidakpastian tentang berapa biaya pembelian dan biaya penjualan. CAPM
mengasumsikan likuiditas sempurna. AP yang memperluas CAPM untuk
memodelkan pengaruh nisiko likuiditas terhadap biaya modal, menunjukkan
kondisi kenaikan biaya modal pada perusahaan dengan risiko likuiditas tinggi.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah: dapatkah pelaporan keuangan
membantu menurunkan risiko likuidite biaya modal? Pertanyaan ini diuji oleh
Lang dan Maffett (LM, 2011), yang menunjukkan bahwa transparansi
pelaporan keuangan menaikkan jumat informasi spesifik perusahaan yang
tersedia bagi publik: Dampaknya ada berupa turunnya asimetri informasi
sehingga harga saham pensatin kurang sensitif terhadap perubahan volatilitas
pasar Hal ini terjadi ka investor lebih meyakini nilai saham perusahaan yang
transparan dan pelaporan informasinya, sehingga kecil kemungkinan menjual
dalam kondisi ketidakpastian yang tercipta oleh kenaikan volatilitas pasar
Panel berpendapat bahwa pengaruh seperti ini terutama terjadi selama penuru
drastis pada periode kejatuhan pasar tahun 2007-2008.
Daftar Pustaka
Rahmawati, K. (2021). Teori Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM
AAYKPN.

Anda mungkin juga menyukai