Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATA KULIAH

RELEVANSI NILAI INFORMASI AKUNTANSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pengampu : Sohidin, SE., M.Si., AK, CA

Disusun Oleh
Nama : Tutik Setyoningsih
NIM : K7720076

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2022/2023
RELEVANSI NILAI INFORMASI AKUNTANSI

A. Garis Besar Permasalahan Penelitian


1. Alasan bagi Respon Pasar
Pertimbangkan beberapa prediksi berikut mengenai perilaku investor
dalam menanggapi informasi laporan keuangan:
a. Investor memiliki keyakinan sebelumnya mengenai kinerja perusahaan
di masa depan – yang dapat berupa dividen, arus kas, dan/atau laba,
yang memiliki pengaruh terhadap pengembalian yang diharapkan dan
risiko sekuritas perusahaan. Keyakinan sebelumnya ini akan
didasarkan pada semua informasi yang tersedia, termasuk harga pasar
pada waktu sesaat sebelum rilis informasi laba bersih perusahaan.
b. Setelah dirilisnya laba bersih periode berjalan, beberapa investor akan
dengan cepat memutuskan untuk mencari lebih banyak informasi
dengan menganalisis jumlah pendapatan. Sebagai contoh, jika laba
bersih tinggi, atau lebih tinggi dari yang diharapkan, ini mungkin
menjadi kabar baik. Jika demikian, investor akan merevisi secara
positif keyakinan mereka mengenai kinerja perusahaan di masa depan.
c. Investor yang telah merevisi secara positif keyakinan mereka
mengenai kinerja perusahaan di masa depan akan cenderung membeli
saham perusahaan pada harga pasar saat ini, dan sebaliknya pula bagi
investor yang telah merevisi keyakinan mereka secara negatif. Evaluasi
investor atas tingkat risiko saham juga dapat direvisi.
d. Kita dapat berekspektasi bahwa volume saham yang diperdagangkan
akan meningkat ketika perusahaan melaporkan laba bersih. Lebih jauh,
volume saham tersebut akan semakin besar seiring besarnya perbedaan
keyakinan sebelumnya dari investor mengenai kinerja perusahaan di
masa mendatang, dan interpretasi mereka atas informasi keuangan saat
ini.
Beaver (1968), dalam penelitiannya yang terkenal, meneliti reaksi volume
perdagangan. Ia menemukan adanya peningkatan yang dramatis dalam
volume perdanganan pada minggu rilisnya pengumuman laba. Reaksi
harga pasar dapat menjadialat uji kebermanfaatan keputusan yang lebih
baik dari reaksi atas volume perdagangan. Misalnya, model Kim dan
Verrecchia (1997) menunjukkan bahwa volume perdaganganlebih
noisydari perubahan harga sebagai ukuran kebermanfaatan keputusan
informasi laporan keuangan.

2. Temuan Respon Pasar


a. Teori pasar efisien menyiratkan bahwa pasar akan bereaksi dengan
cepat terhadap informasi baru. Akibatnya, penting untuk mengetahui
kapan laporan laba bersih tahun berjalan diumumkan kepada publik.
Jika peneliti mencari effek volume dan harga bahkan beberapa hari
saja terlambat, tidak ada efek yang dapat diamati meskipun efek
tersebut mungkin sebenarnya terjadi. Para peneliti telah memecahkan
masalah ini dengan menggunakan tanggal laba bersih perusahaan
dilaporkan di media keuangan seperti The Wall Street Journal.
b. Good news atau Bad News dalam laporan laba bersih biasanya
dievaluasi relatif terhadap apa yang diharapkan investor. Jika suatu
perusahaan melaporkan laba bersih sebesar, katakanlah, $ 2 juta, dan
angka ini merupakan angka yang diharapkan investor (dari laporan
triwulanan, pidato oleh pejabat perusahaan, prediksi analis, informasi
di MD&A dan, tentu saja, dalam harga saham itu sendiri), akan hampir
tidak banyak konten informasi dalam laba bersih yang dilaporkan.
Keyakinan sebelumnya investor akan telah direvisi untuk
mencerminkan informasi sebelumnya. Namun akan berbeda jika
investor mengharapkan laba $ 2 juta dan laba bersih yang dilaporkan
ternyata adalah $ 3 juta. Kabar baik ini akan memicu revisi keyakinan
yang cepat mengenai kinerja masa depan perusahaan. Ini berarti bahwa
peneliti harus mendapatkan proxy atas laba bersih yang diharapkan
oleh investor akan terjadi. Proxy ini biasanya didasarkan pada
pendapatan sebelumnya atau prediksi laba dari analis.
c. Ada banyak peristiwa yang terjadi yang akan mempengaruhi volume
dan harga saham perusahaan. Ini berarti bahwa respon pasar terhadap
laba bersih yang dilaporkan dapat sulit untuk diketahui. Misalnya,
sebuah perusahaan merilis laba bersihnya tahun ini, yang berisi berita
baik, pada hari yang sama di mana pemerintah mengumumkan adanya
peningkatan substansial dalam defisit. Pengumuman publik seperti ini
mungkin akan mempengaruhi harga dari semua atau sebagian besar
surat berharga yang ada di pasar, yang pada gilirannya mungkin akan
menghapus efek dariperilisan informasi laba perusahaan.

3. Pemisahan Faktor Pasar dan Faktor Spesifik Perusahaan


Model pasar secara luas digunakan untuk memisahkan faktor pasar dan
spesifik perusahaan yang mempengaruhi pengembalian sekuritas. Gambar
dibawah ini memberikan ilustrasi grafis dari model pasar untuk perusahaan
j untuk periode t, di mana kita lamanya periode adalah satu hari.Periode
waktu yang lebih lama, seperti minggu, bulan, atau tahun, atau bahkan
periode yang lebih pendek, juga digunakan oleh para peneliti.

Perhatikan persamaan dari model pasar berikut:


Peneliti akan memperoleh data terakhir pada Rjt dan RMt dan
menggunakan analisis regresi untuk memperkirakan koefisien model.
Misalkan dalam hal ini dihasilkan nilai αj = 0,0001 dan βj = 0.80, seperti
yang ditunjukkan pada gambar.

4. Perbandingan Return dan Laba


Peneliti empiris sekarang dapat membandingkan abnormal return atas
saham pada hari 0 sebagaimana dihitung di atas dengan komponen yang
tak terduga dari laba bersih perusahaan saat ini. Jika laba bersih tak
terduga ini adalah berita baik (yaitu, laba bersih tak terduga positif) maka,
dengan efisiensi yang wajar pada pasar sekuritas, abnormal return saham
yang positif merupakan bukti bahwa investor ratarata bereaksi positif
terhadap berita baik yang tak terduga dalam pendapatan. Penalaran yang
sama berlaku jika laba yang dilaporkan pada saat pengumuman adalah
berita buruk (yaitu, laba bersih tak terduga positif) maka, dengan efisiensi
yang wajar pada pasar sekuritas, abnormal return saham yang positif
merupakan bukti bahwa investor ratarata bereaksi positif terhadap berita
baik yang tak terduga dalam pendapatan. Penalaran yang sama berlaku jika
laba yang dilaporkan pada saat pengumuman adalah berita buruk.

B. Penelitian Ball dan Brown


1. Metodologi dan Temuan
Pada tahun 1968, Ball dan Brown (BB) memulai tradisi penelitian empiris
akuntansi di pasar modal yang berlanjut hingga hari ini. Mereka adalah
yang pertama kali memberikan bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa
returnsaham perusahaan merespon terhadap isi informasi laporan
keuangan –dengan kata lain, bahwa laporan keuangan memiliki nilai
relevansi (yang disebut dengan penelitian studi peristiwa (event study)).
BB meneliti sampel 261 perusahaan yang terdaftar di New York Stock
Exchange (NYSE) selama sembilan tahun dari 1957 ke 1965. Mereka
berkonsentrasi pada isi informasi dari laba, dengan mengesampingkan
komponen laporan keuangan lainnya yang berpotensi informatif seperti
solvabilitas dan struktur modal. Salah satu alasannya, sebagaimana
disebutkan sebelumnya, adalah bahwa pendapatan untuk perusahaan
NYSE biasanya diumumkan di media sebelum rilis yang sebenarnya dari
laporan tahunan sehingga relatif mudah untuk memperkirakan kapan
informasi tersebut pertama tersedia untuk umum.
Tugas pertama BB adalah untuk mengukur kandungan informasi dari laba
- yaitu, apakah laba yang dilaporkan lebih besar dari apa yang diharapkan
oleh pasar (GN) atau kurang dari yang diharapkan (BN). Diperlukan proxy
unntuk ekspektasi pasar. Proxy yang mereka gunakan adalah laba aktual
tahun lalu, dan bahwa pendapatan tak terduga pada tahun ini dianggap
sebagai perubahan laba.
Tugas berikutnya adalah untuk mengevaluasi return pasar pada saham
perusahaan sampel pada waktu yang dekat dengan setiap pengumuman
laba. Hal ini dilakukan sesuai dengan prosedur abnormal return yang
digambarkan pada gambar sebelumnya.
Aspek yang menarik dan penting dalam penelitian BB adalah bahwa
mereka mengulangi perhitungan abnormal return pasar untuk jangka
waktu yang lebih luas, yang terdiri dari masing-masing 11 bulan sebelum
dan enam bulan setelah bulan informasi laba dirilis (bulan 0). BB
menghitung abnormal return rata-rata untuk setiap bulan dalam jangka
waktu 18bulan ini. Hasilnya ditunjukkan pada gambar dibawah ini, yang
diambil dari penelitian BB.
Bagian atas dari gambar diatas menunjukkan rata-rata kumulatif abnormal
return untuk pengumuma laba GN perusahaan dalam sampel; bagian
bawah menunjukkan hal yang sama untuk pengumuman BN perusahaan.
Seperti dapat dilihat, perusahaan GN secara keseluruhan mengungguli
total sampel (total sampel mewakili aspek pasar yang luas), dan
perusahaan BN sangat underperformed, selama periode 11bulan menjelang
bulan dirilisnya laba perusahaan.

2. Hasil Penelitian Ball dan Brown


Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian BB adalah bahwa
mereka membuka sejumlah permasalahantambahan terkait kebermanfaatan
(decision usefulness). Langkah logis berikutnya adalah untuk menanyakan
apakah besarnya laba tak terduga terkait dengan besarnya respon pasar
sekuritas - ingat bahwa analisis BB hanya didasarkan pada pertanda laba
tak terduga. Artinya, kandungan informasi dari laba dalam penelitian BB
diklasifikasikan hanya ke GN atau BN, ukuran yang cukup kasar.
Pertanyaan mengenai besarnya respon diteliti, misalnya, oleh Beaver,
Clarke, dan Wright (BCW) pada tahun 1979. Mereka meneliti sampel dari
276 perusahaan NYSE dengan tahun buku yang berakhir pada 31
Desember, selama periode 10tahun dari 1965-1974. Setelah perbandingan
perubahan laba tak terduga dengan abnormal return saham, BCW
menemukan bahwa semakin besar perubahan laba tak terduga, semakin
besar respon pasar saham. Hasil ini konsisten dengan CAPM dan
kebermanfaatan keputusan (decision usefulness), karena semakin besar
perubahanlaba tak terduga, semakin banyak rata-rata investor yang akan
merevisi perkiraan mereka atas kinerja perusahaan di masa depan dan
return investasi yang mereka harapkan, hal-hal lain yang tetapsama.

C. Koefesien Respon Laba atau Earnings Response Coefficient (ERC)


Abnormal return pasar sekuritas yang diidentifikasi oleh BB adalah nilai rata-
rata – yang menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan GN menikmati abnormal
return positif, dan perusahaan BN mereka menunjukkan abnormal return yang
negatif. Koefisien respon laba mengukur sejauh mana respons abnormal
return saham perusahaan terhadap komponen laba tak terduga perusahaan
yang menerbitkan saham tersebut. Artinya, untuk menghitung ERC, bagi
abnormal return saham (untuk jangka waktu seputar tanggal rilis laba) dengan
pendapatan tak terduga untuk periode tersebut. Ini akan mengukur abnormal
return per dolar dari pendapatan abnormal, yang memungkinkan perbandingan
ERC di berbagai perusahaan dan dari waktu ke waktu.

1. Respon Pasar Diferensial


Beta. Semakin berisiko urutan pengembalian yang diharapkan di masa
depan atas suatu perusahaan, semakin rendah nilainya bagi investor yang
menghindari risiko, hal-hal lain yang sama. Untuk investor yang
terdiversifikasi, ukuran risiko yang relevan atas saham adalah beta. Karena
investor mengacu ke laba saat ini sebagai indikator kinerja masa depan dan
return saham, semakin berisiko pengembalian tersebut di masa depan,
semakin rendah reaksi investor terhadap besaran laba tak terduga, yang
akan mengarah ke biaya modal yang lebih tinggi.
Struktur Modal. Untuk perusahaan yang dengan leverage yang tinggi,
peningkatan, katakanlah, pada laba (sebelum bunga) menambah kekuatan
dan keamanan atas obligasi dan hutang lainnya, sehingga banyak kabar
baik mengenai laba lebih ditujukan ke debtholders daripada pemegang
saham. Oleh karena itu, ERC untuk sebuah perusahaan yang memiliki
leverageyan tingi harus lebih rendah dari perusahaan yang memiliki sedikit
atau tidak ada utang, hal-hal lain sama.
Kualitas Laba. Kita menentukan kualitas (yaitu, keinformatifan) atas laba
dari besarnya probabilitas diagonal utama pada sistem informasi yang
terkait. Semakin tinggi probabilitas ini, semakin tinggi ERC yang kita
harapkan, karena investor akan lebih mampu untuk menyimpulkan kinerja
perusahaan di masa depan dari kinerja saat ini.
Ramakrishnan dan Thomas (RT, 1991), membedakan tiga jenis peristiwa
laba:
- Permanen, diharapkan bertahan tanpa batas waktu
- Transitoris, mempengaruhi laba pada tahun berjalan tapi tidak tahun
depan
- Harga tidak relevan, persistensi nol
Peluang Pertumbuhan. GN atau BN untuk laba saat ini dapat
mengisyaratkan prospek pertumbuhan masa depan perusahaan, dan
karenanya ERC yang lebih tinggi. Seseorang dapat berpikir bahwa karena
laporan keuangan masih mengandung komponen biaya historis yang
cukup besar, laba bersih tidak bisa benar-benar menginformasikan
pertumbuhan masa depan perusahaan. Namun, hal tersebut belum tentu
terjadi. Misalkan laba bersih saat ini mengungkapkan profitabilitas tinggi
yang tidak terduga untuk beberapa proyek investasi baru perusahaan. Hal
ini dapatmemberikan indikasi ke pasar bahwa perusahaan akan menikmati
pertumbuhan yang kuat di masa depan.
Kesamaan Harapan. Investor Investor yang berbeda akan memiliki
harapan yang berbeda mengenai laba perusahaan periode berikutnya,
tergantung dari informasi awal yang mereka miliki dan sejauh mana
kemampuan mereka untuk mengevaluasi informasi tersebut. Namun,
perbedaan ini akan berkurang sepanjang mereka mendapatkan informasi
tersebut dari sumber yang umum, seperti perkiraan konsensus analis
(misalnya, rata-rata semua perkiraan), ketika membentuk harapan mereka.
Keinformatifan Harga. Harga saham secara parsial menginformasikan
tentang nilai masa depan perusahaan. Konsekwensinya adalah bahwa
harga menyebabkan laba, karena harga pasar merupakan agregat dari
semua informasi perusahaan yang diketahui publik, banyak di antaranya
yang oleh sistem akuntansi terdapat lagi. Efek ini muncul dengan jelas
dalam penelitian Ball dan Brown (lihat Gambar 5.3), di mana return saham
atas GN atau BN diantisipasi bahkan sejak 12 bulan sebelum laba dirilis.
Akibatnya, semakin informatif laba tersebut, semakin sedikit kandungan
informasi dari laba akuntansi saat ini, hal-hal lain sama, sehingga semakin
rendah ERC.
2. Implikasi Riset ERC
Pemahaman yang lebih baik atas respon pasar menunjukkan cara-cara di
mana mereka dapat lebih meningkatkan kegunaan keputusan laporan
keuangan. Misalnya, bukti empiris dari hubungan positif antara ERC dan
kualitas laba menunjukkan bahwa kualitas laba yang lebih tinggi dihargai
oleh investor. Selain itu, hasil penelitian bahwa ERC akan lebih rendah
untuk perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi mendukung
argumen untuk memperluas pengungkapan sifat dan besarnya instrumen
keuangan, termasuk informasi yang off balance sheet. Akhirnya,
pentingnya persistensi laba terhadap ERC berarti bahwa pengungkapan
komponen laba bersih berguna bagi investor. Banyak detail dalam laporan
laba rugi, neraca, dan informasi tambahan yang membantu investor
menafsirkan persistensi jumlah pendapatan saat ini.
3. Pengukuran Ekspektasi Laba Investor
Memperoleh perkiraan yang wajar dari ekspektasi laba adalah komponen
penting dari penelitian relevansi nilai. Ketika kondisi tidak ideal,
ekspektasi laba akan lebih kompleks. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan adalah memproyeksikan time series yang dibentuk oleh laporan
pendapatan bersih masa lalu perusahaan – yaitu, untuk mendasarkan
harapan masa depan pada kinerja masa lalu. Namun demikian, proyeksi
wajar tergantung pada persistensi laba. Untuk melihat ini, pertimbangkan
kondisi ekstrem di mana laba persisten 100% dan laba persisten 0%.
- Jika penghasilan 100% persisten, pendapatan yang diharapkan untuk
tahun berjalan adalah laba aktual tahun lalu. Dan pendapatan tak
terduga untuk tahun berjalan dianggap sebagai perubahan dari tahun
lalu. Pendekatan ini digunakan oleh Ball dan Brown, seperti yang
dijelaskan dalam Bagian 5.3.
- Jika penghasilan 0% persisten, maka tidak ada informasi laba tahun
lalu tentang laba masa depan, dan semua penghasilan saat ini tak
terduga. Artinya, pendapatan tak terduga akan sama dengan tingkat
pendapatan tahun berjalan.
Sumber lain ekspektasi laba adalah perkiraan analis. Sumber ini sekarang
tersedia secara luas untuk hampir seluruh perusahaan besar. Jika perkiraan
analis lebih akurat daripada perkiraan time series, maka dapat memberikan
perkiraan yang lebih baik dari ekspektasi laba, karena investor yang
rasional akan menggunakan perkiraan yang paling akurat. Bukti oleh
Brown, Hagerman, Griffin, dan Zmijewski (1987), yang mempelajari
kinerja perkiraan triwulanan satu organisasi forecasting (Value Line),
menunjukkan bahwa analisis mengungguli model time series dalam hal
keakurasian. O'Brien (1988) juga menemukan bahwa perkiraan laba
triwulanan analis lebih akurat dibandingkan perkiraan time series. Hasil ini
adalah seperti yang kita harapkan, karena analis dianggap dapat membawa
informasi luar yang terkandung dalam laba masa lalu ketika membuat
proyeksi pendapatan di masa depan
Daftar Pustaka
Rahmawati, K. (2021). Teori Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM
AAYKPN.

Anda mungkin juga menyukai