Exit Price Accounting adalah suatu sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur laporan keuangan perusahaan dan performa perusahaan. Menurut Edwards and
Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari asset yang saat ini ditahan apabila dijual dan
dikurangi dengan biaya transaksi.dengan sebutan exit value disebut juga dengan nilai realisasi
bersih (net reazable value) dari asset.
Terdapat beberapa titik yang dilakukan menyangkut penggunaan nilai realisasi bersih.
Terutama adalah nilai ini mempunyai kelemahan dalam segi objektivitas. Maksudnya penentuan
harga jual atas asset yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dijual akan menimbulkan kesulitan
karena dua penilai yang berbeda sangat mungkin membuat hasil yang berbeda sangat mungkin
membuat hasil yang berbeda dalam penerapan net realizable value. Selain itu entitas yang tidak
memiliki pengetahuan pasar yang mencukupi tentang penjualan asset ( karena memang bukan
bidangnya) tentu akan kesulitan menentukan nilai yang lebih tepat.
Terdapat dua hal utama dari conventional historical cost accounting:
Nilai dari non-monetary asset disesuaikan untuk mengukur perubahan harga jual pasar
asset tersebut dan nilai tersebut sudah termasuk pendapatan unrealized gain.
Perubahan dalam daya beli uang digunakan untuk pertimbangan dalam mengukur modal
keuangan dan hasil operasi .
Asset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka mewakili
nilai pasar wajar kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi fire-sale.
Laporan laba rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari
asset induk. Oleh karena itu laba diukur dengan konsep komprehensif yang mengukur perubahan
nyata total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntani suplus bersih .
akuntansi suplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan neraca
penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.