Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI

EXIT PRICE ACCOUNTING

OLEH :
1. FEBRINA FITHRIANTI NIM 041411331013
2. TRI INTI MEGA CAHYANI NIM 041411331053
3. PINKA SALLISA FEBRILLA NIM 041411331075
4. RIRIN DYAH AYU SAVITRI NIM 041411331093
5. RIZQA AULIYA NURFITRIA I. NIM 041411331116
6. NADA KUSTIA PERDANA PUTRI NIM 041411331124
7. ANGGUN PRATIWI NIM 041411331129
8. DONNA WIJAYANI PURNOMO NIM 041411331135
9. INTAN AGHNIA PUSPITASARI NIM 041411331138

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
EXIT PRICE ACCOUNTING

A. Pengertian Exit Price Accounting


Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual
pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Menurut
Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan
apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Exit value disebut juga dengan nilai
realisasi bersih (net realizable value) dari aset.
Terdapat beberapa kritik yang dilakukan menyangkut penggunaan nilai realisasi
bersih. Terutama adalah nilai ini mempunyai kelemahan dalam segi objektivitas.
Maksudnya penentuan harga jual atas aset yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dijual
akan menimbulkan kesulitan karena dua penilai yang berbeda sangat mungkin membuat
hasil yang berbeda dalam penerapan net realizable value. Selain itu entitas yang tidak
memiliki pengetahuan pasar yang mencukupi tentang penjualan aset (karena memang
bukan bidangnya) tentu akan kesulitan menentukan nilai yang lebih tepat.

B. ARGUMEN PENDUKUNG UNTUK EXIT PRICE ACCOUNTING


1. Menyediakan informasi yang berguna (Pendapat MacNeal)
Perusahaan bisnis pada masa lalu dimiliki langsung oleh orang atau mitra
kelompok kecil sehingga Akuntan memiliki kewajiban untuk menyiapkan Laporan
Keuangan hanya untuk dua pihak, pertama yaitu pemilik sebagai pihak yang mengelola
bisnis dan tahu semua rinciannya. Kedua, yaitu kreditur sebagai pihak yang tertarik
terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau pinjaman saat
jatuh tempo.
Pada masa sekarang, dengan banyaknya jumlah pemegang saham pada suatu
perusahaan menyebabkan Laporan keuangan perusahaan sebagai media informasi
utama mengenai perusahaan tersebut, sehingga Laporan keuangan dari akuntan
eksternal menjadi sangat penting. Menurut MacNeal, prinsip-prinsip akuntansi yang
konvensional yang didasari Historical Cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan
yang salah dan menyesatkan serta tidak berorientasi pada keputusan pemilik saham.
Dengan memeriksa sejarah akuntansi, MacNeal menyimpulkan bahwa prinsip
akuntansi saat ini adalah hasil dari kondisi primitif yang sebagian besar sudah tidak
ada lagi. MacNeal membagi sejarah akuntansi menjadi 3 era, yaitu:
a. Era pertama (Pada Abad 12 sampai dengan Abad 17)
Selama era pertama, fokus perhatian bagi akuntan atau bookkeeper adalah pada
kebutuhan pemilik tunggal bisnis. Terutama di Abad Pertengahan, transaksi bisnis
yang mungkin menjadi usaha tertentu atau proyek. Perusahaan besar yang
membutuhkan jasa akuntan sebagian besar terlibat spekulasi, masing-masing bisa
sangat menguntungkan atau menjadi bencana. Setiap usaha biasanya terpisah.
Sampai pada kesimpulannya, tugas utama akuntan adalah untuk melacak total biaya
sampai saat ini. Jika biaya-biayanya diketahui, keuntungan atau kerugian bisa
diketahui pada akhir usaha dan awal usaha. Menurut MacNeal, akuntansi pada
periode ini digunakan hampir semata-mata untuk tujuan memberikan informasi
kepada pemilik. Dengan sifat dasar bisnis, pemilik pada dasarnya tertarik dalam
penentuan biaya, biaya asli atau biaya historis.
b. Era Kedua (Pada Abad 18 dan Abad 19)
Di era kedua situasinya berubah, dalam perusahaan bisnis yang lebih mapan dan
transaksi tidak melibatkan besarnya risiko sama seperti pada era pertama. Iklim
usaha yang lebih stabil mendorong kreditor untuk menjadi lebih tegas. Mereka
menemukan bahwa untuk meminjamkan uang atau menyalurkan kredit atas dasar
kekayaan bersih pemilik relatif aman. Praktik ini muncul dimana kreditor
memerlukan pemilik untuk memberikan pernyataan dari harga bersih dan laba
sebelum pemberian kredit. Untuk memastikan bahwa pernyataan tersebut dapat
diandalkan, kreditor menuntut mereka untuk menyiapkan seorang akuntan
independen. Dengan demikian, lahirlah profesi akuntan publik.
Meskipun ada beberapa pengecualian, perusahaan bisnis dimiliki langsung oleh
satu orang atau sekelompok mitra kecil. Para akuntan yang menyiapkan laporan
keuangan memiliki kewajiban hanya kepada 2 pihak yang berkepentingan yaitu:
pemilik, yang mengelola bisnis dan tahu semua detailnya, dan kreditor, yang tertarik
pada kemampuan pemilik untuk membayar rekening atau pinjaman saat jatuh tempo.
Kreditor khawatir tentang laporan keuangan yang berlebihan. Akuntan segera
belajar bahwa sikap konservatif memuaskan kedua belah pihak. Penilaian aset
dengan biaya asli telah layak dan diterima oleh pemilik dan kreditor. Kreditor
tertarik untuk mengetahui bahwa kekayaan bersih dan pendapatan setidaknya sama
besar seperti yang dilaporkan. Jika nilai-nilai yang sebenarnya lebih besar, ini adalah
keuntungan tambahan. Karena pemilik mengenal bisnis dengan sepenuhnya,
penyesuaian pribadi bisa dibuat untuk menentukan gambaran yang lebih benar dari
status keuangan individu. Kreditor datang untuk menghormati orang-orang bisnis
yang melakukan praktik mengecilkan kekayaan bersih mereka dan pendapatan.
Akuntan mulai melihatnya sebagai tugas mereka untuk mencegah laporan yang
berlebihan.
c. Era Ketiga (Pada Abad 20 dan Abad 21)
Pada bagian akhir abad ke-19, sebuah perubahan yang signifikan mulai terjadi
mengenai bentuk organisasi bisnis dan kepemilikan. Hal ini mengantarkan kepada
era ketiga dan sekarang. Perusahaan tumbuh lebih besar dan banyak menjadi
perusahaan besar. Pemilik perusahaan digantikan oleh banyak pemegang saham
kecil dan manajemen yang disewakan. Hipotek pada aset tetap dibagi menjadi
segmen yang lebih kecil dan dijual sebagai obligasi kepada investor biasa. Saat ini,
hampir setiap perusahaan bisnis utamanya adalah perusahaan dengan banyak
pemegang saham yang tahu sedikit tentang perusahaan, kecuali apa yang dilaporkan
kepada mereka dalam laporan keuangan atau melalui media. Pelaporan keuangan
eksternal kepada pemegang saham yang relatif kurang informasi telah menjadi
fungsi penting akuntansi saat ini. Hal ini tidak benar jika prinsip-prinsip dasar
akuntansi dirumuskan dalam era pertama dan kedua.
Solusi ideal untuk akuntan adalah melaporkan semua keuntungan dan kerugian
sebagaimana nilai ditentukan dalam pasar kompetitif. Namun tidak semua aset
memiliki nilai pasar. Oleh karena itu, salah satu aset harus diakui manfaatnya.
MacNeal menyarankan penerapan penilaian:
1) Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar (exit price)
2) Aset tidak dapat dipasarkan yang dapat di reproduksi pada biaya pengganti
3) Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat di reproduksi pada biaya historis.
Keuntungan harus mencakup semua keuntungan maupun yang belum direalisasi dan
kerugian sesuai dengan prinsip surplus bersih.
2. Pengambilan Keputusan yang Adaptif (Pendapat Chambers)
Chambers telah mengajukan pendapat secara komprehensif mengenai Exit Price
Accounting dalam continuously contemporary accounting (CoCoA) dan dikembangkan
menjadi Current Cash Equivalents (CCE). Chambers melihat bahwa perusahaan
sebagai suatu entitas yang adaptif terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan
jasa. Hal ini diatur oleh keputusan manajernya yang menyadari tujuan pemiliknya.
Pemilik menganggap perusahaan sebagai alat dimana mereka dapat meningkatkan
kekayaan mereka yaitu, perintah mereka atas barang dan jasa secara umum. Gagasan
perilaku adaptif menyiratkan upaya terus-menerus untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan bisnis yang kompetitif untuk bertahan hidup. Hal ini juga menyiratkan
upaya terus-menerus untuk mencapai tingkat kepuasan yang diberikan. Perusahaan
tidak menjadi orang pribadi, tidak bisa memuaskan dirinya sendiri, tetapi melalui
manajernya menjadi sadar terhadap harapan para pihak yang berkepentingan yang
terkait dengan itu, seperti pemilik, pelanggan, karyawan dan kreditor. Sebuah kondisi
eksistensi suatu perusahaan adalah ketika harapan dari semua pihak yang
berkepentingan terpuaskan, ke tingkat yang lebih besar daripada kepuasan yang
dirasakan dalam tindakan alternatif yang terbuka bagi mereka. Pada akhirnya, mereka
semua tertarik pada penerimaan kas untuk diri sendiri dari hubungan mereka dengan
perusahaan.
Dalam bisnisnya, sebuah perusahaan harus dapat ikut serta dalam transaksi pasar
dan hal ini diungkap dalam Laporan Keuangan. Pada Lingkungan pasar, monetary asset
dan liabilities dapat ditentukan dengan harga pasar yang terdiri dari harga beli dan
harga jual. Harga beli, atau arus biaya, tidak mengungkapkan kemampuan perusahaan
untuk masuk dalam pasar dengan uang tunai sebagai tujuan untuk menyesuaikan diri
pada keadaan sekarang, tetapi juga mengenai harga penjualan. Harga penjualan
menunjukkan harga yang berdasarkan perintah likuidasi.
Ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah kemampuannya
untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas, penurunan saldo kas perusahaan
menyebabkan berkurangnya kebebasan untuk berinvestasi pada yang lain. Jika aset
tersebut dibeli secara kredit, hal ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kredit lebih lanjut. Tetapi konsep perilaku adaptif melihat perusahaan
selalu siap untuk tindakan membuang asset jika hal itu merupakan yang terbaik. Maka,
perusahaan akan menjaga aktiva tidak lancar hanya apabila nilai sekarang dari arus kas
masa depan bersih dari penggunaan aktiva lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas
yang diharapkan bersih dari investasi alternatif exit value aset tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan harus mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif memberi
keuntungan yang lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau di investasi. Ini
adalah konsep opportunity cost, yang menggunakan harga jual dan bukan harga
penggantian aset, sebagai basis pengukuran.
Chamber mengakui bahwa setiap aset, pada prinsipnya merupakan sebuah nilai
tukar (harga keluar) dan nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya adalah
sejumlah nilai yang dihitung dari harapan sekarang dan chambers berpendapat bahwa
itu merupakan keyakinan tentang masa depan, bukan fakta sekarang.
3. Informasi yang Relevan dan dapat dipercaya (Pendapat Sterling)
Sterling yakin bahwa ada suatu metode terbaik dalam menentukan
keuntungan.Kriteria dalam menentukan metode penilaian mana yang terbaik adalah
metode yang memberikan informasi lebih banyak dimana isi informasi tersebut harus
relevan dan dapat dipercaya.
Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan pengguna
laporan akuntansi. Model keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk
menentukan tindakan yang diambil dari beberapa alternatif. Jika tidak ada kendala,
informasi yang dikumpulkan dapat relevan untuk setiap user atau untuk setiap masalah
yang diberikan dan model keputusan. Namun, karena informasi sumber daya produksi
langka dan mahal maka menjadi kendala untuk memilih model keputusan yang sesuai
dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari program
alternatif yang tersedia saat tindakan.
Contohnya, seorang pedagang gandum pada pasar sempurna dan harga yang stabil.
Dia mengartikan keuntungannya sebagai perbedaan antara modal pada dua hal di waktu
yang berbeda antara tambahan investasi atau distribusi ke pemilik. Untuk pedagang
tersebut dapat dilihat 3 keputusan dan permasalahan
Melanjutkan keputusan untuk masuk dan tetap di dalam pasar
Melanjutkan keputusan untuk menahan cash atau gandum
Mengevaluasi keputusan yang lalu
Sterling menjelaskan bahwa untuk kasus pedagang gandum metode penilaian yang
paling tepat dan relevan adalah Present Selling Prices. Kesimpulan Sterling, Present
market Method valuation mempunyai unsur:
Relevant ke semua
Dapat dipercaya
Bermakna empiris
Additive
Konsisten
Suatu penilaian
Lebih informatif
4. Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam
mendukung akuntansi CoCoA. Produk utama dari sistem akuntansi laporan akuntansi
- neraca dan laporan laba rugi. Jika kita memberikan nilai yang berbeda untuk
karakteristik yang berbeda dari faktanya dan menggunakan skala pengukuran yang
berbeda, maka tidak ada kegunaan atau perdagangan dapat disimpulkan dari jumlahnya
- mereka tidak dapat ditambahkan. Sebagai contoh, kita tidak bisa menaksir kewajiban
biaya historis (surat utang), beberapa aset biaya penggantian (persediaan), nilai
sekarang yang lainnya (aset sewaan) dan yang setara kas (debitur) dan menghasilkan
neraca yang sesuai. Juga tidak bisa kita gunakan untuk mencampuradukan biaya
historis pada tanggal yang berbeda atau menempatkan pada perhitungan aset.
Maka, penilaian dari semua elemen dalam neraca dan laporan laba rugi pada setara
uang mereka (nilai keluar), menyediakan satu aturan yang dapat diterapkan secara
konsisten terhadap perusahaan manapun. Sistem ini berkonsentrasi pada pengukuran
kemampuan keuangan penting - uang dan setara uang. Itu membuat tidak menggunakan
karakteristik fisik atau aset lainnya.
5. Alokasi
Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historical dan current)
sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian asset dan penentuan keuntungan.
Ia berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai laporan keuangan
bebas alokasi. Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan dalam jumlah yang
dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai keluar dari
aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode tertentu. Laba menampilkan jumlah
perubahan daya beli riil dari aktiva bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh dan
distribusi kepada pemilik.
6. Kenyataan (Reality)
Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, setiap contoh
mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan dengan
cara konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak
mungkin terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. Jika tidak ada
nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item tersebut akan memiliki saldo nol.
Selain itu, pertukaran adalah bagian dari definisi suatu aset sehingga goodwill tidak
dapat dijual secara terpisah, tidak termasuk dari pertimbangan. Dengan dua kendala -
dipertukarkan dan adanya harga jual - semua item pada laporan keuangan dapat
dikuatkan dengan bukti nyata.
7. Obyektifitas
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif. Namun,
beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa exit price relatif lebih objektif. Parker
melakukan studi penelitian tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit
price dan jumlah biaya historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di
antara penilai. Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus dalam pengukuran.
Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa untuk mengukur
objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi yang sedikit dari
jumlah tercatat. Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai tercatat adalah
dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa.
McKeown juga menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan kontruksi jalan
berukuran sedang, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa metode yang
digunakan untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih (diverifikasi) daripada
metode berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi lain, McKoewn
dibandingkan empat model (exit price, current replacement, Historical cost in specific
level, Historical cost in general level)yang diusulkan dengan metode GAAP untuk
objektivitas mereka (verifiability) dan menyimpulkan bahwa model CCE adalah yang
paling objektivitas.
8. Ukuran risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan
pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset dengan exit price
yang berbeda secara signifikan dari entry price, maka aset tersebut adalah proposisi
berisiko. Informasi keuangan menunjukkan bahwa pembelian aset tersebut harus
merupakan proposisi jangka panjang dimana nilai ekonomi yang ditemukan oleh nilai
pakai. Sebaliknya, jika exit price meningkat secara drastis, biaya peluang meningkat
kembali dan harus dioperasikan dengan lebih efisien.
Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi posisi risiko
dan kinerja dalam mengelola risiko keuangan yang signifikan dengan rancangan
standar akan membutuhkan:
1. Deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta
kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
2. Informasi tentang dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan (neraca)
dan laporan kinerja keuangan.
3. Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan untuk
memperkirakan nilai wajar instrumen keuangan.

C. KRITIK TERHADAP EXIT PRICE


1. Konsep laba
Mengingat bahwa keuntungan adalah ukuran efektivitas kinerja aktual perusahaan
dalam menggunakan sumber daya yang dipercayakan, Bell menyatakan:
Aktiva tertentu telah dibeli dengan rencana operasi yang direncanakan. Rencana itu,
operasi-operasi, memang orang-orang yang telah mengembangkan rencana harus
dievaluasi alternatif-altenatif tentang masa depan yang dianggap, dan tugas akuntan untuk
memberikan data untuk mengevaluasi.
Setelah evaluasi ini dibuat, perusahaan dapat memutuskan apakah akan terus
menggunakan aset yang diperoleh untuk tujuan tersebut atau untuk menjualnya dan
menggunakan hasil itu dalam beberapa alternatif lain. Konsep bermakna laba, oleh karena
itu pengukuran kinerja dalam hal yang seharusnya.Hanya setelah rencana yang diharapkan
dalam hal hasil yang dibuat dapat kita melanjutkan ke tahap berikutnya untuk menentukan
apakah rencana itu harus diubah dan aktiva yang dijual. Di sisi lain, keluar pengukuran
harga memerlukan konsep keuntungan di mana rencana selalu untuk memaksimalkan
setara kas aktiva bersih selama periode pendek periode yang berurutan. Bell berpendapat
bahwa untuk perusahaan lain dari satu yang berkaitan dalam operasi perdagangan paling
sederhana, seperti yang diteliti oleh Strelling, seperti pandangan dari perusahaan, tujuan
dan modus yang berpikir, hanya akan tampaknya tidak berlaku. Argumen yang
bertentangan dengan exit price yang harus mengukur peristiwa masa lalu, yang benar-
benar terjadi, daripada yang mungkin terjadi jika perusahaan melakukan sesuatu yang lain
dari apa yang direncanakan.
Akuntansi harus mengukur kejadian di masa lalu, yang sebenarnya terjadi, bukannya
yang mungkin terjadi jika perusahaan berbuat sesuatu selain yang telah direncanakan. Exit
Price Accounting hanya menyediakan informasi yang relevan bila perusahaan akan
melikuidasi asetnya. Tetapi, Chambers berpendapat setiap keputusan harus ditimbang-
timbang terhadap outcome dari menjual aset dan menggunakan sumber daya untuk tujuan
tertentu.
Weston berpendapat bahwa EPA tidak menghasilkan angka laba yang berarti.
Persediaan yang dinyatakan dalam exit price, laba efektifnya dari penjualan akan nol.
Penekanan berpindah pada perubahan harga, bukannya bagaimana perusahaan bergerak
dari status di awal tahun ke status di akhir tahun.
2. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika mereka harus
objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan kini. Perhitungan antisipasi tidak
dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. Pengkritik menunjukkan,
bagaimanapun, arus kas yang setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap
dan teratur. Jika itu terjadi, peristiwa masa depan harus diasumsikan ketika setara kas saat
ini tercatat pada tanggal neraca. Nilai realisasi untuk sebuah aset yang harus dijual segera
di dalam likuidasi mungkin memaksa sangat menyimpang dari likuidasi, bertahap
teratur.Jika, pada kenyataannya, antisipasi tidak dapat dihindari dalam setara kas
memastikan saat ini, maka model exit price sendiri melanggar prinsip eksklusi perhitungan
antisipatif.
Perhitungan yang bersifat antisipatif tidak dapat dihindari bahkan oleh EPA, karena
likuidasi yang teratur sebagai kejadian di masa depan harus diasumsikan. Larson and
Schattke mengindikasikan bahwa CE dari aset individual yang dijual terpisah dapat
berbeda dengan CE apabila aset-asetnya dijual secara paket. Ini karena ada aset tak
berwujud: goodwill. Akan tetapi, Chambers mengakui persoalan ini dan menyarankan aset
dinilai berdasarkan paket yang paling rasional akan dijual ke pasar. Pengukuran berbeda
ini merupakan subtitusi dari present value. Perbedaan metode memunculkan persoalan
additivity
3. Penilaian kewajiban
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan
harus dinyatakan sebesar nilai nominal, bukan di nilai pasar.Ini telah membuat
inkonsistensi, karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan sebesar nilai pasar.Dalam
pertahanan, Chambers menyatakan bahwa pada waktu tertentu, terlepas dari harga di
pasar, perusahaan yang berutang kepada pemegang obligasi hanya sebesar jumlah kontrak
obligasi, karena itu adalah jumlah kontrak yang relevan dalam menilai posisi keuangan
saat ini.Dalam kebanyakan kasus, ini setara dengan nilai nominal.Tapi kritikus tidak yakin
karena, menurut definisi, posisi keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
terlibat dalam transaksi.Hal ini secara logis menyiratkan kemampuan perusahaan untuk
pasar untuk membeli obligasi sendiri dengan harga pasar.
4. Current Cost or Exit price
Satu pertanyaan sangat penting dalam memutuskan apakah akan menggunakan
current cost atau exit price. Di tahap mana dari siklus operasi, exit price mendominasi
penilaian aset? Teori current cost berpendapat bahwa harga entri adalah 'metode penilaian
normal' dibandingakan exit price karena alasan berikut:
Menggunakan harga keluar (exit price) mengarah ke revaluasi anomali atas perolehan
karena segera setelah nilai pembelian biasanya harga jatuh sehingga kurang dari harga
perolehan.
Menggunakan harga keluar (exit price) menyiratkan pendekatan jangka pendek untuk
operasi bisnis karena salah satu tertarik pada nilai-nilai disposisi dan likuidasi.
Menggunakan harga keluar (exit price) untuk persediaan barang jadi mengarah pada
antisipasi terhadap laba operasi sebelum titik skala karena persediaan dinilai lebih dari
biaya saat ini.

Anda mungkin juga menyukai