Anda di halaman 1dari 43

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

HUKUM
KEUANGAN
NEGARA

Kementerian Dalam Negeri


Republik Indonesia

Pertemuan Aspek Hukum


Utang Negara, Pinjaman, Hibah, dan
Penerusan Pinjaman

1
MATERI KULIAH

• Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Utang Negara


• Instrumen dan Jenis-Jenis Utang Negara
• Unit Pengelola Utang dan Komite Kebijakan Pengelolaan
Surat Utang Negara
• Prinsip-prinsip Operasional Pengelolaan Utang Negara
• Pengertian Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
• Sumber-sumber PHLN
• Persyaratan dan Sifat Serta Jenis Pinjaman
• Perencanaan dan Mekanisme PHLN
• Pengelolaan Hibah: jenis, sumber dan penggunaannya
• Pengertian Pengadaan dan Penerusan Pinjaman
• Mekanisme Penerusan Pinjaman

2
Ketentuan Yang Berlaku

• No. 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara


• UU No. 1 Tahun 2004 ttgPerbendaharaan Negara
• UU No. 15 Tahun 2004 ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keu Negara
• Undang-Undang No 19/2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara
• Undang-Undang No 24/2002 tentang Surat Utang Negara
• Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara Dan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah, Serta Jumlah Kumulatif
Pinjaman Pemerintah Dan Pemerintah Daerah.

3
Ketentuan Yang Berlaku

• PP Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara


Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri
oleh Pemerintah.
• PP Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan
Hibah (menggantikan PP 2 /2006)
• PP Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek
Melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
• PP No. 45 Tahun 2013 ttg Tata Cara Pelaksanaan
APBN
• KMK Nomor 113/KMK.08/2014 tentang Strategi
Pengelolaan Utang Tahun 2014-2017
4
Pengelolaan Utang (dan Hibah) dlm UU 1/2004

• Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas


nama Menteri Keuangan untuk mengadakan utang negara atau
menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar
negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU
APBN.
• Utang/hibah dimaksud dapat diteruspinjamkan kepada pemerintah
daerah/BUMN/BUMD. Biaya berkenaan dengan proses pengadaan
utang atau hibah tersebut dibebankan pada anggaran belanja
negara.
• Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan
utang atau hibah luar negeri kepada pemerintah
daerah/BUMN/BUMD, diatur dengan PP
• PP Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Tatacara Pengadaan Pinjaman
dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri digantikan oleh PP 10/2011

(Pasal 38 UU 1/2004)
Pengertian Utang Negara

UTANG NEGARA merupakan jumlah uang yang


wajib dibayar pemerintah pusat dan/atau
kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai
dengan uang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, perjanjian, atau
berdasarkan sebab lain yang sah.
(Pasal 1 angka 8 UU 1/2004)

Utang adalah konsekuensi dari postur APBN (yang


mengalami defisit), dimana Penerimaan Negara lebih
kecil daripada Belanja Negara.
Tujuan Pengelolaan Utang Negara

Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal


(APBN) yang menjadi bagian dari Kebijakan
Pengelolaan Ekonomi secara keseluruhan.

TUJUAN DARI PENGELOLAAN EKONOMI adalah:


1. Menciptakan kemakmuran rakyat dalam
bentuk:
a. Penciptaan kesempatan kerja.
b. Mengurangi kemiskinan.
c. Menguatkan pertumbuhan ekonomi.
2. Menciptakan keamanan.
TUJUAN PENGELOLAAN UTANG NEGARA
(KMK No. 113/KMK.08/2014)

TUJUAN JANGKA MENENGAH:


1. Mengamankan Kebutuhan Pembiayaan APBN melalui utang
dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga
kesinambungan fiskal dapat terpelihara.
2. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar surat berharga
negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid.
TUJUAN JANGKA PENDEK:
• Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan
pembayaran kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan
efisien.
Untuk Surat Utang Negara (SUN), Pengelolaan SUN juga
diharapkan dapat mendukung pengembangan pasar SUN
(Primary dan Secondary Market) (pasal 9 UU no 24 tahun 2002)
PENARIKAN PINJAMAN BERDASARKAN JENISNYA
2010-2015

9
INSTRUMEN UTANG NEGARA

1. PINJAMAN
– Pinjaman Luar Negeri
– Pinjaman Dalam Negeri

2. Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah


Negara (SBSN) / Sukuk Negara

10
JENIS-JENIS PINJAMAN (PP 10/2011)

I. Pinjaman Luar Negeri

Bisa dalam bentuk:


Pinjaman Kegiatan (Pinjaman Proyek Menurut PP 2
/2006)
pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai
kegiatan tertentu pada K/L termasuk pinjaman yang
diteruspinjamkan (on-lending) dan/atau diterushibahkan
(on-granting) kepada pemerintah daerah dan/atau BUMN.
Pinjaman Tunai (Pinjaman Program Menurut PP 2/2006)
pinjaman luar negeri dalam bentuk devisa dan/atau rupiah yang
digunakan untuk pembiayaan defisit APBN dan
pengelolaan portofolio utang.
JENIS-JENIS PINJAMAN

I. Pinjaman Luar Negeri


... ...
II. Utang Dalam Negeri
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
2. Pemerintah Daerah,dan
3. Perusahaan Daerah
Untuk membiayai kegiatan dalam rangka
pemberdayaan industri dalam negeri dan
pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum;
kegiatan investasi yang menghasilkan penerimaan (PP
Nomor 54 Tahun 2008)
JENIS SBN DAN SUKUK

Dalam Rupiah dan valuta asing, tradable & non-


tradable, fixed & variable

1. Surat Utang Negara (SUN)


 Surat Perbend. Neg. (SPN/T-Bills): SUN jangka pendek
(s.d. 12bln);
 Obligasi Negara (> 1 thn)
 Coupon Bond
 Tradable: ORI, FR/VR bond, Global bond
 Non tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat
Utang/SU ke BI untuk penyehatan dan
restrukturisasi perbankan
 Zero coupon
LANJUTAN…

2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk


Negara dalam Rupiah dan valuta asing dengan
berbagai struktur, misalnya Ijarah, Musyarakah,
Istisna dll
 SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills);
 SBSN jangka panjang
 IFR/Ijarah Fixed Rate;
 Global Sukuk;
 SDHI/Sukuk Dana Haji Indonesia.
Siklus Pengelolaan Utang
Unit Pengelola Utang dan Komite Kebijakan
Pengelolaan Surat Utang Negara

DJPPR :
Terselenggaranya pengelolaan Surat
Berharga Negara (SBN) yang terdiri dari Surat
Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN), serta pinjaman dan
hibah yang efektif, transparan, akuntabel, dan
prudent untuk meminimalisasi biaya utang
pada tingkat risiko yang terkendali dalam
rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan
defisit APBN yang berkelanjutan.
Komite Kebijakan Pengelolaan SUN (1/2)

• Dibentuk sesuai dgn KMK No. 15/KMK.01/2003 ttg


Pembentukan Komite Kebijakan Pengelola SUN
• Diperlukan mengingat di bidang pengelolaan Surat
Utang Negara terdapat beberapa unit eselon I yang
• terkait baik secara teknis maupun konsepsional
perlu berkoordinasi agar dapat dihasilkan
rekomendasi kebijakan yang bersifat strategis
kepada Menkeu dalam pengelolaan SUN;
• Anggota: Sekjen, Ditjen LK, Ditjen Angg, Kepala
BKF, Karo HuHu – Setjen.

17
Komite Kebijakan Pengelolaan SUN (2/2)

Tugas Komite adalah:


1. memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri Keuangan
mengenai hal-hal yang bersifat strategis berkaitan dengan
pengelolaan SUN, yang meliputi:
a. kebutuhan dan rencana penerbitan SUN tahunan;
b. metode penjualan dan pembelian SUN;
c. penunjukan agen penjual dan agen pembeli SUN;
d. penetapan harga dan/atau bunga SUN;
e. penyelesaian persoalan berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan SUN
2. melakukan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Prinsip-prinsip Operasional
Pengelolaan Utang Negara

a. Prinsip Efektivitas Biaya


Harus diupaya untuk memperoleh sumber dana dengan biaya yang
relatif rendah dan risiko yang dapat diterima.
b. Prinsip Kehati-hatian
Proses pengambilan keputusan agar dilakukan dengan
mengutamakan kehati-hatian, dengan menghindari keputusan yang
bersifat spekulatif.
c. Diversifikasi
Dalam proses mendapatkan utang baru perlu dipertimbangkan
berbagai alternatif sumber dana, mata uang, tingkat bunga, dan
jangka waktu yang berbeda-beda, untuk memperoleh biaya utang
yang relatif rendah. Diversifikasi juga digunakan untuk memperluas
basis investor SBN dan kreditor, sehingga Pemerintah tidak
bergantung pada satu golongan investor atau kreditor yang dapat
melemahkan posisi tawar Pemerintah.
Lanjutan (... Prinsip-prinsip Operasional …)

d. Transparansi dan Akuntabel


Pengadaan utang digunakan secara optimal dan efisien,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan serta diperoleh dari
hubungan yang saling menguntungkan.
e. Bebas Ikatan
Pengadaan PLN tidak boleh didasari oleh ikatan politik maupun
ikatan lainnya yang dapat merugikan negara.
f. Menjamin Kesinambungan Fiskal
Pengadaan utang harus dikaitkan dengan kemampuan membayar
kembali, bersifat sementara dan dapat diterima sepanjang tidak
ada ikatan politik, serta dengan persyaratan yang tidak
memberatkan negara.
Lanjutan (... Prinsip-prinsip Operasional …)

g. Mekanisme APBN
Pengadaan pinjaman dikelola dalam mekanisme APBN
yang dalam pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk
program dan kegiatan.

h. Menunjang Pertumbuhan Ekonomi


Kegiatan yang dibiayai dari utang harus memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Pengertian Pinjaman Dan Hibah Luar Negeri
(PHLN)

Pinjaman Luar Negeri


adalah setiap penerimaan Negara baik dalam
bentuk devisa dan atau devisa yang
dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan
atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari
pemberi pinjaman luar negeri yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Hibah
penerimaan negara baik dalam bentuk devisa
dan atau devisa yang dirupiahkan maupun
dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk
jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang
diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang
tidak perlu dibayar kembali.
SUMBER-SUMBER PHLN

Pinjaman Luar Negeri bersumber dari:


• a. Kreditor Multilateral;
• b. Kreditor Bilateral;
• c. Kreditor Swasta Asing; dan
• d. Lembaga Penjamin Kredit Ekspor.

Pasal 6 PP Nomor 10 Tahun 2011

23
PRINSIP: Persyaratan dan Sifat

a. transparan;
b. akuntabel;
c. efisien dan efektif;
d. kehati-hatian;
e. tidak disertai ikatan politik; dan
f. tidak memiliki muatan yang dapat
mengganggu stabilitas keamanan negara.

Pasal 2 PP Nomor 10 Tahun 2011


Kewenangan dan Larangan

Pasal 3 PP No. 10 Tahun 2011


1) Menteri (Keuangan) berwenang melakukan Pinjaman Luar
Negeri dan/atau menerima Hibah yang berasal dari luar
negeri dan dalam negeri.
2) Pinjaman Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diteruspinjamkan dan/atau dihibahkan.
3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diterushibahkan dan/atau dipinjamkan kepada Pemerintah
Daerah dan BUMN

Pasal 4 PP No. 10 Tahun 2011


Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan BUMN
dilarang melakukan perikatan dalam bentuk apapun yang dapat
menimbulkan kewajiban untuk melakukan PLN
PENGGUNAAN PLN

(1) Pinjaman Luar Negeri digunakan untuk:


a. membiayai defisit APBN;
b. membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga;
c. mengelola portofolio utang;
d. diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah;
e. diteruspinjamkan kepada BUMN; dan/atau
f. dihibahkan kepada Pemerintah Daerah.

(2) Pemerintah Daerah dapat meneruspinjamkan dan/atau


menerushibahkan Pinjaman Luar Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d dan huruf f kepada Badan Usaha Milik
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7 PP 10/2011
Perencanaan dan Mekanisme PHLN
(Pasal 8 PP 10 Tahun 2011)

1. Pinjaman Luar Negeri merupakan bagian


dari Nilai Bersih Pinjaman yang disetujui
Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Perubahan pinjaman yang tidak menambah
selisih lebih dari Nilai Bersih Pinjaman, tidak
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
sebagaimana dimaksud pada nomor (1)
merupakan bagian dari persetujuan APBN
Perencanaan dan Mekanisme PHLN
(Pasal 9 PP No. 10 Tahun 2011)

1. Menteri menyusun rencana batas


maksimal Pinjaman Luar Negeri yang
ditinjau setiap tahun.
2. Rencana batas maksimal Pinjaman
Luar Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun dengan
mempertimbangkan:
a. kebutuhan riil pembiayaan;
b. kemampuan membayar kembali
Perencanaan dan mekanisme PHLN
(Lanjutan)

c. batas maksimal kumulatif utang;


d. kapasitas sumber Pinjaman Luar Negeri; dan
e. risiko utang.
3. Rencana batas maksimal Pinjaman Luar Negeri
sebagaimana dimaksud pada nomor (1)
merupakan alat pengendali Pinjaman Luar Negeri.
4. Menteri dapat berkonsultasi dengan Gubernur
Bank Indonesia dalam rangka penyusunan
rencana batas maksimal Pinjaman Luar Negeri
sebagaimana dimaksud pada nomor (1)
Pembatasan Jumlah Kumulatif Defisit / Pinjaman

 Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak


melebihi 3% PDB tahun yang bersangkutan.
 Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB yang
bersangkutan.

Hal ini dimaksudkan untuk membatasi jumlah utang pemerintah


agar tidak berlebih dan masih dalam batas yang aman untuk
dapat dibayar kembali.

(UU No. 17 Tahun 2003 dan PP No 23 Tahun 2003)


Bentuk Hibah

(1) Hibah yang diterima Pemerintah berbentuk:


a. uang tunai;
b. uang untuk membiayai kegiatan;
c. barang/jasa; dan/atau
d. surat berharga.
(2) Hibah dimaksud dilaksanakan sebagai bagian
dari APBN.
Hibah Menurut Jenisnya

(1) Penerimaan Hibah menurut jenisnya terdiri atas:


a. Hibah yang direncanakan; dan/atau
b. Hibah langsung.
(2) Hibah yang direncanakan adalah Hibah yang
dilaksanakan melalui mekanisme perencanaan.
(3) Hibah langsung adalah Hibah yang dilaksanakan tidak
melalui mekanisme perencanaan.
1. Hibah Terencana

• Hibah terencana adalah Hibah yang diterima


Pemerintah dari Pemberi Hibah dan dibelanjakan
oleh K/L yang pencairan dananya melalui Kuasa
BUN.
• Hibah Terencana memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Mekanisme pencairan dananya dengan
menggunakan mekanisme transfer ke R-KUN, Direct
Payment (Pembayaran Langsung), Letter of Credit,
Special Account (Rekening Khusus) dan Pre
Financing (pembiayaan pendahuluan); dan
b. Kementerian dapat membelanjakan dana hibah dari
Pemberi Hibah setelah dokumen anggaran diperoleh.
2. Hibah Langsung

• Hibah berasal dari Pemberi Hibah yang diterima secara langsung oleh K/L dan
dibelanjakan secara langsung tanpa melalui pencairan dana dari Kuasa BUN.
• Agar mekanisme penerimaan dan penggunaan hibah oleh K/L sesuai dengan
APBN maka K/L wajib melakukan registrasi, ijin pembukaan rekening, revisi
DIPA dan pengesahan.
• Untuk hibah dalam bentuk uang, K/L dapat membelanjakannya sebelum revisi
DIPA ditetapkan.
Hibah Langsung memiliki ciri-ciri antara lain:
a. perjanjian hibah ditandatangani langsung oleh K/L;
b. pencairan dananya tidak melalui KPPN, namun pengesahannya
akan dilakukan di KPPN;
c. hibah dapat diperoleh secara langsung dari pihak Pemberi Hibah
dalam bentuk uang, barang/jasa, dan surat berharga (khusus BUN);
d. pengadaan barang/jasa dapat dilaksanakan oleh Pemberi Hibah
atau K/L sendiri; dan
e. pengadaan hibah dapat saja dilakukan secara terencana (on
budget), namun pencairan dananya tidak melalui KPPN/BUN (off
treasury).
Sumber Hibah
Hibah bersumber dari:
• dalam negeri; dan
• luar negeri
Hibah dari dalam negeri berasal dari:
a. lembaga keuangan dalam negeri;
b. lembaga non keuangan dalam negeri;
c. Pemerintah Daerah;
d. perusahaan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan di wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. lembaga lainnya; dan
f. perorangan.
Hibah dari luar negeri berasal dari:
g.negara asing;
h.lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa;
i.lembaga multilateral;
j.lembaga keuangan asing;
k.lembaga non keuangan asing;
l.lembaga keuangan nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia;
dan
m.perorangan.
Penggunaan Hibah

Hibah digunakan untuk:


• mendukung program pembangunan nasional;
dan/atau
• mendukung penanggulangan bencana alam dan
bantuan kemanusiaan.
Pengertian Pengadaan dan Penerusan Pinjaman

TERBATASNYA
SUMBER
PENDANAAN
DALAM NEGERI

DALAM RANGKA
MEMBIAYAI DAN
AMANAT
MENDUKUNG
PERUNDANG-
KEGIATAN
UNDANGAN
PRIORITAS DALAM
(UU NO.1/2004
RANGKA
DAN UU
MENCAPAI
NO.17/2003)
SASARAN
PEMBANGUNAN
MEKANISME PENERUS PINJAMAN

Perjanjian Manajemen
Pinjaman Utang
Pemberi Pemerintah RI
Pinjaman (DJPU)
1
2 4
Negosiasi Pelaporan
b
3 DJPBN
Manajemen Debitur NPPP 8d
Komitmen (Dit. SMI)
8c GL/CA
Manajemen Penerimaan 8a
8b
5
6a DIPA
Rekanan 4a RKUN
Manajemen DIPA
6b
Manajemen Kas 7
Direct Payment
6c KPPN II
L/C Manajemen
Special Account Pembayaran

Reimbursement

38
Keterangan Bagan

Keterangan Bagan :
1. Pemerintah RI dan Pemberi Pinjaman melakukan perjanjian kerjasama pemberian pinjaman.
2. Selanjutnya perjanjian pinjaman tersebut disampaikan kepada DJPBN cq. Dit. SMI sebagai
bahan dokumen pelaksanaan penerusan pinjaman.
3. Dit. SMI dan debitur melakukan perjanjian penerusan pinjaman.
4. a. Selanjutnya perjanjian penerusan pinjaman dituangkan ke dalam DIPA Dit. SMI
b. Dit. SMI membuat laporan internal sebagai bahan pengawasan pelaksanaan
perjanjian penerusan pinjaman
5. Debitur melakukan kontrak dengan rekanan mengenai kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan dibiayai dari penerusan pinjaman.
6. a. Debitur mengajukan permohonan pembayaran kegiatan yang dibiayai dari
penerusan pinjaman berdasarkan pengajuan tagihan dari rekanan
b. Dit. SMI menerbitkan SPM atas permohonan pembayaran kegiatan
c. KPPN Jakarta II melaksanakan pencairan dengan 4 cara penarikan dana
yaitu direct payment, L/C, special account, reimbursement
7. Debitur melakukan pembayaran kembali atas pinjaman yang telah diterima ke RKUN
8. a. Debitur menyampaikan laporan kepada Dit. SMI atas kegiatan dan pembayaran
yang telah dilaksanakan.
b. Pelaporan dari RKUN ke Dit. SMI
c. Dit. SMI mengakuntansikan dalam general ledgers dan chart of accounts.
d. Reporting akhir
39
KENDALA PELAKSANAAN PENERUSAN PINJAMAN

PINJAMAN MACET
(POKOK PINJAMAN/BUNGA/DENDA TIDAK DIBAYAR DEBITUR)

RESTRUKTURISASI PINJAMAN BUMN/PEMDA/PDAM

40
SUPLEMEN

41
JENIS-JENIS PLN MENURUT PP NO. 2 TAHUN 2006

• Pinjaman Bilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal


dari pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga keuangan
dan/atau lembaga non keuangan yang ditunjuk oleh
pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan
pemberian pinjaman.
• Pinjaman Multilateral adalah pinjaman luar negeri yang
berasal dari lembaga multilateral.
• Pinjaman Lunak adalah pinjaman yang masuk dalam kategori
Official Development Assistance (ODA) Loan atau
Concessional Loan, yang berasal dari suatu negara atau
lembaga multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan
ekonomi atau untuk peningkatan kesejahteraan sosial bagi
negara penerima dan memiliki komponen hibah (grant element)
sekurang-kurangnya 35% (tigapuluh lima per seratus).

42
LANJUTAN…

• Fasilitas Kredit Ekspor (FKE): pinjaman komersial yang diberikan


oleh lembaga keuangan atau lembaga non keuangan di negara
pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor.
• Pinjaman Komersial: pinjaman luar negeri Pemerintah yang
diperoleh dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa
adanya penjaminan dari lembaga penjamin kredit ekspor.
• Pinjaman Campuran: kombinasi antara dua unsur atau lebih yang
terdiri dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman
komersial.
• Pinjaman program (program loan): pinjaman luar negeri dalam
valuta asing yang dapat dirupiahkan dan digunakan untuk
pembiayaan APBN;
• Pinjaman proyek (project loan): pinjaman luar negeri yang
digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan tertentu.

43

Anda mungkin juga menyukai