Anda di halaman 1dari 8

EXIT PRICE ACCOUNTING

Mata Kuliah Teori Akuntansi

Oleh:
HASNA LUCIDA 041411331230
SAFIRA SALSABILA 041411331232
ISLAHI NAZIHAH 041411333020
PATRICIA AUDRINE B. 041411333049
TINNESIA MARTINA 041411333058
GLADYS THERESIA O. S. 041411333066

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
EXIT PRICE ACCOUNTING

Exit price accounting terutama terkait dengan nama Raymond Chambers dan Robert
Sterling. Pengajuan awal oleh Kenneth MacNeal, yang proposalnya tidak dianggap serius
oleh profesi akuntansi pada waktu ia menyajikannya.

DUKUNGAN UNTUK EXIT PRICE

1. Argumen MacNeal

Ia membagi sejarah akuntansi menjadi tiga fase: era pertama, dimulai dari abad
ke-12 sampai abad ke-17; era kedua, pada abad ke-18 dan ke-19; dan era ketiga
dan era sekarang, abad ke-20.

Selama era pertama, fokus perhatian untuk akuntan atau book-keeper adalah pada
kebutuhan pemilik-manajer tunggal bisnis. Khususnya pada abad pertengahan,
transaksi bisnis besar kemungkinan akan menjadi usaha atau proyek tertentu.
Tugas utama akuntan adalah untuk terus melacak total biaya sampai saat ini.
Akuntansi pada periode ini digunakan semata-mata untuk tujuan menyediakan
informasi pada pemilik-manajer, dan didasarkan pada sifat bisnis, pemilik-
manajer terutama tertarik pada penentuan biaya.

Pada era kedua, perusahaan bisnis lebih mapan dan transaksi tidak melibatkan
risiko besar seperti pada era pertama. Praktik muncul dimana kreditor
mewajibkan pemiliknya untuk menyerahkan pernyataan kekayaan bersih dan
pendapatan sebelum perpanjangan kredit. Untuk memastikan bahwa pernyataan
tersebut dapat dipercaya, kreditor berkeras agar mereka dipersiapkan oleh
akuntan independen. Dengan demikian, akuntansi publik sebagai profesi lahir.
Akuntan yang menyiapkan laporan keuangan hanya memiliki kewajiban pada dua
pihak yang berkepentingan: pemilik, yang mengelola bisnis dan mengetahui
semua rinciannya, dan kreditor, yang terutama tertarik dalam kemampuan
pemilik untuk membayar akun atau pinjamannya pada saat jatuh tempo.

Era ketiga dan sekarang, perusahaan tumbuh lebih besar dan banyak menjadi
korporasi. Pemilik-manajer digantikan oleh banyak pemegang saham kecil dan
manajemen yang dipekerjakan. Saat ini, hampir setiap perusahaan bisnis utama
adalah perusahaan dengan banyak pemegang saham yang hanya tahu sedikit
tentang perusahaan, kecuali apa yang dilaporkan ke laporan keuangan mereka.
Idealnya, solusinya adalah agar akuntan melaporkan semua keuntungan dan
kerugian, dan nilai yang ditentukan di pasar yang kompetitif. MacNeal
menyarankan agar aset yang dipasarkan harus dihargai dengan harga pasar (exit
price), aset yang dapat didaur ulang tanpa bunga dengan biaya penggantian, dan
aset yang tidak dapat didaur ulang tanpa bunga dengan biaya awal. Penghasilan
harus menyimpulkan semua keuntungan dan kerugian baik disadari maupun
tidak.

2. Argumen Chambers

Chambers telah mengajukan proposal komprehensif menyeluruh untuk exit price,


yang dia sebut "akuntansi kontemporer terus-menerus" (CoCoA). Chambers
melihat perusahaan bisnis sebagai entitas adaptif yang bergerak dalam pembelian
dan penjualan barang dan jasa. Pemilik menganggap perusahaan itu sebagai
instrumen yang mereka harapkan dapat meningkatkan kekayaan mereka.
Perusahaan, tidak dapat memuaskan dirinya sendiri, namun melalui para
manajernya, ia menyadari harapan pihak-pihak yang berkepentingan terkait
dengannya, seperti pemilik, pelanggan, karyawan, dan kreditor.

Untuk melanjutkan bisnis, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk terlibat


dalam transaksi. Kemampuan ini terungkap dari posisi keuangannya. Posisi
keuangan mengacu pada hubungan antara jumlah uang dari aset perusahaan dan
kewajibannya, serta ekuitas pemilik pada suatu titik waktu tertentu. Dalam
lembaga pasar, jumlah uang aset dan kewajiban dapat ditentukan secara obyektif
dengan mengacu pada harga pasar, yaitu harga beli dan harga jual. Harga jual
adalah harga aset nonmoneter yang dapat direalisasi atas dasar likuidasi tertib,
yang oleh Chambers disebut "setara arus kas". Harga jual pasar aktiva
nonmoneter digunakan karena itulah satu-satunya cara untuk menemukan uang
(setara) aset. Dalam analisis terakhir, kelangsungan hidup perusahaan bergantung
pada jumlah uang yang bisa dikuasainya.

Ketika sebuah perusahaan membeli aset tetap, ia mengubah kemampuannya


untuk adaptasi. Jika aset itu dibeli dengan uang tunai, pengurangan saldo kasnya
mengurangi kebebasannya untuk mengeluarkan uang tunai untuk investasi lain.
Jika dibeli secara kredit, ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kredit lebih lanjut. Perusahaan akan menyimpan aset tetap hanya
jika nilai tunai arus kas masa depan (diskonto) dari penggunaan aset lebih besar
dari nilai sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan dari investasi alternatif
dari hasil penjualan jika aset tersebut terjual. Setiap saat, oleh karena itu,
perusahaan harus mempertimbangkan apakah ada peluang alternatif untuk
pengembalian yang lebih besar keluar dari aset tetapnya jika investasi tersebut
dilakukan dan dana yang diinvestasikan. Ini adalah konsep biaya peluang
(opportunity cost concept). Biaya peluang mengacu pada harga jual aset tersebut.

3. Argumen Sterling

Sterling (1970) percaya bahwa tidak ada satu metodepun yang tepat untuk
menentukan laba, sebab masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Menurut Sterling, kandungan informasi akuntansi yang ada di dalam laporan
keuangan tetap harus memiliki kualitas realibel dan relevan. Padahal kedua
kualitas tersebut berbanding terbalik, artinya informasi semakin reliabel akan
semakin tidak relevan dan sebaliknya. Kualitas informasi yang relevan akan
sangat dibutuhkan ketika keadaan pasar produk dalam kondisi bersaing. Metode
penilaian yang digunakan harus dapat memberi petunjuk dalam beberapa
alternatif pengambilan keputusan dan risikonya. Dalam hal ini Sterling
berpendapat bahwa pemakai laporan keuangan yang berbeda memiliki masalah
yang berbeda, sehingga calon keputusan pun berbeda. Kesimpulannya adalah
metode penilaian apa yang akan digunakan, tergantung dari calon keputusan para
pemakai laporan keuangan.

4. Alasan lainnya
 Additivity

Chamber menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan yang disesuaikan


menjadi exit price mendukung CoCoA. Posisi keuangan pada suatu saat
menunjukkan hubungan antara aset dan sumbernya (kewajiban). Kewajiban
disajikan dengan setara dengan uang tunai sekarang (bila dibayar sekarang),
sebagai tandingannya aset juga disajikan setara dengan uang tunai bila
dibeali sekarang (current cash equivalent). Current cash equivalent menurut
Chamber adalah exit price.

 Alokasi
Menurut Thomas (1974: 112-114), laporan keuangan penuh dengan alokasi,
tetapi laporan laba rugi bukan perubahan karena alokasi, tetapi perbahan
aset dan kewajiban menjadi harga jual dalam suatu periode tertentu. Laba
bersih menunjukkan jumlah perubahan daya beli aset. Laba bersih
menunjukkan perubahan (tidak termasuk tambahan investasi dan
pengurangan investasi) oleh pemegang saham. Perubahan-perubahan ini
menurut Thomas tidak harus dari hasil opersi, tetapi juga selisih harga
historis dengan exit price.

 Realitas

Exit price adalah suatu kenyataan. Pernyataan tidak harus dibuat, karena
setiap nilai menunjukkan kondisi yang nyata. Dalam akuntansi konvensional
penyusutan aktiva tetap merupakan alokasi buaya harga beli aktiva tetap
yang dialokasikan secara periodik dan dibebankan pada pendapatan.
Perlakuan ini tidak sesuai dengan kenyataan, sebab pada kenyataannya nilai
aktiva tetap justru naik. Bila mengalami penurunan, maka seharusnya yang
menjadi bebaan biaya adalah selisih antara harga historis dengan harga
barunya (exit price).

 Objektifitas

Penelitian menunjukkan bahwa exit price lebih objektif. Parker (1975)


melakukan penelitian mengenai kualitas daya banding informasi akuntansi
dan kualitas informasi akuntansi yang objektif antara penggunaan harga
historis dan exit price. Kalau kualitas objektif berhubungan dengan
konsensus antara para penilai, sedangkan daya banding konsensusdalam
pengukuran. Penilai menggunakan kualitas objektif dalam menilai aset,
sedangkan daya banding dengan membandingkan antara aset yang sama di
beberapa perusahaan berbeda. Pada 1973 Parker melakukan penelitian
dengan mengunjungki 148 persahaan pemasok alat kantor dan menemukan
kalkulator yang baru dan tukar-menukar juga tidak direkomendasi. Masalh
yang dihadapi Parker adalha beberapa nilai kalkulator tersebut pada saat ini.
Parker mengirim pertanyaan kepada nilai kalkulator tersebut pada
perusahaan yang melakukan kontrak pemeliharaan dengan para pemakai
kalkulator. Kesimpulan Parker adalah bahwa harga exit price memberikan
data yang lebih objektif dan berdaya saing.
McKeown (1971) melakukan penelitian terhadap perusahaan kontraktor
jalan kelas menengah menemukan bahwa nilai alat-alat produksi dinilai
dengan harga yang berbeda pada waktu yang berbeda. Dia berkesimpulan
bahwa penggunaan exit price lebih objektif dibandingkan dengan penilaian
dengan harga historis meskipun bertentangan dengan GAAP.

KRITIK-KRITIK EXIT PRICE ACCOUNTING

Fungsi yang signifikan dari akuntansi adalah untuk mengukur profitabilitas


perusahaan di suatu periode. Perusahaan dapat memutuskan untuk melanjutkan
menggunakan asset atau menjualnya dan menggunakannya untuk tujuan yang lain.

Menggunakan exit price (biaya kesempatan) tidak menyediakan data yang relevan
untuk mencocokkan pendapatan dan untuk mengukur kesuksesan atau kegagalan,
yang mana merupakan performa dari perusahaan. Akuntansi harus mengukur
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.

Lima (5) Pertanyaan Weston :

1. How much better off is the company at the end of the year compared with the
beginning of the year?
Weston berargumen bahwa exit price accounting menyediakan informasi yang
relevan jika perusahaan merencanakan untuk melikuidasi asetnya. Jika
perusahaan merencanakan untuk melanjutkan bisnisnya, maka informasinya
tidak akan relevan, karena di dunia yang perekonomiannya kompleks, manajer
pasti butuh untuk likuidasi di akhir tahun. Bagaimanapun juga, di dunia nyata,
hal tersebut tidak realistis untuk mengasumsikan bahwa beberapa keputusan
dihadapi manajemen untuk sesuatu yang kontinyu; sehingga menyiapkan
laporan keuangan pada exit price basis tidak terjamin.
2. How did the company achieve this? That is, what did its management do, how did
they do it, what are the significant aspects of performance?
Weston berargumen bahwa menggunakan exit price tidak menyelesaikan
semuanya. Karena persedian disajikan kembali pada exit price, menjadikannya
tidak ada laba kotor yang berarti.
3. How do the performance of the company compare with that of other companies?
Semua sistem akuntansi gagal dalam hal komparabilitas. Sistem exit price
menawarkan bantuan kecil, karena data comparative yang penting tertimbun
dalam perubahan harga. Dengan menekankan pada perubahan harga daripada
pembelian, produksi, dan penjualan, informasi yang berguna dapat digunakan
untuk membandingkan perusahaan.
4. How will the company do in the future? And,
5. How will all this affect the yield of investors?
Semua sistem dinilai kurang. Exit price accounting hanya sedikit membantu.

VALUE IN USE VS VALUE IN EXCHANGE


Pendukung historical cost dan current cost yakin bahwa Exist Price Accounting
mengabaikan value in use. Solomons berpendapat bahwa nilai kepada
pemilik/perusahaan adalah perspektif yang relevan. Pemilik memilih untuk tidak
menjual assetnya karena memilikinya lebih berarti atau menguntungkan daripada
exit price asset tersebut. Contoh kasus: non-marketable fixed assets.Untuk
kebutuhan akuntansi, nilai bergantung pada ekspektasi dan penggunaan di masa
depan.
Staubus menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang umum untuk setiap viewpoint :

 Pengamatan harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan.


 Keandalan yang dibutuhkan oleh sistem pengukuran, yaitu penilaian tidak
bergantung pada alokasi subjektif.
 Aditif (pengukuran) dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan yang
sama, disesuaikan dengan pergerakan inflasi dan harga.

Ini dapat digambarkan oleh beberapa keputusan aturan sederhana yang


menggunakan kembali akuntansi dalam hubungannya dengan kebutuhan net present
value (NPV):

 Jika CCA>CCE > NPV, maka aset memiliki nilai di saat ini digunakan -
mempertahankan operasi saat ini.
 Jika CCE > CCA> NPV, lalu melikuidasi aset saat ini yang digunakan – dan terus-
menerus aset tersebut beradaptasi untuk alternatif investasi lainnya.
 Jika CCE >CCA<NPV ,maka melikuidasi dan menghentikan semua operasi
ADDITIVITY
Pendukung exit price mengklaim bahwa mengenai pengukuran akuntansi, jika
mereka harus objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan kini.
Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat
ini .Pengkritik menunjukkan, bagaimanapun, arus kas yang setara aset ditentukan
berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika itu terjadi, peristiwa masa
depan harus diasumsikan ketika setara kas saat ini tercatat pada tanggal neraca. Nilai
realisasi untuk sebuah aset yang harus dijual segera di dalam likuidasi mungkin
memaksa sangat menyimpang dari likuidasi, bertahap teratur.Jika, pada
kenyataannya, antisipasi tidak dapat dihindari dalam setara kas memastikan saat ini,
maka model exit price sendiri melanggar prinsip eksklusi perhitungan antisipatif.

KELEMAHAN LAINNYA
Chambers menyatakan bahwa kewajiban harus dapat dilaksanakan secara hukum,
namun FASB dalam konsep 3 mencakup kewajiban yang adil dan konstruktif.
Chambers menegaskan bahwa hutang obligasi harus dinyatakan pada nilai nominal,
bukan nilai pasar. Hal ini menyebabkan beberapa orang menuduh Chambers
memiliki perlakuan yang inkonsisten karena obligasi sebagai aset harus dinyatakan
berdasarkan nilai pasar. Chambers berpendapat bahwa pada suatu waktu tertentu,
terlepas dari harga di pasar, perusahaan berhutang kepada pemegang obligasi
dengan jumlah kontrak obligasi, oleh karena itu jumlah kontrak yang relevan untuk
menilai posisi keuangan sekarang, sebagai pembelaannya.

KESIMPULAN
MacNeal, Chambers, and Sterling menggunakan pendekatan yang berbeda sebagai
analisis akuntansinya, tetapi menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa Current
Exit Price harus digunakan, karena akuntansi konvensional telah gagal untuk
menyajikan kelompok data yang digunakan pengguna informasi. MacNeal
menggunakan, prespektif historical, Chamber berfokus pada perlakuan perusahaan
yang adaptif dan implikasinya, sedangkan Sterling memeriksa pilihan-pilihan yang
mungkin dilakukan oleh pengguna.

Anda mungkin juga menyukai