Anda di halaman 1dari 109

INVESTASI, penyertaan

modal PEMERINTAH, dan


pengelolaan piutang negara
DALAM PERSPEKTIF HUKUM
KEUANGAN NEGARA

Disampaikan oleh:

DRS. A.Y. SURYANAJAYA, SH.MH.


Widyaiswara Utama

LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
3. Peraturan Menteri Keuangan No. 178/PMK.01/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimum Pusat Investasi Pemerintah
4. Peraturan Menteri Keuangan No.179/PMK.05/2008 tentang Tata Cara
Penyediaan, Pencairan, dan Pengelolaan Dana Dalam Rekening Induk Dana
Investasi.
5. Peraturan Menteri Keuangan No. 180/PMK.05/2008 tentang Penyusunan
Perencanaan Investasi Pemerintah
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 182/PMK.05/2008 tentang Pelaporan atas
Pelaksanaan Kegiatan Investasi
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 183/PMK.05/2008tentang Persyaratan dan
Tata Cara Divestasi Thd Investasi Pekerintah
8. Keputusan Menteri Keuangan No. 949/KMK.05/2006 tentang Pembentukan
Komite Investasi Pemerintah

Dasar Hukum Investasi


Pemerintah
(1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka
panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial
dan/atau manfaat lainnya.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan
investasi langsung.
(3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan pemerintah.
UU No. 1 Th. 2004, Pasal 41

KONSEPSI DASAR
Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana
dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi
pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk
memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
Surat Berharga, adalah saham dan/atau surat utang
Investasi Langsung adalah penyertaan modal dan/atau
pemberian pinjaman oleh Badan Investasi Pemerintah untuk
membiayai kegiatan usaha.
Penyertaan Modal adalah bentuk Investasi Pemerintah pada
Badan Usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk
pendirian Perseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan
Terbatas.
Divestasi adalah penjualan surat berharga dan/atau
kepemilikan pemerintah baik sebagian atau keseluruhan kepada
pihak lain.

Maksud dan Tujuan

Investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah


dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Investasi pemerintah bertujuan untuk


meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum.

Catatan :
Yang dimaksud dengan "manfaat ekonomi, sosial, dan/atau
manfaat lainnya" adalah:
keuntungan berupa deviden, bunga, dan pertumbuhan nilai
perusahaan yang mendapatkan Investasi Pemerintah sejumlah
tertentu dalam jangka waktu tertentu;
peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi
sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu;
peningkatan pemasukan pajak bagi negara sejumlah tertentu
dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung
dari investasi bersangkutan; dan/atau
peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam
jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi
bersangkutan.

ASAS-ASAS
a. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
di bidang Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri
Keuangan, Badan Investasi Pemerintah, Badan Usaha, Menteri
Teknis/Pimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab
masing-masing.
b. asas kepastian hukum, yaitu Investasi Pemerintah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. asas efisiensi, yaitu Investasi Pemerintah diarahkan agar dana
investasi digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang
diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi pemerintahan secara optimal.
d. asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan Investasi Pemerintah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
e. asas kepastian nilai, yaitu Investasi Pemerintah harus didukung oleh
adanya ketepatan jumlah dan nilai investasi dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan dana dan Divestasi serta penyusunan laporan keuangan
pemerintah.

BENTUK

INVESTASI PEMERINTAH

SURAT
BERHARGA

PEMBELIAN
SAHAM
PEMBELIAN
SURAT UTANG

INVESTASI
PEMERINTAH

PENYERTAAN
MODAL
INVESTASI
LANGSUNG

PEMBERIAN
PINJAMAN

KERJASAMA
INVESTASI

KSI ANTAR BIP


DAN BU/BLU
DGN POLA
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

KSI ANTAR BIP


DAN BU, BLU,
PEMDA, DGN POLA
NON PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

SUMBER DANA INVESTASI


PEMERINTAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
Keuntungan investasi terdahulu;
Dana/barang amanat pihak lain yang
dikelola Badan Investasi Pemerintah;
Sumber-sumber lainnya yang sah.

PENGELOLAAN INVESTASI
PEMERINTAH
Kewenangan pengelolaan Investasi
Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara.
Kewenangan pengelolaan Investasi
Pemerintah meliputi kewenangan
regulasi, supervisi, dan operasional

Kewenangan Regulasi
a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan
menetapkan pedoman pengelolaan Investasi
Pemerintah;
b. menetapkan kriteria pemenuhan perjanjian
dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah; dan
c. menetapkan tata cara pembayaran kewajiban
yang timbul dari proyek penyediaan Investasi
Pemerintah dalam hal terdapat penggantian
atas hak kekayaan intelektual, pembayaran
subsidi, dan kegagalan pemenuhan Perjanjian
Investasi.

Kewenangan Supervisi

melakukan kajian kelayakan dan memberikan


rekomendasi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah;
memonitor pelaksanaan Investasi Pemerintah yang terkait
dengan dukungan pemerintah;
mengevaluasi secara berkesinambungan mengenai
pembiayaan dan keuntungan atas pelaksanaan Investasi
Pemerintah dalam jangka waktu tertentu; dan
melakukan koordinasi dengan instansi terkait
khususnya sehubungan dengan Investasi Langsung
dalam penyediaan infrastruktur dan bidang lainnya,
termasuk apabila terjadi kegagalan pemenuhan
kerjasama.

Kewenangan Operasional
a. mengelola Rekening Induk Dana Investasi;
b. meneliti dan menyetujui atau menolak usulan
permintaan dana Investasi Pemerintah dari Badan
Usaha, BLU, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,
BLUD, dan/atau badan hukum asing;
c. mengusulkan rencana kebutuhan dana Investasi
Pemerintah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
d. menempatkan dana atau barang dalam rangka
Investasi Pemerintah;
e. melakukan Perjanjian Investasi dengan Badan
Usaha terkait dengan penempatan dana Investasi
Pemerintah;

Kewenangan
f. melakukan pengendalian atas pengelolaan
risiko terhadap pelaksanaan Investasi
Pemerintah;
g. mengusulkan rekomendasi atas pelaksanaan
Investasi Pemerintah;
h. mewakili dan melaksanakan kewajiban serta
menerima hak pemerintah yang diatur dalam
Perjanjian Investasi;
i. menyusun dan menandatangani Perjanjian
Investasi;
j. mengusulkan perubahan Perjanjian Investasi;

Kewenangan
k. melakukan tindakan untuk dan atas nama
pemerintah apabila terjadi sengketa atau
perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian
Investasi;
l. melaksanakan Investasi Pemerintah dan
Divestasinya; dan
m. apabila diperlukan, dapat mengangkat
dan memberhentikan Penasihat Investasi.

LINGKUP PENGELOLAAN
Meliputi :
a. perencanaan;
b. pelaksanaan investasi;
c. penatausahaan dan

pertanggungjawaban investasi;
d. pengawasan; dan
e. divestasi.

Perencanaan Investasi
Perencanaan Investasi Pemerintah meliputi:
1)perencanaan Investasi Pemerintah oleh Badan Investasi

Pemerintah, yaitu usulan rencana investasi oleh Badan Investasi


Pemerintah setiap tahun untuk pelaksanaan investasi tahun
anggaran berikutnya yang diajukan kepada Menteri Keuangan
2)perencanaan kebutuhan Investasi Pemerintah dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, yaitu penyusunan besaran


anggaran penyediaan dana Investasi Pemerintah dari APBN
berdasarkan usulan dari Badan Investasi Pemerintah yang disusun
setiap tahun anggaran dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pelaksanaan Investasi
Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas
saham yang diterbitkan perusahaan, sedangkan Investasi
dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas
surat utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah,
dan/atau negara lain.
Pelaksanaan investasi tersebut didasarkan pada penilaian
kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh
Penasihat Investasi.
Pelaksanaan investasi dengan cara pembelian surat utang
hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat utang
memberikan opsi pembelian surat utang kembali.

Pelaksanaan Investasi
Pelaksanaan Investasi Pemerintah dilakukan oleh
Badan Investasi Pemerintah berdasarkan persetujuan
Menteri Keuangan. Untuk pelaksanaan Investasi
Pemerintah dengan cara pembelian surat berharga,
inisiatifnya dapat berasal dari Badan Investasi
Pemerintah.
Pelaksanaan Investasi Langsung dapat dilakukan
dengan cara kerjasama investasi Badan Investasi
Pemerintah dengan pola kerjasama pemerintah dan
swasta (Public Private Partnership), selain pola
kerjasama pemerintah dan swasta (Non Public Private
Partnership).

Pelaksanaan Investasi
Langsung

Pelaksanaan Investasi Langsung melalui Penyertaan Modal dan/atau


Pemberian Pinjaman dilakukan oleh Badan Investasi
Pemerintah dengan Badan Usaha, BLU, Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing.

Pelaksanaan Investasi Langsung dilakukan melalui penyertaan


modal dan/atau pemberian pinjaman dengan prinsip
menitikberatkan pada sumber dana komersial/swasta serta
meminimalkan sumber dana pemerintah. Hal ini sesuai dengan
konsekuensi logis bahwa peran pemerintah sebenarnya
sebatas memberikan dukungan sebagai fasilitator dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.

Pelaksanaan investasi tersebut dilakukan untuk jangka waktu lebih


dari 12 (dua belas) bulan.

Perencanaan Investasi oleh BIP


Perencanaan investasi oleh Badan Investasi Pemerintah
diatur dengan prinsip kehati-hatian sehingga tujuan
Investasi Pemerintah terlaksana dengan efektif dan
efisien.
Perencanaan Investasi Pemerintah memerlukan suatu
koordinasi kelembagaan pada pengelolaan Investasi
Pemerintah dalam rangka pencapaian efisiensi dan
efektifitas dalam pengelolaan investasi.
Perencanaan Investasi Pemerintah harus ditetapkan oleh
Menteri Keuangan

Page 21

Penatausahaan dan
Pertanggungjawaban
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan Investasi Pemerintah, lembaga-lembaga yang terkait
harus menyelenggarakan akuntansi atas pelaksanaan Investasi
Pemerintah. Akuntansi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah
mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan. Untuk Badan
Investasi Pemerintah berbentuk satuan kerja, menyelenggarakan
akuntansi berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintahan.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan investasi
Pemerintah, BIP wajib menyusun laporan Keuangan dan kinerja
badan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan

DIVESTASI
Dalam pengelolaan Investasi Pemerintah, peran Badan Investasi
Pemerintah sebagai pelaku investasi, mempunyai maksud untuk
memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi dalam rangka
pembangunan nasional. Pada prinsipnya investasi yang dilakukan
oleh Badan Investasi Pemerintah akan berakhir melalui divestasi baik
untuk Investasi surat berharga maupun untuk Investasi Langsung.
Divestasi terhadap surat berharga dimaksudkan untuk
memperoleh manfaat ekonomi yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan Badan Investasi Pemerintah untuk
investasi berikutnya yang lebih menguntungkan.
Sedangkan divestasi atas Investasi Langsung dimaksudkan
untuk diinvestasikan kembali dalam rangka meningkatkan
fasilitas infrastruktur dan bidang lainnya guna memacu roda
perekonomian masyarakat

DIVESTASI
1. Kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah
melakukan Divestasi Surat Berharga sesuai dengan
masa waktu yang telah ditentukan tidak memerlukan
persetujuan Menteri Keuangan.
2. Dalam keadaan tertentu, kepala/direktur Badan Investasi
Pemerintah dapat melakukan Divestasi terhadap surat
berharga sebelum masa waktu yang telah ditentukan.
3. Kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah dapat
melakukan Divestasi terhadap kepemilikan Investasi
Langsung dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.
Catatan: Yang dimaksud dengan keadaan tertentu adalah

perubahan harga surat berharga secara signifikan sehingga


apabila tidak segera dilakukan divestasi dikhawatirkan terjadi
penurunan harga sehingga menimbulkan kerugian.

MANAJEMEN RISIKO
Dalam rangka pengelolaan Investasi Pemerintah
disamping tingkat pendapatan yang diharapkan, hal
penting yang harus diperhatikan adalah timbulnya
potensi kerugian yang akan berpengaruh
terhadap pendapatan dan modal Badan
Investasi Pemerintah.
Oleh karena itu, diperlukan penerapan manajemen
risiko sebagai langkah antisipasi terhadap
munculnya variabel-variabel risiko Investasi
Pemerintah.

ALUR PIKIR
Lingkup Investasi Pemerintah

Investasi Jangka Panjang Non-Permanen

Dasar Hukum:

Investasi Surat Berharga UU No.1 Th.2004

Pasal 41 (1) (2) (3)

Investasi Langsung

Bentuk:
Pembelian Saham;
Pembelian Surat Utang;
Pembelian Sekuritas lainnya

Bentuk:
PMP pada BUMN/D;
Kerjasama dg Badan Usaha dalam
penyediaan infrastruktur dan
non infrastruktur dg pola PPP

Peraturan Terkait:
UU No.`8 Th 1995 ttg Pasar Modal
Peraturan per-UU-an lain ttg Ps Modal
Peraturan Bapepam

Peraturan Terkait:
UU Sektoral;
Perpres No.67 Th. 2005;
Permenkeu No. 38 Th. 2006

Bidang Investasi:
Pengembangan Akses PelayananPembiayaan bagi Kegiatan Usaha Masy.

Bidang Investasi:
- Pengembangan Jasa Pelayanan Umum;
- Penguatan BUMN/BUMD

Tujuan:
manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan manfaat lainnya
PP INVESTASI PEMERINTAH

Investasi
Permanen:
Diatur dgn
peraturan
per-uu-an
tersendiri

KELEMBAGAAN
1.

Menteri Keuangan selaku Pengelola Investasi


Pemerintah menjalankan fungsi:
a. Regulasi
b. Supervisi
c. Operasional

2.

Dalam rangka pelaksanaan good governance,


ketiga fungsi dimaksud dilakukan pemisahan:
a. Regulator

b. Supervisor
c. Operator

Direktorat Pengelolaan Dana Invetasi


(PDI)
Komite Investasi Pemerintah
Badan Investasi Pemerintah (BIP)

KOMITE INVESTASI PEMERINTAH PUSAT


Komite Teknis:
-

Direktur Pengelolaan Dana Investasi


Direktur Pembinaan PK BLU
Kasubdit Kelembagaan Dit. PDI
Sekditjen Perbendaharaan
Direktur PKN
Kepala Pusat Analisis Resiko BKF
Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi
Kebijakan
Kepala Biro Hukum Depkeu
Kasubdit Perencanaan dan Evaluasi
Direktorat PDI
Kasubdit Kepatuhan dan Hukum Dit.
PDI
Kasubdit Penatausahaan dan Pelaporan
Direktorat PDI
Kepala Bagian Hukum Perbendaharaan,
PNBP, Perimbangan Keuangan dan
Informasi Hukum Sekretariat Jenderal.

Komite Kebijakan:
- Dirjen Perbendaharaan
- Dirjen Anggaran
- Dirjen Kekayaan Negara
- Kepala Badan Kebijakan
Fiskal
- Sekjen Depkeu

Pengarah:
Menteri
Keuangan

ALUR PENCAIRAN DANA INVESTASI


DARI REKENING BUN
SP SAPSK
1

DIPA

Dirjen PBN
(KPA)

Permohonan
Pencairan

BLU-BIP

RIDI pada
Bank Umum
Pemerintah

dilampiri : Daftar
Rincian Rencana
Penggunaan Dana
& Kuitansi

4
5

PPK
Dit PDI

SPP
dilampiri : Daftar
Rincian Rencana
Penggunaan Dana
& Kuitansi

PPSPM

Setditjen
SPM

8
UANG

SP2D
7

Keterangan:
RIDI
:
BLU BIP
:
SPP
:
Dit. PDI
:
PPK
:
PPSPM
:
Page 29

Rekening Induk Dana Investasi


Badan Layanan Umum Badan Investasi Pemerintah
Surat Permintaan Pembayaran
Direktorat Pengelolaan Dana
Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat SPM

DIT PKN
(BUN)

- Dit PKN : Direktorat Pengelolaan Kas Negara


- SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
- SPM
: Surat Perintah Membayar

ALUR PENYALURAN DANA KEPADA


BLU K/L & BADAN USAHA
1

BLU pada
BLU-BIP
Kementerian/Lembaga
Verifikasi
SP Pendanaan
/Badan Usaha
PERSETUJUAN

KOMITE
INVESTASI
PEMERINTAH
PUSAT

PERJANJIAN

RIDI:
TRANSF
DANA

DIT. PDI

KETENTUAN LAIN-LAIN
Kepala dan pegawai BIP dilarang terafiliasi dengan
badan usaha yang menerima investasi pemerintah
Ketentuan PP ini berlaku mutatis mutandis terhadap
pengelolaan investasi daerah
Pengelolaan investasi pemerintah daerah diatur
dengan Permendagri setelah berkoordinasi dengan
Menteri Keuangan

PENYERTAAN MODAL
NEGARA/PEMERINTAH
PUSAT

DALAM PERSPEKTIF HUKUM


KEUANGAN NEGARA

LANDASAN HUKUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan
Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang
Tata Cara Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara

Page 33

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Dasar Hukum Penyertaan Modal


Pemerintah

Penyertaan modal pemerintah pusat pada


perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
Penyertaan modal pemerintah daerah pada
perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan
dengan peraturan daerah.

UU No. 1 Th. 2004, Pasal 41 Ayat (3) dan (4)


Page 34

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Pengertian Penyertaan Modal Negara


Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan
kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau penetapan cadangan
perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan
sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan
Terbatas lainnya, dan dikelola secara
korporasi.

Page 35

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

SUMBER PENYERTAAN MODAL NEGARA


Penyertaan Modal Negara ke dalam BUMN dan Perseroan Terbatas
bersumber dari:
a. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara;
b. Kapitalisasi cadangan; dan/atau
c. Sumber lainnya.

Sumber yang berasal dari Anggaran Belanja dan Pendapatan


Negara adalah:
a. dana segar;
b. proyek-proyek yang dibiayai oleh Anggaran Belanja dan Pendapatan
Negara;
c. piutang negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas;
d. aset-aset negara lainnya.

Page 36

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

SUMBER
Sumber yang berasal dari sumber lainnya berupa:
a. agio saham.
b. keuntungan revaluasi aset; dan/atau
Setiap Penyertaan dan penambahan Penyertaan Modal
Negara yang dananya berasal dari APBN dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang keuangan negara.

Note :
Agio Saham adalah selisih lebih setoran pemegang saham
nilai nominalnya dalam hal saham dikeluarkan dengan
nominal.
Page 37

diatas
nilai

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Page 38

PENETAPAN DALAM PENYERTAAN MODAL


NEGARA
Setiap Penyertaan Modal Negara atau penambahan
Penyertaan Modal Negara ke dalam BUMN dan Perseroan
Terbatas yang dananya berasal dari Anggaran Belanja dan
Pendapatan Negara ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Setiap penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam
BUMN dan Perseroan Terbatas yang berasal dari
kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya ditetapkan
dengan keputusan RUPS untuk Persero dan Perseroan
Terbatas, dan keputusan Menteri untuk Perum*.

Page 39

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

KEWENANGAN PENYERTAAN MODAL NEGARA


Negara dapat melakukan penyertaan modal

untuk:

Pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas;


Penyertaan Modal Negara pada Perseroan Terbatas yang di dalamnya
belum terdapat saham milik Negara. Penyertaan modal ke dalam
Perseroan Terbatas tersebut dilakukan dalam keadaan tertentu untuk
menyelamatkan perekonomian nasional.
Penyertaan Modal Negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang
di dalamnya telah terdapat saham milik Negara, yaitu dalam rangka :

memperbaiki struktur permodalan BUMN dan Perseroan Terbatas;


dan/atau

meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan Perseroan Terbatas.

Penyertaan Modal Negara dan penambahan Penyertaan Modal Negara


di atas, dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara.

Page 40

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

PENGURANGAN PENYERTAAN MODAL


Pengurangan Penyertaan Modal Negara pada BUMN dan
Perseroan Terbatas dilakukan dalam rangka:
penjualan saham milik negara pada Persero dan Perseroan Terbatas;
pengalihan aset BUMN untuk Penyertaan Modal Negara pada
BUMN lain atau Perseroan Terbatas, pendirian BUMN baru, atau
dijadikan kekayaan negara yang tidak dipisahkan;
pemisahan anak perusahaan BUMN menjadi BUMN; dan/atau
restrukturisasi perusahaan.

Pengurangan Penyertaan Modal Negara dilakukan dengan


tetap memperhatikan kepentingan BUMN dan Perseroan Terbatas
yang bersangkutan.
Pengurangan Penyertaan Modal Negara dimaksud
tidak boleh merugikan kepentingan kreditor.

Page 41

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TATA CARA PENYERTAAN MODAL


1. Penyertaan Modal Negara untuk pendirian BUMN atau Perseroan

Terbatas termasuk PT yang di dalamnya belum terdapat saham


milik negara, diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden
disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama
dengan Menteri dan Menteri Teknis.
2. Rencana Penyertaan Modal Negara tersebut dapat dilakukan

atas inisiatif Menteri Keuangan, Menteri atau Menteri Teknis.


3. Pengkajian bersama atas rencana Penyertaan Modal Negara

dikoordinasikan oleh Menteri Keuangan.


4. Pengkajian dapat pula mengikutsertakan menteri lain dan/atau

pimpinan instansi lain yang dianggap perlu atau menggunakan


konsultan independen.

Page 42

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TATA CARA
5. Apabila berdasarkan hasil pengkajian dimaksud menyatakan
bahwa rencana penambahan Penyertaan Modal Negara tersebut
layak dilakukan, maka Menteri Keuangan menyampaikan usul
Penyertaan Modal Negara dimaksud kepada Presiden untuk
mendapatkan persetujuan.
6. Pelaksanaan pendirian BUMN dan Penyertaan modal Negara
pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang di dalamnya belum
terdapat saham milik negara setelah diterbitkannya peraturan
pemerintah, dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Kewenangan Menteri Keuangan dimaksud dapat
dikuasakan kepada Menteri.
Page 43

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TATA CARA PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL


1. Penambahan Penyertaan Modal Negara pada BUMN atau

Perseroan Terbatas yang di dalamnya telah terdapat saham milik


negara, diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan
Menteri .
2. Penambahan Penyertaan Modal Negara tersebut dapat dilakukan

atas inisiatif Menteri Keuangan, Menteri atau Menteri Teknis.


3. Pengkajian bersama atas rencana penambahan Penyertaan

Modal Negara dikoordinasikan oleh Menteri.


4. Pengkajian dapat pula mengikutsertakan menteri teknis

dan/atau menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang


dianggap perlu atau menggunakan konsultan independen.

Page 44

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TATA CARA PENAMBAHAN


5. Apabila berdasarkan hasil pengkajian dimaksud menyatakan
bahwa rencana penambahan Penyertaan Modal Negara
tersebut layak dilakukan, maka Menteri Keuangan
menyampaikan usul Penyertaan Modal Negara dimaksud
kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan.
6. Pelaksanaan penambahan Penyertaan modal Negara untuk
penyertaan modal Negara pada BUMN atau Perseroan
Terbatas yang di dalamnya telah terdapat saham milik negara
setelah diterbitkannya peraturan pemerintah, dilakukan oleh
Menteri dan Menteri Keuangan secara bersana-sama atau
sendiri-sendiri sesuai dengan lingkup tugas masing-masing
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan.
7. Kewenangan Menteri Keuangan dapat dikuasakan
kepada Menteri.
Page 45

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TATA CARA PENGURANGAN PENYERTAAN MODAL


1. Pengurangan Penyertaan Modal Negara diusulkan oleh
Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan dasar
pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri.
2. Rencana pengurangan Penyertaan Modal Negara dapat
dilakukan atas inisiatif Menteri Keuangan atau Menteri.
3. Pengkajian bersama atas rencana pengurangan Penyertaan
Modal Negara dikoordinasikan oleh Menteri.
4. Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
mengikutsertakan Menteri Teknis dan/atau menteri lain
dan/atau pimpinan instansi lain yang dianggap perlu
dan/atau menggunakan konsultan independen.

Page 46

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TATA CARA PENGURANGAN


5. Apabila berdasarkan hasil pengkajian dimaksud menyatakan
bahwa rencana pengurangan Penyertaan Modal Negara
tersebut layak dilakukan, maka Menteri Keuangan
menyampaikan usul pengurangan Penyertaan Modal Negara
dimaksud kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan.
6. Pelaksanaan pengurangan Penyertaan modal Negara setelah
diterbitkannya peraturan pemerintah tentang pengurangan
Penyertaan modal Negara pada BUMN dan PT dilakukan oleh
Menter dan Menteri Keuangan secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri sesuai dengan lingkup bidang tugas masingmasing memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan.
7. Kewenangan Menteri Keuangan di atas dapat dikuasakan
kepada Menteri.

Page 47

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TATA CARA PELAKSANAAN


PENYERTAAN MODAL
PEMERINTAH PUSAT
YANG BERASAL DARI BARANG
MILIK NEGARA

Page 48

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

KONSEPSI DASAR PMP DARI BARANG MILIK


NEGARA
Penyertaan modal pemerintah pusat adalah pengalihan
kepemilikan Barang Milik Negara yang semula
merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum lainnya
yang dimiliki Negara/Daerah.

Page 49

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Tujuan dilakukannya Penyertaan


Modal Pemerintah Pusat
Barang Milik Negara dijadikan Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat dalam rangka
pendirian, pengembangan, dan
peningkatan kinerja Badan Usaha Milik
Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya
yang dimiliki Negara/Daerah.

Page 50

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

PERTIMBANGAN DILAKUKAN
PENYERTAAN MODAL
Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya sesuai
dokumen penganggaran diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik
Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki
Negara/Daerah dalam rangka penugasan pemerintah dengan
pertimbangan Barang Milik Negara tersebut akan lebih optimal
apabila dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau
Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah, baik yang
sudah ada maupun yang akan dibentuk.

Page 51

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara yang dapat


dilakukan Penyertaan Modal
Pemerintah:
tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang;
tanah dan/atau bangunan yang
dari awal pengadaannya
direncanakan untuk disertakan
sebagai modal pemerintah pusat
sesuai yang tercantum dalam
dokumen penganggarannya; serta
selain tanah dan/atau bangunan.

Page 52

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Pihak-pihak yang dapat melaksanakan penyertaan modal


pemerintah pusat adalah:
Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang.
Pengguna Barang, dengan persetujuan Pengelola Barang
untuk:
Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan
untuk disertakan sebagai modal pemerintah pusat sesuai
yang tercantum dalam dokumen penganggaran;
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan.

Page 53

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Subjek
Pihak-pihak yang dapat menerima penyertaan
modal pemerintah pusat

Page 54

Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Daerah,

Badan Hukum lainnya yang dimiliki


Negara/Daerah.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

a. Pengajuan penyertaan modal pemerintah pusat atas Barang


Milik Negara yang dari awal pengadaannya direncanakan
untuk disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat
dilakukan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang.
b. Pengajuan penyertaan modal tersebut pada butir a
dilaksanakan selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah
penetapan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.
c. Dalam hal pengajuan penyertaan modal tersebut dilakukan
setelah batas waktu tersebut dalam butir b, penerima/calon
penerima penyertaan modal dimaksud dikenakan sewa
penggunaan Barang Milik Negara terhitung sejak tanggal
penetapan status penggunaan
tanggal penetapan status penggunaan
sebagaimana dimaksud pada butir b.
Page 55

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

a. Barang Milik Negara hasil dari pelaksanaan


kegiatan anggaran yang dari awal direncanakan
untuk disertakan sebagai penyertaan modal
pemerintah pusat kepada Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Hukum lainnya
yang dimiliki negara, nilainya berdasarkan realisasi
pelaksanaan kegiatan anggaran.
b. Barang Milik Negara selain butir a nilainya
didasarkan hasil penilaian yang berpedoman pada
Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 Peraturan Menteri
Keuangan ini.

Page 56

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

a. Pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pusat atas


Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk disertakan sebagai
penyertaan modal pemerintah pusat, terlebih
dahulu harus diaudit oleh aparat pengawas
fungsional pemerintah untuk menentukan kewajaran
Barang Milik Negara yang akan disertakan sebagai
penyertaan modal pemerintah pusat dibandingkan
realisasi pelaksanaan kegiatan anggaran.
b. Dalam pelaksanaan penyertaan modal pemerintah
pusat, Pengelola Barang dapat mempersyaratkan
adanya pernyataan tidak keberatan dari pemegang
saham atau instansi yang dianggap kompeten
mewakili pemegang saham.

Page 57

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

c. Persyaratan tersebut tidak diperlukan untuk


penyertaan modal pemerintah pusat atas Barang
Milik Negara yang dari awal pengadaannya telah
direncanakan untuk penyertaan modal pemerintah
pusat.
d. Setiap penyertaan modal pemerintah pusat atas
Barang Milik Negara ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Page 58

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

e. Pengajuan rancangan peraturan pemerintah


penetapan penyertaan modal pemerintah
pusat kepada Presiden dilakukan oleh
Pengelola Barang.
f. Semua biaya yang timbul dari
pelaksanaan penyertaan modal pemerintah
pusat dibebankan pada penerima
penyertaan modal pemerintah pusat.

Page 59

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Meliputi tata cara PMP berupa BMN untuk :


1.Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan pada Pengguna
Barang yang dari awal pengadaannya, sebagaimana tercantum dalam
dokumen penganggarannya, direncanakan untuk disertakan sebagai
penyertaan modal pemerintah pusat
2.Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengelola Barang.
3.Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan

Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan


pada Pengguna Barang yang direncanakan untuk
PMP
a. Pengguna Barang membentuk tim internal yang bertugas antara
lain:
1) menyiapkan kelengkapan data administrasi sekurang-kurangnya
meliputi:
a) dokumen anggarannya.
b) nilai realisasi pelaksanaan anggaran,
c) hasil audit aparat pengawas fungsional pemerintah,
d) berita acara serah terima pengelolaan sementara dari
Pengguna Barang kepada penerima penyertaan modal
pemerintah pusat.
2) melakukan pengkajian.
3) menyampaikan laporan hasil kerja tim kepada Pengguna Barang.

Page 61

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara

b. Pengguna Barang mengajukan usulan kepada


Pengelola Barang dengan disertai:
1) penjelasan/pertimbangan mengenai usul
dimaksud,
2) kelengkapan data administrasi,
3) hasil kajian tim internal.

Page 62

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara

c. Pengelola Barang melakukan pengkajian mengenai kelayakan


usul PenggunaBarang.
d. Dalam hal berdasarkan kajian tersebut pada butir c, Pengelola
Barang menganggap usulan tersebut layak, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan penyertaan modal pemerintah
pusat dimaksud dan menyiapkan rancangan peraturan
pemerintah tentang penyertaan modal tersebut.
e. Persetujuan tersebut dalam butir d mencantumkan nilai Barang
Milik Negara yang akan dijadikan penyertaan modal
pemerintah pusat, yang perhitungannya didasarkan realisasi
pelaksanaan anggaran setelah mempertimbangkan hasil audit .

Page 63

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara

f.

Dalam hal nilai penyertaan modal dimaksud di atas Rp10.000.000.000,00


(sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan permintaan
persetujuan kepada Presiden disertai dengan rancangan peraturan
pemerintah mengenai penetapan modal negara dimaksud untuk
ditetapkan Presiden.

g. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang penetapan penyertaan modal


pemerintah pusat, Pengguna Barang melakukan serah terima barang
dengan penerima penyertaan modal pemerintah pusat yang dituangkan
dalam berita acara serah terima barang.
h. Pengguna Barang menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik
Negara dari Daftar Barang Pengguna dan Pengelola Barang menerbitkan
keputusan penghapusan Barang Milik Negara dari Daftar Barang Milik
Negara berdasarkan berita acara serah terima barang tersebut dalam
butir g.

Page 64

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

a. Pengelola Barang mengkaji perlunya penyertaan modal


pemerintah pusat sesuai dengan tujuan dan pertimbangan
penyertaan modal sebagaimana dimaksud Romawi II dan III
dengan melibatkan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan
Kementerian Negara/Lembaga yang bertanggungjawab di
bidang pembinaan Badan Usaha Milik Negara/Daerah.
b. Usulan penyertaan modal dapat diajukan Pengguna Barang
kepada Pengelola Barang.
c. Dalam mengajukan usulan tersebut pada butir b,
Pengguna Barang harus menyampaikan perhitunganb
kuantitatif yang mencantumkan perbandingan keuntungan bagi
pemerintah atas penyertaan modal dengan salah satu cara
lain dalam pemanfaatan Barang Milik Negara

Page 65

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara ...


d. Pengelola Barang mengkaji kelayakan usulan Pengguna Barang
untuk menentukan disetujui atau tidaknya usulan dimaksud.
e. Dalam hal usulan tidak disetujui, Pengelola Barang
memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai alasannya.
f. Dalam hal usulan disetujui, Pengelola Barang membentuk
tim yang anggotanya terdiri dari Pengelola Barang, wakil dari
instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan penerima
penyertaan modal, serta dapat melibatkan wakil dari instansi
teknis yang berkompeten dan wakil dari calon penerima
penyertaan modal.

Page 66

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara ...


g. Tim bertugas untuk melakukan penelitian atas tanah dan/atau
bangunan yang akan dijadikan penyertaan modal, serta
menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis dalam pelaksanaan
penyertaan modal tersebut.
h. Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan
perhitungan nilai tanah dan/atau bangunan yang akan dijadikan
penyertaan modal
i. Penilai menyampaikan laporan hasil penilaian kepada
Pengelola Barang melalui Tim.
j. Tim menyampaikan kepada Pengelola Barang laporan hasil
pelaksanaan tugas termasuk usulan nilai Barang Milik Negara
yang akan disertakan sebagai modal berdasarkan laporan hasil
penilaian.

Page 67

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara ...


k. Berdasarkan laporan tim, Pengelola Barang menetapkan nilai
Barang Milik Negara yang akan disertakan sebagai modal
menyusun rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan
modal.
l. Dalam hal penyertaan modal tersebut memerlukan persetujuan
DPR, maka:
1) Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan kepada DPR;
2) berdasarkan surat persetujuan dari DPR, Pengelola Barang
mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan
modal pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan.

m. Dalam hal nilai penyertaan modal di atas Rp10.000.000.000,00


(sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang mengajukan
permintaan persetujuan kepada Presiden disertai rancangan
peraturan pemerintah mengenai penetapan modal negara
untuk ditetapkan Presiden.
Page 68

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara ...


n. Dalam hal nilai penyertaan modal di bawah Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah), maka:
a. Pengelola Barang menerbitkan keputusan pelaksanaan penyertaan
modal;
b. berdasarkan keputusan tersebut, Pengelola Barang menyampaikan
rancangan peraturan pemerintah tentang penyertaan modal
pemerintah pusat kepada Presiden untuk ditetapkan.

o. Setelah peraturan pemerintah tentang penyertaan modal


telah ditetapkan, Pengelola Barang melakukan serah terima
barang dengan penerima penyertaan modal pemerintah pusat,
yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang.
p. Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengelola
Barang menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara
dari Daftar Barang Milik Negara.
Page 69

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara selain tanah dan/atau


bangunan
a. Pengguna Barang melakukan inventarisasi Barang Milik Negara selain
tanah dan/atau bangunan, yang direncanakan untuk dijadikan penyertaan
modal pemerintah pusat, serta identifikasi pihak penerimaan penyertaan
modal berdasarkan tujuan dan pertimbangan sebagaimana tersebut
dalam butir II dan butir III.
b. Pengguna Barang melakukan persiapan penyertaan modal
pemerintah pusat dengan membentuk tim internal yang bertugas antara
lain:
1) Menyiapkan kelengkapan data administrasi sekurang-kurangnya meliputi:
a) kartu identitas barang,
b) daftar barang yang diusulkan dengan sekurang-kurangnya memuat
jenis, jumlah, kondisi, harga dan tahun perolehan,
c) surat penetapan status penggunaan Barang Milik Negara yang diusulkan.
2) Melakukan penelitian mengenai Barang Milik Negara yang akan disertakan
sebagai penyertaan modal pemerintah pusat.
3) Menyampaikan laporan hasil kerja tim kepada Pengguna Barang.
Page 70

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

d. Pengguna Barang mengajukan usulan penyertaan modal


pemerintah pusat atas Barang Milik Negara selain tanah
dan/atau bangunan tersebut dalam huruf a kepada Pengelola
Barang, dengan disertai:
1) penjelasan/pertimbangan;
2) kelengkapan data administrasi;
3) hasil kajian tim internal; dan
4) perhitungan kuantitatif yang mencantumkan perbandingan
keuntungan bagi pemerintah atas penyertaan modal dengan
bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara.

Page 71

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara selain ...


e. Pengelola Barang melakukan kajian dan penelitian atas usulan
Pengguna Barang untuk menentukan kesesuaian
usulan
dengan tujuan dan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butir II dan butir III.
f. Pengelola Barang mengkaji usulan Pengguna Barang untuk
menentukan disetujui atau tidaknya usulan dimaksud.
g. Dalam hal usulan tidak disetujui Pengelola Barang
memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai dengan
alasannya.
h. Dalam hal usulan disetujui, Pengelola Barang menerbitkan
surat persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat.

Page 72

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara selain ...


i. Pengguna Barang menindaklanjuti persetujuan
penyertaan modal pemerintah pusat dengan
membentuk tim yang anggotanya terdiri dari unsur
Pengelola Barang, Pengguna Barang, instansi
teknis yang berkompeten, dan penerima
penyertaan modal pemerintah pusat.
j. Tim bertugas untuk melakukan penelitian atas
Barang Milik Negara yang akan dijadikan penyertaan
modal, serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis
dalam pelaksanaan penyertaan modal tersebut.

Page 73

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara selain ...


k. Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara tersebut
di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah),
maka:
1) Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan penyertaan modal pemerintah pusat
kepada DPR;
2) berdasarkan surat persetujuan dari DPR,
Pengelola Barang mengajukan rancangan
peraturan pemerintah tentang penyertaan modal
pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan.

Page 74

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara selain ...


l.

Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara di atas


Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), Pengelola
Barang mengajukan permohonan persetujuan penyertaan
modal pemerintah pusat kepada presiden disertai, rancangan
peraturan pemerintah tentang penyertaan modal pemerintah untuk
ditetapkan.

m. Dalam hal Barang Milik Negara dari awal perencanaan


pengadaannya diperuntukan sebagai penyertaan modal
pemerintah pusat sesuai dokumen anggarannya, tidak
diperlukan persetujuan DPR.
n. Setelah peraturan pemerintah tentang penyertaan modal
pemerintah pusat ditetapkan, Pengguna Barang melakukan
serah terima barang dengan penerima penyertaan modal
pemerintah pusat yang dituangkan dalam berita acara serah
terima barang.
Page 75

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Barang Milik Negara selain ...


o. Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengguna
Barang melakukan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna
dengan menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik
Negara.
p. Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada Pengelola
Barang disertai dengan berita acara serah terima barang dan
keputusan penghapusan.
q. Berdasarkan laporan tersebut huruf j, Pengelola Barang
menghapuskan dari Daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan
keputusan penghapusan barang apabila barang tersebut ada dalam
Daftar Barang Milik Negara.
Page 76

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

DALAM PERSPEKTIF
HUKUM KEUANGAN NEGARA

Landasan Hukum

Page 78

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Pasal 33)


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Pasal
58)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tangggung Jawab Keuangan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang
Negara/Daerah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 155/PMK.06/2009 Tentang Keanggotaan dan
Tata Kerja Panitia Urusan Piutang Negara

Konsepsi Dasar
Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib
dibayar kepada negara atau badan-badan yang
baik secara langsung maupun tidak langsung
dikuasai oleh negara, berdasarkan suatu
peraturan, perjanjian atau sebab apapun
Lelang adalah penjualan barang di muka umum
sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku

Page 79

Konsepsi Dasar
Penyerah Piutang adalah Instansi Pemerintah, Lembaga Negara,
atau badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki
oleh negara atau dimiliki Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMN/BUMD), sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang menyerahkan pengurusan
Piutang Negara
Penanggung Hutang adalah badan/atau orang yang berhutang
menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun, termasuk badanl
atau orang yang menjamin penyelesaian seluruh hutang
Penanggung Hutang.
Penjamin Hutang adalah badan atau orang
yang menjamin
penyelesaian sebagian atau seluruh hutang Penanggung Hutang

Page 80

Penyerahan Pengurusan Piutang Negara

1. Piutang Negara pada tingkat pertama diselesaikan sendiri


oleh Instansi Pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Dalam hal penyelesaian PN tidak berhasil, Instansi
Pemerintah tsb. wajib menyerahkan pengurusan
Piutang Negara kepada Panitia Cabang PUPN
3. Instansi Pemerintah meliputi Instansi Pemerintah
Pusat/Daerah, Lembaga Negara,Sekjen dari komisi
Negara/Lembaga Tinggi Negara, BHMN, dan BLU.

Page 81

Penyerahan
4. BUMN/BUMD sektor perbankan dan nonperbankan atau badanbadan usaha yang sebagian besar modalnya dimiliki BUMN/
BUMD menyerahkan pengurusan piutang macetnya kepada
Panitia Cabang dalam hal dana yang disalurkan berasal dari
Instansi Pemerintah melalui pola channeling atau risk sharing.
5. BUMN/BUMD sektor non perbankan dapat penyerahkan
pengurusan piutang macetnya kepada Panitia Cabang

Catatan :

Page 82

Chanelling adalah pola penyaluran dana oleh Pemerintah kepada


masyarakat melalui perbankan atau lembaga pembiayaan non
perbankan dimana Pemerintah menanggung risiko kerugian
apabila terjadi kemacetan.
Risk sharing adalah pola penyaluran dana oleh pemerintah
kepada masyarakat melalui perbankan atau lembaga pembiayaan
non perbankandimana pemerintah dan perbankan atau
lembagapembiayaan non perbankan berbagi risiko kerugian
apabila terjadi kemacetan.

Cara Penyerahan Pengurusan PN

Penyerahan pengurusan Piutang Negara disampaikan secara tertulis disertai


resume dan dokumen kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Penyerah
Piutang

Pengecualian dalam hal :


a. tempat dibuatnya perjanjian kredit/tempat terjadinya piutang di luar kedudukan
Penyerah Piutang, penyerahan dapat dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor
Pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi tempat dibuatnya perjanjian kredit/tempat
terjadinya piutang.
b. domisili hukum yang ditunjuk dalam perjanjian berada di luar kedudukan Penyerah
Piutang, penyerahan harus dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan
yang wilayah kerjanya meliputi domisili hukum yang ditunjuk dalam perjanjian
dimaksud.
c. Domisili Penanggung Hutang berbeda dengan kedudukan Penyerah Piutang,
penyerahan dapat dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang
wilayah kerjanya meliputi domisili Penanggung Hutang dimaksud.

Page 83

Resume Berkas Kasus PN


Resume berkas kasus Piutang Negara memuat informasi :

Page 84

identitas Penyerah Piutang;


identitas Penanggung Hutang dan/atau Penjamin Hutang;
bidang usaha Penanggung Hutang;
keadaan usaha Penanggung Hutang pada saat diserahkan;
dasar hukum terjadinya piutang;
jenis Piutang Negara;
penjamin kredit oleh perusahaan penjamin kredit;
sebab-sebab kredit/piutang dinyatakan macet;
tanggal realisasi kredit dan tanggal-tanggal Penyerah Piutang mengkategorikan kredit
sesuai peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam hal Piutang Negara berasal dari
perbankan, atau tanggal Penanggung Hutang dinyatakan wanprestasi sesuai dengan
perjanjian, peraturan, surat keputusan pejabat berwenang atau sebab apapun dalam hal
Piutang Negara berasal dari nonperbankan;
rincian hutang yang terdiri dari saldo hutang pokok, bunga, denda, dan ongkos/beban
lainnya;
daftar Barang Jaminan, yang memuat uraian barang, pembebanan, kondisi dan nilai
Barang Jaminan pada saat penyerahan, dalam hal penyerahan didukung oleh Barang
Jaminan;
daftar Harta Kekayaan Lain;
penjelasan singkat upaya-upaya penyelesaian piutang yang elah dilakukan oleh Penyerah
Piutang; dan
informasi lainnya yang dianggap perlu disampaikan oleh Penyerah Piutang.

Dokumen-Dokumen dalam Penyerahan


Pengurusan Piutang Negara
a. Perjanjian kredit, akta pengakuan hutang, perjanjian, perubahan
perjanjian, kontrak, surat perintah kerja, keputusan yang
diterbitkan pejabat yang berwenang, peraturan, putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dan/atau
dokumen lain yang membuktikan adanya piutang;
b. rekening koran, prima nota, mutasi piutang, faktur, rekening,
bukti tagihan, dan/atau dokumen lain yang dapat membuktikan
besarnya piutang;
c. dokumen yang terkait dengan Barang Jaminan dan
pembebanannya;
d. surat menyurat antara Penyerah Piutang dan Penanggung
Hutang dan/atau Penjamin Hutang yang berkaitan dengan
upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka
penyelesaian hutang.

Page 85

PERHITUNGAN PIUTANG NEGARA


Berdasarkan resume dan dokumen penyerahan, Kantor
Pelayanan menghitung besarnya Piutang Negara :
1. Piutang Negara terdiri atas hutang pokok, bunga,
denda, ongkos, dan/atau beban lainnya sesuai
perjanjian/peraturan/putusan pengadilan.
2. Besarnya pembebanan bunga, denda, ongkos,
dan/atau beban lainnya ditetapkan paling lama 9
(sembilan) bulan setelah kredit/piutang dikategorikan
macet berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dalam hal :
a. piutang pokok terdapat beban bunga, denda, ongkos,
dan/atau beban lainnya; atau
b. piutang denda terdapat beban bunga.

Page 86

Perhitungan
Dalam menghitung besarnya Piutang Negara:
a. Polis asuransi, biaya pembebanan hak
tanggungan/fidusia, biaya perpanjangan hak atas
tanah, biaya pengukuhan hak atas tanah, dan
biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan,
diperhitungkan sebagai penambahan.
b. Piutang Negara dalam satuan mata uang asing
tetap dihitung dalam satuan mata uang asing
yang bersangkutan.

Catatan : Hasil perhitungan dikonfirmasikan kepada Penyerah Piutang


Page 87

Penerimaan Pengurusan PN
Dalam hal berkas penyerahan telah memenuhi persyaratan dan dari
hasil penelitian berkas dapat dibuktikan adanya dan besarnya
Piutang Negara, Panitia Cabang menerima penyerahan pengurusan
Piutang Negara dengan menerbitkan SP3N
Dalam hal berkas penyerahan tidak memenuhi persyaratan yang
disebabkan keadaan kahar, penyerahan dapat diterima dengan
ketentuan penyerahan dilampiri :
dokumen pengganti daftar nominatif/rekapitulasi dan/atau data
pendukung yang menunjukkan adanya dan besarnya piutang; dan
laporan kepada Kepolisian atau keterangan dari pejabat yang berwenang
tentang dokumen yang hilang/musnah karena keadaan kahar.

Dalam hal Kantor Pelayanan menghitung sendiri besarnya Piutang


Negara, hasil perhitungan Kantor Pelayanan yang telah mendapat
konfirmasi secara tertulis dari Penyerah Piutang, digunakan
sebagai dasar menetapkan besarnya Piutang Negara dalam SP3N
Page 88

Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara


(SP3N)
SP3N memuat sekurang-kurangnya:
a. nomor dan tanggal surat penyerahan pengurusan
Piutang Negara;
b. identitas Penyerah Piutang dan Penanggung
Hutang;
c. pernyataan menerima pengurusan Piutang Negara;
d. rincian dan jumlah Piutang Negara yang telah
diperhitungkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
e. uraian barang jaminan; dan
f. tanda tangan Panitia Cabang.
Page 89

Penolakan
Panitia Cabang menolak penyerahan pengurusan
Piutang Negara dengan menerbitkan Surat
Penolakan Pengurusan Piutang Negara dalam hal :
a. Kelengkapan syarat-syarat penyerahan
pengurusan Piutang Negara tidak dapat dipenuhi
oleh Penyerah Piutang, sehingga tidak dapat
dibuktikan adanya dan besarnya Piutang Negara;
b. Penyerah Piutang dalam waktu 1 (satu) bulan sejak
tanggal surat permintaan konfirmasi tidak
memberikan tanggapan; atau
c. Penyerah Piutang bukan berasal dari Instansi
Pemerintah

Page 90

Pengembalian Pengurusan PN
Pengembalian pengurusan Piutang Negara dapat
dilakukan oleh Panitia Cabang dalam hal:
1. terdapat kekeliruan Penyerah Piutang karena Penanggung
Hutang tidak mempunyai kewajiban yang harus diselesaikan;
2. piutang terkait dengan perkara pidana;
3. Penyerah Piutang bersikap tidak kooperatif;
4. terdapat putusan Lembaga Peradilan dalam perkara
perdata maupun tata usaha negara yang telah berkekuatan
hukum tetap yang membatalkan penyerahan pengurusan
Piutang Negara.
5. pengurusan piutang BUMN telah sampai pada tahap PSBDT;
atau
6. Piutang Negara yang diserahkan, terjadi atau disalurkan di
eks-Provinsi Timor-Timur.
Page 91

Pernyataan Bersama
Dalam hal Penanggung Hutang datang memenuhi panggilan atau atas kemauan
sendiri, Kantor Pelayanan (KPKNL) melakukan wawancara dengan Penanggung
Hutang tentang kebenaran adanya dan besarnya Piutang Negara serta cara
penyelesaiannya dan dituangkan ke dalam Berita Acara Tanya Jawab yang
menjadi dasar pembuatan Pernyataan Bersama (PB)
Apabila Penanggung Hutang mengakui jumlah hutang dan sanggup
menyelesaikan hutang dalam jangka waktu yang ditetapkan, maka dibuat PB
Dalam hal Penanggung Hutang meninggal dunia, PB dibuat dengan ahli warisnya
Penyelesaian hutang yang ditetapkan dalam PB paling lama 12 bulan sejak PB
ditandatangani
Apabila Penanggung Hutang tidak membayar angsuran sesuai PB, paling lambat
dalam waktu 7 hari Kantor Pelayanan memberikan Peringatan secara tertulis
(dapat diterbitkan lebih dari satu kali atau setiap menunggak).
Page 92

ISI PERNYATAAN BERSAMA

Pernyataan Bersama memuat sekurang-kurangnya:


a.
b.
c.
d.

irah-irah "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa";


identitas Penanggung Hutang;
identitas Penyerah Piutang;
besarnya Piutang Negara dengan rincian terdiri dari hutang pokok,
bunga, denda dan/atau ongkos/beban lain;
e. besarnya Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara;
f. pengakuan hutang oleh Penanggung Hutang;
g. kesanggupan Penanggung Hutang untuk menyelesaikan hutang dan cara
penyelesaiannya;
h. sanksi jika tidak memenuhi cara penyelesaian hutang;
i. tanggal penandatanganan Pernyataan Bersama;
j. tanda tangan Panitia Cabang;
k. tanda tangan Penanggung Hutang di atas meterai cukup; dan
l. tanda tangan para saksi.
Page 93

SURAT PAKSA
Penaggung hutang tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan

dalam Pernyataan Bersama, setelah terlebih dahulu diberikan


peringatan tertulis.

Penanggung Hutang menandatangi Pernyataan Bersama atau

telah diterbitkan Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang


Negara.

Panitia Cabang menerbitkan Surat Paksa yang diterbitkan oleh

Panitia Cabang.

Surat Paksa diberitahukan oleh Juru Sita Piutang Negara dengan

membacakan dan menyerahkan salinan Surat Paksa.

Pemberitahuan Surat Paksa dituangkan ke dalam

Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa

Page 94

PENYITAAN
Dalam hal setelah lewat waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat)
jam sejak Surat Paksa diberitahukan, Penanggung Hutang tidak
melunasi hutangnya, Panitia Cabang menerbitkan Surat Perintah
Penyitaan.
Surat Perintah Penyitaan memuat sekurang-kurangnya :
pertimbangan diterbitkannya Surat Perintah Penyitaan;
dasar hukum diterbitkannya Surat Perintah Penyitaan;
perintah kepada Kepala Kantor Pelayanan untuk menugaskan
Juru Sita Piutang Negara melakukan penyitaan;
uraian barang yang disita;
tempat dan tanggal penerbitan Surat Perintah Penyitaan; dan
tanda tangan Panitia Cabang.
Page 95

PROSES PENGURUSAN PIUTANG NEGARA


PENYERAH PIUTANG
Surat
Penyerahan
Penyerahan
Piutang
Piutang Neg.+
Resume
Resume +
Dokumen
Dokumen

KPKNL
Surat
Surat
Penyerahan
Penyerahan
Piutang
Piutang Neg.
Neg. ++
Resume
Resume ++
Dokumen
Dokumen

PUPN
Penangguhan
Penangguhan

Konfirmasi
Konfirmasi
Hasil
Hasil Perhitungan
Perhitungan

Permintaan
Dok. Asli

Perhitungan
Besarnya PN

Surat Paksa
Badan

Surat
Surat
Perintah
Perintah
Penyitaan
Penyitaan

Surat Paksa

PENELITIAN

RESUME
RESUME HASIL
HASIL
PENELITIAN
PENELITIAN
KASUS

JURU SITA/
PJ. LELANG

Pemeriksaan
Pemeriksaan

Surat
Surat Kep.
Kep.
Penetapan
Penetapan
Jumlah
Jumlah PN
PN

Surat
Surat
Peringatan
Peringatan
PB
PB

Surat
Surat Perintah
Perintah
Penjualan
Penjualan
Barang
Barang Sitaan
Sitaan

Pernyataan
Bersama
(PB)

Penjualan
Penjualan
Tanpa
Tanpa
Lelang
Lelang

SP3N

Surat
Surat Penolakan
Penolakan
atau
atau Pengembalian
Pengembalian
Surat/Pengumuman
Surat/Pengumuman
Panggilan
Panggilan
Pengembalian
Pengembalian
Kelebihan
Kelebihan Hasil
Hasil
Lelang
Lelang
Page 96

PENYITAAN
PENYITAAN :
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengumuman
Pengumuman
Pendaftaran
Pendaftaran

Penebusan
Penebusan
Barang
Jaminan
Jaminan

Pelelangan
Surat Pernyataan
Pengurusan PN
Selesai
PSBDT

PROSES PENGURUSAN PIUTANG NEGARA


PENYERAH PIUTANG
Surat
Surat
Penyerahan
Penyerahan
Piutang
Piutang Neg.+
Resume
Resume +
Dokumen
Dokumen

KPKNL
Surat
Surat
Penyerahan
Penyerahan
Piutang
Piutang Neg.
Neg. ++
Resume
Resume ++
Dokumen
Dokumen

PUPN
Penangguhan
Penangguhan

Konfirmasi

Hasil
Hasil Perhitungan
Perhitungan

Permintaan
Dok. Asli

Perhitungan
Besarnya PN

Surat Paksa
Badan
Surat
Perintah
Penyitaann

Surat Paksa

PENELITIAN
RESUME HASIL
PENELITIAN
KASUS

JURU SITA/
PJ. LELANG

Pemeriksaan

Surat
Surat Kep.
Kep.
Penetapan
Penetapan
Jumlah
Jumlah PN
PN

Surat
Surat
Peringatan
Peringatan
PB
PB

Surat Perintah
Penjualan
Barang Sitaan

Pernyataan
Bersama
(PB)

Penjualan
Tanpa
Lelang

SP3N

Surat
Surat Penolakan
Penolakan
atau
atau Pengembalian
Pengembalian
Surat/Pengumuman
Surat/Pengumuman
Panggilan
Panggilan
Pengembalian
Pengembalian
Kelebihan
Kelebihan Hasil
Hasil
Lelang
Lelang

PENYITAAN
PENYITAAN :
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengumuman
Pengumuman
Pendaftaran
Pendaftaran

Penebusan
Barang
Jaminan

Pelelangan
Surat Pernyataan
Pengurusan PN
Selesai

PSBDT

PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA


Landasan penghapusan piutang negara:
1. Piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak
atau bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang
negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri
dalam undang-undang. (Pasal 37 UU Nomor 1 Tahun
2004)
2. Terhadap kerugian negara atas tanggung jawab bendahara
dapat dilakukan penghapusan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 35, Peraturan
BPK RI Nomor 3 Tahun 2007)
Page 98

Pengertian Kerugian Negara sebagai


Piutang Negra

Piutang Negara adalah jumlah uang


yang wajib dibayar kepada Pemerintah
Pusat dan/atau hak Pemerintah
Pusat yang dapat dinilai dengan uang
sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
atau akibat lainnya yang sah.
Page 99

KEWENANGAN PENGHAPUSAN
PIUTANG NEGARA
Penghapusan piutang negara secara mutlak dan secara
bersyarat sepanjang menyangkut piutang Pemerintah
Pusat, ditetapkan oleh:
Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
Presiden untuk jumlah lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah sampai
dengan Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat untuk jumlah lebih dari Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Page 100

KEWENANGAN PENGHAPUSAN PIUTANG


DAERAH
Penghapusan piutang daerah secara mutlak atau
secara bersyarat sepanjang menyangkutpiutang
Pemerintah Daerah, ditetapkan oleh :
Gubernur/bupati/walikota untukjumlahsampai
dengan 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

Gubernur/bupati/walikota dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk jumlah


lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

Page 101

macam penghapusan piutang


negara/daerah
Penghapusan dari pembukuan Pemerintah
Pusat/Daerah tanpa menghapuskan hak secara
bersyarat adalah menghapuskan piutang
negara/daerah tanpa menghilangkan hak tagih
Negara/ Daerah
Penghapusan secara mutlak adalah dengan
menghapuskan hak tagih Negara/Daerah

Page 102

Syarat umum penghapusan


Piutang negara/daerah dalam satuan mata uang asing, maka nilai
piutang yang dihapuskan secara bersyarat adalah nilai yang setara
dengan nilai sesuai dengan kewenangan di atas, dengan kurs
tengah Bank Indonesia yang berlaku pada 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pengajuan usul penghapusan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Penghapusan piutang negara melalui kedua macam penghapusan di
atas, secara umum hanya dapat dilakukan setelah piutang
negara/daerah diurus secara optimal oleh Panitia Urusan Piutang
Negara (PUPN), dalam arti piutang negara telah dinyatakan sebagai
Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT).
Page 103

Penetapan PSBDT
Piutang negara yang dinyatakan PSBDT ditetapkan
oleh PUPN apabila masih terdapat sisa utang,
namun :
Penanggung utang atau dalam hal ini Badan atau orang
yang berutang kepada negara/daerah menurut peraturan,
perjanjian atau sebab apapun tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikannya; dan
Barang jaminan tidak ada, telah dicairkan, tidak lagi
mempunyai nilai ekonomis, atau bermasalah yang sulit
diselesaikan.
Page 104

PENGHAPUSAN SECARA BERSYARAT

Usul penghapusan piutang negara yang bernilai sampai dengan


Rp 10 miliar diajukan oleh Menteri/Pimpinan lembaga yang
berpiutang kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal
Kekayaan Negara

Pelaksanaan Penghapusan Secara Bersyarat atas Piutang


Negara/Daerah dari pembukuan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
dalam hal piutang adalah berupa Tuntutan Ganti Rugi,
setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT dan
terbitnya rekomendasi penghapusan secara bersyarat
dari Badan Pemeriksa Keuangan; atau
dalam hal piutang selain piutang Tuntutan Ganti Rugi,
setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT.

Page 105

Lampiran Dokumen Usul Penghapusan Secara


Bersyarat

Daftar nominatif Penanggung Utang;


Surat Pernyataan PSBDT dari PUPN
Cabang;
Surat rekomendasi penghapusan secara
bersyarat dari Badan Pemeriksa
Keuangan
USUL
PENGHAPUSAN
KERUGIAN
NEGARA

Page 106

PENGHAPUSAN SECARA MUTLAK


Persyaratan penghapusan secara mutlak :
Usul penghapusan diajukan setelah lewat waktu 2
(dua) tahun sejak tanggal penetapan
Penghapusan Secara Bersyarat piutang
dimaksud; dan
Penanggung Utang tetap tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan sisa
kewajibannya, yang dibuktikan dengan keterangan
dari Aparat/Pejabat yang berwenang.
Page 107

Lampiran Dokumen Usul Penghapusan


Secara Mutlak
daftar nominatif Penanggung Utang;
surat penetapan Penghapusan Secara Bersyarat
atas piutang yang diusulkan untuk dihapuskan
secara mutlak; dan

surat keterangan dari Aparat/Pejabat yang


berwenang menyatakan bahwa Penanggung
Utang tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan sisa kewajibannya.

Page 108

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai