Disampaikan oleh:
LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
3. Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.01/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimum Pusat Investasi Pemerintah
4. Peraturan Menteri Keuangan No.179/PMK.05/2008 tentang Tata Cara
Penyediaan, Pencairan, dan Pengelolaan Dana Dalam Rekening Induk Dana
Investasi.
5. Peraturan Menteri Keuangan No. 180/PMK.05/2008 tentang Penyusunan
Perencanaan Investasi Pemerintah
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 182/PMK.05/2008 tentang Pelaporan atas
Pelaksanaan Kegiatan Investasi
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 183/PMK.05/2008tentang Persyaratan dan
Tata Cara Divestasi Thd Investasi Pekerintah
8. Keputusan Menteri Keuangan No. 949/KMK.05/2006 tentang Pembentukan
Komite Investasi Pemerintah
KONSEPSI DASAR
Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana
dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi
pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk
memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
Surat Berharga, adalah saham dan/atau surat utang
Investasi Langsung adalah penyertaan modal dan/atau
pemberian pinjaman oleh Badan Investasi Pemerintah untuk
membiayai kegiatan usaha.
Penyertaan Modal adalah bentuk Investasi Pemerintah pada
Badan Usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk
pendirian Perseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan
Terbatas.
Divestasi adalah penjualan surat berharga dan/atau
kepemilikan pemerintah baik sebagian atau keseluruhan kepada
pihak lain.
Catatan :
Yang dimaksud dengan "manfaat ekonomi, sosial, dan/atau
manfaat lainnya" adalah:
keuntungan berupa deviden, bunga, dan pertumbuhan nilai
perusahaan yang mendapatkan Investasi Pemerintah sejumlah
tertentu dalam jangka waktu tertentu;
peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi
sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu;
peningkatan pemasukan pajak bagi negara sejumlah tertentu
dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung
dari investasi bersangkutan; dan/atau
peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam
jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi
bersangkutan.
ASAS-ASAS
a. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
di bidang Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri
Keuangan, Badan Investasi Pemerintah, Badan Usaha, Menteri
Teknis/Pimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab
masing-masing.
b. asas kepastian hukum, yaitu Investasi Pemerintah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. asas efisiensi, yaitu Investasi Pemerintah diarahkan agar dana
investasi digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang
diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi pemerintahan secara optimal.
d. asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan Investasi Pemerintah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
e. asas kepastian nilai, yaitu Investasi Pemerintah harus didukung oleh
adanya ketepatan jumlah dan nilai investasi dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan dana dan Divestasi serta penyusunan laporan keuangan
pemerintah.
BENTUK
INVESTASI PEMERINTAH
SURAT
BERHARGA
PEMBELIAN
SAHAM
PEMBELIAN
SURAT UTANG
INVESTASI
PEMERINTAH
PENYERTAAN
MODAL
INVESTASI
LANGSUNG
PEMBERIAN
PINJAMAN
KERJASAMA
INVESTASI
PENGELOLAAN INVESTASI
PEMERINTAH
Kewenangan pengelolaan Investasi
Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara.
Kewenangan pengelolaan Investasi
Pemerintah meliputi kewenangan
regulasi, supervisi, dan operasional
Kewenangan Regulasi
a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan
menetapkan pedoman pengelolaan Investasi
Pemerintah;
b. menetapkan kriteria pemenuhan perjanjian
dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah; dan
c. menetapkan tata cara pembayaran kewajiban
yang timbul dari proyek penyediaan Investasi
Pemerintah dalam hal terdapat penggantian
atas hak kekayaan intelektual, pembayaran
subsidi, dan kegagalan pemenuhan Perjanjian
Investasi.
Kewenangan Supervisi
Kewenangan Operasional
a. mengelola Rekening Induk Dana Investasi;
b. meneliti dan menyetujui atau menolak usulan
permintaan dana Investasi Pemerintah dari Badan
Usaha, BLU, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,
BLUD, dan/atau badan hukum asing;
c. mengusulkan rencana kebutuhan dana Investasi
Pemerintah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
d. menempatkan dana atau barang dalam rangka
Investasi Pemerintah;
e. melakukan Perjanjian Investasi dengan Badan
Usaha terkait dengan penempatan dana Investasi
Pemerintah;
Kewenangan
f. melakukan pengendalian atas pengelolaan
risiko terhadap pelaksanaan Investasi
Pemerintah;
g. mengusulkan rekomendasi atas pelaksanaan
Investasi Pemerintah;
h. mewakili dan melaksanakan kewajiban serta
menerima hak pemerintah yang diatur dalam
Perjanjian Investasi;
i. menyusun dan menandatangani Perjanjian
Investasi;
j. mengusulkan perubahan Perjanjian Investasi;
Kewenangan
k. melakukan tindakan untuk dan atas nama
pemerintah apabila terjadi sengketa atau
perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian
Investasi;
l. melaksanakan Investasi Pemerintah dan
Divestasinya; dan
m. apabila diperlukan, dapat mengangkat
dan memberhentikan Penasihat Investasi.
LINGKUP PENGELOLAAN
Meliputi :
a. perencanaan;
b. pelaksanaan investasi;
c. penatausahaan dan
pertanggungjawaban investasi;
d. pengawasan; dan
e. divestasi.
Perencanaan Investasi
Perencanaan Investasi Pemerintah meliputi:
1)perencanaan Investasi Pemerintah oleh Badan Investasi
Pelaksanaan Investasi
Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas
saham yang diterbitkan perusahaan, sedangkan Investasi
dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas
surat utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah,
dan/atau negara lain.
Pelaksanaan investasi tersebut didasarkan pada penilaian
kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh
Penasihat Investasi.
Pelaksanaan investasi dengan cara pembelian surat utang
hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat utang
memberikan opsi pembelian surat utang kembali.
Pelaksanaan Investasi
Pelaksanaan Investasi Pemerintah dilakukan oleh
Badan Investasi Pemerintah berdasarkan persetujuan
Menteri Keuangan. Untuk pelaksanaan Investasi
Pemerintah dengan cara pembelian surat berharga,
inisiatifnya dapat berasal dari Badan Investasi
Pemerintah.
Pelaksanaan Investasi Langsung dapat dilakukan
dengan cara kerjasama investasi Badan Investasi
Pemerintah dengan pola kerjasama pemerintah dan
swasta (Public Private Partnership), selain pola
kerjasama pemerintah dan swasta (Non Public Private
Partnership).
Pelaksanaan Investasi
Langsung
Page 21
Penatausahaan dan
Pertanggungjawaban
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan Investasi Pemerintah, lembaga-lembaga yang terkait
harus menyelenggarakan akuntansi atas pelaksanaan Investasi
Pemerintah. Akuntansi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah
mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan. Untuk Badan
Investasi Pemerintah berbentuk satuan kerja, menyelenggarakan
akuntansi berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintahan.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan investasi
Pemerintah, BIP wajib menyusun laporan Keuangan dan kinerja
badan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan
DIVESTASI
Dalam pengelolaan Investasi Pemerintah, peran Badan Investasi
Pemerintah sebagai pelaku investasi, mempunyai maksud untuk
memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi dalam rangka
pembangunan nasional. Pada prinsipnya investasi yang dilakukan
oleh Badan Investasi Pemerintah akan berakhir melalui divestasi baik
untuk Investasi surat berharga maupun untuk Investasi Langsung.
Divestasi terhadap surat berharga dimaksudkan untuk
memperoleh manfaat ekonomi yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan Badan Investasi Pemerintah untuk
investasi berikutnya yang lebih menguntungkan.
Sedangkan divestasi atas Investasi Langsung dimaksudkan
untuk diinvestasikan kembali dalam rangka meningkatkan
fasilitas infrastruktur dan bidang lainnya guna memacu roda
perekonomian masyarakat
DIVESTASI
1. Kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah
melakukan Divestasi Surat Berharga sesuai dengan
masa waktu yang telah ditentukan tidak memerlukan
persetujuan Menteri Keuangan.
2. Dalam keadaan tertentu, kepala/direktur Badan Investasi
Pemerintah dapat melakukan Divestasi terhadap surat
berharga sebelum masa waktu yang telah ditentukan.
3. Kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah dapat
melakukan Divestasi terhadap kepemilikan Investasi
Langsung dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.
Catatan: Yang dimaksud dengan keadaan tertentu adalah
MANAJEMEN RISIKO
Dalam rangka pengelolaan Investasi Pemerintah
disamping tingkat pendapatan yang diharapkan, hal
penting yang harus diperhatikan adalah timbulnya
potensi kerugian yang akan berpengaruh
terhadap pendapatan dan modal Badan
Investasi Pemerintah.
Oleh karena itu, diperlukan penerapan manajemen
risiko sebagai langkah antisipasi terhadap
munculnya variabel-variabel risiko Investasi
Pemerintah.
ALUR PIKIR
Lingkup Investasi Pemerintah
Dasar Hukum:
Investasi Langsung
Bentuk:
Pembelian Saham;
Pembelian Surat Utang;
Pembelian Sekuritas lainnya
Bentuk:
PMP pada BUMN/D;
Kerjasama dg Badan Usaha dalam
penyediaan infrastruktur dan
non infrastruktur dg pola PPP
Peraturan Terkait:
UU No.`8 Th 1995 ttg Pasar Modal
Peraturan per-UU-an lain ttg Ps Modal
Peraturan Bapepam
Peraturan Terkait:
UU Sektoral;
Perpres No.67 Th. 2005;
Permenkeu No. 38 Th. 2006
Bidang Investasi:
Pengembangan Akses PelayananPembiayaan bagi Kegiatan Usaha Masy.
Bidang Investasi:
- Pengembangan Jasa Pelayanan Umum;
- Penguatan BUMN/BUMD
Tujuan:
manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan manfaat lainnya
PP INVESTASI PEMERINTAH
Investasi
Permanen:
Diatur dgn
peraturan
per-uu-an
tersendiri
KELEMBAGAAN
1.
2.
b. Supervisor
c. Operator
Komite Kebijakan:
- Dirjen Perbendaharaan
- Dirjen Anggaran
- Dirjen Kekayaan Negara
- Kepala Badan Kebijakan
Fiskal
- Sekjen Depkeu
Pengarah:
Menteri
Keuangan
DIPA
Dirjen PBN
(KPA)
Permohonan
Pencairan
BLU-BIP
RIDI pada
Bank Umum
Pemerintah
dilampiri : Daftar
Rincian Rencana
Penggunaan Dana
& Kuitansi
4
5
PPK
Dit PDI
SPP
dilampiri : Daftar
Rincian Rencana
Penggunaan Dana
& Kuitansi
PPSPM
Setditjen
SPM
8
UANG
SP2D
7
Keterangan:
RIDI
:
BLU BIP
:
SPP
:
Dit. PDI
:
PPK
:
PPSPM
:
Page 29
DIT PKN
(BUN)
BLU pada
BLU-BIP
Kementerian/Lembaga
Verifikasi
SP Pendanaan
/Badan Usaha
PERSETUJUAN
KOMITE
INVESTASI
PEMERINTAH
PUSAT
PERJANJIAN
RIDI:
TRANSF
DANA
DIT. PDI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Kepala dan pegawai BIP dilarang terafiliasi dengan
badan usaha yang menerima investasi pemerintah
Ketentuan PP ini berlaku mutatis mutandis terhadap
pengelolaan investasi daerah
Pengelolaan investasi pemerintah daerah diatur
dengan Permendagri setelah berkoordinasi dengan
Menteri Keuangan
PENYERTAAN MODAL
NEGARA/PEMERINTAH
PUSAT
LANDASAN HUKUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan
Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang
Tata Cara Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara
Page 33
Page 35
Page 36
SUMBER
Sumber yang berasal dari sumber lainnya berupa:
a. agio saham.
b. keuntungan revaluasi aset; dan/atau
Setiap Penyertaan dan penambahan Penyertaan Modal
Negara yang dananya berasal dari APBN dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang keuangan negara.
Note :
Agio Saham adalah selisih lebih setoran pemegang saham
nilai nominalnya dalam hal saham dikeluarkan dengan
nominal.
Page 37
diatas
nilai
Page 38
Page 39
untuk:
Page 40
Page 41
Page 42
TATA CARA
5. Apabila berdasarkan hasil pengkajian dimaksud menyatakan
bahwa rencana penambahan Penyertaan Modal Negara tersebut
layak dilakukan, maka Menteri Keuangan menyampaikan usul
Penyertaan Modal Negara dimaksud kepada Presiden untuk
mendapatkan persetujuan.
6. Pelaksanaan pendirian BUMN dan Penyertaan modal Negara
pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang di dalamnya belum
terdapat saham milik negara setelah diterbitkannya peraturan
pemerintah, dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Kewenangan Menteri Keuangan dimaksud dapat
dikuasakan kepada Menteri.
Page 43
Page 44
Page 46
Page 47
Page 48
Page 49
Page 50
PERTIMBANGAN DILAKUKAN
PENYERTAAN MODAL
Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya sesuai
dokumen penganggaran diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik
Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki
Negara/Daerah dalam rangka penugasan pemerintah dengan
pertimbangan Barang Milik Negara tersebut akan lebih optimal
apabila dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau
Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah, baik yang
sudah ada maupun yang akan dibentuk.
Page 51
Page 52
Page 53
Subjek
Pihak-pihak yang dapat menerima penyertaan
modal pemerintah pusat
Page 54
Page 56
Page 57
Page 58
Page 59
Page 61
Page 62
Page 63
f.
Page 64
Page 65
Page 66
Page 67
Page 71
Page 72
Page 73
Page 74
DALAM PERSPEKTIF
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Landasan Hukum
Page 78
Konsepsi Dasar
Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib
dibayar kepada negara atau badan-badan yang
baik secara langsung maupun tidak langsung
dikuasai oleh negara, berdasarkan suatu
peraturan, perjanjian atau sebab apapun
Lelang adalah penjualan barang di muka umum
sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Page 79
Konsepsi Dasar
Penyerah Piutang adalah Instansi Pemerintah, Lembaga Negara,
atau badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki
oleh negara atau dimiliki Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMN/BUMD), sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang menyerahkan pengurusan
Piutang Negara
Penanggung Hutang adalah badan/atau orang yang berhutang
menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun, termasuk badanl
atau orang yang menjamin penyelesaian seluruh hutang
Penanggung Hutang.
Penjamin Hutang adalah badan atau orang
yang menjamin
penyelesaian sebagian atau seluruh hutang Penanggung Hutang
Page 80
Page 81
Penyerahan
4. BUMN/BUMD sektor perbankan dan nonperbankan atau badanbadan usaha yang sebagian besar modalnya dimiliki BUMN/
BUMD menyerahkan pengurusan piutang macetnya kepada
Panitia Cabang dalam hal dana yang disalurkan berasal dari
Instansi Pemerintah melalui pola channeling atau risk sharing.
5. BUMN/BUMD sektor non perbankan dapat penyerahkan
pengurusan piutang macetnya kepada Panitia Cabang
Catatan :
Page 82
Page 83
Page 84
Page 85
Page 86
Perhitungan
Dalam menghitung besarnya Piutang Negara:
a. Polis asuransi, biaya pembebanan hak
tanggungan/fidusia, biaya perpanjangan hak atas
tanah, biaya pengukuhan hak atas tanah, dan
biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan,
diperhitungkan sebagai penambahan.
b. Piutang Negara dalam satuan mata uang asing
tetap dihitung dalam satuan mata uang asing
yang bersangkutan.
Penerimaan Pengurusan PN
Dalam hal berkas penyerahan telah memenuhi persyaratan dan dari
hasil penelitian berkas dapat dibuktikan adanya dan besarnya
Piutang Negara, Panitia Cabang menerima penyerahan pengurusan
Piutang Negara dengan menerbitkan SP3N
Dalam hal berkas penyerahan tidak memenuhi persyaratan yang
disebabkan keadaan kahar, penyerahan dapat diterima dengan
ketentuan penyerahan dilampiri :
dokumen pengganti daftar nominatif/rekapitulasi dan/atau data
pendukung yang menunjukkan adanya dan besarnya piutang; dan
laporan kepada Kepolisian atau keterangan dari pejabat yang berwenang
tentang dokumen yang hilang/musnah karena keadaan kahar.
Penolakan
Panitia Cabang menolak penyerahan pengurusan
Piutang Negara dengan menerbitkan Surat
Penolakan Pengurusan Piutang Negara dalam hal :
a. Kelengkapan syarat-syarat penyerahan
pengurusan Piutang Negara tidak dapat dipenuhi
oleh Penyerah Piutang, sehingga tidak dapat
dibuktikan adanya dan besarnya Piutang Negara;
b. Penyerah Piutang dalam waktu 1 (satu) bulan sejak
tanggal surat permintaan konfirmasi tidak
memberikan tanggapan; atau
c. Penyerah Piutang bukan berasal dari Instansi
Pemerintah
Page 90
Pengembalian Pengurusan PN
Pengembalian pengurusan Piutang Negara dapat
dilakukan oleh Panitia Cabang dalam hal:
1. terdapat kekeliruan Penyerah Piutang karena Penanggung
Hutang tidak mempunyai kewajiban yang harus diselesaikan;
2. piutang terkait dengan perkara pidana;
3. Penyerah Piutang bersikap tidak kooperatif;
4. terdapat putusan Lembaga Peradilan dalam perkara
perdata maupun tata usaha negara yang telah berkekuatan
hukum tetap yang membatalkan penyerahan pengurusan
Piutang Negara.
5. pengurusan piutang BUMN telah sampai pada tahap PSBDT;
atau
6. Piutang Negara yang diserahkan, terjadi atau disalurkan di
eks-Provinsi Timor-Timur.
Page 91
Pernyataan Bersama
Dalam hal Penanggung Hutang datang memenuhi panggilan atau atas kemauan
sendiri, Kantor Pelayanan (KPKNL) melakukan wawancara dengan Penanggung
Hutang tentang kebenaran adanya dan besarnya Piutang Negara serta cara
penyelesaiannya dan dituangkan ke dalam Berita Acara Tanya Jawab yang
menjadi dasar pembuatan Pernyataan Bersama (PB)
Apabila Penanggung Hutang mengakui jumlah hutang dan sanggup
menyelesaikan hutang dalam jangka waktu yang ditetapkan, maka dibuat PB
Dalam hal Penanggung Hutang meninggal dunia, PB dibuat dengan ahli warisnya
Penyelesaian hutang yang ditetapkan dalam PB paling lama 12 bulan sejak PB
ditandatangani
Apabila Penanggung Hutang tidak membayar angsuran sesuai PB, paling lambat
dalam waktu 7 hari Kantor Pelayanan memberikan Peringatan secara tertulis
(dapat diterbitkan lebih dari satu kali atau setiap menunggak).
Page 92
SURAT PAKSA
Penaggung hutang tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan
Panitia Cabang.
Page 94
PENYITAAN
Dalam hal setelah lewat waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat)
jam sejak Surat Paksa diberitahukan, Penanggung Hutang tidak
melunasi hutangnya, Panitia Cabang menerbitkan Surat Perintah
Penyitaan.
Surat Perintah Penyitaan memuat sekurang-kurangnya :
pertimbangan diterbitkannya Surat Perintah Penyitaan;
dasar hukum diterbitkannya Surat Perintah Penyitaan;
perintah kepada Kepala Kantor Pelayanan untuk menugaskan
Juru Sita Piutang Negara melakukan penyitaan;
uraian barang yang disita;
tempat dan tanggal penerbitan Surat Perintah Penyitaan; dan
tanda tangan Panitia Cabang.
Page 95
KPKNL
Surat
Surat
Penyerahan
Penyerahan
Piutang
Piutang Neg.
Neg. ++
Resume
Resume ++
Dokumen
Dokumen
PUPN
Penangguhan
Penangguhan
Konfirmasi
Konfirmasi
Hasil
Hasil Perhitungan
Perhitungan
Permintaan
Dok. Asli
Perhitungan
Besarnya PN
Surat Paksa
Badan
Surat
Surat
Perintah
Perintah
Penyitaan
Penyitaan
Surat Paksa
PENELITIAN
RESUME
RESUME HASIL
HASIL
PENELITIAN
PENELITIAN
KASUS
JURU SITA/
PJ. LELANG
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Surat
Surat Kep.
Kep.
Penetapan
Penetapan
Jumlah
Jumlah PN
PN
Surat
Surat
Peringatan
Peringatan
PB
PB
Surat
Surat Perintah
Perintah
Penjualan
Penjualan
Barang
Barang Sitaan
Sitaan
Pernyataan
Bersama
(PB)
Penjualan
Penjualan
Tanpa
Tanpa
Lelang
Lelang
SP3N
Surat
Surat Penolakan
Penolakan
atau
atau Pengembalian
Pengembalian
Surat/Pengumuman
Surat/Pengumuman
Panggilan
Panggilan
Pengembalian
Pengembalian
Kelebihan
Kelebihan Hasil
Hasil
Lelang
Lelang
Page 96
PENYITAAN
PENYITAAN :
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengumuman
Pengumuman
Pendaftaran
Pendaftaran
Penebusan
Penebusan
Barang
Jaminan
Jaminan
Pelelangan
Surat Pernyataan
Pengurusan PN
Selesai
PSBDT
KPKNL
Surat
Surat
Penyerahan
Penyerahan
Piutang
Piutang Neg.
Neg. ++
Resume
Resume ++
Dokumen
Dokumen
PUPN
Penangguhan
Penangguhan
Konfirmasi
Hasil
Hasil Perhitungan
Perhitungan
Permintaan
Dok. Asli
Perhitungan
Besarnya PN
Surat Paksa
Badan
Surat
Perintah
Penyitaann
Surat Paksa
PENELITIAN
RESUME HASIL
PENELITIAN
KASUS
JURU SITA/
PJ. LELANG
Pemeriksaan
Surat
Surat Kep.
Kep.
Penetapan
Penetapan
Jumlah
Jumlah PN
PN
Surat
Surat
Peringatan
Peringatan
PB
PB
Surat Perintah
Penjualan
Barang Sitaan
Pernyataan
Bersama
(PB)
Penjualan
Tanpa
Lelang
SP3N
Surat
Surat Penolakan
Penolakan
atau
atau Pengembalian
Pengembalian
Surat/Pengumuman
Surat/Pengumuman
Panggilan
Panggilan
Pengembalian
Pengembalian
Kelebihan
Kelebihan Hasil
Hasil
Lelang
Lelang
PENYITAAN
PENYITAAN :
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengumuman
Pengumuman
Pendaftaran
Pendaftaran
Penebusan
Barang
Jaminan
Pelelangan
Surat Pernyataan
Pengurusan PN
Selesai
PSBDT
KEWENANGAN PENGHAPUSAN
PIUTANG NEGARA
Penghapusan piutang negara secara mutlak dan secara
bersyarat sepanjang menyangkut piutang Pemerintah
Pusat, ditetapkan oleh:
Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
Presiden untuk jumlah lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah sampai
dengan Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat untuk jumlah lebih dari Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Page 100
Page 101
Page 102
Penetapan PSBDT
Piutang negara yang dinyatakan PSBDT ditetapkan
oleh PUPN apabila masih terdapat sisa utang,
namun :
Penanggung utang atau dalam hal ini Badan atau orang
yang berutang kepada negara/daerah menurut peraturan,
perjanjian atau sebab apapun tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikannya; dan
Barang jaminan tidak ada, telah dicairkan, tidak lagi
mempunyai nilai ekonomis, atau bermasalah yang sulit
diselesaikan.
Page 104
Page 105
Page 106
Page 108
TERIMA KASIH