Anda di halaman 1dari 24

HUKUM PERDATA

Kuliah Pertama
STAN
2015

Ruang Lingkup Hukum


Perdata di Indonesia
1. Pembagian Penduduk di Indonesia
2. Keragaman Hukum Perdata di
Indonesia
3. Penundukan Diri Secara Sukarela
4. Berlakunya KUHPer di Indonesia
5. Hubungan Hukum Perdata dan
Hukum Pidana

1.Pembagian Penduduk di
Indonesia

Pada masa Pemerintahan Hindia


Belanda Penduduk Indonesia terbagi
menjadi 3 golongan ( pasal 163 ayat
1 I.S. Indische Staatsregeling ) :
a.Golongan Eropa
b.Golongan Pribumi
c.Golongan Timur Asing
yang mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 1926.

Ayat 2 : Golongan Eropa adalah semua


orangBelanda, orang non-Belanda yang
berasal dari Eropa, semua orangJepang,
dan
keturunannya
Orang Jepang
dimasukkan ke dalam golongan Eropa
karena pemerintah Belanda mengadakan
perjanjian dagang dengan pemerintah
Jepang pada tahun 1896, dimana salah
satu
perjanjiannya
memuat
bahwa
seluruh orang Jepang dipersamakan
kedudukannya dengan orang Eropa.
Termasuk juga orang yang berasal dari
negara lain yang hukum keluarganya
sama dengan hukum keluarga Belanda.

Ayat 3 : Golongan Pribumi / Indonesia


adalah orang-orang Indonesia asli
(pribumi) atau golongan lain yang
meleburkan diri. Golongan lain yang
meleburkan diri adalah orang-orang
bukan Indonesia asli, namun menjalani
kehidupan meniru kehidupan orang
pribumi dengan meninggalkan hukum
asalnya. Wanita golongan lain yang
menikah dengan orang Indonesia asli
juga
termasuk
dalam
golongan
Indonesia asli.

Ayat 4 : orang-orang yang termasuk


dalam golongan Timur Asing adalah
golongan yang bukan termasuk
dalam golongan Eropa maupun
golongan Indonesia. Ayat ini dibuat
secara negatif untuk memastikan
tidak ada masyarakat yang terlewat
dari penggolongan, terbagi atas :
golongan timur asing Tionghoa dan
golongan
timur
asing
bukan
Tionghoa

Kondisi Penggolongan
Penduduk sekarang
Penggolongan ini sebenarnya sudah tidak
sesuai lagi dengan keadaan sekarang.
Dengan
dikeluarkannya
Instruksi
Presidium
Kabinet
no.31/U/12/1966
telah diinstrusikan kepada menteri
kehakiman serta kantor pencatatan sipil
untuk
tidak
menggunakan
penggolongan
penduduk
indonesia
berdasarkan pasal 163 IS tersebut.

UU
No
12
tahun
2006
tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, Pasal
2 jo Pasal 4 ditentukan bahwa Warga
Negara Indonesia adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan UndangUndang sebagai Warga Negara Indonesia.
Ketentuan tentang Warga Negara Indonesia
juga dicantumkan pada Pasal 1 angka 3 UU
No 26 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan. Berdasarkan bunyi kedua
Undang-Undang di atas dapat dilihat bahwa
tidak boleh lagi ada pembedaan golongan
penduduk di Indonesia ini.

2. Keragaman Hukum Perdata


di Indonesia
Penyebab dari keanekaragaman yaitu :
a.Factor
ethnis disebabkan keaneka
ragaman hukum adat bangsa Indonesia
karena Negara kita Indonesia ini terdiri
dari beberapa suku bangsa.
b.Factor hostia yuridis yang dapat kita
lihat, yang pada pasal 163.I.S. yang
membagi penduduk Indonesia dalam
tiga golongan, yaitu Golongan eropa,
Golongan bumi putera , Golongan timur
asing

Pasal 131.I.S. yaitu mengatur hukum-hukum


yang diberlakukan bagi golongan yang
tersebut dalam pasal 163 I.S.
Bagi golongan eropa berlaku hukum perdata
dan hukum dagang diselaraskan KUHPer
Belanda
Bagi golongan bumi putera berlaku hukum
adat mereka. Yaitu hukum yang sejak
dahulu kala berlaku di kalangan rakyat,
Bagi golongan timur asing Tionghoa berlaku
KUHPer dan KUHD dengan beberapa
pengecualianmengenai catatan sipil
Bagi gologan timur asing bukan Tionghoa
berlaku KUHPer dan KUHD harta kekayaan

Peraturan yang secara khusus


dibuat untuk bangsa Indonesia
a.

Ordonansi perkawinan bangsa


Indonesia Kristen ( staatsblad 1933
no 7.4 )
b. Organisasi tentang maskapai andil
Indonesia ( IMA ) Staatsblad 1939 no
569 dan 570 berhubungan dengan (
jo
)
nomer
717.

Hukum Perdata Yang Berlaku di


Indonesia
Hukum perdata yang berlaku di Indonesia
adalah hukum perdata Belanda yang pada
awalnya berinduk pada Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang aslinya berbahasa
Belanda atau dikenal dengan Burgerlijk
Wetboek disingkat dengan B.W. Sebagian
materi B.W. sudah dicabut & sudah diganti
dengan
Undang-Undang
RI
misalnya
mengenai
UU
Perkawinan,
UU
Hak
Tanggungan, UU Kepailitan, UU Pokok Agraria.

3. Penundukan Diri Secara


Sukarela

Dasar hukum dari pemberlakuan


penundukan diri yaitu Indische
Staatsregeling
Pasal
131
Junto
Staatsblad 1917 Nomor 12tentang
penundukan diri

Jenis Penundukan Diri Menurut


Stbl 1917 / 12
a. Penundukan diri sepenuhnya pada
hukum perdata barat (Pasal 1 17)
b. Penundukan diri sebagian pada hukum
perdata barat (Pasal 18 25)
c. Penundukan diri untuk perbuatan
tertentu pada hukum perdata barat
(Pasal 29)
d. Penundukan diri diam-diam pada
hukum perdata barat

4. Berlakunya KUHPer di
Indonesia
a. Sejarah hukum perdata
b. Kondisi Hukum Perdata Belanda
Tahun 1830
c. Setelah pendudukan Perancis
d. Kodifikasi Hukum Perdata di
Indonesia

a) Sejarah hukum perdata


Kondisi Hukum Perdata Belanda
Tahun 1830.
Kodifikasi
Hukum
Perdata
di
Indonesia tahun 1848.

1.
b.Kondisi Hukum Perdata
Belanda Tahun 1830.
Kitab Undang Undang Hukum Sipil, disingkat
KUHS/ Burgerlijk Wetboek/BW. KUHS
sebagian besar adalah hukum perdata
Perancis,
Code
Civil
des
Francais
dikodifikasikan
21
Maret
1804
diundangkan kembali dengan nama Code
Napoleon tahun 1807. Berlaku di Belanda
karena Pendudukan Perancis di Belanda ,
setelah merdeka kerajaan Belanda mulai
melakukan kodifikasi tahun 1830

c. Setelah pendudukan
Perancis
1. Dibentuk panitia diketuai Mr. JM
Kemper
2. Bertugas membuat rencana kodifikasi
hukum perdata belanda
3. Penyusunan tersebut selesai 5 juli
1830 tetapi hukum perdata belanda
baru diresmikan pada 1 oktober 1838
4. Kodifikasi hukum perdata belanda
menjadi contoh bagi di Indonesia.

d. Kodifikasi Hukum Perdata di


Indonesia

Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan KUHPer


dan KUHD di Indonesia berdasarkan Asas
Konkordansi ( asas persamaan berlakunya sistim
hukum )
pada 1 Mei 1848. tujuan untuk
mengadakan persesuaian antara hukum keadaan
di Indonesia dengan hukum dan keadaan di negeri
belanda.
Pada masa Jepang tahun 1942, pemerintah militer
Jepang mengeluarkan UU No.1 tahun 1942 bahwa
semua UU dari Pemerintah Belanda tetap berlaku

Setelah Indonesia merdeka berdasarkan Pasal II


Aturan Peralihan UUD 1945, KUHPer berlaku
Pada waktu pemerintah Indonesia
berubah
menjadi RIS 27 Desember 1949, KUHPer
masih diberlakukan berdasarkan Pasal 192
Ketentuan Peralihan Konstitusi RIS
Pada waktu pemerintah Indonesia kembali
menjadi negara kesatuan berdasarkan UUD
Sementara 1950, KUHPer masih berlaku
berdasarkan Pasal 142 Ketentuan Peralihan
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. KUHPer
masih belaku berdasarkan Pasal II Aturan
Peralihan

5. Hubungan hukum perdata


dan pidana
Terdapat hubungan satu dengan lainnya.
Tidak dapat mengadakan pemisahan
antara kepentingan umum dan khusus,
oleh karena itu tidak dapat dipisahkan
antara hukum publik (pidana) dengan
hukum privat (perdata).
Manusia adalah anggota masyarakat ,
dimana kepentingan khusus/individu tidak
dapat
dipisahkan
dari
kepentingan
umum/masyarakat

Hukum perdata atau hukum privat ialah


hukum
yang
mengatur
mengenai
hubungan hukum / tingkah laku orang
yang satu terhadap orang lain yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban
yang
timbul
dalam
pergaulan
masyarakat maupun pergaulan keluarga
dengan
menitik
beratkan
kepada
kepentingan perseorangan.
Contoh : hukum perkawinan, hukum
dagang, hukum waris

Hukum pidana merupakan bagian dari


hukum publik.Hukum pidana yaitu
hukum yang mengatur sikap dan
tingkah laku manusia yang berisi
perintah-perintah
dan larangan
-larangan dengan sanksi hukum
sebagai suatu penderitaan yang
dipaksakan
kepada
siapa
yang
melanggar , terbagi menjadi Hukum
pidana
militer,
acara pidana,
kriminologi dsb

Penutup
Wassalamu ww

Anda mungkin juga menyukai