Anda di halaman 1dari 74

Sistem Penerimaan dan

Pengeluaran Negara

Pelatihan Bendahara
Pengeluaran APBN
Disampaikan Oleh Budi Sudarso

Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Sahabat Anda
BIODATA
BIODATA

Budi Sudarso

Jabatan:
Widyaiswara Pusdiklat AP, Pengajar PKN- STAN, Asessor
Kemenkeu

Alamat Rumah :
Jln. H.Rijin No.186 Jatimakmur
Pondok Gede Bekasi

Email : budisudarso69@gmail.com
HP : 081369023699

Syukuri apa yang ada, hidup adalah


anugerah
POKOK BAHASAN

Konsepsi Dasar Pendapatan Negara dan Belanja


Negara

Dokumen Pelaksanaan Negara

Sistem Penerimaan Negara

Sistem Pengeluaran Negara

Sistem Pengarsipan Dokumen Keuangan


1. Konsepsi Dasar
Pendapatan Negara dan
Belanja Negara
Dasar Hukum

UUD Tahun 1945

UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara Dalam rangka
pelaksanaan
penerimaan dan
pengeluaran
UU No 1 Tahun 2004 tentang negara
Perbendaharaan Negara

PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara


Pelaksanaan APBN jo. PP No.50 Tahun
PMK-190/2012 jo.
2018
PMK-178/2018
Pengertian Keuangan Negara
• Pendekatan Sisi OBYEK
• semua hak & kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang, termasuk
kebijakan & kegiatan dlm bid. fiskal, moneter & pengel. KN yg
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang
1 berhub. dg pelaks. hak & kewajiban tersebut. Keuangan Negara
adalah semua hak &
kewajiban negara yg
• Pendekatan Sisi SUBYEK dapat dinilai dgn
• seluruh obyek sbgmn tsb di atas yg dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh uang, serta segala
Pemerintah Pusat, PEMDA, Perusahaan Negara/Daerah, & badan lain yg sesuatu baik berupa
2 ada kaitannya dgn keuangan negara. uang maupun
berupa barang yg
dapat dijadikan
• Pendekatan Sisi PROSES milik negara
• seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek berhubung dengan
sbgmn tsb di atas mulai dr perumusan kebijakan & pengambilan pelaksanaan hak
3 keputusan s.d. pertanggunggjawaban. dan kewajiban
tersebut.

• Pendekatan Sisi TUJUAN


• seluruh kebijakan, kegiatan & hubungan hukum yg berkaitan dgn
pemilikan dan/atau penguasaan obyek sbgmn tsb di atas dalam rangka
4 penyelenggaraan pemerintahan negara
Pengertian Pendapatan Negara &
Belanja Negara

PENDAPATAN NEGARA
• Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke kas
negara.
• Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

BELANJA NEGARA
• Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas
negara.
• Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
JENIS-JENIS PENERIMAAN
LATAR BELAKANGNEGARA

PENERIMAAN

Perpajakan PNBP Hibah Pengemb. Pembiayan Non


Belanja Anggaran

Pajak DN SDA DN Kelebihan Pemby DN Transfer


1. PPH pembay. antar Rek.
2. PPN Bag. Laba LN Belanja TA Pemby. LN Pemerinth
3. PBB BUMN berjln
4. BPHTB Penr. PFK
5. Lainnya Pend. BLU TA yang
lalu Pengembl.
Perdagg Lainnya UP
Internas.
1. BM
2. PPE

9
Jenis Penerimaan Negara

PPh, PPN, PPnBM,


Pajak DN PBB, BPHTB, cukai,
pajak lainnya
Perpajakan
Bea masuk,
Pajak Perdagangan
pajak/pungutan
Internasional ekspor

PNBP Umum
Penerimaan
PNBP
Negara
PNBP Fungsional

Hibah

Penerimaan Pengembalian belanja,


lainnya pembiayaan, PFK
Pengertian & Jenis PNBP
PNBP adalah pungutan yg dibayar oleh orang pribadi atau badan
dgn memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas
layanan atau pemanfaatan sumber daya & hak yang diperoleh
negara, berdasarkan per-UU-an, yg menjadi penerimaan
Pemerintah Pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan
dikelola dalam mekanisme APBN. (UU 9/2018 tentang PNBP)

• Seluruh aktivitas, hal, dan/atau benda, yang


menjadi sumber penerimaan negara di luar
perpajakan dan hibah dinyatakan sebagai
objek PNBP.
Objek PNBP
Kriteria:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah;
b. penggunaan dana yang bersumber dari APBN;
c. pengelolaan kekayaan negara; dan/atau
d. penetapan peraturan perundang-undangan.

6 klaster objek PNBP:


1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
2. Pelayanan
3. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan
4. Pengelolaan Barang Milik Negara
5. Pengelolaan Dana
6. Hak Negara Lainnya
Jenis Belanja Negara

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Utang
Belanja Negara
Belanja Subsidi

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Lain-lain
Asas-Asas Keuangan Negara

Asas Kesatuan

Asas Universalitas
Lama
Asas Tahunan

Asas Spesialitas
Asas
Keuangan akuntabilitas berorientasi pada
hasil
Negara
profesionalitas

Baru proporsionalitas

keterbukaan dlm pengelolaan


keuangan negara

pemeriksaan keuangan oleh badan


pemeriksa yg bebas dan mandiri
Asas-Asas Keuangan Negara dan
Perbendaharaan Negara
Asas-Asas Umum Keuangan Negara
 Asas-asas Lama
 asas tahunan,
membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu
tahun tertentu
 asas universalitas,
mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokkumen anggaran
 asas kesatuan,
menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran
 asas spesialitas,
mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan
terinci secara jelas peruntukannya
Asas-asas baru sebagai pencerminan best practices
dalam pengelolaan keuangan negara :
1. Akuntabilitas yg berorientasi pada hasil, yaitu asas yg
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
pengelolaan keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sbg pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dgn ketentuan perundang-undangan;
2. Profesionalitas, yg berarti mengutamakan keahlian yg
berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-undangan;
3. Proporsionalitas, yakni asas yg mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara;
4. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu asas yg
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yg benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan
negara, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak2 asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara;
5. Pemeriksaan keuangan negara oleh Badan Pemeriksa yg bebas
dan mandiri, yg dalam praktiknya dilakukan oleh BPK RI.
Asas Perbendaharaan

1. UU APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan


penerimaan dan pengeluaran negara. (Untuk Pemda  Perda APBD)
2. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran
atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.
3. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang
sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN. (Untuk
Pemda  Perda APBD)
4. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau
tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang
selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
5. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda
dan/atau bunga.
• Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan
dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD
bertanggung jawab atas kebenaran material dan
akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud. (Pasal 18 ayat 3 UU No. 1 Tahun 2004).
• Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh
dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.
(Pasal 21 ayat 1 UU No. 1 Tahun 2004).
Pejabat Perbendaharaan

Presiden
(CEO)

Pejabat Perbendaharaan
(UU No. 1 tahun 2004)
Menteri/Pim Menteri
Lembaga Keuangan
(PA – COO) (BUN – CFO)

Bendahara Bendahara
Penerimaan Pengeluaran
Pejabat Pengelola Keuangan Satker

PA

Delegasi
KPA .
Kepala
Kantor
Mandat
Pejabat Pejabat
Bendahara Bendahara Pejabat
Pembuat Penanda-
Pengeluaran Penerimaan Lainnya
Komitmen tangan SPM

Pejabat Petugas
BPP PPABP PPHP
Pengadaan Akuntansi
Penetapan Pejabat Perbendaharaan
Menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil untuk melaksanakan kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA
Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA
bersifat ex-officio
Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku PA Menetapkan Pejabat
Perbendaharaan
Negara lainnya, yaitu
PPK dan PPSPM

Pelimpahan wewenang PA kepada KPA


Menetapkan
PPK

Menetapkan
PPSPM

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat
kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.

21
Penetapan Pejabat Perbendaharaan (lanjutan)
Penetapan PPK dan PPSPM

KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK


dan/atau PPSPM, spesimen tanda tangan PPSPM Kepala
dan cap/stempel Satker kepada Kepala KPPN selaku KPPN
Kuasa BUN

Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/ diberhentikan dari


jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM
pengganti dengan surat keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan.

PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab untuk


menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.

Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran, dalam hal
tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka pada awal tahun
anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN.

22
Penetapan Pejabat Perbendaharaan (lanjutan)
Penetapan Bendahara Pengeluaran

Menteri/ Penetapan Bendahara


Pimpinan Pengeluaran Bertanggung jawab
secara fungsional kepada
Lembaga Menteri Keuangan
selaku PA
konsekuensi dari tugas bendahara
dalam pengelolaan Uang Persediaan
Pelimpahan wewenang
 Penetapan Bendahara Pengeluaran tidak terikat tahun
kepada Kepala Satker
anggaran; dan
 Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara
Pengeluaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun
anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
 Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
Menyampaikan Surat Penetapan Bendahara sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker
Pengeluaran kepada PPSPM, PPK, dan Kepala KPPN menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara
Pengeluaran; dan
 Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
Kepala sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan
KPPN seluruh administrasi keuangan.
23
2. Dokumen Pelaksanaan
Anggaran
Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA


adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai
acuan PA dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai
pelaksanaan APBN.

Akumulasi DIPA
DIPA Induk Petikan

DIPA Dasar pelaksanaan


kegiatan satuan kerja

DIPA Petikan
Dasar pencairan
dana/pengesahan bagi
BUN/Kuasa BUN
Dokumen Pelaksanaan Anggaran
• Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah
dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh
PA/KPA.

DIPA Induk
SP DIPA Induk

Hal I – Informasi
DIPA Petikan
Kinerja & Anggaran
Program
Hal III –
Hal II - Rincian Hal I –
Hal II – Rencana
Alokasi Anggaran Informasi
SP DIPA Rincian Penarikan Hal IV –
per Satker Kinerja &
Petikan Pengeluara Dana dan Catatan
Sumber
n Perkiraan
Hal III - Rencana Dana
Penarikan Dana Penerimaan
dan Perkiraaan
Penerimaan
Format DIPA

Lembar Surat Pengesahan DIPA

Halaman IA – Informasi Kinerja

Halaman IB – Sumber Dana

Halaman II – Rincian Pengeluaran

Halaman III – Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan

Halaman IV – Catatan
Klasifikasi Anggaran
Klasifikasi Jenis
Klasifikasi Organisasi Klasifikasi Fungsi
Belanja (Ekonomi)
• Bagian Anggaran • pelayanan umum • Belanja Pegawai
• Unit Organisasi • pertahanan • Belanja Barang
• Satuan Kerja • ketertiban dan • Belanja Modal
keamanan • Belanja Utang
• ekonomi • Belanja Subsidi
• lingkungan hidup • Belanja Hibah
• perumahan dan fasilitas • Belanja Bantuan Sosial
umum • Belanja Lain-lain
• kesehatan
• pariwisata dan budaya
• agama
• pendidikan
• perlindungan sosial.
Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK)

POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan


biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun
oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA.

Pedoman dalam melaksanakan


kegiatan/aktivitas.

Alat monitoring kemajuan pelaksanaan


kegiatan/aktivitas.
Fungsi POK
Alat perencanaan kebutuhan dana.

Sarana untuk meningkatkan transparansi,


akuntabilitas, dan efektivitias pelaksanaan
anggaran.
Pokok-pokok Materi POK

1. Kode & nama Satker


2. Kode K/L, Unit Organisasi, Program & Nama Program.
3. Kode & nama kegiatan/output/sub output / komponen input/akun.
4. Kode & nama kantor bayar, lokasi, & indikator kinerja kegiatan.
5. Rincian volume, harga satuan, && jumlah biaya.
6. Sumber dana, cara penarikan, & kode kewenangan.
7. Tata cara pengadaan/pelaksanaan (kontrakstual & non)
8. Rencana pelaks kegiatan (time schedule) yg dilengkapi perkiraan
kebutuhan dana per aktivitas per bulan.
Contoh POK

Program

Kegiatan

Output

Sub Output
Komponen

Sub Komponen

Akun Belanja

Paket Pekerjaan Detil Belanja


31
Alur Mekanisme Revisi Anggaran
pada KPA
3. Sistem Penerimaan
Negara
Wajib
Pihak-Pihak Terkait Pajak
Penerimaan Wajib
KPPN
Bayar

Petugas
KPBC Pungut
Penerimaan

Bendahra
KPP Pen/ Pengl

Bank/ Pos
Persepsi KPA
Dokumen Sumber
• Surat Setoran Pajak (SSP)
1 Dokumen Lain
2
• Surat Setoran Pajak Bumi & Bangunan (SSPBB)
Karcis
3
• Surat Setoran BPHTB (SSB)
• Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Tiket
4 rangka Impor (SSPCP)
• Surat Setora Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Tanda Masuk
5 Hasil Tembakau Buatan DN (SSCP)
• Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) Kupon
6

7
• Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) Kuitansi

8
• Surat Tanda Bukti Setor (STBS)

9
• Bukti Penerimaan Negara (BPN)
Cara Penyetoran Penerimaan
Negara
• PENYETORAN PAJAK
• WP  Bendahara Pengeluaran  Kas Negara
• WP  Kas Negara

• PENYETORAN PNBP
• WB  Petugas Pungut  Bendahara Penerimaan  Kas
Negara
• WB  Bendahara Penerimaan  Kas Negara
• WB  Kas Negara
Mekanisme Penyetoran Penerimaan
Negara

Pendaftaran

Penyetoran dg Pembuatan Teller Bank/Pos


Penyetoran Kode Billing Billing Persepsi

Internet Banking
Pembayaran
Electronic Device
Circuit

ATM
Alur Proses Pembayaran

Dengan Billing System :


• Tanpa perlu membuat
Surat Setoran ( SSP,
SSBP, SSPB) manual
• Hanya dengan
menyampaikan kode
billing, pembayaran
pajak, bea & cukai,
dan PNBP selesai
dengan cepat dan
mudah
Pengesahan Penerimaan Negara

• NTPN
Melalui Bank
• NTB
• NTPN
Melalui Pos
• NTP

Melalui Potongan • NTPN


SPM • NPP
4. Sistem Pengeluaran
Negara
Metode Pembayaran

Metode LS Melalui UP

• Pembayaran langsung ke: • Pembayaran beban UP


• Penyedia B/J oleh BP untuk :
• Bendahara Pengeluaran • Kegiatan operasional
• Belanja pegawai satker
• Honor • Tidak bisa LS
• Perjadin
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Perubahan Ketentuan UP
PMK-190/2012 PMK-178/2018
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

UP dalam bentuk tunai UP dalam bentuk tunai dan kartu


kredit
Disimpan pada rekening UP tunai disimpan dalam rekening
bendahara / brankas bendahara / brankas
UP Kartu kredit berupa limit belanja kartu
UP digunakan untuk kredit yang dipegang oleh pemegang KKP
operasional dan kegiatan-
kegiatan yang tidak bisa Besaran UP merupakan total UP Tunai dan
dibayarkan dengan LS UP KKP
UP KKP digunakan untuk kegiatan operasional
dan kegiatan yang tidak dapat dibayarkan
dengan LS yang sumber dananya RM

42
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Pengaturan Proporsi UP Tunai dan KKP

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Terbagi dalam 4 Pagu UP Terbagi dalam


(empat)
< Rp900 jutau
Max. Rp50 Pagu UP 3 kelompok
kelompok pagu juta
belanja yang pagu belanja
dapat
Rp900 juta s.d. Rp2,4 M Max. Rp100 juta
< Rp2,4 M Max. Rp100 juta
yang dapat
PaRp2,4 M s.d. Rp6 M Max. Rp200 juta
dibayarkan dibayarkan
dengan UP > Rp6 M Max. Rp500 juta PaRp2,4 M s.d. Max. Rp200 juta
Rp6 M dengan UP

> Rp6 M Max. Rp500 juta

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat


memberikan dispensasi terhadap perubahan Proporsi UP Tunai dan KKP sebesar 60% dan 40 %
UP melampaui besaran UP
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat
memberikan dispensasi terhadap perubahan UP
melampaui besaran UP dan perubahan proporsi UP

43
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Pengaturan Dispensasi
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan Dispensasi


atas: Perubahan UP melampaui besaran UP,
Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan UP
melampaui besaran mempertimbangkan: mempertimbangkan:
frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata- 1 frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu)
tahun; dan 1
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu)
2 bulan melampaui besaran UP
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu)
bulan melampaui besaran UP 2 Perubahan proporsi besaran UP tunai,
mempertimbangkan:
Pertimbangan yang sama dengan perubahan UP melampaui besaran UP
dan

tidak terdapat atau masih terbatas penyedia barang/jasa yang menerima


pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin Electronic Data Capture
(EDC) yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA.

Pengecualian Penggunaan UP Tunai 100% tanpa


dispensasi, mempertimbangkan:
tidak terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima
pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin EDC yang
dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA;
dan
memiliki pagu jenis belanja Satker yang dapat dibayarkan
44 melalui UP sampai dengan Rp2.,4 miliar.
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Pengendalian UP

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

• Surat Pemberitahuan kepada KPA


apabila 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP •Surat Pemberitahuan kepada KPA
diterbitkan belum dilakukan apabila 1 (satu) bulan sejak SP2D-UP
pengajuan penggantian UP (GUP) Tunai diterbitkan belum dilakukan
• Pemotongan 25% apabila 1 (satu)
bulan setelah surat pemberitahuan
pengajuan penggantian UP (GUP)
ke-1 tidak GUP Tunai
• Pemotongan 50% apabila 1 (satu) •Pemotongan 25% apabila 1 (satu)
bulan setelah surat pemberitahuan bulan setelah surat pemberitahuan
ke-2 tidak GUP
ke-1 tidak GUP Tunai
•Pemotongan 50% apabila 1 (satu)
bulan setelah surat pemberitahuan
ke-2 tidak GUP Tunai

45
Pengelolaan UP

UP GUP GUP

GUP
GUP …
Nihil

UP
RUTIN
Perubahan
UP
KURANG
BULAN
TUP
TERTENTU
Dokumen Terkait Pengeluaran Negara

• Dokumen Pelaksanaan Anggaran – DIPA


1 & POK

2
• Dokumen Perikatan

3
• Bukti Kegiatan/Transaksi

4
• Bukti Pembayaran

5
• Bukti Setoran
Pihak-Pihak Terkait Pengeluaran Negara

Pegawai
Bank/Pos
Penyedia B/J
Oprasional

KPPN PPK

Pengelu
Tim/ -aran
PPSPM
Pokja

PIC
KPA
Kegiatn

Bendahra
BPP
Pengelu-aran
Bagan Alir Mekanisme Pembayaran Tagihan
Pihak
Bendahara
Ketiga/Penerima PPK PPSPM KPPN
Pengeluaran
Hak

Perjanjian / 1 Perjanjian / 2 Perjanjian /


kontrak/kep kontrak/kep kontrak

Pencatatan

3
Tagihan Tagihan
SPM-LS SPM-LS

4a
4b
SPP-LS SPP-LS

SPBy SPBy

Rp. SP2D-LS
Penyelesaian Tagihan Melalui Mekanisme
Pembayaran LS
No Uraian Penyedia PPK PPSPM
Barang/Jasa
1 Mengajukan tagihan atas
Kontrak/Bukti
penyelesaian Pekerjaan, disertai
Pendukung
dengan bukti pendukung

2 PPK melakukan pengujian dan


penelitian materil dan formal
tagihan.
Uji

3 Dalam hal tagihan memenuhi


syarat, PPK menerbitkan SPP SPP/Bukti
Pendukung

4 PPSPM melakukan pengujian


SPP dan bukti pendukung
Uji

5 Dalam hal SPP & bukti Pendukung


memenuhi syarat, PPSPM
menerbitkan SPM SPM
Penyelesaian Tagihan Melalui UP

No Uraian Pihak Ketiga/ PPK Bendahara


Penerima Uang Pengeluaran/
Muka Kerja BPP
1 a. Pihak ketiga mengajukan
tagihan disertai bukti
pendukung; atau Tagihan
b. Penerima Uang Muka Kerja Pihak Ketiga
/Uang Muka
mengajukan permintaan Uang
Kerja
Muka Kerja disertai bukti
pendukung.

2 PPK menguji tagihan atas UP,apabila


memenuhi syarat maka diterbitkan
Surat Perintah Bayar (SPBy);
Uji
3 SPBy beserta bukti pendukung
disampaikan kepada Bendahara
Pengeluaran/BPP; SPBy & Bukti
Pendukung
3 Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pengujian;
4 Setelah memenuhi syarat SPBy Uji
dibayar oleh Bendahara
Bayar
Jenis Kartu Kredit Pemerintah

Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah untuk belanja pemerintah difokuskan pada belanja keperluan
operasional yang Merupakan bagian terbesar dari penggunaan Uang Persediaan.

Belanja Keperluan Operasional dipegang oleh Pelaksana


Kegiatan
Uang (Contoh: PPK, Kasubag TU)

Persediaan ATK Pemeliharaan Jamua


n

Belanja Keperluan Perjalanan dipegang oleh Pelaksana


Dinas
Perjadin
(Contoh: Pegawai/Pejabat
Pelaksana Perjadin)

Tiket Penginapan

52
Mekanisme Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah

Perjanjian
Penerbitan Transaksi dengan Kartu
Kerja Sama Verifikasi oleh
Kartu Kredit Kredit oleh Pemegang GUP KKP
antara Bank Bendahara
oleh Bank Kartu Kredit
dengan
Satker

Belanja Belanja Corporate


Corporate Card
Keperluan Keperluan Card
Operasioanl Perjadin
Contoh: PPK, Contoh: Pegawai/
Kasubag TU Pejabat Pelaksana
Perjadin

Pengujian oleh PPK dan penerbitan


SPBy

53
Mekanisme Pengujian dan Pembayaran Kartu Kredit Pemerintah

Transaksi
dengan Kartu
Kredit

Bukti
Transaksi Disetujui No Tanggung jawab Pribadi
Pengujian
? Pemegang Kartu Kredit
oleh PPK
Tagihan Bank
Yes
Setor Pajak
Verifikasi
Pengajuan
SPBy oleh
Bendahara GUP KKP

Pertanggung
jawaban UP
SPP-GUP SPM GUP SP2D
SPP-GUP
KKP KKP GUP

Pembayaran tagihan bank

54
Koreksi/Ralat SPP, SPM, dan SP2D

1. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;


2. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun
anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan,
nomor register; atau
3. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum
pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan
terjadinya kegagalan transfer dana.

Tidak boleh mengakibatkan:


• Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan
SP2D;
• Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi
minus;
• Perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan
Satker.
Pembatalan SPP-SPM

• Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang


SP2D belum diterbitkan.
• Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara
tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas
negara, pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat
yang ditunjuk
Rekening Bendahara Pengeluaran

• PA/Kuasa PA dapat membuka rekening pengeluaran dengan


persetujuan BUN.
• Persetujuan dikuasakan kepada Kuasa BUN Pusat dan Kuasa BUN di
Daerah.
• Rekening pengeluaran – bentuk rekening giro atas nama jabatan
Bendahara Pengeluaran.
• Sehubungan dengan Treasury Notional Pooling (TNP) maka
pembukaan rekening bendahara pengeluaran dilakukan pada bank
umum yang terhubung dengan sistem TNP.
• Bendahara Pengeluaran melakukan penarikan uang dari Rekening
Bendahara Pengeluaran sesuai dengan kebutuhan pada jam
operasional Bank Umum.
• (08.00 – 15.00).
• Bendahara Pengeluaran tidak diperkenankan melakukan penarikan
uang di luar jam operasional Bank Umum.
Pengelolaan Rekening
• KPA/pemimpin BLU mengajukan permohonan persetujuan pembukaan
Rekening Penerimaan dan/atau Rekening Pengeluaran pada Bank
Umum/Kantor Pos kepada Kuasa BUN di Daerah.
• Kuasa BUN di Daerah harus menerbitkan surat persetujuan atau penolakan
pembukaan Rekening kepada KPA/pemimpin BLU paling lambat 5 hari
kerja sejak diterimanya surat permohonan.
• KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan pembukaan Rekening
kepada Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah paling lambat 20
hari kalender sejak terbitnya surat persetujuan pembukaan Rekening.
• KPA/pemimpin BLU harus melaporkan saldo seluruh Rekening yang
dikelolanya setiap bulan kepada Kepala KPPN paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
Pengelolaan Rekening (2)
• Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah berwenang melakukan
blokir Rekening dalam hal KPA/pemimpin BLU tidak menyampaikan
laporan saldo Rekening. Khusus untuk Rekening milik BLU, pemblokiran
dilakukan untuk seluruh Rekening operasional yang dikelola.
• Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di daerah berwenang menutup
Rekening milik K/L/Satker paling lambat 1 tahun sejak Rekening
dikategorikan sebagai Rekening pasif. Rekening dinyatakan pasif apabila
Rekening tidak terdapat transaksi pendebetan ataupun pengkreditan
Rekening selama 1 tahun.
• KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan penutupan Rekening
kepada Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah paling lambat 5 hari
kerja setelah tanggal penutupan.
Pendebitan Rekening
Bendahara
Pembayaran melalui mekanisme UP Tunai oleh Bendahara dapat
dilakukan dengan menggunakan:
a. Uang tunai yang berada pada kas Bendahara
Pengeluaran/BPP;
b. Internet Banking;
c. Kartu Debit; atau Pendebitan Rekening Bendahara
d. Cek/bilyet giro.
PENGELOLAAN KAS
Penerimaan

• Penyetoran penerimaan ke Rekening


REKENING Operasional dan Rekening Dana
APBN Kelolaan dilakukan secepatnya.
PENGELUARAN
(Rupiah Murni) • Dalam hal penerimaan diterima secara
Sesuai Per-UU tunai oleh fungsi kasir, fungsi kasir
harus menyetorkan ke Rekening BLU
setiap akhir hari kerja saat penerimaan
PNBP diterima.
• Jasa Layanan REKENING • Penyetoran penerimaan dapat dilakukan
• Hasil Investasi pada hari berikutnya dalam hal
• Hibah
OPERASIONAL penerimaan diterima:
• Hasil Kerjasama PENERIMAAN
a. pada hari libur atau diliburkan; atau
• Pendapatan lainnya yg sah b. setelah jam operasional bank
berakhir.
APBN • Pemimpin BLU menetapkan batas waktu
(Investasi Pemerintah) REKENING (cut-off) penerimaan untuk disetorkan
pada hari yang sama dengan
DANA memperhatikan waktu jam operasional
Pinjaman KELOLAAN bank berakhir dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan
Dana yg Belum mjd Hak BLU penyetoran.

61
PENGELOLAAN KAS
Pengeluaran
Belanja Operasional Penyaluran Dana
merupakan belanja untuk kegiatan operasional yang
belanja terkait dengan penyaluran pinjaman/
terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, dan
belanja modal. layanan pembiayaan

REKENING REKENING
REKENING OPERASIONAL OPERASIONAL
PENGELUARAN PENGELUARAN PENGELUARAN
Sumber dana RM atau
Pihak ketiga REKENING
REKENING DANA
OPERASIONAL KELOLAAN
PENGELUARAN
Pihak ketiga
Sumber dana PNBP

• Harus ada pemisahan secara jelas antara penanggung jawab • BLU dapat melakukan penyaluran dana layanan sesuai
kegiatan/ pembuat komitmen, pihak yang menguji dan dengan tugas dan fungsi BLU, manclat, dan/ atau ketentuan
menyetujui pembayaran, dan pihak yang mnelakukan peraturan perundang-undangan.
pembayaran.
• BLU melakukan pelimpahan dana secara berkala dari
• Dilakukan pelimpahan kas secara berkala dari Rekening Rekening Operasional Penerimaan BLU ke Rekening
Operasional Penerimaan ke Rekening Operasional Operasional Pengeluaran BLU untuk penyaluran dana layanan
Pengeluaran berdasarkan perencanaan kebutuhan dana. berdasarkan perencanaan kebutuhan dana.
• BLU dapat membentuk kas kecil untuk belanja operasional
dengan nilai transaksi kecil yang tidak mungkin dan/ atau
tidak efisien dilakukan melalui mekanisme perbankan.

62
PENGELOLAAN KAS
Optimalisasi Kas
Pool of cash, tetapi pada
akhirnya diupayakan • pelimpahan kas dilaksanakan sesuai dengan
saldo minimal perencanaan kas yang akurat.
• Perencanaan kas yang akurat dilakukan
REKENING berdasarkan kebutuhan kas yang diperlukan REKENING
OPERASIONAL untuk segera dilakukan pengeluaran. OPERASIONAL
PENERIMAAN PENGELUARAN
Belanja

Diupayakan saldo minimal


Idle Cash REKENING
PENGELOLAAN
• BLU harus mengoptimalkan kas yang KAS
menganggur pada Rekening Operasional
Penerimaan BLU dan/ atau Rekening Dana
Kelolaan BLU dengan melakukan investasi.
• Kas yang menganggur merupakan kas yang Idle Cash
belum akan segera dilakukan pengeluaran
sesuai dengan perencanaan. REKENING
• Investasi berupa investasi jangka pendek dan/ DANA
atau investasi jangka panjang. KELOLAAN Diupayakan saldo minimal

63
PENGELOLAAN KAS
APBN Rekening Belanja
(Rupiah Murni) Pengeluaran

Berdasarkan
kebutuhan Belanja
Rekening segera dicairkan Rekening Belanja Operasional
PNBP Operasional Bunga/bagi hasil
Operasional
• Jasa Layanan Penerimaan Pengeluaran
• Hasil

Idle Cash
Bunga/bagi
hasil/hasil
Investasi investasi
• Hibah
• Pendapatan Rekening
Telah menjadi hak BLU

Pengelolaan Kas
Bunga/bagi hasil

lainnya yang
sah Termasuk
Rekening Manajer
Kustodian Investasi
Idle Cash

Dana yg Belum
mjd Hak BLU Penyaluran
dan Pinjaman Rekening Pengeluaran Penyaluran Dana sesuai Mandat Dana
Dana
APBN Kelolaan Pengembalian Dana + Bunga

(Investasi
Pemerintah)

64
5. Sistem Pengarsipan
Dokumen Keuangan Negara
Tanggungjawab Atas Dokumen
Keuangan Negara

• Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA dan Menteri Keuangan selaku BUN


menyelenggarakan sistem penatausahaan APBN yang terintegrasi untuk
mewujudkan pelaksanaan APBN secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. (PP No. 45 tahun 2013 Pasal 176)
• Pejabat perbendaharaan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penatausahaan
dokumen transaksi keuangan Pemerintah yang dilakukannya.

• KPA – mengawasi penatausahaan dokumen & transaksi berkaitan dg pelaksanaan


kegiatan dan anggaran.
• Terkait tindakan yang berakibat pengeluaran anggaran Belanja Negara, PPK –
menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan.
• Dalam rangka pengujian tagihan dan perintah pembayaran, PPSPM – menyimpan &
menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih.
• Dalam hal pembayaran tagihan dg UP, BP – menatausahakan transaksi UP.
• PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanja pegawai kepada
KPA.
Konsep Dasar Pengarsipan

Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan
media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah,
lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Arsip Vital

Arsip
Arsip Aktif
Dinamis
Arsip
Arsip
Arsip Statis
Inaktif
Arsip Keuangan Negara
RAPBN dan RUU APBN-P

Pelaksanaan anggaran

Bantuan/pinjaman luar negeri

Pengelolaan APBN/Dana Pinjaman/Hibah


Arsip Keuangan

Luar Negeri (PHLN)

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Negara

Pertanggungjawaban keuangan negara

Pemeriksaan keuangan

Pelaporan dan analisis transaksi keuangan

Pengawasan keuangan

Perpajakan

Pengawasan sektor jasa keuangan


Pengelolaan Arsip

2. Penggunaan 4. Penyusutan
Arsip Arsip
• Pembuatan • Pemberkasan
Arsip Arsip Aktif
• Penerimaan • Penataan Arsip
Arsip • Penggunaan Inaktif • Pemindahan
arsip dinamis • Penyimpanan Arsip Inaktif
berdasarkan • Pemusnahan
Arsip
sistem Arsip
klasifikasi • Alih Media Arsip
• Penyerahan
keamanan dan Arsip Statis
akses arsip
1. Penciptaan 3. Pemeliharaan
Arsip Arsip
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan

• Arsip yg tercipta dari kegiatan lembaga negara & kegiatan yg menggunakan sumber dana
negara dinyatakan sebagai arsip milik negara.
• Negara menyelenggarakan pelindungan dan penyelamatan arsip sebagai bahan
pertanggungjawaban setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk kepentingan
negara, pemerintahan, pelayanan publik, dan kesejahteraan rakyat.
• Negara secara khusus memberikan pelindungan dan penyelamatan arsip yang berkaitan
dengan kependudukan, kewilayahan, kepulauan, perbatasan, perjanjian internasional,
kontrak karya, dan masalahmasalah pemerintahan yang strategis.
 dari bencana alam, bencana sosial, perang, tindakan kriminal serta tindakan kejahatan
yang mengandung unsur sabotase, spionase, dan terorisme.
• Pengelolaan arsip dinamis dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan arsip dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti yang sah
berdasarkan suatu sistem yang memenuhi persyaratan andal, sistematis, utuh, menyeluruh,
dan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
• Untuk mendukung pengelolaan arsip dinamis yang efektif dan efisien pencipta arsip membuat
tata naskah dinas, klasifikasi arsip, jadwal retensi arsip, serta sistem klasifikasi keamanan dan
akses arsip.
• Pejabat atau orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan arsip dinamis wajib menjaga
keautentikan, keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip yang dikelolanya.
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan (2)

• Pencipta arsip wajib menyediakan arsip dinamis bagi kepentingan pengguna arsip yang
berhak.
• Pencipta arsip pada lembaga negara, Pemda, perguruan tinggi negeri, dan BUMN
dan/atau BUMD membuat daftar arsip dinamis berdasarkan 2 kategori, yaitu arsip
terjaga dan arsip umum.
• Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip dibuka untuk
umum dapat:
1. menghambat proses penegakan hukum;
2. mengganggu kepentingan pelindungan hak atas kekayaan intelektual dan
pelindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
3. membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
4. mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori dilindungi
kerahasiaannya;
5. merugikan ketahanan ekonomi nasional;
6. merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan luar negeri;
7. mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir
ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara hukum;
8. mengungkapkan rahasia atau data pribadi; dan
9. mengungkap memorandum atau suratsurat yang menurut sifatnya perlu
dirahasiakan.
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan (3)

• Pencipta arsip wajib menjaga kerahasiaan arsip tertutup


• Penyusutan arsip dilaksanakan oleh pencipta arsip. Penyusutan arsip meliputi:
• pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
• pemusnahan arsip yang telah habis retensi dan yang tidak memiliki nilai guna
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
• penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan.
• Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
• tidak memiliki nilai guna;
• telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan JRA;
• tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
• tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
• Pencipta arsip dan/atau lembaga kearsipan dapat membuat arsip dalam berbagai
bentuk dan/atau melakukan alih media meliputi media elektronik dan/atau media lain.
Autentikasi arsip statis terhadap arsip tersebut dapat dilakukan oleh lembaga
kearsipan.
Sanksi dan Pidana

Pejabat dan/atau
pelaksana yang
melakukan Sanksi Sanksi
pelanggaran dalam
penyelenggaraan
Administratif Pidana
kearsipan
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai