Anda di halaman 1dari 5

Nuri Ahli Taqwa_11180860000013

SUKUK

Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti kata obligasi
syariah (islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata “sakk”
dalam bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan.

Pasar sukuk tumbuh pesat setelah diresmikannya UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara yang kemudian diikuti oleh penerbitan sukuk negara perdana
(seri IFR) di pasar domestik dengan total nilai penerbitan sebesar Rp 4,67 triliun (Direktorat
Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan, 2018)

Pada tahun 2018, pemerintah pertama kalinya menerbitkan green sukuk sebagai
kontribusi dalam SDGs..

1. Undang-Undang dan Peraturan SBSN/Sukuk Ketentuan hukum Surat Berharga Syariah


Negara adalah sebagai berikut:

UU No. 19 Tahun 2008 tentang SBSN oleh pemerintah kemudian dilengkapi dengan aturan-
aturan tambahan, yaitu :

a) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat


Berharga Syariah Negara;
b) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit
Surat Berharga Syariah Negara Indonesia;
c) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25/PMK.05/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pembayaran Kegiatan Yang Dibiayai Melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara.
d) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218 Tahun 2008 tentang Penerbitan dan
Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri;
e) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan PMK Nomor 218 Tahun Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal;
f) Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah;
g) Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi;
h) Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN);
i) Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN;
j) Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang sale and lease back k) Fatwa No. 72/DSN-
MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back 7
k) Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased

Berdasarkan Pasal 8 UU No. 19/2008 tentang SBSN, ketentuan umum dalam


penerbitan SBSN adalah sebagai berikut:
a) Penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapat persetujuan DPR pada saat
pengesahan APBN yang diperhitungkan sebagai bagian dari nilai bersih maksimal
surat berharga negara yang akan diterbitkan oleh pemerintah dalam satu tahun
anggaran.
b) Menteri keuangan berwenang menetapkan komposisi surat berharga negara dalam
rupiah maupun valuta asing, serta menetapkan komposisi surat berharga negara dalam
bentuk SUN maupun SBSN dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin
penerbitan surat berharga secara hatihati.
c) Dalam hal-hal tertentu, SBSN dapat diterbitkan melebihi nilai bersih maksimal yang
telah disetujui DPR dan selanjutnya dilaporkan sebagai perubahan APBN dan/atau
disampaikan dalam laporan realisasi anggaran tahun yang bersangkutan.

Selain itu, penerbitan SBSN dilakukan melalui proses sebagai berikut: a) Identifikasi
Barang Milik Negara atau proyek yang akan dijadikan sebagai underlying asset. b)
Perumusan struktur SBSN yang meliputi jenis akad, tenor volume, denominasi dan
metode penerbitan. c) Penyusunan dokumen yang terdiri dari dokumen transaksi/hukum,
dokumen syariah dan dokumen pasar modal; d) Pelaksanaan penerbitan/penjualan SBSN
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Karakteristik Sukuk

 Sukuk bukan surat utang


 Harus ada underlying asset
 Klaim kepemilikan sukuk didasarkan pada aset/proyek spesifik
 Harus pada kegiatan usaha halal
 Imbalan dapat berupa nisbah, margin sesuai jenis akad yang digunakan

Risiko Investasi pada Sukuk Syariah: risiko pasar, risiko utama, risiko kredit, risiko likuiditas,
risikoimbalan, risiko re-investasi, risiko nilai tukar, risiko suku bunga, risiko negara, risiko
inflasi
Jenis-jenis Sukuk

1. Berdasarkan Penerbit: Sukuk Korporasi dan Sukuk Negara Berbasis Syariah.


SBSN terdiri dari: Surat Perbendaharaan Negara Syariah, Islamic Fixed Rate,
Project Based-Sukuk, Sukuk Ritel, Sukuk Dana Haji, Sukuk Tabungan, Sukuk
Negara Indonesia, Sukuk Daerah.
2. Berdasarkan Underlying Asset: Asset Backed Sukuk, Asset Based Sukuk.
3. Berdasarkan skema dan Struktur Akad: Certificated of Ownership in Leased
Assets, Certificated of Ownership of Usufructs, Sukuk Salam, Sukuk Istishna’,
Sukuk Murabahah, Sukuk Musyarakah, Sukuk Muzaraah, Sukuk Musaqat, Sukuk
Mugharasah

Penerbitan Sukuk

Berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. Proses penawaran umum dapat
dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Sebelum Emisi, prosesnya terdiri dari:


- Penentuan rencana perusahaan untuk melakukan go publik
- Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan RUPS
- Perusahaan diperlukan menunjuk pihak: Penjamin Emisi, Profesi
Penunjang, Lembaga Penunjang
- Mempersiapkan dokumen yang diperlukan dalam mengajukan pernyataaan
pendaftaran ke OJK
- Konfirmasi sebagai agen penjual dengan PEE
- Kontrak pendahuluan dengan bursa
- Penandatanganan perjanjian-perjanjian lain yang diperlukan
2. Saat Emisi
3. Setelah Emisi

Pihak-pihak yang terlibat dalam penertiban sukuk: Emiten, Investor Sukuk, Special Purpose
Vechile, Wali Amanat, Penjamin Emisi Efek, Perusahaan Pemeringkat, Credit Enhancer, Tim
Ahli Syariah
Tantangan/Kendala Pengembangan dan Strategi dalam Mengatasi Kendala
SBSN/Sukuk

1. Tantangan/Kendala Pengembangan SBSN/Sukuk

SISI PENAWARAN

A. Sukuk Negara

Jumlah sukuk negara yang beredar telah mencapai 48 penerbitan pada akhir tahun 2015.
Sebagaimana digambarkan dalam grafik di bawah, nilai penerbitan sukuk negara tahunan
telah meningkat dari Rp33,31 triliun pada tahun 2011 menjadi lebih dari Rp101 triliun
pada tahun 2015 sehingga menunjukkan angka CAGR sekitar 32,20% dalam periode lima
tahun ini. Dalam perkembnagannya pemerintah terus mengembangkan sukuk ini untuk
pembangunan jangka menengah dan jangka panjang.

B. Sukuk Korporasi
jumlah total sukuk korporasi yang diterbitkan oleh perusahaan relatif terbatas dan
kecil, yakni 87 penerbitan sampai akhir tahun 2015. Dalam beberapa tahun terakhir,
pertumbuhan pasar obligasi korporasi konvensional di Indonesia terus mengungguli
pertumbuhan sukuk korporasi yang mengakibatkan penurunan signifikan dalam
pangsa pasar sukuk korporasi di pasar obligasi.
SISI PERMINTAAN
A. Permintaan Global
Selama beberapa tahun terakhir, permintaan global untuk sukuk Indonesia terus
berkembang dalam hal ukuran dan keragaman basis investor. distribusi investor
secara demografis cukup seimbang, yakni dengan partisipasi investor internasional
mencapai minimal 80% dari semua investor dan tersebar di Asia, Eropa, Amerika
Serikat, dan Timur Tengah.
B. Permintaan Lokal
Permintaan lokal tampaknya terus berkembang dengan basis investor yang lebih luas
membeli penerbitan sukuk lokal terutama sukuk ritel (SR). Secara keseluruhan,
permintaan untuk sukuk SR dan SNI cukup tinggi dengan basis investor yang cukup
besar. Namun, permintaan untuk sukuk jenis lain yang diterbitkan di Indonesia relatif
rendah terutama ketika dibandingkan dengan permintaan obligasi konvensional yang
sejenis.
Pasar Sekunder

Salah satu indikator paling penting dari pasar obligasi nasional yang berhasil adalah
adanya pasar sekunder yang aktif, likuid, dan efisien. Pasar sekunder yang likuid dapat
memperlancar pergerakan uang dalam perekonomian, memberikan harga pasar yang
transparan, memupuk kepercayaan, dan menarik investasi internasional ke dalam negeri.

Perlakuan Akuntansi Sukuk

Pemahaman umum investor sukuk di Indonesia adalah bahwa menurut Standar


Akuntansi Indonesia, perlakuan akuntansi untuk sukuk dapat berupa Dimiliki Hingga Jatuh
Tempo (Held To Maturity - HTM) atau Diperdagangkan (Held for Trading - HFT). Hal ini
berbeda dengan obligasi konvensional yang memiliki kategori ketiga, yakni Tersedia untuk
Dijual (Available for Sale - AFS)

Peningkatan Kredit

Penerbitan sukuk korporasi dapat dibuat lebih menarik bagi para investor dengan
memberikan peningkatan kredit untuk meningkatkan profil risiko instrumen ini, seperti
agunan/aset yang mendasari serta jaminan untuk memastikan bahwa imbal hasil dari aset
yang mendasari akan digunakan untuk memenuhi kewajiban keuangan sukuk.

Strategi dalam Mengatasi Kendala SBSN/Sukuk

1. Penguatan kerangka regulasi


2. Kebijakan sukuk pemerintah
3. Mendorong penyederhanaan proses penerbitan
4. Peluncuran instrumen baru
5. Meningkatkan infrastruktur pasar
6. Menawarkan insentif baru
7. Mengubah perlakuan akuntansi
8. Meningkatkan kesadaran masyarakat

ISU-ISU TERKINI MENGENAI SUKUK

 Waqf Linked-Sukuk
 Sukuk-Linked Waqf

Anda mungkin juga menyukai