Anda di halaman 1dari 28

RESUME TEORI AKUNTANSI

BAB V DAN VI

DISUSUN OLEH:

ALI SUTOPO 09460004870


DEDY EKO HADI IRAWAN 09460004877
HARIYANTO 09460004883
NURLAILY FEBRIYUNA 09460004889
VITA APRILIASARI 09460004895

SEMESTER 7
KELAS A

DIPLOMA IV
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
2009
BAB 5
KONSEP PENGHASILAN

Sasaran utama akuntansi keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang


berguna kepada investor dalam membuat prediksi mengenai kinerja perusahaan.
Pelaporan penghasilan akan sangat membantu para pemakai laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan. The Study on Business Income mendokumentasikan
adanya kebutuhan konsep penghasilan dalam masyarakat dan Alexander membahas
penggunaan penghasilan sebagai berikut :
1. Penghasilan digunakan sebagai dasar utama pengenaan pajak.
2. Penghasilan digunakan sebagai pengukur kesuksesan operasi perusahaan.
3. Penghasilan digunakan sebagai kriteria ada tidaknya dividen.
4. Penghasilan digunakan oleh pemerintah dalam penyelidikan mengenai kelayakan
dana kepantasan tarif perusahaan pelayanan umum.
5. Penghasilan digunakan sebagai pedoman oleh trustee yang diberi tanggung
jawab mendistribusikan penghasilan kepada life tenant sementara memelihara
jumlah pokoknya untuk remainderman.
6. Penghasilan digunakan sebagai pedoman bagi managemen suatu perusahaan
dalam melakukan kegiatannya.

Penentuan penghasilan juga penting karena nilai perusahaan terkait dengan


pendapatan kini dan masa depannya. FASB menandai bahwa tujuan akuntansi keuangan
adalah untuk mnyediakan informasi kepada pengguna laporan keuangan yang akan
membantu dalam menilai jumlah, ketepatan waktu, dan ketidakpastian arus kas masa
depan. Meskipun begitu, FASB menegaskan bahwa informasi mengenai pendapatan
perusahaan menyediakan indikator kinerja yang lebih baik daripada informasi arus kas.
Kinerja berbagai perusahaan besar diikuti oleh analis keuangan yang menyediakan
perkiraan pendapatan triwulanan. Ketika pendapatan triwulanan aktual melebihi
perkiraan tersebut, kejutan positif pendapatan terjadi dan harga saham perusahaan
meningkatkan ceteris paribus. Begitu pula sebaliknya jika kejutan negatif yang terjadi.
Meskipun terdapat persetujuan umum bahwa ekonomi dan akuntasi adalah ilmu
pengetahuan yang berhubungan dan bahwa keduanya terkait dengan kegiatan bisnis
dan berurusan dengan variabel yang sama, ada perbedaan antara dua disiplin ilmu
tersebut mengenai pemilihan waktu dan pengukuran pendapatan yang tepat.
Konsekuensinya, terjadi perdebatan di atas kepentingan relatif neraca dan laporan rugi
laba dalam penentuan pendapatan.
 Pendekatan ekonomis : mengadopsi sudut pandang neraca dan memandang
pendapatan sebagai peningkatan dalam nilai bersih (peningkatan bersih dalam
nilai asset) yang terjadi selama periode tersebut.
 Pendekatan transaksi : memandang pendapatan sebagai hasil aktivitas tertentu
yang telah terjadi selama periode tersebut, dan memandang neraca sebagai
daftar pokok yang tersisa setelah pendapatan ditentukan dengan pengaitan
biaya dan penghasilan.

SIFAT DASAR PENDAPATAN


Norton M. Bedford dalam bukunya Income Development Theory: An Accounting
Frame Work mengemukakan tiga konsep penghasilan :
1. Psychic Income (pendapatan fisik) : mengacu pada pemuasan kebutuhan
manusia
2. Real Income (pendapatan nyata) : mengacu pada peningkatan kesejahteraan
ekonomi
3. Money Income (pendapatan uang) : mengacu pada peningkatan dalam penilaian
moneter sumber daya.

Pengukuran pendapatan fisik sulit karena kebutuhan manusia tidak dapat diukur dan
terpuaskan pada tingkat yang berbeda sebagaimana perolehan pendapatan riil individu.
Pendapatan uang lebih mudah diukur tetapi tidak membawa perubahan pertimbangan
dalam nilai unit moneter. Definisi mengenai penghasilan biasanya didasarkan pada
pandangan J.R. Hicks yang menyatakan :
Tujuan kalkulasi penghasilan dalam hal-hal praktis ialah memberi seseorang
petunjuk mengenai jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa memberatkan dirinya.
Kelanjutan dari gagasan ini adalah agaknya kita perlu merumuskan penghasilan
seseorang sebagai nilai maksimum yang dapat dikonsumsikannya selama satu minggu
dan diharapkan pada akhir minggu sama sejahteranya seperti pada awal minggu.
Definisi ini menekankan pendapatan individu, namun juga dapat digunakan
sebagai dasar perumusan pendapatan bisnis dengan mengubah kata konsumsi menjadi
distribusi. Kekayaan pada awal dan akhir tiap periode adalah jumlah aktiva bersih
(aktivat dikurangi kewajiban) yang tersedia untuk menjalankan usaha entitas bisnis.
Pendapatan bisnis adalah perubahan dalam aktiva bersih selama periode akuntansi, di
luar investasi pemilik dan distribusi pendapatan kepada pemilik. Konsep penentuan
pendapatan yang disebut konsep pemeliharaan modal ini berpendapat bahwa tidak ada
pendapatan yang harus diakui sampai modal (ekuitas atau aktiva bersih) ditahan dan
biaya tertutupi.
Konsep Pemeliharaan Modal
Terjadinya pendapatan secara tidak langsung menyatakan pengembalian modal
yang diinvestasikan, yang akan terjadi hanya setelah jumlah yang diinvestasikan telah
dipertahankan atau tertutupi.
Terdapat dua pandangan dalam konsep ini yaitu :
 Financial Capital Maintenance Concept
Menurut konsep ini, laba diperoleh apabila jumlah uang dari aktiva bersih pada akhir
periode melebihi jumlah uang dari aktiva bersih pada awal periode, setelah
dikurangi dengan transaksi pemilik.
 Physical Capital Maintenance Concept
Menurut konsep ini, laba diperoleh apabila kapasitas produktif fisik (atau
kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal
periode, setelah dikurangi dengan transaksi pemilik.

Menurut Edward dan Bell, entry price saat ini memberikan penilaian keputusan
manajerial untuk menguasai aktiva dengan memisahkan nilai sekarang pendapatan dari
pendapatan operasi saat ini. Biaya pengganti dapat menyediakan ukuran biaya untuk
menggantikan kapasitas operasi saat ini dan, karena itu, berarti mengevaluasi berapa
banyak yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham serta tetap
mempertahankan kapasitas produktifnya.
Meski demikian, banyak masalah pengukuran dalam menentukan nilai biaya
pengganti. Perusahaan mungkin dapat menentukan dengan tepat biaya pengganti untuk
persediaan dan aktiva tertentu lainnya, tetapi untuk banyak aktiva lain, terutama untuk
aktiva tetap, tidak tersedia pasar untuk memperoleh aktiva penggantinya.
Sebuah pendekatan alternative untuk memperkirakan biaya pengganti adalah
dengan menggunakan indeks daya beli spesifik. Indeks harga spesifik didesain untuk
mengukur dampak pada harga segmen ekonomi tertentu, contohnya peralatan yang
digunakan dalam industri baja atau pertambangan.
Akhirnya relevansi entry values dipertanyakan, Sterling berpendapat bahwa entry
value dari aktiva yang tidak dimiliki, relevan hanya ketika pembelian aktiva memang
dimaksudkan. Untuk aktiva yang dimiliki, entry value tidak berhubungan dengan apa
yang dapat direalisasikan atas penjualan aktiva dan dengan pembeliannya karena aktiva
tersebut telah dimiliki.

Exit Value atau Selling Price


Pendekatan lain untuk menentukan nilai sekarang adalah dengan exit value atau
selling price. Pendekatan ini memerlukan penilaian tiap aktiva dari sudut pandang
pelepasan (disposal), dimana tiap aktiva dinilai berdasarkan selling price yang dapat
direalisasi jika perusahaan memilih untuk melepasnya.
Chamber dan Sterling berpendapat bahwa exit value memiliki relevansi keputusan.
Karenanya selama periode akuntansi manajemen memutuskan untuk mempertahankan,
menjual, atau menggantikan aktivanya. Dinyatakan bahwa exit value menyediakan
pengguna informasi yang lebih baik untuk mengevaluasi likuiditas dan kemampuan
perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan rangsangan ekonomi.
Seperti halnya entry prices, penentuan exit value juga mengakibatkan masalah
pengukuran.
 Masalah dasar penentuan harga jual aktiva, seperti properti, tanah, dan
peralatan, dimana tidak terdapat pasar.
 Gagasan bahwa harga keluar harus didasarkan pada harga yang timbul dari
penjualan pada kondisi bisnis normal, bukan atas paksaan likuidasi, sulit
diterapkan pada aktiva tetap.
 Exit price atau selling price tidak konsisten dengan konsep pemeliharaan modal
fisik.

Nilai Sekarang Didiskontokan


Menurut konsep ini, nilai sekarang arus kas masa depan yang diharapkan akan
diterima dari aktiva adalah nilai aktiva yang relevan yang harus diungkapkan dalam
neraca. Dalam metode ini, pendapatan sama dengan perbedaan antara nilai sekarang
aktiva bersih pada akhir periode dengan nilai sekarangnya pada awal periode, setelah
dikurangi dampak investasi dan distribusi kepada pemilik.
Seluruh aktiva diasumsikan diperoleh untuk menyediakan jasa masa depan yang
potensial bagi perusahaan. Lebih lanjut, terdapat asumsi bahwa harga pembelian awal
dibayarkan karena percaya aktiva tersebut akan memberikan penghasilan yang cukup di
masa depan sehingga membuat akuisisi tersebut bermanfaat.
Penggunaan pengukuran nilai sekarang dalam akuntansi mendapatkan dukungan
dengan penerbitan FASB SFAC No.7, ”Using Cash Flow Measuremenst and Present Value
Measurements in Accounting ”. Namun terdapat tiga masalah utama pengukuran terkait
konsep ini :
 Konsep ini bergantung pada estimasi arus kas masa depan menurut periode
waktu.
 Pemilihan tingkat suku bunga yang tepat.
 Aktiva perusahaan tidak saling berhubungan, sedangkan penghasilan dihasilkan
dari kombinasi penggunaan sumber daya perusahaan.
Nilai Sekarang dan Model Akuntansi Historis
Meskipun model akuntansi saat ini menyandarkan diri pada biaya perolehan,
pernyataan baru-baru ini dan memo diskusi yang diterbitkan FASB mengindikasikan
langkah menuju penyediaan informasi nilai sekarang yang lebih banyak.

PENGAKUAN PENDAPATAN (INCOME RECOGNITION)


Sebagai upaya mengatasi masalah pengukuran dalam konsep penghasilan,
kebanyakan akuntan lebih memilih menggunakan transactions approach yang bersandar
pada anggapan bahwa elemen-elemen dalam laporan keuangan harus dilaporkan ketika
ada bukti adanya pertukaran dengan pihak luar (prinsip arm’s length transactions).
Pendekatan ini umumnya menuntut bahwa penghasilan yang dilaporkan merupakan
akibat dari berurusan dengan badan usaha dan individu di luar unit pelapor dan hal ini
menimbulkan prinsip realisasi. Prinsip ini menyatakan bahwa penghasilan harus diakui
ketika proses penghasilan telah lengkap atau benar-benar lengkap dan telah terjadi
pertukaran. Transaksi pertukaran adalah dasar akuntabilitas dan menentukan pemilihan
waktu pengakuan pendapatan dan jumlah yang dicatat.
Akuntansi berbasis transaksi berbeda dengan konsep ekonomis pendapatan
dimana pendapatan akuntansi ditentukan dengan hanya mengukur nilai aktiva bersih
tercatat, tidak termasuk transaksi modal dan dividen, selama satu periode.
Namun pendekatan ini dikritik karena tidak melaporkan seluruh informasi relevan
mengenai entitas bisnis. Bagi yang menyukai interpretasi yang lebih liberal tentang
konsep pendapatan ini berpendapat bahwa pendapatan harus memasukkan seluruh
keuntungan dan kerugian dalam aktiva atau kewajiban yang diterima entitas selama
periode tertentu tanpa memperhatikan apakah telah terealisasi atau belum.
Edward dan Bell mengusulkan bahwa dengan hanya sedikit perubahan dalam
prosedur akuntansi sekarang, empat tipe pendapatan dapat ditentukan :
1. keuntungan operasi saat ini – kelebihan pendapatan penjualan atas biaya
produksi dan penjualan.
2. penghematan biaya yang dapat direalisasi – kenaikan harga aktiva yang dimiliki
selama satu periode.
3. penghematan biaya yang direalisasi – perbedaan antara biaya perolehan
dengan harga pembelian barang dijual saat ini.
4. tambahan perolehan modal yang direalisasi – kelebihan hasil penjualan atas
biaya perolehan dalam pelepasan aktiva jangka panjang.
Perubahan utama yang dianjurkan oleh Edward dan Bell serta ARS No.3 adalah
pelaporan keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi dalam aktiva bersih entitas
selama suatu periode. Pendapat ini berfokus pada dua poin utama :
 keuntungan dan kerugian tak terduga dari kepemilikan aktiva dan kewajiban
tertentu harus dilaporkan sebagaimana terjadinya,
 perubahan dalam mengukur unit harus dieliminasi dari proses pelaporan.
Karenanya, laporan keuangan harus disesuaikan dengan dampak inflasi.
Baru-baru ini FASB mengadopsi pendekatan neraca yang mendefinisikan
pendapatan sebagai perubahan periodik dalam aktiva bersih. Praktik tersebut dihasilkan
dari perhatian akademisi dan analis investasi yang berpusat di sekitar dua permasalahan
:
1. kesulitan bahwa pengguna telah menemukan informasi relevan yang dilupakan
dalam laporan laba rugi dan neraca;
2. pentingnya serta dampak item-item tersebut pada penilaian ekuitas.
FASB kemudian menerbitkan SAFS No.130 ”Comprehensive Income” yang menetapkan
comprehensive income sebagai semua perubahan dalam aktiva bersih selain transaksi
dengan pemilik. Tujuan utama pernyataan ini adalah untuk memberikan item
pendapatan komprehensif lainnya (perubahan dalam aktiva dan kewajiban yang tidak
diungkapkan dalam laporan laba rugi) sama dengan keunggulan sebagai jumlah
pendapatan bersih dalam laporan keuangan.

Pengukuran ( Measurement)
Pengukuran yaitu memberikan angka kepada obyek atau kejadian dengan
mengikuti aturan-aturan tertentu. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai proses
membandingkan untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat guna membedakan
satu alternatif dari alternatif lain dalam situasi pengambilan keputusan.
Pada prakteknya, dalam konsep pengukuran ini terdapat beberapa
masalah/kendala yang menyulitkan dalam pengukuran akuntansi, yaitu :
a. Ketidakstabilan nilai dari suatu ukuran (uang)
b. Keputusan arbitrary haus dibuat untuk keperluan pelaporan berkala.

Accounting for Inflation


Sweeney, mengajukan agar elemen laporan keuangan diukur berdasarkan nilai
uang yang menggambarkan tingkat daya beli yang sama, sehingga penilaian
menghasilkan nilai yang sama setiap tahunnya. Pendekatan ini disebut general
purchasing power adjustment, yang akan menghasilkan laporan keuangan yang
melaporkan untung dan rugi dalam daya beli.
Revenue Recognition and Realization
Recognition (pengakuan) adalah proses formal untuk mencatat sebuah transaksi
atau kejadian dalam laporan keuangan perusahaan . Realization adalah proses
mengubah aktiva non kas menjadi kas atau klaim menjadi kas. Akuntansi berbasis
transaksi mengakui dan melaporkan penghasilan ketika sudah jadi (realize) atau akan
terjadi (realizable).
Pada tahun 1964, the American Accounting Association Committee on Realization
merekomendasikan bahwa konsep realisasi dapat ditingkatkan jika kriteria berikut
terpenuhi :
 Revenue harus dapat di ukur;
 Pengukuran harus diverifikasi oleh transaksi pasar eksternal;
 Kejadian penting telah terjadi

FASB mendefinisikan revenue sebagai ”arus masuk atau peningkatan lain dari
aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama
suatu periode dari penyerahan atau produksi barang, sumbangan jasa atau kegiatan lain
yang merupakan operasi berkelanjutan dari entitas tersebut”.
Pada umumnya, pengakuan revenue dilakukan ketika terjadi penjualan, meskipun
pengakuan pendapatan mungkin saja terlambat atau lebih cepat dalam transaksi-
transaksi tertentu, karena sifat alamiah transaksi tersebut.
Menurut GAAP, revenue harus diakui ketika dua kondisi berikut terpenuhi :
1. Revenue telah diperoleh.
Yaitu ketika perusahaan telah menyelesaikan semua hal yang harus dilakukan
untuk berhak atas keuntungan yang digambarkan oleh Revenue tersebut.
2. Revenue telah direalisasikan atau dapat direalisasi
Realization berarti bahwa barang atau jasa telah ditukarkan dengan kas atau
diklaim menjadi kas. Apa yang tersembunyi dalam kata Realized dan Realizable
adalah fakta bahwa revenue dapat diukur dengan tingkat kepastian yang
masuk akal. Dengan kata lain, jumlah revenue dapat diukur dengan kepastian
yang layak atas akurasinya.

Perkembangan Saat Ini


FASB dan IASB telah melakukan proyek kerjasama dalam rangka mengembangkan
suatu panduan konseptual untuk pengakuan pendapatan dan sebuah laporan
komprehensif dalam pengakuan pendapatan. Proyek kerjasama ini dimaksudkan untuk
memperbaiki pelaporan keuangan dengan cara :
1. Menghilangkan ketidakkonsistenan dalam panduan konseptual yang ada
untuk pendapatan dalam Pernyataan Konsep FASB tertentu.
2. Menyediakan panduan konseptual yang akan bermanfaat yang ditujukan
untuk masalah pengakuan pendapatan yang mungkin muncul di masa
mendatang.
3. Menghilangkan ketidakkonsistenan dalam standar yang ada untuk bacaan
yang sah dan praktik-praktik yang disetujui.
4. Mengisi kekosongan dalam panduan pengakuan pendapatan yang akan
dikembangkan kemudian.
5. Menetapkan standar tunggal, standar komprehensif dalam pengakuan
pendapatan.
Isu ini muncul karena sebelumnya FASB memperingatkan konflik dapat timbul
antara panduan konseptual untuk pendapatan dalam SFAC No.5 dan No.6. SFAC No.6
menyebutkan bahwa pendapatan disebutkan sebagai perubahan dalam aset dan
liabilities, sedangkan kriteria pendapatan dalam SFAC No. 5 didasarkan atas gagasan
realisasi dan penyelesaian proses menghasilkan pendapatan.
SEC juga menyebutkan masalah yang ada dalam pengakuan pendapatan di SAB
No.11 yang menyatakan bahwa jika suatu transaksi termasuk dalam lingkup literasi
spesifik yang sah dalam pengakuan pendapatan, panduan ini harus diikuti, akan tetapi
jika ada kekurangan dalam panduan ini, kriteria pengakuan pendapatan diakui sesuai
SFAC No. 5. Dalam SAB No. 11 terdapat 4 kriteria dasar yaitu :
 Adanya bukti penetapan yang meyakinkan
 Pengiriman telah terjadi
 Biaya pemasok tetap dan dapat ditentukan
 Penagihan dapat dipastikan

Pengakuan Pendapatan Segera atau Ditunda


Perusahaan biasanya mengakui pendapatan ketika produk atau jasa mereka
terjual, karena penjualan telah memenuhi kriteria kegiatan krusial. Tetapi pengakuan
pendapatan mungkin dilakukan segera ataupun ditunda, tergantung keadaan yang ada
saat penjualan. Contohnya American Airline menunda pengakuan pendapatan sampai
dengan penerbangan telah selesai. Uang yang diterima dari tiket dianggap lebih dulu
sebagai pendapatan diterima dimuka. Semua perusahaan harus memutuskan kapan
kriteria kegiatan krusial dan keterukuran terpenuhi.
Pencatatan pendapatan pada titik penjualan harus selalu memperhatikan tingkat
kepastian. Ketika tingkat kepastian realisasi sangat tinggi, mungkin pendapatan diakui
sebelum titik penjualan. Demikian juga ketika tingkat ketidak pastian realisasi sangat
tinggi, pengakuan pendapatan ditunda.
1. Pendapatan diakui selama proses produksi
Metode ini biasanya diterapkan jika produksi barang berlangsung selama
dua atau lebih periode akuntansi, misalnya metode penyelesaian produksi untuk
kontrak jangka panjang.
2. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi
Metode dapat digunakan untuk barang hasil produksi yang akan
dipasarkan pada pasar yang terorganisir dan harga sudah dapat ditentukan
dengan pasti, misalnya US gold market yang menjual emas dengan harga tetap
yang ditetapkan pemerintah
3. Pendapatan diakui pada saat jasa telah dilaksanakan
Dalam kontrak jasa biasanya terdapat tiga tahapan yaitu pesanan,
pembebanan jasa dan penagihan kas yang mana ketiganya bisa dilakukan satu
periode maupun lebih dari satu periode. Realisasi pendapatan seharusnya
dihubungkan dengan pelaksanaan jasa dan pendapatan dicatat sesuai dengan
tingkat pelaksanaan.
4. Pendapatan diakui pada saat kas diterima
Jika kolektibilitas akhir dari pendapatan diragukan maka pengakuan
pendapatan bisa ditunda sampai kas diterima dari pelanggan, contoh metode ini
adalah installment dan cost recovery method.
5. Pendapatan diakui setelah terjadi suatu kejadian
Dalam beberapa hal dimana tidak ada kontrak yang mengikat atau bukti
adanya hak untuk membatalkan maka pengakuan pendapatan mungkin ditunda
sampai ratifikasi atau lewatnya waktu. Sebagai contoh adalah dalam beberapa
negara bagian di Amerika kontrak penjualan dari pintu ke pintu (door to door)
dapat dibatalkan dalam jangka waktu tertentu, oleh karena itu pengakuan
pendapatan dapat ditunda sampai jangka waktu tersebut lewat.

PENANDINGAN (MATCHING)
Ketika perusahaan telah memenuhi kriteria kegiatan krusial dan pengakuan
pendapatan, biaya untuk menghasilkan pendapatan tersbut harus diidentifikasi. Dalam
pembuatan laporan keuangan juga harus diperhatikan tentang kapan penetapan
pendapatan dan proses menandingkan antara pendapatan (revenue) dan biaya (cost).
Proses menghubungkan pendapatan dan biaya disebut konsep penandingan (matching).
Meskipun merupakan konsep yang relatif mudah dipahami, konsep penandingan
harus dilakukan secara hati-hati. Penetapan kapan suatu biaya tidak mempunyai
manfaat di kemudian hari karena itu harus dibebankan terhadap pendapatan pada
periode yang berjalan tergantung pada definisi cost, expense, dan loss;
 Cost yaitu jumlah yang dilepaskan untuk barang/harta (aset) yang diterima atau
akan diterima. Cost dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu unexpired cost (aset)
yang akan dipakai untuk menghasilkan pendapatan yang akan datang dan expired
cost yang tidak dipakai untuk mengasilkan pendapatan yang akan atang dan
dikurangkan dari pendapatan atau laba ditahan pada periode berjalan.
 Expense yaitu aliran keluar, penggunaan aset atau timbulnya hutang atau
kombinasinya selama satu periode karena menyerahkan atau menghasilkan
barang atau melaksanakan kegiatan lain yang merupakan inti dari badan usaha.
 Asset yaitu kemungkinan keuntungan ekonomis masa depan yang diperoleh atau
dikontrol suatu entitas sebagai hasil dari kegiatan atau transaksi yang telah lalu.
aset memiliki 3 karakter yaitu (1)Memberikan kemungkinan keuntungan dimasa
depan langsung atau tidak pada net cash inflows (2) Perusahaan tersebut dapat
memperoleh keuntungan dan kontrol atas keuntungan tersebut (3)Transaksi atau
kejadian lain yang meningkatkan hak perusahaan atas kontrol keuntungan telah
terlaksana
 Loss yaitu penurunan ekuitas (aset bersih) karena transaksi sampingan
(pheripheral) atau insidentil dari ekuitas serta karena semua transaksi, kejadian
dan keadaan lainnya yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode
kecuali yang disebabkan oleh beban atau distribusi kepada pemilik.

Dengan kata lain expense adalah berakhirnya biaya untuk menghasilkan revenue,
sedangkan loss adalah berakhirnya masa biaya tidak untuk menghasilkan revenue.
Sebagai contoh adalah persediaan yang dibeli oleh perusahaan. Pembelian persediaan
ini merupakan pembelian aset. Ketika aset ini dijual maka masa biaya telah berakhir.
Kemudian perusahaan mengakuinya sebagai expense karena hasil penjualan adalah
revenue. Tetapi apabila persediaan tersebut terbakar, masa biaya tersebut juga telah
habis tanpa menghasilkan revenue. Sehingga diakui sebagai loss.
Bisa atau tidaknya perusahaan untuk mengakui pendapatan sangat tergantung
pada kemampuan untuk mengukur pendapatan (arus masuk) dan beban (arus keluar)
yang ada. Mengukur berarti menentukan jumlah dengan tingkat akurasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Ketika arus masuk ataupun arus keluar tidak dapat diukur,
perusahaan harus menunda pengakuan income karena GAAP mensyaratkan informasi
laporan keuangan harus diungkapkan dalam unit mata uang.
KONSERVATISME (CONSERVATISM)
Penggunaan prinsip ini dipandang penting dalam praktek akuntansi karena
dengan adanya prinsip ini para pemakai informasi keuangan dipandang lebih sedikit
kemungkinannya untuk disesatkan. Sterling dalam bukunya “ Theory of the
measurement of enterprise income” menyatakan bahwa prinsip konservatisme
menekankan pada pemilihan alternatif akuntansi yang paling kecil kemungkinannya
melebih-lebihkan aset dan penghasilan.

MATERIALITAS (MATERIALITY)
Konsep materialitas mempunyai peranan yang relatif besar dalam pengukuran
dan pengungkapan seluruh informasi yang disajikan dalam laporan keuangan terutama
terhadap pos pendapatan dan biaya. Namun demikian sampai saat ini belum ada definisi
yang baku mengenai konsep materialitas.
Dalam menentukan definisi materialitas, terdapat dua aspek penting yang perlu
diperhatikan yaitu aspek kualitatif dan asperk kuantitatif. Accounting Research Study
(ARS) nomor 7 memberikan definisi kualitatif materialitas sebagai berikut : Suatu
pernyataan, faktor atau unsur material jika dengan memperhatikan sepenuhnya
keadaan yang mengelilinginya pada saat itu, hal itu (pernyataan, fakta, unsur)
mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga pengungkapannya akan kemungkinan besar
mempengaruhi atau membuat lain pertimbangan dan tingkah laku seseorang yang
wajar.
Accounting Principles Board (APB) Opinion No. 18 memberikan batasan
kuantitatif terhadap materialitas yaitu suatu investasi sebesar 20 % atau lebih dalam
saham bersama dari suatu investor dianggap material.
APB Opinion No. 15 menyatakan bahwa pengurangan sebesar kurang dari 3 %
dalam himpunan penghasilan perusahaan dianggap tidak material. FASB juga
memberikan batasan terhadap materialitas sebesar 10 % dari pendapatan, laba operasi
dan aset.
Dalam Statement of Financial Accounting Concept no. 2, FASB membuat
pernyataan mengenai materialitas sebagai berikut: ”seorang yang mebuat keputusan
akuntansi dan seorang auditor secara terus menerus menghadapi kebutuhan akan
keputusan materialitas. Pertimbangan materialitas terutama kuantitatif sifatnya. Hal ini
berhubungan dengan pertanyaan, apakah unsur itu cukup besar untuk dapat
mempengaruhi pemakai informasi. Unsur yang dianggap kecil untuk dianggap material
kalau dihasilkan dari transaksi yang rutin dapat dianggap jadi material kalau timbulnya
dari keadaan yang tidak normal”.

KUALITAS PENDAPATAN, MANAJEMEN PENDAPATAN, DAN KECURANGAN


PELAPORAN KEUANGAN

Kualitas Pendapatan (Earnings Quality)


Earning quality dapat didefinisikan sebagai korelasi antara accounting income
dengan economic income suatu badan usaha. Terdapat beberapa teknik menilai kualitas
penghasilan ;
a) Membandingkan prinsip akuntansi yang digunakan perusahaan dengan industri
dan yang digunakan pesaing
b) Mereview perubahan sekarang dalam prinsip akuntansi dan perubahan dalam
estimasi untuk menentukan apakah perubahan tersebut menaikkan earnings
c) Menentukan apakah pengeluaran yang ditentukan (discretionery expenditure)
seperti iklan telah ditunda dengan membandingkan dengan periode sebelumnya
d) Mencoba menilai apakah beberapa expense seperti warranty tidak dicerminkan
dalam laporan keuangan
e) Menentukan biaya penggantian dari inventory dan aset lain, apakah tersedia kas
yang memadai untuk menggantikan aset tersebut
f) Review catatan atas laporan keuangan untuk menentukan apakah ada kerugian
bersyarat yang memungkin mengurangi pendapatan dan cash flow masa yang
akan datang
g) Review hubungan antara penjualan dan piutang untuk menentukan apakah
piutang meningkat lebih cepat dibanding penjualan
h) Review keputusan manajemen dan bagian analisa laporan tahunan dan opini
auditor untuk menentukan apakah manajemen tentang masa depan perusahaan
dan mengidentifikasi masalah akuntansi utama

Manajemen Pendapatan
Manajemen pendapatan adalah aspek lain dalam masalah kualitas pendapatan.
Manajemen pendapatan (Earnings Management) didefinisikan sebagai suatu usaha
yang dilakukan oleh pegawai perusahaan untuk mempengaruhi laporan income jangka
pendek. Suatu penelitian menyebutkan bahwa manajemen pendapatan terjadi karena
beberapa alasan, termasuk mempengaruhi harga saham, meningkatkan kompensasi
manajemen, mengurangi kemungkinan pelanggaran persetujuan pinjaman, dan
menghindari campur tangan pemerintah. Manajemen berusaha melakukan manajemen
pendapatan karena mereka percaya bahwa pelaporan pendapatan akan mempengaruhi
keputusan kreditor dan investor. Sebagian besar teknik manajemen pendapatan adalah
dengan memperbaiki kualitas pelaporan income dan mengurangi biaya modal
perusahaan. Tetapi ada teknik lain yang mengindikasikan adanya kecurangan.
Penentuan teknik manajemen pendapatan sangat tergantung pada tujuan
manajemen pendapatan itu sendiri. Dalam beberapa hal manajemen pendapatan
diusahakan masih dalam lingkup GAAP. Manajemen perusahaan sering memilih
kebijakan akuntansi yang akan memaksimalkan pendapatan perusahaan dan
meningkatkan nilai pasar perusahaan.
Menurut Arthur Levitt ada 5 teknik manajemen pendapatan yang mengancam
integritas laporan keuangan yaitu:
a) Taking a bath teknik dimana biaya restrukturisasi dilaporkan lebih besar untuk
mengurangi aset, dimana hal ini akan mengurangi expense di masa depan.
b) Akuntansi untk akuisisi yang kreatif. Menghindari expense di masa depan dengan
membebankan sekali pada riset dan pengembangan yang masih dalam proses.
c) Cadangan “ Cookie jar ” . Melaporkan terlalu tinggi retur penjualan dan garansi
pada saat keadaan perusahaan bagus. Dan menggunakan kelebihan ini pada saat
keadaan perusahaan buruk.
d) Menyalahgunakan konsep materialitas. Dengan sengaja mencatat kesalahan
atau mengabaikan kesalahan dalam laporan keuangan dengan asumsi bahwa
pengaruh kesalahan ini tidak signifikan.
e) Pengakuan pendapatan yang tidak tepat. Yaitu dengan mengakui pendapatan
sebelum pendapatan ini dihasilkan.

Kecurangan Dalam Pelaporan Keuangan


Banyak aktivitas manajemen pendapatan, meskipun agresif, melibatkan keputusan
dan estimasi sesuai dengan GAAP. Manioulasi pendapatan dengan maksud menipu
kreditor dan investor merupakan kecurangan pelporan keuangan. Dibawah ini disajikan
tabel yang berisi perbedaan antara aktivitas manajemen pendapatan konservatif, netral,
agresif, dan kecurangan.
Terlalu agresif mengakui loss atau menetapkan
cadangan
 Akuntansi Konservatif Menilai terlalu tinggi aktivitas riset dan pengembangan
  yang masih dalam proses
Pendapatan yang dihasilkan dari pandangan secara
Pendapatan Yang Netral netral
Menetapkan terlalu rendah loss atau penetapan
Akuntansi Agresif cadangan
Mencatat penjualan sebelum sepenuhnya memenuhi
Kecurangan akuntansi kriteria dihasilkan dan keterukuran
  Mencatat penjualan fiktif      
Tanggal Mundur Faktur
Penjualan Menetapkan terlalu tinggi persediaan    
BAB 6
PELAPORAN KEUANGAN I : LAPORAN RUGI/LABA

Lingkungan laporan keuangan di Amerika saat ini terdiri atas berbagai kelompok
dimana investor sebagai fokus. Investasi mencakup penggunaan sumber daya investor
terlebih dahulu untuk memperoleh kentungan di masa mendatang yang memiliki
ketidakpastian. Konsekuensinya, investor memerlukan informasi yang dapat membantu
mereka untuk menilai arus kas sekuritas di masa mendatang.

Konsekusi-konsekuensi ekonomi dari laporan keuangan


Pengukuran pendapatan dan pelaporan keuangan juga melibatkan kosekuensi
ekonomi :
 Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kesejahteraan investor.
Semakin banyak informasi yang diperoleh investor semakin besar kemungkinan
untuk meningkatkan kesejahteraan
 Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat resiko yang dapat diterima.
Memfokuskan pada investasi jangka penjek yang meiliki resiko kecil akan
menyebabkan efek jangka panjang
 Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat bentuk modal dan realokasi
kesejahteraan terhadap konsumsi dan investasi
 Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan
diantara perusahaan-perusahaan
Oleh karena konsekuensi ekonomi dapat mempengaruhi berbagai pegguna
laporan keuangan secara berbeda-beda, maka pemilihan metode laporan keuangan
harus mempertimbangkan hal ini.

Elemen-elemen Laporan Laba/Rugi


Laporan Laba/Rugi adalah bentuk laporan yang terpenti ng dalam
memenuhi tujuan pelaporan di atas, karena nilai prediksinya.
Pelaporan pendapatan juga mempunyai nilai dan/atau fungsi sebagai
pengukur arus kas di masa yang akan datang, pengukur efi siensi
manajemen, dan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan-tujuan
manajemen.
Beberapa elemen laporan keuangan (SFAC No. 6) sebagai berikut:
Pendapatan, arus masuk atau penambahan aktiva dari suatu entitas atau pengurangan
kewajiban (atau gabungan keduanya) selama periode tertentu yang diperoleh dari
penjualan barang, penyediaan jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama
perusahaan.

Keuntungan, Penambahan aktiva bersih hasil dari aktifitas sampingan suatu entitas dan
dari seluruh transaksi dan kejadian selama periode tertentu kecuali yang berasal dari
pendapatan atau investasi dari pemilik

Beban, Arus keluar atau penggunaan aktiva dan penambahan kewajiban (atau
gabungan keduanya) selama periode dari pembuatan barang, penyediaan jasa atau
aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan

Kerugian, Penurunan aktiva bersih dari aktifitas sampingan suatu entitas dan dari
seluruh transaksi dan kejadian selama periode tertentu kecuali pengeluaran dan
distribusi ke pemilik
Ada dua pandangan mengenai perbedaan penti ng antara pendapatan
dengan keuntungan dan beban dengan kerugian ialah apakah mereka
berhubungan dengan kegiatan yang terus menerus, yaitu current
operati ng performence concept dan the all inclusive concept .

Format Laporan Keuangan


Pendukung konsep current operati ng performance berargumen hanya
perubahan dan peristi wa yang dapat dikendalikan oleh manajemen yang
terjadi karena keputusan berjalan yang termasuk di dalam penghasilan.
Pendukung all-inclusive concept mengenai penghasilan menyatakan
penghasilan harus menggambarkan semua item yang mempengaruhi
kenaikan atau penurunan ekuitas pemegang saham.
Asumsi yang menggarisbawahi kontroversi ini adalah metode
penyampaian informasi keuangan adalah penti ng. Kedua konsep setuju
dalam hal informasi yang akan disampaikan tetapi ti dak ada kesamaan
dalam hal dimana harus melaporkan Pendapatan, Beban, Keuntungan dan
Kerugian.

APB Opinion NO.9


Masalah pertama yang dipelajari oleh APB adalah elemen laporan
keuangan apa saja yang termasuk dalam penghasilan bersih.
Hasil studi permasalahan tersebut mendorong diterbitkannya APB
Opinion nomor 9 tentang Reporti ng the result of operati ons , yang
mengambil jalan tengah diantara current operati ng performance concept
dan all-inclusive concept mengenai penghasilan dengan menyatakan
bahwa penghasilan bersih harus merefl eksikan semua item dari profi t dan
loss yang ditemukan dalam suatu periode kecuali prior period
adjustments.
Opini tersebut juga menghasilkan dua jenis penghasilan yaitu
penghasilan bersih yang berasal dari kegiatan operasi dan Penghasilan
bersih setelah pos-pos luar biasa.

Income from Continuing Operations


Jumlah yang ditampilkan di bagian ini merupakan pendapatan dan beban normal
perusahaan. Juga sering disebut sustainable income. Jumlah ini merupakan jumlah yang
harus digunakan investor sebagai titik awal untuk meramal laba di masa mendatang.
Jumlah pajak penghasilan yang diungkapkan di bagian ini adalah jumlah pajak yang
harus dibayar oleh perusahaan apabila tidak ada income lain. Apabila ini terjadi, maka
jumlah pendapatan dari operasi rutin sama dengan jumlah laba bersih. Tiga komponen
operasi tidak rutin adalah : Operasi tidak rutin, Hal-hal yang luar biasa, efek kumulatif
dari perubahan prinsip akuntansi.

Discontinued Operations
Studi atas hasil aplikasi opini no.9 APB oleh berbagai entitas mengungkapkan
beberapa penyalahgunaan pelaporan.Contohnya, beberapa perusahaan melaporkan
hasil penghentian segmen bisnisnya sebagai extraordinary sementara pendapatan dari
segmen ini selama proses penghentian dilaporkan sebagai ordinary income. Opini no. 30
APB menambahkan beberapa kriteria yang diperlukan untuk mengidentifikasi
penghentian segmen bisnis. Penerbitan opini mensyaratkan penyajian terpisah antara
hasil operasi segmen bisnis yang dihentikan dengan keuntungan atau kerugian atas
penjualan aktiva segmen bisnis tersebut, termasuk keuntungan dan kerugian operasi
selama periode penghentian. Informasi ini diperlukan bagi pengguna dalam rangka
mengevaluasi operasi masa lalu dan masa depan suatu entitas bisnis.
Opini ini telah diubah dengan SFAS No. 144 “ Accounting for Impairment or
Disposal of Long Lived Aktiva”. Agar dapat dikategorikan ke dalam discontinued
operations, suatu item harus memenuhi beberapa kriteria :
 Unit yang dihentikan harus dianggap sebagai komponen bisnis. Komponen yang
dimaksud dalam hal ini adalah bagian yang dapat dipisahkan dengan jelas dari
operasional dan arus kas bagian lainnya baik untuk tujuan pelaporan keuangan
maupun pelaporan operasional.
Jika terpenuhi, maka :
 Operasi dan arus kas dari komponen yang dihentikan harus dihilangkan dari hasil
transaksi operasional dan arus kas entitasnya
 Entitas harus tidak memiliki keterlibatan yang signifikan dalam operasi
komponen
Saat manajemen memutuskan untuk menjual komponen, maka aktiva dan
kewajiban komponen diklasifikasikan “held for sale” pada neraca. Kemudian, apabila
penghentian komponen telah dilakukan, hasil dari operasi komponen harus dilaporkan
sebagai discontinued operations dan dicantumkan tepat dibawah bagian income from
continuing operations. Hasil ini dilaporkan bersih setelah dikurangi pajak.

Extraordinary items
Defi nisi sesuai dengan APB Opinion No.9 adalah peristi wa dan
kejadian yang memiliki efek material yang diperkirakan ti dak akan
berulang kali terjadi dan ti dak dianggap sebagai faktor yang sering terjadi
dalam proses evaluasi operasi perusahaan.
Dalam APB Opinion No.30 tentang reporti ng the result of operati on
extraordinary items didefi nisikan sebagai peristi wa atau transaksi yang
dibedakan oleh:
 Unusual nature , yaitu peristi wa atau transaksi memiliki ti ngkat
abnormal yang ti nggi dan ti dak berhubungan atau insidenti l
terhadap operasi normal perusahaan,
 Infrekuensi keterjadian, yaitu peristi wa atau transaksi dengan
sangat beralasan diperkirakan ti dak akan terjadi lagi dimasa yang
akan datang.
FASB kemudian menyatakan dalan SFAC nomor No.5 bahwa tujuan
dari laporan rugi laba all-inclusive adalah untuk menghindari
penghilangan yang ti dak jelas dalam laporan rugi laba meskipun
pencantuman unusual atau non recurring keuntungan atau kerugian
mungkin akan mengurangi daya predikif dari suatu laporan rugi laba.

Accounting Changes
Standar akuntansi mengenai konsistensi mengindikasikan bahwa transaksi yang
sama harus dilaporkan dengan menggunakan metode yang sama setiap tahunnya.
Bagaimanapun, perusahaan terkadang menyadari bahwa perubahan metode dan
prosedur perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaporan. Selain itu, perubahan metode
mungkin disyaratkan oleh SEC ataupun FASB. Meskipun perubahan ini tidak
mempengaruhi harga saham, namun perubahan penggunaan metode akuntansi harus
tetap dilaporkan karena apabila tidak maka komparabilitas laporan keuangan akan
berkurang.
Opini APB No.20 “Accounting Changes” mengidentifikasikan tiga jenis
perubahan dan satu jenis kesalahan sebagai berikut :
1. Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi. Jika suatu entitas mengadopsi GAAP
yang berbeda dari yang sebelumnya digunakan untuk tujuan pelaporan.contohnya
perubahan penghitungan persediaan dari LIFO ke FIFO
2. Perubahan dalam perkiraan akuntansi. contohnya perubahan perkiraan umur aktiva
yang dapat didpresiasi
3. Perubahan entitas pelaporan. Disebabkan oleh konsolidasi
4. Kesalahan, tidak dilihat sebagai perubahan namun hasil dari kesalahan perhitungan
matematis dan penggunaan metode akuntansi yang salah

Perubahan pada Prinsip Akuntansi


Apabila terjadi perubahan pada prinsip akuntansi maka laporan keuangan disajikan
seperti tahun-tahun sebelum perubahan dilakukan dan efek kumulatif perubahan pada
periode sebelumnya ditampilkan sebagai komponen terpisah dari Laba bersih pada
tahun perubahan.
SFAS 154 “Accounting Changes and Error Corrections” mensyaratkan aplikasi
retrospektif untuk laporan keuangan periode sebelum terjadi perubahan prinsip
akuntansi, yaitu:
1. Penerapan prinsip akuntansi yang baru pada periode akuntansi sebelum
terjadinya perubahan seolah-olah prinsip tersebut telah dipakai sebelumnya.
2. Penyesuaian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk
menunjukkan perubahan pada entitas yang dilaporkan
3. Pengoreksian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk
menunjukkan koreksi atas kesalahan

Perubahan pada Estimasi


Perubahan ini tidak membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan yang telah
terbit pada tahun-tahun sebelumnya. Perubahan yang terjadi hanya berpengaruh pada
tahun terjadinya perubahan dan tahun-tahun berikutnya.

Perubahan pada Entitas yang Dilaporkan


Perubahan pada entitas yang dilaporkan harus diungkapkan secara retroaktif dengan
menyatakan kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya seolah-olah unit
entitas yang baru telah ada pada saat laporan keuangan pertama kali dipersiapkan
Laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya dibentuk kembali untuk menunjukkan
perubahan pada entitas yang dilaporkan. Efek perubahan pada pendapatan operasi,
laba bersih dan jumlah laba per saham terkait harus diungkapkan pada semua laporan
komparatif yang disajikan.

Kesalahan/error
Pengungkapan terhadap terjainya error serta penyesuaian terhadap efek error terhadap
pendapatan operasi, laba bersih dan jumlah laba per saham terkait dilakukan pada
laporan keuangan yang terbit pada periode terjadinya kesalahan
Contoh error:
1. Perubahan dari praktek akuntansi yang tidak berterima umum ke praktek yang
berterima umum
2. Kesalahan matematis
3. Kelalaian menambahkan atau menangguhkan pendapatan dan biaya di akhir
periode akuntansi.

Laba per Saham (Earnings per Share)


EPS menyediakan ringkasan mengenai kinerja perusahaan ke dalam angka tunggal yang
secara cepat dan efisien dapat digunakan untuk memperbandingkan kinerja
perusahaan. Dasar perhitungan basic EPS adalah total pendapatan perusahaan dikurangi
bagian pendapatan sekuritas senior (sekuritas hutang dan saham preferen) yang
merupakan bagian pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Namun
penggunaan basic EPS dirasa tidak memenuhi kebutuhan investor karena penerbitan
berbagai variasi saham seperti stock options, stock warrant dan sekuritas yang
konvertibel ke saham biasa menimbulkan efek dilutif (pengurangan) pada jumlah EPS.
APB No.15 menyebutkan bahwa perusahaan dengan struktur modal kompleks (memiliki
saham biasa dan sekuritas lain yang apabila dikonversi, jumlahnya akan mencapai
diluted EPS >3%) diharuskan untuk mengungkapkan primary EPS dan fully diluted EPS.
Primary EPS bertujuan untuk menyajikan kemungkinan besar efek dilutif atas
pengkonversian sekuritas terhadap EPS yang hanya meliputi common stock equivalent,
namun penerapannya terlalu kompleks dan terkadang tidak jauh berbeda dengan fully
diluted EPS. SFAS 128 mewajibkan penyajian basic EPS oleh perusahaan dengan struktur
modal sederhana (hanya memiliki saham biasa). Perusahaan lainnya diharuskan
menyajikan Basic EPS dan Diluted EPS

Basic EPS
Tujuan dari basic EPS adalah untuk mengukur kinerja perusahaan selama periode
tertentu dari sudut pandang pemegang saham biasa. Basic EPS dihitung dengan rumus:
Laba bersih – dividen saham preferen
Jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar

Diluted EPS
Tujuan dari diluted EPS adalah mengukur kinerja pro forma suatu perusahaan selama
periode tertentu dari sudut pandang pemegang saham biasa apabila pengkonversian
sekuritas yang dilutif benar-benar terjadi. Efek dilutif dari call options dan warrants
dihitung dengan menggunakan treasury stock method. Efek dilutif dari sekuritas
konvertibel dihitung menggunakan as if-converted method. Sekuritas yang bersifat anti-
dilutif tidak dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS. Ketika terdapat lebih dari satu
sekuritas yang bersifat dilutif, maka perhitungan diluted EPS dilakukan sesuai urutan
besarnya efek dilutif yang ditimbulkan sekuritas. Cara mengetahui efek dilutif adalah
dengan menghitung pendapatan dari kenaikan 1 lembar saham.

Call Options dan Warrants


Call options dan warrant membolehkan pemegangnya membeli saham biasa dengan
harga yang telah ditentukan, sehingga pemegang akan menggunakan haknya ketika
harga pasar saham lebih tinggi dari harga yang ditetapkan sebelumnya. Metode
perhitungan EPS menggunakan treasury stock method dimana saham treasury
diasumsikan dibeli pada harga pasar rata-rata, sedangkan saham biasa baru yang
diterbitkan atas selisih kekurangan lembar saham (Incremental shares) ditambahkan
dengan jumlah rata-rata tertimbang lembar saham untuk penghitungan diluted EPS.

Written Put Options


Efek dilutif dari written put options dan kontrak pembelian masa mendatang dihitung
menggunakan reverse treasury stock method. Dengan metode ini, diasumsikan
perusahaan akan menerbitkan saham biasa baru sesuai harga pasar untuk mendapatkan
uang untuk menutup kontrak. Uang hasil penerbitan saham baru digunakan untuk
membeli kembali saham sesuai kontrak. Selisih lembar saham yang diterbitkan dan yang
diperoleh kembali ditambahkan ke penyebut pada penghitungan diluted EPS.

Convertible Securities
Ialah sekuritas (obligasi atau saham preferen) yang dapat ditukar dengan sekuritas lain
(saham biasa) pada harga yang telah ditentukan. Dengan metode ini:
1. Apabila perusahaan memiliki saham preferen konvertibel, dividennya tidak
dikurangkan dari laba bersih sebagai pembilang EPS. Jika saham preferen dikonversi,
lembar preferen tersebut tidak lagi beredar dan dividen preferen tidak akan
dibayarkan.
2. Apabila perusahanan memiliki obligasi konvertibel, beban bunga atas sekuritas
setelah pajak ditambahkan ke pembilang. Jika obligasi dikonversikan, bunga tidak
akan dibayarkan sehingga tidak akan ada penghematan pajak. Akibatnya, laba bersih
akan meningkat sebesar beban bunga dikurangi besarnya pajak.
3. Jumlah lembar yang diterbitkan pada pengkonversian sekuritas ditambahkan
sebagai penyebut.

Contingently Issuable Shares


Ialah saham yang penerbitannya bergantung pada kondisi tertentu, seperti mencapai
tingkat pendapatan atau harga pasar tertentu di masa mendatang. Jika kondisi-kondisi
tersebut tidak terjadi sampai akhir periode pelaporan, SFAS No.128 mengharuskan
contingently issuable shares dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS sesuai dengan
jumlah lembar yang akan termasuk apabila akhir periode pelaporan sama dengan
periode kontinjensi.

Manfaat EPS
Tujuan dari EPS adalah untuk memberikan investor sebuah indikator atas nilai
perusahaan dan harapan dividen di masa mendatang. EPS sangat populer karena
diperkirakan mengandung informasi yang bermanfaat dalam membuat prediksi
mengenai dividen dan harga saham di masa mendatang, serta sebagai ukuran
keefisienan suatu perusahaan.
Beberapa akuntan yang menentang penggunaan laba indikator keseluruhan seperti EPS
menyatakan bahwa untuk memahami kinerja perusahaan membutuhkan analisis yang
mendalam, tidak hanya dengan rasio tunggal. Investor akan lebih puas dengan
mendapatkan prediksi atas arus kas di masa mendatang.

Comprehensive Income
Merupakan perubahan aktiva bersih atas suatu entitas bisnis dikarenakan transaksi,
kejadian, atau keadaan yang tidak berasal dari pemilik perusahaan selama periode
tertentu, meliputi perubahan dalam ekuitas selama periode tertentu kecuali perubahan
yang berasal dari investasi dan pembagian dividen kepada pemilik dan dimaksudkan
untuk melaporkan ukuran atas kinerja perusahaan secara keseluruhan.
SFAC No.5 menyebutkan bahwa konsep comprehensive income meliputi semua
perubahan ekuitas termasuk efek kumulatif dari penyesuaian akuntansi. Pada tahun
2005 FASB mengganti kesimpulannya dengan mensyaratkan penyajian retroaktif atas
efek perubahan prinsip akuntansi.
Laba bersih meliputi pendapatan dari operasi yang berkelanjutan, operasi yang
dihentikan, dan extraordinary. Item-item yang dikelompokkan dalam other
comprehensive income diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, contohnya mata uang
asing, penyesuaian kewajiban pensiun minimum, dan laba rugi yang belum terealisasi
dalam investasi sekuritas hutang dan ekuitas. Penyesuaian klasifikasi atas item other
comprehensive income selain penyesuaian kewajiban pensiun minimum diungkapkan
secara terpisah dari perubahan lainnya.
Menurut SFAS N0.30, komponen comprehensive income dapat ditampilkan dibawah
total laba bersih dalam:
1. Laporan Laba Rugi
2. Laporan terpisah yang dimulai dengan laba bersih
3. Laporan Perubahan Ekuitas.
Total dari comprehensive income, untuk elemen yang tidak dilaporkan dalam laporan
laba bersih tradisional, harus ditransfer ke komponen ekuitas terpisah dalam laporan
posisi keuangan di akhir periode. Akun akumulasi other comprehensive income
digunakan untuk menampung komponen ekuitas tersebut.
Penelitian oleh Hirst dan Hopkins menyatakan bahwa penyajian comprehensive
income mempengaruhi analis keuangan menaksir nilai dari sebuah perusahaan.
Sebaliknya, Dhaliwal, Subramanyam, dan Trezevant tidak menemukan bukti bahwa
comprehensive income berkaitan dengan nilai pasar saham perusahaan dan
comprehensive income bukan merupakan indikator arus kas masa mendatang yang
lebih baik dibandingkan laba bersih. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menilai
hubungan ini.

Prior Period Adjusment


 Dilakukan apabila terjadi kesalahan yang tidak disengaja maupun yang disengaja
dalam penerapan aturan, prinsip maupun estimasi akuntansi dan kesalahan
tersebut diketahui setelah periode terjadinya kesalahan berakhir.
 Umumnya kesalahan berupa kesalahan aritmatika, pencatatan ganda, kesalahan
jumlah ataupun kealpaan tidak mencatat suatu transaksi ataupun penyesuaian.
 Menurut APB no. 9, suatu kejadian atau transaksi diklasifikasikan sebagai prior
period adjustment bila memenuhi syarat berikut:
1. Teridentifikasi secara spesifik dan berkaitan secara langsung dengan
aktivitas bisnis periode sebelumnya.
2. Tidak diakibatkan oleh kejadian ekonomi setelah tanggal laporan
keuangan periode sebelumnya.
3. Sangat ditentukan oleh orang-perorang daripada manajemen.
4. Tidak terpengaruh oleh estimasi sebelum penentuan tersebut
 Prior period adjustment dilakukan dengan:
1. Menyesuaikan Begining Retained Earning
2. Melaporkan penyesuaian pada Statement of stockholder’s equity atau
dalam statement of retained earnings tersendiri.
 Berdasarkan SFAS No. 16, hanya komponen profit dan loss berikut yang
dilaporkan sebagai prior period adjustment:
1. Koreksi kesalahan laporan keuangan periode sebelumnya
2. Penyesuaian yang berasal dari realisasi keuntungan pajak penghasilan
dari preakuisisi kerugian operasi perusahaan anak (subsidiary)

USULAN FORMAT STATEMENT OF COMPREHENSIVE INCOME

 FASB dan IASB berencana mengeluarkan draft untuk mengubah laporan


keuangan
 Kemungkinan akan dihapuskannya definisi net income yang ada saat ini
 Saat ini hanya ada satu jenis profit yang mencakup seluruh aktivitas perusahaan
seperti bussiness operations, financing dan investing
 Hal tersebut menyebabkan terjadinya banyak kecurangan dan manipulasi pada
net income
 Usulan format laporan laba rugi yang baru memisahkan beberapa kategori
pengungkapan net income:
1. Operasi bisnis
2. Aktivitas pembiayaan

NILAI LABA PERUSAHAAN (The Value of Corporate Earnings)

 Laporan keuangan perusahaan memungkinkan user untuk:


1. Mengevaluasi kinerja perusahaan
2. Memprediksi kinerja di masa mendatang
3. Meramalkan future cash flows
 Dalam menganalisa laporan keuangan, perlu dibedakan antara sustainable
earnings dan transitory component
 Hal-hal berikut menjadi fokus dalam menganalisa laporan keuangan yang
menitikberatkan pada kinerja operasi:
1. Source of Revenue (Sumber Pendapatan)
 Tingkat ketergantungan perusahaan pada pelanggan utama dapat
merupakan salah satu ukuran tingkat resiko
 Bila minimal 10% pendapatan perusahaan berasal dari satu
konsumen, harus ada pengungkapan atas hal ini
2. Persistence of Revenues (Keberlanjuan Pendapatan)
 dapat diukur dengan menganalisa trend dari pendapatan selama
periode waktu tertentu dan mereview diskusi dan analisis
manajemen
 Diskusi dan analisis manajemen merupakan salah satu bagian
dalam laporan tahunan yang menyediakan informasi penting
mengenai keberlanjutan pendapatan dan biaya yang terkait
 SEC mensyaratkan perusahaan untuk mengungkapkan setiap
perubahan dan perubahan potensial atas revenues dan expenses
untuk memudahkan evaluasi deviasi dari periode ke periode
3. Analisis Gross Profit
 Menjelaskan variasi dalam penjualan, HPP, dan efeknya terhadap
gross profit
 Perubahan tahunan atas gross profit, disebabkan oleh:
a. Perubahan volum penjualan
b. Perubahan harga jual per unit
c. Perubahan biaya per unit
 Persentase Gross Profit = Gross Profit
Net Sales
 Salah satu metode yang cukup populer adalah adalah
membandingkan rasio perusahaan dengan rata-rata industri
 Net Profit Analisis => indikator efektivitas kinerja perusahaan
secara keseluruhan
 Net Profit Percentage = Net Income
Net Sales
4. Operating Profit Margin
 Untuk mengetahui kinerja perusahaan yang berasal dari kegiatan
intinya dengan mengabaikan faktor income/ beban yang bersifat
berulang dan tidak terkait dengan kegiatan inti perusahaan
 Operating Profit Percentage = Operating Profit
Net Sales
5. Hubungan antara Laba (earnings) dengan Harga Pasar Saham Perusahaan
 Hubungan ini terlihat pada rasio berikut:
Price Earning Ratio (P/E Ratio) = Current Market Price per Share
Earnings per Share
 Ada indikasi bahwa komponen-komponen laba berupa income
from continuing operations, discontinued operations,
extraordinary items, dan earnings per share juga berpengaruh
dalam penentuan harga pasar saham

STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL

 IASB menyatakan bahwa profit digunakan untuk mengukur kinerja maupun sebagai
basis dalam penentuan ROI (return on investment) dan EPS
 Elemen yang terkait dalam pengukuran profit adalah income dan expenses, dimana
pengukurannya tergantung pada concept of capital dan capital maintenance
 IAS No. 1
 Laporan laba rugi harus menyertakan item-item yaitu pendapatan, hasil dari
operasi, beban pembiayaan, laba rugi dari investasi modal, beban pajak, laba
rugi dari operasi biasa, kepemilikan minoritas dan laba bersih
 tidak mensyaratkan bahwa discontinued operation dan perubahan akuntansi
untuk dilaporkan dalam komponen yang terpisah dari laba serta tidak
mengijinkan suatu item untuk digolongkan sebagai extraordinary.
 IAS No. 8
 Dengan adanya revisi IAS No. 1, maka konsep kesalahan mendasar
ditiadakan dan tidak ada pembedaan antara ordinary maupun extraordinary
 Kesalahan merupakan kelalaian atau pernyataan yang salah dari periode
sebelumnya yang baru ditemukan berdasarkan informasi yang tersedia
ketika laporan keuangan sebelumnya disiapkan
 Kesalahan yang material akan diperlakukan secara retrospective dengan
mengemukakan kembali penyajian laporan sebelumnya dan menyesuaikan
kembali saldo laba ditahan
 Pengakuan efek secara kumulatif dalam laba tidak dibenarkan.
 IAS No. 18
 Mendiskusikan konsep pengukuran pendapatan
 Pendapatan diakui ketika adanya kemungkinan manfaat ekonomi masa
depan ke perusahaan, seharusnya diukur dengan nilai wajar dan diakui dari
penjualan barang ketika semua kondisi berikut terpenuhi:
1. Perusahaan telah mentransfer resiko signifikan dan hak kepemilikan
atas barang kepada pembeli.
2. Perusahaan tidak mempunyai keterlibatan manajerial yang berkaitan
dengan kepemilikan maupun kontrol efektif atas barang yang sudah
dijual
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
4. Adanya kemungkinan manfaat ekonomi kepada perusahaan berkaitan
dengan transaksi
5. Biaya yang atau akan terjadi dalam hubungannya dengan transaksi
dapat diukur secara andal.
 IAS No. 33
menyatakan perlunya tambahan pengungkapan dan pedoman sbb:
1. Basic dan diluted EPS harus disajikan untuk laba atau rugi dari operasi dan
untuk laba atau rugi bersih.
2. Suatu saham berpotensi menjadi dilutive hanya ketika konversinya menjadi
saham mengakibatkan berkurangnya EPS dari operasi berkelanjutan.
3. Kontrak yang akan dilunasi dengan uang tunai maupun saham diasumsikan
akan dilunasi dengan saham.
4. Jika perusahaan membeli saham preferennya sendiri dengan jumlah yang
lebih besar dari carrying amount maka atas kelebihannya diperlakukan
sebagai deviden dalam penghitungan basic EPS.
5. Pedoman dalam menghitung efek penerbitan saham kontijensi, potensi
saham dari anak perusahaan, joint venture, sekuritas partisipatif, written put
option dan pembelian put atau call option.
 IAS No. 35 sebagai pengganti IFRS No. 5
 discontinued operation merupakan penjumlahan antara laba rugi setelah
pajak dari discontinued operation dengan laba rugi setelah pajak yang diakui
ketika pengukuran nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual atau
nilai wajar dari penyesuaian asset yang didisposal
 Pengungkapan detail disyaratkan dalam catatan ataupun di bagian yang
terpisah dalam laporan laba rugi
 Disyaratkan juga pengungkapan tambahan sbb:
a. Penyesuaian yang dibuat dalam periode sekarang untuk jumlah yang
disajikan sebagai discontinued operation di periode sebelumnya
harus diungkapkan secara terpisah
b. Jika entitas tidak lagi mengklasifikasikan komponen sebagai ‘held for
sale’, hasil dari komponen tersebut yang sebelumnya disajikan dalam
discontinued operation harus direklasifikasi dan dimasukkan kedalam
laba dari operasi berkelanjutan untuk semua periode yang disajikan.

Anda mungkin juga menyukai