Anda di halaman 1dari 187

Sistem Penerimaan dan

Pengeluaran Negara

E-Learning Bendahara
Pengeluaran/BPP

Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
POKOK BAHASAN
Dasar Hukum

UUD Tahun 1945

UU No 17 Tahun 2003 tentang Dalam


Keuangan Negara rangka
pelaksanaan
penerimaan
dan
UU No 1 Tahun 2004 tentang pengeluaran
Perbendaharaan Negara negara

PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata


Cara Pelaksanaan APBN jo. PP No.50 PMK-190/2012 jo.
Tahun 2018
PMK-178/2018
Pengertian Keuangan Negara
•Pendekatan Sisi OBYEK
•semua hak & kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang,
termasuk kebijakan & kegiatan dlm bid. fiskal, moneter & pengel.
KN yg dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, Keuangan Negara
1 maupun berupa barang berhub. dg pelaks. hak & kewajiban adalah semua
tersebut. hak & kewajiban
negara yg dapat
•Pendekatan Sisi SUBYEK dinilai dgn uang,
•seluruh obyek sbgmn tsb di atas yg dimiliki negara, dan/atau serta segala
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, PEMDA, Perusahaan sesuatu baik
2 Negara/Daerah, & badan lain yg ada kaitannya dgn keuangan
negara.
berupa uang
maupun berupa
barang yg dapat
dijadikan milik
•Pendekatan Sisi PROSES negara
•seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan berhubung
obyek sbgmn tsb di atas mulai dr perumusan kebijakan &
3 pengambilan keputusan s.d. pertanggunggjawaban.
dengan
pelaksanaan hak
dan kewajiban
tersebut.
•Pendekatan Sisi TUJUAN
•seluruh kebijakan, kegiatan & hubungan hukum yg berkaitan dgn
pemilikan dan/atau penguasaan obyek sbgmn tsb di atas dalam
4 rangka penyelenggaraan pemerintahan negara
Pengertian Pendapatan Negara &
Belanja Negara
PENDAPATAN NEGARA
• Penerimaan Negara adalah uang yang
masuk ke kas negara.
• Pendapatan Negara adalah hak pemerintah
pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.

BELANJA NEGARA
• Pengeluaran negara adalah uang yang
keluar dari kas negara.
• Belanja negara adalah kewajiban
pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
Jenis Penerimaan Negara

PPh, PPN, PPnBM,


Pajak DN PBB, BPHTB, cukai,
pajak lainnya
Perpajakan
Bea masuk,
Pajak Perdagangan
pajak/pungutan
Internasional ekspor

PNBP Umum
Penerimaan
PNBP
Negara
PNBP Fungsional

Hibah

Pengembalian
Penerimaan
belanja, pembiayaan,
lainnya PFK
Pengertian & Jenis PNBP
PNBP adalah pungutan yg dibayar oleh orang pribadi atau badan
dgn memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas
layanan atau pemanfaatan sumber daya & hak yang diperoleh
negara, berdasarkan per-UU-an, yg menjadi penerimaan
Pemerintah Pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan
dikelola dalam mekanisme APBN. (UU 8/2018)

• Seluruh aktivitas, hal, dan/atau benda,


yang menjadi sumber penerimaan
negara di luar perpajakan dan hibah
dinyatakan sebagai objek PNBP.
Objek PNBP
Kriteria:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah;
b. penggunaan dana yang bersumber dari APBN;
c. pengelolaan kekayaan negara; dan/atau
d. penetapan peraturan perundang-undangan.

6 klaster objek PNBP:


1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
2. Pelayanan
3. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan
4. Pengelolaan Barang Milik Negara
5. Pengelolaan Dana
6. Hak Negara Lainnya
Jenis Belanja Negara

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Utang
Belanja Negara
Belanja Subsidi

Belanja Hibah
Belanja Bantuan
Sosial
Belanja Lain-lain
Asas-Asas Keuangan Negara

Asas Kesatuan

Asas Universalitas
Lama
Asas Tahunan

Asas Spesialitas
Asas
Keuangan akuntabilitas berorientasi
pada hasil
Negara
profesionalitas

Baru proporsionalitas

keterbukaan dlm pengelolaan


keuangan negara
pemeriksaan keuangan oleh
badan pemeriksa yg bebas
dan mandiri
Asas Perbendaharaan
1. UU APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran negara. (Untuk
Pemda  Perda APBD)
2. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk
membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia.
3. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan
lainnya yang sesuai dengan program pemerintah pusat,
dibiayai dengan APBN. (Untuk Pemda  Perda APBD)
4. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya
mendesak dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian
anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah.
5. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan
dengan pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan
pengenaan denda dan/atau bunga.
• Pejabat yang menandatangani dan/atau
mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar
pengeluaran atas beban APBN/APBD
bertanggung jawab atas kebenaran
material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti dimaksud.
(Pasal 18 ayat 3 UU No. 1 Tahun 2004).
• Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak
boleh dilakukan sebelum barang dan/atau
jasa diterima. (Pasal 21 ayat 1 UU No. 1 Tahun 2004).
Pejabat Perbendaharaan

Presiden
(CEO)

Pejabat Perbendaharaan
(UU No. 1 tahun 2004)
Menteri/Pim Menteri
Lembaga Keuangan
(PA – COO) (BUN – CFO)

Bendahara Bendahara
Penerimaan Pengeluaran
Pejabat Pengelola Keuangan Satker

PA

Delegasi
KPA .
Kepala
Kantor
Mandat
Pejabat Pejabat
Bendahara Bendahara Pejabat
Pembuat Penanda-
Pengeluaran Penerimaan Lainnya
Komitmen tangan SPM

Pejabat Petugas
BPP PPABP PPHP
Pengadaan Akuntansi
Penetapan Pejabat Perbendaharaan
Menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil untuk melaksanakan kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA
Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA
bersifat ex-officio
Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku PA Menetapkan Pejabat
Perbendaharaan
Negara lainnya, yaitu
PPK dan PPSPM

Pelimpahan wewenang PA kepada KPA


Menetapkan
PPK

Menetapkan
PPSPM

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat
kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.

16
Penetapan Pejabat Perbendaharaan (lanjutan)
Penetapan PPK dan PPSPM

KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK


dan/atau PPSPM, spesimen tanda tangan PPSPM Kepala
dan cap/stempel Satker kepada Kepala KPPN selaku KPPN
Kuasa BUN

Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/ diberhentikan dari


jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM
pengganti dengan surat keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan.

PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab untuk


menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.

Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran, dalam hal
tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka pada awal tahun
anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN.

17
Penetapan Pejabat Perbendaharaan (lanjutan)
Penetapan Bendahara Pengeluaran

Menteri/ Penetapan Bendahara


Pimpinan Pengeluaran Bertanggung jawab
secara fungsional kepada
Lembaga Menteri Keuangan
selaku PA
konsekuensi dari tugas bendahara
dalam pengelolaan Uang Persediaan
Pelimpahan wewenang
kepada Kepala Satker  Penetapan Bendahara Pengeluaran tidak terikat tahun
anggaran; dan
 Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara
Pengeluaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun
anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
 Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
Menyampaikan Surat Penetapan Bendahara sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker
Pengeluaran kepada PPSPM, PPK, dan Kepala KPPN menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara
Pengeluaran; dan
 Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
Kepala sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan
KPPN seluruh administrasi keuangan.
18
Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya


disebut DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran
yang digunakan sebagai acuan PA dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai
pelaksanaan APBN.

Akumulasi DIPA
DIPA Induk Petikan

DIPA Dasar
pelaksanaan
kegiatan satuan
kerja
DIPA Petikan
Dasar pencairan
dana/pengesahan
bagi BUN/Kuasa
BUN
Format DIPA

Lembar Surat Pengesahan DIPA

Halaman IA – Informasi Kinerja

Halaman IB – Sumber Dana

Halaman II – Rincian Pengeluaran

Halaman III – Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan

Halaman IV – Catatan
Klasifikasi Anggaran
Klasifikasi Jenis
Klasifikasi Organisasi Klasifikasi Fungsi
Belanja (Ekonomi)
• Bagian Anggaran • pelayanan umum • Belanja Pegawai
• Unit Organisasi • pertahanan • Belanja Barang
• Satuan Kerja • ketertiban dan • Belanja Modal
keamanan • Belanja Utang
• ekonomi • Belanja Subsidi
• lingkungan hidup • Belanja Hibah
• perumahan dan • Belanja Bantuan
fasilitas umum Sosial
• kesehatan • Belanja Lain-lain
• pariwisata dan
budaya
• agama
• pendidikan
• perlindungan sosial.
Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK)

POK adalah dokumen yang memuat uraian


rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai
penjabaran lebih lanjut dari DIPA.
Pedoman dalam melaksanakan
kegiatan/aktivitas.

Alat monitoring kemajuan


pelaksanaan kegiatan/aktivitas.
Fungsi POK
Alat perencanaan kebutuhan
dana.

Sarana untuk meningkatkan


transparansi, akuntabilitas, dan
efektivitias pelaksanaan anggaran.
Pokok-pokok Materi POK

1. Kode & nama Satker


2. Kode K/L, Unit Organisasi, Program & Nama Program.
3. Kode & nama kegiatan/output/sub output /
komponen input/akun.
4. Kode & nama kantor bayar, lokasi, & indikator kinerja
kegiatan.
5. Rincian volume, harga satuan, && jumlah biaya.
6. Sumber dana, cara penarikan, & kode kewenangan.
7. Tata cara pengadaan/pelaksanaan (kontrakstual &
non)
8. Rencana pelaks kegiatan (time schedule) yg
dilengkapi perkiraan kebutuhan dana per aktivitas per
bulan.
Contoh POK

Program

Kegiatan

Output

Sub Output
Komponen

Sub Komponen

Akun Belanja

Paket Pekerjaan Detil Belanja


25
Alur Mekanisme Revisi Anggaran
pada KPA
Pihak-Pihak Wajib
Terkait Pajak
Wajib
KPPN
Penerimaan Bayar

Petugas
KPBC Pungut
Penerimaan

Bendahra
KPP Pen/
Pengl

Bank/
Pos KPA
Persepsi
1 Dokumen Terkait Penerimaan
• Surat Setoran Pajak (SSP)

2 • SSPBB
Dokumen Lain
3 • SSB
Karcis/Tiket/Tanda
Masuk/Kupon
4 • SSPCP

Kuitansi
5 • SSCP

6 • SSBP Nota Debet/Kredit

7 • SSPB
Rekening Koran

8 • STBS

9 • Bukti Penerimaan Negara (BPN) Struk ATM


Cara Penyetoran Penerimaan Negara

• PENYETORAN PAJAK
• WP  Bendahara Pengeluaran  Kas Negara
• WP  Kas Negara

• PENYETORAN PNBP
• WB  Petugas Pungut  Bendahara Penerimaan 
Kas Negara
• WB  Bendahara Penerimaan  Kas Negara
• WB  Kas Negara
Mekanisme Penyetoran Penerimaan
Negara

Pendaftaran

Penyetoran dg Pembuatan Teller Bank/Pos


Penyetoran Kode Billing Billing Persepsi

Internet Banking
Pembayaran
Electronic
Device Circuit

ATM
Alur Proses Pembayaran

Dengan Billing System :


• Tanpa perlu membuat
Surat Setoran ( SSP,
SSBP, SSPB) manual
• Hanya dengan
menyampaikan kode
billing, pembayaran
pajak, bea & cukai,
dan PNBP selesai
dengan cepat dan
mudah
Pengesahan Penerimaan Negara

• NTPN
Melalui Bank
• NTB
• NTPN
Melalui Pos
• NTP
Melalui • NTPN
Potongan SPM • NPP
Metode Pembayaran

Metode LS Melalui UP

• Pembayaran • Pembayaran beban


langsung ke: UP oleh BP untuk :
• Penyedia B/J • Kegiatan
• Bendahara operasional satker
Pengeluaran • Tidak bisa LS
• Belanja pegawai
• Honor
• Perjadin
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Perubahan Ketentuan UP
PMK-190/2012 PMK-178/2018
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

UP dalam bentuk tunai UP dalam bentuk tunai dan kartu


kredit
Disimpan pada rekening UP tunai disimpan dalam rekening
bendahara / brankas bendahara / brankas
UP Kartu kredit berupa limit belanja kartu
UP digunakan untuk kredit yang dipegang oleh pemegang KKP
operasional dan kegiatan-
kegiatan yang tidak bisa Besaran UP merupakan total UP Tunai dan
dibayarkan dengan LS UP KKP
UP KKP digunakan untuk kegiatan operasional
dan kegiatan yang tidak dapat dibayarkan
dengan LS yang sumber dananya RM

36
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Pengaturan Proporsi UP Tunai dan KKP

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Terbagi dalam 4 Pagu UP Terbagi dalam 3


(empat)
< Rp900 jutau
Max. Rp50 Pagu UP kelompok pagu
kelompok pagu juta
belanja yang Max. Rp100 juta belanja yang
dapat
Rp900 juta s.d. Rp2,4 M
< Rp2,4 M Max. Rp100 juta
dapat
PaRp2,4 M s.d. Rp6 M Max. Rp200 juta
dibayarkan dibayarkan
dengan UP > Rp6 M Max. Rp500 juta PaRp2,4 M s.d. Max. Rp200 juta
Rp6 M dengan UP

> Rp6 M Max. Rp500 juta

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat


memberikan dispensasi terhadap perubahan Proporsi UP Tunai dan KKP sebesar 60% dan 40 %
UP melampaui besaran UP
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat
memberikan dispensasi terhadap perubahan UP
melampaui besaran UP dan perubahan proporsi UP

37
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Pengaturan Dispensasi
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan Dispensasi


atas:
Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan UP Perubahan UP melampaui besaran UP, mempertimbangkan:
melampaui besaran mempertimbangkan:

1 frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan 1
2 perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan
melampaui besaran UP
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu)
bulan melampaui besaran UP 2 Perubahan proporsi besaran UP tunai, mempertimbangkan:
Pertimbangan yang sama dengan perubahan UP melampaui besaran UP
dan

tidak terdapat atau masih terbatas penyedia barang/jasa yang menerima


pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin Electronic Data Capture
(EDC) yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA.

Pengecualian Penggunaan UP Tunai 100% tanpa dispensasi,


mempertimbangkan:
tidak terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima
pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin EDC yang
dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA;
dan
memiliki pagu jenis belanja Satker yang dapat dibayarkan melalui
38 UP sampai dengan Rp2.,4 miliar.
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Pengendalian UP

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

•Surat Pemberitahuan kepada KPA


apabila 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP •Surat Pemberitahuan kepada KPA
diterbitkan belum dilakukan apabila 1 (satu) bulan sejak SP2D-UP
pengajuan penggantian UP (GUP) Tunai diterbitkan belum dilakukan
•Pemotongan 25% apabila 1 (satu) pengajuan penggantian UP (GUP)
bulan setelah surat pemberitahuan
ke-1 tidak GUP Tunai
•Pemotongan 50% apabila 1 (satu) •Pemotongan 25% apabila 1 (satu)
bulan setelah surat pemberitahuan bulan setelah surat pemberitahuan
ke-2 tidak GUP
ke-1 tidak GUP Tunai
•Pemotongan 50% apabila 1 (satu)
bulan setelah surat pemberitahuan
ke-2 tidak GUP Tunai

39
Pengelolaan UP

UP GUP GUP

GUP
GUP …
Nihil

UP
RUTIN
Perubahan
UP
KURANG
BULAN
TUP
TERTENTU
Dokumen Terkait Pengeluaran Negara

• Dokumen Pelaksanaan Anggaran –


1 DIPA & POK

2
• Dokumen Perikatan

3 •Bukti Kegiatan/Transaksi

4 •Bukti Pembayaran

5 •Bukti Setoran
Pihak-Pihak Terkait Pengeluaran Negara

Pegawai
Bank/Pos Penyedia
Oprasional B/J

KPPN PPK

Pengel
Tim/ u-aran
PPSPM
Pokja

PIC
KPA
Kegiatn
Bendahra
BPP Pengelu-
aran
Penyelesaian Tagihan Melalui Mekanisme
Pembayaran LS
No Uraian Penyedia PPK PPSPM
Barang/Jasa
1 Mengajukan tagihan atas
Kontrak/Bukti
penyelesaian Pekerjaan, Pendukung
disertai dengan bukti
pendukung

2 PPK melakukan pengujian


dan penelitian materil Uji
dan formal tagihan.
3 Dalam hal tagihan
memenuhi syarat, PPK SPP/Bukti
menerbitkan SPP Pendukung

4 PPSPM melakukan
pengujian SPP dan bukti
pendukung
Uji

5 Dalam hal SPP & bukti


Pendukung memenuhi syarat,
PPSPM menerbitkan SPM SPM
Penyelesaian Tagihan Melalui UP

No Uraian Pihak Ketiga/ PPK Bendahara


Penerima Pengeluaran/
Uang Muka BPP
Kerja
1 a. Pihak ketiga mengajukan
Tagihan
tagihan disertai bukti
Pihak Ketiga
pendukung; atau /Uang Muka
b. Penerima Uang Muka Kerja Kerja
mengajukan permintaan
Uang Muka Kerja disertai
bukti pendukung.
2 PPK menguji tagihan atas
UP,apabila memenuhi syarat
maka diterbitkan Surat
Uji
Perintah Bayar (SPBy);
3 SPBy beserta bukti pendukung
disampaikan kepada SPBy & Bukti
Bendahara Pengeluaran/BPP; Pendukung

3 Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pengujian;
Uji
4 Setelah memenuhi syarat SPBy
dibayar oleh Bendahara Bayar
Jenis Kartu Kredit Pemerintah

Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah untuk belanja pemerintah difokuskan pada belanja keperluan
operasional yang Merupakan bagian terbesar dari penggunaan Uang Persediaan.

Belanja Keperluan Operasional dipegang oleh Pelaksana


Kegiatan
Uang (Contoh: PPK, Kasubag TU)

Persediaan ATK Pemeliharaan Jamua


n

Belanja Keperluan Perjalanan dipegang oleh Pelaksana


Dinas
Perjadin
(Contoh: Pegawai/Pejabat
Pelaksana Perjadin)

Tiket Penginapan

46
Mekanisme Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah

Perjanjian Transaksi dengan


Penerbitan
Kerja Sama Kartu Kredit oleh Verifikasi oleh
Kartu Kredit GUP KKP
antara Bank Pemegang Kartu Bendahara
oleh Bank
dengan Kredit
Satker

Belanja Belanja Corporate


Corporate Card
Keperluan Keperluan Card
Operasioanl Perjadin
Contoh: PPK, Contoh: Pegawai/
Kasubag TU Pejabat Pelaksana
Perjadin

Pengujian oleh PPK dan penerbitan


SPBy

47
Mekanisme Pengujian dan Pembayaran Kartu Kredit Pemerintah

Transaksi
dengan Kartu
Kredit

Bukti
Transaksi Disetujui No Tanggung jawab Pribadi
Pengujian
? Pemegang Kartu Kredit
oleh PPK
Tagihan Bank
Yes
Setor Pajak
Verifikasi
SPBy oleh Pengajuan
Bendahara GUP KKP

Pertanggung
jawaban UP
SPP-GUP SPM GUP SP2D
SPP-GUP
KKP KKP GUP

Pembayaran tagihan bank

48
Koreksi/Ralat SPP, SPM, dan SP2D

1. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan


kode;
2. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara
bayar, tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran,
sumber dana, cara penarikan, nomor register; atau
3. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank
yang tercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen
pendukungnya yang disebabkan terjadinya kegagalan transfer
dana.

Tidak boleh mengakibatkan:


• Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM
dan SP2D;
• Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK
menjadi minus;
• Perubahan kode Bagian Anggaran,
eselon I, dan Satker.
Pembatalan SPP-SPM

• Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK


sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM
secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum
mendebet kas negara, pembatalan SPM dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur
Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang
ditunjuk
Rekening Bendahara Pengeluaran

• PA/Kuasa PA dapat membuka rekening pengeluaran


dengan persetujuan BUN.
• Persetujuan dikuasakan kepada Kuasa BUN Pusat dan
Kuasa BUN di Daerah.
• Rekening pengeluaran – bentuk rekening giro atas nama
jabatan Bendahara Pengeluaran.
• Sehubungan dengan Treasury Notional Pooling (TNP)
maka pembukaan rekening bendahara pengeluaran
dilakukan pada bank umum yang terhubung dengan
sistem TNP.
• Bendahara Pengeluaran melakukan penarikan uang dari
Rekening Bendahara Pengeluaran sesuai dengan
kebutuhan pada jam operasional Bank Umum.
• (08.00 – 15.00).
• Bendahara Pengeluaran tidak diperkenankan melakukan
penarikan uang di luar jam operasional Bank Umum.
Pengelolaan Rekening
• KPA/pemimpin BLU mengajukan permohonan persetujuan
pembukaan Rekening Penerimaan dan/atau Rekening
Pengeluaran pada Bank Umum/Kantor Pos kepada Kuasa
BUN di Daerah.
• Kuasa BUN di Daerah harus menerbitkan surat persetujuan
atau penolakan pembukaan Rekening kepada
KPA/pemimpin BLU paling lambat 5 hari kerja sejak
diterimanya surat permohonan.
• KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan
pembukaan Rekening kepada Kuasa BUN Pusat atau Kuasa
BUN di Daerah paling lambat 20 hari kalender sejak terbitnya
surat persetujuan pembukaan Rekening.
• KPA/pemimpin BLU harus melaporkan saldo seluruh Rekening
yang dikelolanya setiap bulan kepada Kepala KPPN paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Pengelolaan Rekening (2)
• Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah berwenang
melakukan blokir Rekening dalam hal KPA/pemimpin BLU
tidak menyampaikan laporan saldo Rekening. Khusus untuk
Rekening milik BLU, pemblokiran dilakukan untuk seluruh
Rekening operasional yang dikelola.
• Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di daerah berwenang
menutup Rekening milik K/L/Satker paling lambat 1 tahun
sejak Rekening dikategorikan sebagai Rekening pasif.
Rekening dinyatakan pasif apabila Rekening tidak terdapat
transaksi pendebetan ataupun pengkreditan Rekening
selama 1 tahun.
• KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan penutupan
Rekening kepada Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah
paling lambat 5 hari kerja setelah tanggal penutupan.
Pendebitan Rekening Bendahara

Pembayaran melalui mekanisme UP Tunai oleh


Bendahara dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. Uang tunai yang berada pada kas Bendahara
Pengeluaran/BPP;
b. Internet Banking;
c. Kartu Debit; atau Pendebitan Rekening Bendahara

d. Cek/bilyet giro.
PENGELOLAAN KAS
Penerimaan

• Penyetoran penerimaan ke Rekening


REKENING Operasional dan Rekening Dana
APBN Kelolaan dilakukan secepatnya.
PENGELUARAN
(Rupiah Murni) • Dalam hal penerimaan diterima secara
Sesuai Per-UU tunai oleh fungsi kasir, fungsi kasir
harus menyetorkan ke Rekening BLU
setiap akhir hari kerja saat penerimaan
PNBP diterima.
• Jasa Layanan REKENING • Penyetoran penerimaan dapat
• Hasil Investasi dilakukan pada hari berikutnya dalam
Hibah
OPERASIONAL
• hal penerimaan diterima:
• Hasil Kerjasama PENERIMAAN
a. pada hari libur atau diliburkan; atau
• Pendapatan lainnya yg sah
b. setelah jam operasional bank
berakhir.
APBN • Pemimpin BLU menetapkan batas waktu
(Investasi Pemerintah) REKENING (cut-off) penerimaan untuk disetorkan
pada hari yang sama dengan
DANA memperhatikan waktu jam operasional
Pinjaman KELOLAAN bank berakhir dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan
Dana yg Belum mjd Hak BLU penyetoran.

55
PENGELOLAAN KAS
Pengeluaran
Belanja Operasional Penyaluran Dana
merupakan belanja untuk kegiatan operasional yang penyaluran pinjaman/
belanja terkait dengan
terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, dan
belanja modal. layanan pembiayaan

REKENING REKENING
REKENING OPERASIONAL OPERASIONAL
PENGELUARAN PENGELUARAN PENGELUARAN
Sumber dana RM atau
Pihak ketiga REKENING
REKENING DANA
OPERASIONAL KELOLAAN
PENGELUARAN
Pihak ketiga
Sumber dana PNBP

• Harus ada pemisahan secara jelas antara penanggung jawab • BLU dapat melakukan penyaluran dana layanan sesuai dengan
kegiatan/ pembuat komitmen, pihak yang menguji dan tugas dan fungsi BLU, manclat, dan/ atau ketentuan peraturan
menyetujui pembayaran, dan pihak yang mnelakukan perundang-undangan.
pembayaran.
• BLU melakukan pelimpahan dana secara berkala dari
• Dilakukan pelimpahan kas secara berkala dari Rekening Rekening Operasional Penerimaan BLU ke Rekening
Operasional Penerimaan ke Rekening Operasional Operasional Pengeluaran BLU untuk penyaluran dana layanan
Pengeluaran berdasarkan perencanaan kebutuhan dana. berdasarkan perencanaan kebutuhan dana.
• BLU dapat membentuk kas kecil untuk belanja operasional
dengan nilai transaksi kecil yang tidak mungkin dan/ atau
tidak efisien dilakukan melalui mekanisme perbankan.

56
PENGELOLAAN KAS
Optimalisasi Kas
Pool of cash, tetapi pada
akhirnya diupayakan • pelimpahan kas dilaksanakan sesuai dengan
saldo minimal perencanaan kas yang akurat.
• Perencanaan kas yang akurat dilakukan
REKENING berdasarkan kebutuhan kas yang diperlukan REKENING
OPERASIONAL untuk segera dilakukan pengeluaran. OPERASIONAL
PENERIMAAN PENGELUARAN
Belanja

Diupayakan saldo minimal


Idle Cash REKENING
PENGELOLAAN
• BLU harus mengoptimalkan kas yang KAS
menganggur pada Rekening Operasional
Penerimaan BLU dan/ atau Rekening Dana
Kelolaan BLU dengan melakukan investasi.
• Kas yang menganggur merupakan kas yang Idle Cash
belum akan segera dilakukan pengeluaran
sesuai dengan perencanaan. REKENING
• Investasi berupa investasi jangka pendek DANA
dan/ atau investasi jangka panjang. KELOLAAN Diupayakan saldo minimal

57
PENGELOLAAN KAS
APBN Rekening Belanja
(Rupiah Murni) Pengeluaran

Berdasarkan
kebutuhan Belanja
Rekening segera dicairkan Rekening Belanja Operasional
PNBP Operasional Bunga/bagi hasil
Operasional
• Jasa Layanan Penerimaan Pengeluaran
• Hasil Bunga/bagi

Idle Cash
hasil/hasil
Investasi investasi
• Hibah
• Pendapatan Rekening
Telah menjadi hak BLU

Pengelolaan Kas
Bunga/bagi hasil

lainnya yang
sah Termasuk
Rekening Manajer
Kustodian Investasi
Idle Cash

Dana yg Belum
mjd Hak BLU Penyaluran
dan Pinjaman Rekening Pengeluaran Penyaluran Dana sesuai Mandat Dana
Dana
APBN Kelolaan Pengembalian Dana + Bunga

(Investasi
Pemerintah)

58
Tanggungjawab Atas Dokumen
Keuangan Negara
• Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA dan Menteri Keuangan
selaku BUN menyelenggarakan sistem penatausahaan APBN yang
terintegrasi untuk mewujudkan pelaksanaan APBN secara
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. (PP No. 45 tahun
2013 Pasal 176)
• Pejabat perbendaharaan bertanggung jawab atas
penyelenggaraan penatausahaan dokumen transaksi keuangan
Pemerintah yang dilakukannya.
• KPA – mengawasi penatausahaan dokumen & transaksi berkaitan dg
pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
• Terkait tindakan yang berakibat pengeluaran anggaran Belanja
Negara, PPK – menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan.
• Dalam rangka pengujian tagihan dan perintah pembayaran, PPSPM –
menyimpan & menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih.
• Dalam hal pembayaran tagihan dg UP, BP – menatausahakan
transaksi UP.
• PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanja
pegawai kepada KPA.
Konsep Dasar Pengarsipan
Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai
bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh
lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,
perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan
perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Arsip Vital

Arsip
Arsip Aktif
Dinamis
Arsip
Arsip Arsip
Statis Inaktif
Arsip Keuangan Negara
RAPBN dan RUU APBN-P

Pelaksanaan anggaran

Bantuan/pinjaman luar negeri

Pengelolaan APBN/Dana
Arsip Keuangan

Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN)


Negara

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Pertanggungjawaban keuangan negara

Pemeriksaan keuangan
Pelaporan dan analisis transaksi
keuangan
Pengawasan keuangan

Perpajakan

Pengawasan sektor jasa keuangan


Pengelolaan Arsip

2.
4. Penyusutan
Penggunaan
•Pembuatan •Pemberkasan Arsip
Arsip
Arsip Arsip Aktif
•Penerimaan •Penataan
Arsip •Penggunaan Arsip Inaktif •Pemindahan
arsip dinamis Arsip Inaktif
berdasarkan •Penyimpanan
Arsip •Pemusnahan
sistem Arsip
klasifikasi •Alih Media
Arsip •Penyerahan
keamanan Arsip Statis
dan akses
arsip 3.
1. Penciptaan
Pemeliharaan
Arsip
Arsip
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan
• Arsip yg tercipta dari kegiatan lembaga negara & kegiatan yg menggunakan
sumber dana negara dinyatakan sebagai arsip milik negara.
• Negara menyelenggarakan pelindungan dan penyelamatan arsip sebagai bahan
pertanggungjawaban setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
kepentingan negara, pemerintahan, pelayanan publik, dan kesejahteraan rakyat.
• Negara secara khusus memberikan pelindungan dan penyelamatan arsip yang
berkaitan dengan kependudukan, kewilayahan, kepulauan, perbatasan,
perjanjian internasional, kontrak karya, dan masalahmasalah pemerintahan yang
strategis.
 dari bencana alam, bencana sosial, perang, tindakan kriminal serta tindakan
kejahatan yang mengandung unsur sabotase, spionase, dan terorisme.
• Pengelolaan arsip dinamis dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan arsip dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti
yang sah berdasarkan suatu sistem yang memenuhi persyaratan andal, sistematis,
utuh, menyeluruh, dan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
• Untuk mendukung pengelolaan arsip dinamis yang efektif dan efisien pencipta
arsip membuat tata naskah dinas, klasifikasi arsip, jadwal retensi arsip, serta sistem
klasifikasi keamanan dan akses arsip.
• Pejabat atau orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan arsip dinamis
wajib menjaga keautentikan, keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip yang
dikelolanya.
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan (2)
• Pencipta arsip wajib menyediakan arsip dinamis bagi kepentingan pengguna
arsip yang berhak.
• Pencipta arsip pada lembaga negara, Pemda, perguruan tinggi negeri, dan
BUMN dan/atau BUMD membuat daftar arsip dinamis berdasarkan 2 kategori,
yaitu arsip terjaga dan arsip umum.
• Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip
dibuka untuk umum dapat:
1. menghambat proses penegakan hukum;
2. mengganggu kepentingan pelindungan hak atas kekayaan intelektual
dan pelindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
3. membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
4. mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori
dilindungi kerahasiaannya;
5. merugikan ketahanan ekonomi nasional;
6. merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan luar negeri;
7. mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi dan kemauan
terakhir ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara
hukum;
8. mengungkapkan rahasia atau data pribadi; dan
9. mengungkap memorandum atau suratsurat yang menurut sifatnya perlu
dirahasiakan.
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan (3)

• Pencipta arsip wajib menjaga kerahasiaan arsip tertutup


• Penyusutan arsip dilaksanakan oleh pencipta arsip. Penyusutan arsip
meliputi:
• pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
• pemusnahan arsip yang telah habis retensi dan yang tidak memiliki nilai
guna dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
• penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan.
• Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
• tidak memiliki nilai guna;
• telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan
JRA;
• tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
• tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
• Pencipta arsip dan/atau lembaga kearsipan dapat membuat arsip dalam
berbagai bentuk dan/atau melakukan alih media meliputi media elektronik
dan/atau media lain. Autentikasi arsip statis terhadap arsip tersebut dapat
dilakukan oleh lembaga kearsipan.
Sanksi dan Pidana

Pejabat dan/atau
pelaksana yang
melakukan
pelanggaran
Sanksi Sanksi
dalam Administratif Pidana
penyelenggaraan
kearsipan
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Sistem penerimaan dan
pengeluaran negara

Pelatihan
Bendahara Pengeluaran

2020
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
Hak Cipta

©Pusdiklat Anggaran dan


Perbendaharaan

Dilarang memperjualbelikan modul ini dengan harga melebihi


biaya cetak

Diperbolehkan memperbanyak modul tanpa izin tertulis


dari pemegang hak cipta untuk proses pembelajaran tanpa
mengambil keuntungan ekonomi
PELATIHAN
BENDAHARA PENGELUARAN

MODUL

Sistem Penerimaan dan


Pengeluaran Negara

Oleh:
Bambang Sancoko
Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penyusunan modul Pelatihan Bendahara Pengeluaran dapat
diselesaikan dengan baik. Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara
merupakan salah satu modul yang digunakan dalam Pelatihan Bendahara
Pengeluaran. Terima kasih kami sampaikan kepada para pihak yang telah
membantu proses penyusunan modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran
Negara. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh tim penyusunan
perbaikan modul sesuai dengan Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Nomor: KEP-261/PP.3/2019 tentang
Pembentukan Tim Penyusun Modul Pelatihan Bendahara Pengeluaran Tahun
Anggaran 2020, terutama kepada Bapak Bambang Sancoko yang telah menulis
ulang dan memperbaiki modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara.
Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara berisi tentang bagaimana
bendahara pengeluaran memahami sistem penerimaan dan pengeluaran negara
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara telah diseminarkan


sebagaimana ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, kami nyatakan bahwa
modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara telah sah dan layak
digunakan pada Pelatihan Bendahara Pengeluaran.

Modul ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kepada
semua pihak kami harap dapat menyampaikan kesalahan, memberikan kritik dan
saran guna perbaikan modul ini di masa mendatang.

Bogor,
Kepala Pusat,

Iqbal Islami
NIP 19631206 198403 1 001

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN ii


Daftar Isi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ............................................................. vii
PETA KONSEP .................................................................................................ix
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat ............................................................................................. 2
Prasyarat Kompetensi ..................................................................................... 2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .................................................. 2
Relevansi Modul .............................................................................................. 3

KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEPSI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Dasar Hukum Keuangan Negara .............................................................. 5
Asas-asas Keuangan Negara ................................................................... 13
Pejabat Pengelolaan Keuangan Satuan Kerja .......................................... 15
Latihan ...................................................................................................... 27
Rangkuman .............................................................................................. 28

KEGIATAN BELAJAR 2
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Daftar Isisan Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ........................................... 36
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) ..................................................... 46
Latihan ...................................................................................................... 51
Rangkuman .............................................................................................. 52

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN iii


KEGIATAN BELAJAR 3
SISTEM PENERIMAAN NEGARA
Metode Penyetoran Penerimaan Negara .................................................. 60
Mekanisme Penyetoran Penerimaan Negara ............................................ 66
Latihan ...................................................................................................... 73
Rangkuman .............................................................................................. 74

KEGIATAN BELAJAR 4
SISTEM PENGELUARAN NEGARA
Metode Pembayaran Tagihan Negara ...................................................... 81
Mekanisme Pengeluaran Negara .............................................................. 90
Koreksi/Ralat dan Pembatalan SPP, SPM, dan SP2D .............................. 97
Rekening Bendahara Pengeluaran ........................................................... 99
Latihan ...................................................................................................... 111
Rangkuman .............................................................................................. 112

KEGIATAN BELAJAR 5
SISTEM PENGARSIPAN DOKUMEN KEUANGAN NEGARA
Tanggung jawab atas Dokumen Keuangan Negara .................................. 120
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Arsip ............................................................ 122
Latihan ...................................................................................................... 129
Rangkuman .............................................................................................. 130

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 156

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN iv


Daftar Gambar

Gambar 1.1. Konstruksi Hukum Pengelolaan Keuangan Negara................... 6


Gambar 1.2. Pejabat Pengelola Keuangan Satker ........................................ 16
Gambar 2.1. Lembar Surat Pengesahan DIPA .............................................. 38
Gambar 2.2. Lembar Halaman IA – Informasi Kinerja.................................... 40
Gambar 2.3. Halaman IB – Sumber Dana ..................................................... 41
Gambar 2.4. Halaman II – Rincian Pengeluaran............................................ 42
Gambar 2.5. Halaman III – Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan
Penerimaan .............................................................................. 44
Gambar 2.6. Halaman IV – Catatan............................................................... 45
Gambar 2.7. Halaman POK ........................................................................... 49
Gambar 3.1. Alur Pembayaran Penerimaan Negara ..................................... 70
Gambar 3.2. Alur Pelimpahan Penerimaan Negara ...................................... 40
Gambar 4.1. Alur Penyelesaian Tagihan melalui Mekanisme UP ................. 94
Gambar 4.2. Alur Penyelesaian Tagihan melalui Mekanisme
Pembayaran LS ....................................................................... 96
Gambar 4.3. Pengelolaan Rekening pada BLU ……………………………… ..108
Gambar 4.4. Mekanisme TNP ....................................................................... 110

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN v


Daftar Tabel

Tabel 1.1. Postur APBN 2016 dan RAPBN 2017 (dalam triliun Rupiah) ........ 8
Tabel 2.1. Rincian Belanja Negara menurut Fungsi ....................................... 47

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN vi


Petunjuk Penggunaan Modul

Petunjuk penggunaan modul ini memuat cara penggunaan modul dan tata cara
belajar yang tepat agar peserta diklat dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan:
1. Langkah-langkah belajar yang perlu dilakukan
Pelajari setiap kegiatan belajar (KB) dengan seksama, tanyakan
kepada widyaiswara/tenaga pengajar jika ada bagian yang kurang jelas dan
langkah terakhir adalah reviu semua materi tiap kegiatan belajar dengan
menggunakan peta konsep di bagian awal modul.
2. Target waktu dan pencapaian dalam pembelajaran menggunakan modul.
Estimasi
No. Pokok Bahasan Ket
Waktu
Konsepsi Pengelolaan Keuangan
1. 70 menit -
Negara
2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran 1 Jamlat -

3. Sistem Penerimaan Negara 1 Jamlat -

4. Sistem Pengeluaran Negara 2 Jamlat -

Sistem Pengarsipan Dokumen Keuangan


5. 65 menit -
Negara

3. Hasil evaluasi self assessment.


Kerjakan latihan di akhir kegiatan belajar dan kerjakan tes formatif
pada setiap akhir pelajaran. Cocokan dengan kunci jawaban yang tersedia
untuk mengetahui tingkat pemahaman untuk setiap kegiatan belajar.
Apabila dalam latihan dan tes pada setiap kegiatan belajar telah
mencapai hasil yang memuaskan, maka kerjakan tes sumatif yang ada di
bagian akhir modul dan cocokan dengan kunci jawaban yang tersedia
untuk mengatahui tingkat pemahaman atas keseluruhan materi yang ada
pada modul.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN vii


4. Prosedur peningkatan kompetensi materi.
Peserta dapat menambah bahan bacaan dari berbagai sumber untuk
menambah pengetahuan dan lebih dapat meng-update pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat menunjang tugas sehari-hari dikantor.
5. Peran widyaiswara/tenaga pengajar dalam proses pembelajaran.
Widyaiswara/tenaga pengajar dapat memberi bimbingan dan motivasi
serta pengalaman praktik dalam pekerjaan sehari-hari dalam mempelajari
materi ini.
6. Buatlah coretan/catatan pada bagian kosong yang memungkinkan di tiap
halaman, jika diperlukan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN viii


Peta Konsep

Konsepsi pengelolaan
Keuangan Negara
(KB.1)

Dokumen
Pelaksanaan
Anggaran
(KB.2)

Sistem Penerimaan - Dokumen


Negara - Pihak Terkait
Sistem Penerimaan
dan Pengeluaran (KB.3) - Mekanisme
Negara

Sistem - Dokumen
Pengeluaran
Negara - Pihak Terkait
(KB.4) - Mekanisme

Sistem Pengarsipan
Dokumen Keuangan
Negara (KB.5)

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN ix


PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
B. Prasyarat Kompetensi
C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
D. Relevansi Modul

PENDAHULUA
N
A. Deskripsi Singkat
Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara merupakan
salah satu modul yang akan dipelajari dalam Pelatihan Bendahara
Pengeluran. Modul ini akan memberikan aspek pengetahuan umum dan
sikap dalam mencapai kompetensi yang harus dimiliki seorang calon
Bendahara Pengeluaran, sedangkan aspek keterampilan akan diberikan
dalam modul yang lain. Modul ini dibagi menjadi lima bagian yaitu (1)
Konsepsi Pengelolaan Keuangan Negara, (2) Dokumen Pelaksanaan
Anggaran, (3) Sistem Penerimaan Negara, (4) Sistem Pengeluaran
Negara, (5) Sistem Pengarsipan Dokumen Keuangan Negara.

B. Prasyarat Kompetensi
Prasyarat kompetensi adalah pengetahuan yang perlu dimiliki peserta
sebelum mempelajari modul ini. Pengetahuan tersebut akan terkait dengan
pembahasan dalam bagian-bagian modul, tetapi tidak diuraikan dengan
detail dalam modul. Pengetahuan yang sebaiknya dimiliki oleh peserta
sebelum membaca modul ini adalah pemahaman umum tentang
pengelolaan keuangan di satuan kerja masing-masing.

C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

1. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar
sepanjang hayat yang dicapai oleh peserta melalui pengalaman belajar.
Modul ini bermanfaat bagi peserta dalam memahami tugas-tugas
Bendahara Pengeluaran. Oleh karena itu, standar kompetensi bagi
peserta setelah mempelajari modul ini adalah mampu menjelaskan
sistem penerimaan dan pengeluaran Negara.

2. Kompetensi Dasar
Untuk mencapai standar kompetensi tersebut diatas diharapkan setiap
tahapan dalam mempelajari modul ini akan menghasilkan kompetensi
dasar sebagai berikut.
a. Peserta mampu menjelaskan konsep pengelolaan keuangan
negara.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 2


b. Peserta mampu menjelaskan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK).
c. Peserta mampu menjelaskan sistem penerimaan negara.
d. Peserta mampu menjelaskan sistem pengeluaran negara.
e. Peserta mampu menjelaskan sistem pengarsipan dokumen
keuangan negara.

D. Relevansi Modul

Modul ini bermanfaat bagi peserta untuk memahami konsep sistem


Penerimaan dan Pengeluaran Negara dalam menjalankan tugas
Bendahara Pengeluaran. Selain itu modul ini juga relevan untuk pegawai
yang ditunjuk menjadi Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dan staf
pengelola keuangan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 3


KEGIATAN BELAJAR 1

KONSEPSI PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjabarkan dasar hukum keuangan negara
B. Menjelaskan asas-asas keuangan negara
C. Menjelaskan pejabat pengelola keuangan satuan kerja
Uraian dan Contoh
A. Dasar Hukum Keuangan Negara
1. Landasan Hukum Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara berpedoman pada beberapa
ketentuan yang menjadi landasan hukum antara lain adalah :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUD 1945 merupakan landasan hukum yang mengatur prinsip
dasar keuangan negara.
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
UU ini mengatur tentang prinsip-prinsip umum pengelolaan
keuangan negara (Hukum Tata Negara).
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
UU ini mengatur tentang kaidah-kaidah administratif pengelolaan
keuangan negara. UU ini pada hakikatnya merupakan tatanan
hukum administrasi keuangan negara yang telah secara jelas
memberikan panduan dalam pengelolaan tata laksana dan
organisasi penyelenggaraan pelaksanaan anggaran negara.
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
UU ini mengatur tentang prinsip-prinsip umum pemeriksaan
keuangan negara.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2018.
UU No. 1 Tahun 2004 tersebut tidak dapat secara langsung
dioperasionalisasikan di lingkungan Pemerintah karena

memerlukan petunjuk teknis lebih lanjut yang diatur oleh


Pemerintah. Untuk itu, dalam rangka good governance PP ini yang
akan menjadi pedoman yang lebih rinci tentang bagaimana APBN
tersebut dilaksanakan yang merupakan wujud konkret dari sistem
pelaksanaan APBN di Indonesia.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 5


f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang disempurnakan dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018.
Peraturan ini merupakan implementasi Pasal 7 ayat (2) huruf a
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
dimana Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
berwenang menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan
anggaran negara.
Dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran Negara,
selanjutnya Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan lainnya sebagai petunjuk teknis. Dalam hal ketentuan
mengenai pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran Negara
memerlukan penjelasan yang lebih detil maka diterbitkan Peraturan
Direktur Jenderal sesuai sub bidang keuangan yang terkait.

Gambar 1.1. Konstruksi Hukum Pengelolaan Keuangan Negara

Sumber: Bahan Tayang PPAKP

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 6


2. Pengertian Keuangan Negara, Pendapatan Negara, dan
Belanja Negara
Memahami pengertian Keuangan Negara sangat penting bagi
bendahara agar dapat mengambil tindakan yang tepat dalam
melaksanakan tugas mengelola uang Negara. Ketidakpahaman
pengertian Keuangan Negara akan mendorong terjadinya kesalahan
dalam melakukan tindakan dan dapat berakibat hukum kepada
bendahara.
a. Pengertian Keuangan Negara
Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003, Keuangan Negara
adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Perumusan
pengertian Keuangan Negara ini menggunakan empat
pendekatan yaitu:
1) Dari sisi objek yang dimaksud dengan Keuangan Negara
meliputi semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam
bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan Negara
yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang,
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
2) Dari sisi subjek yang dimaksud dengan Keuangan
Negara meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di atas
yang dimiliki Negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah,
dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
Negara.
3) Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan
objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban.
4) Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh
kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 7


dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Selanjutnya dalam rangka pengelolaan Keuangan Negara
dirumuskan pengertian Perbendaharaan Negara untuk
memberikan landasan hukum di bidang administrasi keuangan
Negara. Pengertian Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan Negara, termasuk investasi
dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan
APBD.
Wujud dari pengelolaan keuangan Negara setiap tahun
adalah penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Gambaran singkat mengenai APBN dapat dilihat pada
Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Postur APBN 2019 dan APBN 2020 (dalam triliun Rupiah)

Sumber : Buku II Nota Keuangan dan APBN TA 2020

b. Pengertian Pendapatan Negara


Dalam UU Keuangan Negara dikenal istilah Pendapatan
Negara dan Penerimaan Negara. Pengertian penerimaan adalah
uang yang masuk ke kas Negara, sedangkan pendapatan Negara
adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih. Pengertian Pendapatan disempurnakan di PP
No. 71 Tahun 2010, yaitu semua penerimaan Rekening Kas

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 8


Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi
hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Tidak semua Penerimaan Negara merupakan Pendapatan
Negara. Penerimaan Negara yang tidak akan dibayarkan kembali
kepada pihak lain dikategorikan Pendapatan Negara, misalnya
penerimaan perhitungan pihak ketiga seperti potongan iuran
askes, potongan iuran pensiun dan tabungan hari tua.
Pendapatan Negara terdiri dari :
1) Pendapatan Dalam Negeri, meliputi :
a) Penerimaan Perpajakan, terdiri dari :
b) Penerimaan Negara Bukan Pajak
2) Penerimaan Hibah

c. Pengertian Belanja Negara


Dalam UU Keuangan Negara juga dikenal istilah
pengeluaran Negara dan belanja Negara. Pengeluaran Negara
adalah uang yang keluar dari kas Negara, sedangkan Belanja
Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Dalam PP No. 71 Tahun
2010, belanja didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.

Tidak semua pengeluaran Negara merupakan belanja


Negara karena merupakan pembayaran kembali penerimaan
Negara yang bukan hak pemerintah, misalnya pengeluaran atas
iuran pension dan tabungan hari tua kepada PT. Taspen, dan
pengeluaran atas iuran asuransi kesehatan kepada Badan
Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS).
Belanja terdiri dari 8 jenis belanja, yaitu :

1) Belanja Pegawai (51)

Belanja Pegawai adalah kompensasi terhadap pegawai baik


dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang, yang harus
dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam dan luar negeri,
baik kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang dipekerjakan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 9


oleh pemerintah yang belum berstatus PNS maupun kepada non-
PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan
dalam rangka mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal
dan/atau kegiatan yang mempunyai keluaran (input) dalam
kategori belanja barang. Belanja Pegawai terdiri atas belanja
gajidan tunjangan, belanja honorarium/vakasi/lembur/tunjangan
khusus, belanja kontribusi sosial dan belanja pegawai transito.

2) Belanja Barang (52)

Belanja Barang dan Jasa adalah pengeluaran untuk


pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat/ Pemerintah Daerah
(Pemda) dan belanja perjalanan. Dalam pengertian belanja
tersebut termasuk honorarium dan vakasi yang diberikan dalam
rangka pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa. Belanja Barang terdiri atas Belanja Barang
(Operasional dan Non-Operasional), Belanja Jasa, Belanja
Pemeliharaan, Belanja Perjalanan, Belanja Badan Layanan
Umum (BLU), serta Belanja Barang Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda. Sesuai dengan PMK-168/2015 dalam
Belanja Barang dan Jasa tersebut juga termasuk bantuan
Pemerintah. Bantuan Pemerintah yang dialokasikan pada jenis
belanja barang tersebut meliputi pemberian penghargaan,
beasiswa, bantuan operasional yang dialokasikan pada kelompok
akun belanja barang non-operasional, bantuan sarana/prasarana
dan bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan yang
dialokasikan pada kelompok akun belanja barang untuk
diserahkan kepada masyarakat/Pemda, serta bantuan lainnya
yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah yang ditetapkan
oleh PA yang dialokasikan pada kelompok akun belanja barang
lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda.

3) Belanja Modal (53)

Belanja Modal adalah pengeluaran untuk pembayaran


perolehan aset tetap dan/atau aset lainnya atau menambah nilai

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 10


aset tetap dan/atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi
aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Dalam
pembukuan nilai perolehan aset dihitung semua pendanaan yang
dibutuhkan hingga aset tersebut tersedia dan siap digunakan. Aset
tetap/aset lainnya tersebut dipergunakan untuk operasional
kegiatan sehari-hari suatu Satker atau dipergunakan oleh
masyarakat/publik, tercatat sebagai aset K/L terkait dan bukan
dimaksudkan untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/Pemda.
Belanja Modal terdiri atas Belanja Modal Tanah, Belanja Modal
Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Gedung dan Bangunan,
Belanja Modal Jalan, Irigasi danJaringan, Belanja Modal Lainnya,
Belanja Penambahan Nilai Aset Tetap/Aset Lainnya, serta Belanja
Modal BLU.

4) Belanja Utang (54)

Belanja Pembayaran Kewajiban Utang adalah pembayaran


yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal
outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri
yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau
jangka panjang, termasuk pembayaran denda/biaya lain terkait
pinjaman dan hibah dalam maupun luar negeri, serta imbalan
bunga. Jenis belanja tersebut khusus digunakan dalam kegiatan
dari BA BUN.

5) Belanja Subsidi (55)

Belanja Subsidi adalah pengeluaran atau alokasi anggaran


yang diberikan pemerintah kepada perusahaan Negara, lembaga
pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual,
mengekspor, atau mengimpor barang dan/atau jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga
harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja subsidi
antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada
masyarakat melalui perusahaan Negara dan/atau perusahaan
swasta. Jenis belanja tersebut khusus digunakan dalam kegiatan
dari BA BUN.

6) Belanja Hibah (56)

Belanja Hibah adalah pengeluaran pemerintah berupa

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 11


transfer dalam bentuk uang/barang/jasa yang dapat diberikan
kepadapemerintah Negara lain, organisasi internasional, Pemda,
atau kepada perusahaan negara/daerah yang secara spesifik
telah ditetapkan peruntukkannya, bersifat sukarela, tidak wajib,
tidak mengikat, tidak perlu dibayar kembali dan tidak terus
menerus, yang dilakukan dengan naskah perjanjian antara
pemberi hibah dan penerima hibah kepada pemerintah Negara
lain, organisasi internasional, dan Pemda dengan pengalihan hak
dalam bentuk uang, barang, atau jasa. Termasuk dalam belanja
hibah adalah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang diterus
hibahkan ke daerah.

7) Belanja Bantuan Sosial (57)

Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer


uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah kepada
masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi
dan/atau kesejahteraan masyarakat.

8) Belanja Lain-Lain (58)

Belanja Lain-lain adalah pengeluaran Negara untuk


pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam
kategori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja
pembayaran kewajiban utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan
belanja bantuan sosial, serta bersifat mendesak dan tidak dapat
diprediksi sebelumnya. Belanja Lain-lain dipergunakan antara lain
untuk:
1) Belanja Lain-lain Dana Cadangan
2) Belanja Lain-Lain Lembaga Non Kementerian
3) Belanja Lain-Lain Jasa Pelayanan BUN
4) Belanja Lain-Lain BUN
5) Belanja Lain-Lain Tanggap Darurat
6) Belanja Penyesuaian Selisih Kurs Invoice/SPP ke SP2D
7) Belanja Lain-Lain Lainnya

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 12


B. Asas-Asas Keuangan Negara
1. Asas-Asas Keuangan Negara

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam


penyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan Negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab
sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-
undang Dasar. Aturan pokok tersebut kemudian dijabarkan dalam asas-
asas umum pengelolaan keuangan Negara yaitu:

a. Asas kesatuan, asas ini menghendaki agar semua Pendapatan


dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen
anggaran.
b. Asas universalitas, asas ini mengharuskan agar setiap
transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen
anggaran.
c. Asas tahunan, asas ini membatasi masa berlakunya anggaran
untuk suatu tahun tertentu.
d. Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang
disediakan terinci secara jelas peruntukannya.

Asas-asas tersebut sudah berlaku sebelum UU No. 17 tahun


2003 diterapkan. Selain itu, terdapat juga asas-asas baru sebagai
pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik)
dalam pengelolaan keuangan Negara yaitu:
a. Akuntabilitas berorientasi pada hasil. Asas ini dilakukan
dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran
berbasis kinerja di sektor publik dari sejak penyusunan anggaran
sampai dengan pertanggungjawabannya.
b. Profesionalitas. Asas Profesionalitas adalah asas yang
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Asas ini
menuntut para pejabat perbendaharaan memiliki kemampuan
untuk bertindak secara profesional dalam pengelolaan keuangan
Negara.
c. Proporsionalitas. Asas Proporsionalitas adalah asas yang
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara Negara.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 13


d. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara. Asas
keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia negara. Asas ini diwujudkan dengan adanya kewajiban
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya untuk menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
e. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas
dan mandiri. Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah
sebelum disampaikan ke DPR/DPRD terlebih dahulu diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam struktur
kelembagaan Negara, BPK berada di luar struktur kelembagaan
pemerintah.

2. Asas-Asas Perbendaharaan Negara

Asas-asas keuangan Negara yang telah dijabarkan diatas


merupakan kaidah umum pengelolaan keuangan Negara. Untuk itu
dalam pelaksanaan keuangan Negara asas-asas itu dijabarkan lebih
lanjut dalam asas-asas perbendaharaan sebagai berikut:
a. Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah
Pusat untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran Negara,
sedangkan untuk Pemerintah Daerah (Pemda), Peraturan Daerah
tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.
b. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk
membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia.
c. Semua pengeluaran Negara, termasuk subsidi dan bantuan
lainnya yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai
dengan APBN. Begitu juga untuk Pemda, semua pengeluaran
daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan
program pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 14


d. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak
dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran
tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
e. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan
denda dan/atau bunga.

Selain itu ada beberapa prinsip yang perlu menjadi perhatian


dalam pengelolaan keuangan, antara lain :

a. Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui


Rekening Kas Umum Negara (pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004).
b. Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada
waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah. Penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran. (pasal 16 ayat (2) dan (3) UU No. 1/2004).
c. Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima (pasal 21 ayat (1) UU No.
1/2004).

C. Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja


1. Pejabat Perbendaharaan

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


ditegaskan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan.Kekuasaan tersebut dikuasakan kepada:
a. Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang
dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden
dalam bidang keuangan adalah Chief Financial Officer (CFO)
Pemerintah Republik Indonesia.

b. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna


Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga
yang dipimpinnya. Menteri/pimpinan lembaga sebagai
pembantu Presiden adalah Chief Operational Officer (COO)
untuk suatu bidang tertentu pemerintahan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 15


Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, disebutkan bahwa Pejabat Perbendaharaan terdiri dari tiga
yaitu Pengguna Anggaran, Bendahara Umum Negara (BUN), dan
Bendahara Penerimaan/Pengeluaran.

2. Pejabat Pengelolaan Keuangan Satker

Satuan Kerja adalah unit organisasi lini Kementerian/Lembaga


Pemerintah Non kementerian atau unit organisasi Pemerintah Daerah
yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga
Pemerintah nonkementerian dan memiliki kewenangan dan tanggung
jawab penggunaan anggaran. Untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan pada satuan kerja pada Kementerian Negara/Lembaga maka
ditunjuk pejabat pengelolaan keuangan pada satuan kerja sebagaimana
Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Pejabat Pengelola Keuangan Satker

a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Penunjukan
KPA bersifat ex-officio, yaitu melekat pada jabatan Kepala Satuan
Kerja atau melekat pada jabatan pejabat selain Kepala Satuan
Kerja yang ditunjuk oleh PA untuk menjadi KPA.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 16


Tugas dan Wewenang KPA
a) menyusun DIPA;
b) menetapkan PPK dan PPSPM;
c) menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan dan anggaran;
d) menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana pencairan dana;
e) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran Belanja Negara;
f) melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran Negara;
g) memberikan supervisi, konsultasi, dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan dan anggaran;
h) mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran; dan
i) menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan.

PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai


KPA dalam hal:
1) Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
2) Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat
Eselon I;
3) Satker sementara;
4) Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional;
atau
5) Satker Lembaga Negara.
Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan Pegawai Negeri
Sipil (PNS), PA dapat menunjuk pejabat lain yang berstatus PNS
sebagai KPA. Dalam keadaan tertentu PA dapat menunjuk KPA
yang bukan PNS, dengan mempertimbangkan efektivitas dalam
pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan
kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam
DIPA. Penunjukkan KPA tersebut harus mendapat persetujuan
Menteri Keuangan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 17


Penunjukan KPA tidak terikat periode tahun anggaran.
Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditunjuk sebagai
KPA pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan
KPA tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku. Penunjukan
KPA berakhir apabila tidak teralokasi anggaran untuk program
yang sama pada tahun anggaran berikutnya.
Penunjukan KPA atas pelaksanaan dana urusan bersama
dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas usul
Gubernur/Bupati/Walikota. Penunjukan KPA atas pelaksanaan
dana dekonsentrasi dilakukan oleh gubernur selaku pihak yang
dilimpahi sebagian urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan
Kementerian Negara/Lembaga. Penunjukan KPA atas
pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga atas usul Gubernur/Bupati/Walikota. Dalam rangka
percepatan pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga
dapat mendelegasikan penunjukan KPA atas pelaksanaan urusan
bersama dan tugas pembantuan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan
dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara. Untuk 1 (satu) DIPA, KPA
menetapkan 1 (satu) atau lebih PPK. Penetapan PPK ini juga tidak
terikat periode tahun anggaran. Jabatan PPK tidak boleh
dirangkap oleh PPSPM dan bendahara. Sesuai Peraturan
Presiden No. 54 tahun 2010 beserta perubahannya, untuk dapat
diangkat sebagai PPK harus memiliki Sertifikat Keahlian
Pengadaan Barang/Jasa. PPK memiliki tugas dan wewenang
yaitu:
1) menyusun rencana pelaksanaan Kegiatan dan rencana
pencairan dana;
2) menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
3) membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian
dengan Penyedia Barang/Jasa;
4) melaksanakan Kegiatan swakelola;
5) memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang
dilakukannya;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 18


6) mengendalikan pelaksanaan perikatan;
7) menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih
kepada Negara;
8) membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPP;
9) melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Kegiatan kepada
KPA;
10) menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada
KPA dengan Berita Acara Penyerahan;
11) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan Kegiatan; dan
12) melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan
dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran Belanja Negara.

c. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)


Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk
melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan
menerbitkan perintah pembayaran. Untuk 1 (satu) DIPA, KPA
hanya menetapkan 1 (satu) PPSPM. Penetapan PPSPM ini juga
tidak terikat periode tahun anggaran. Jabatan PPSPM tidak boleh
dirangkap oleh PPK dan bendahara. PPSPM memiliki tugas dan
wewenang yaitu:

1) menguji kebenaran SPP atau dokumen lain yang


dipersamakan dengan SPP beserta dokumen pendukung;
2) menolak dan mengembalikan SPP, apabila tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
3) membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah
disediakan;
4) menerbitkan SPM atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPM;
5) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak
tagih;
6) melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah
pembayaran kepada KPA;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 19


7) melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

d. Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggung-jawabkan uang Pendapatan Negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Non kementerian.
Dalam melaksanakan anggaran pendapatan pada kantor/Satuan
Kerja di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga, Menteri/
Pimpinan Lembaga dapat mengangkat Bendahara Penerimaan.
Kewenangan mengangkat Bendahara Penerimaan oleh PA dapat
didelegasikan kepada kepala Satuan Kerja. Bendahara
Penerimaan diangkat apabila di satker yang bersangkutan
terdapat PNBP yang bersifat fungsional. Apabila pada satker
hanya terdapat PNBP yang bersifat umum maka pengelolaan
PNBP dirangkap oleh Bendahara Pengeluaran.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan dilakukan setelah
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku
BUN. Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai Bendahara
Penerimaan harus memiliki sertifikat Bendahara yang diterbitkan
oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan juga tidak terikat
periode tahun anggaran. Jabatan Bendahara Penerimaan tidak
boleh dirangkap oleh KPA atau Kuasa BUN.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 20


Tugas Bendahara Penerimaan
a. menerima dan menyimpan uang Pendapatan
Negara;
b. menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening
Kas Negara secara periodik sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
c. menatausahakan transaksi uang Pendapatan
Negara di lingkungan Kementerian/Lembaga/
Satuan Kerja;
d. menyelenggarakan pembukuan transaksi uang
Pendapatan Negara;
e. mengelola rekening tempat penyimpanan uang
Pendapatan Negara; dan
f. menyampaikan laporan pertanggungjawaban
bendahara kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan
Kuasa BUN.

Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara pribadi


atas uang Pendapatan Negara yang berada dalam
pengelolaannya. Bendahara Penerimaan bertanggung jawab
secara fungsional atas pengelolaan uang Pendapatan Negara
yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa BUN.

e. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara
dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah
Non kementerian. Dalam melaksanakan anggaran belanja pada
kantor/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Negara/
Lembaga, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat
mengangkat Bendahara Pengeluaran. Kewenangan mengangkat
Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada kepala
Satuan Kerja.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 21


Tugas Bendahara Pengeluaran

a) menerima dan menyimpan uang persediaan;


b) melakukan pengujian tagihan yang akan dibayarkan melalui
uang persediaan;
c) melakukan pembayaran yang dananya berasal dari uang
persediaan berdasarkan perintah KPA;
d) menolak perintah pembayaran apabila tagihan tidak
memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;
e) melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang
dilakukannya atas kewajiban kepada Negara;
f) menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada
Negara ke Rekening Kas Umum Negara;
g) menatausahakan transaksi uang persediaan;
h) menyelenggarakan pembukuan transaksi uang persediaan;
i) mengelola rekening tempat penyimpanan uang persediaan;
j) menyampaikann laporan pertanggungjawaban bendahara
kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN; dan
k) menjalankan tugas kebendaharaan lainnya.

Pengangkatan Bendahara Pengeluaran dilakukan setelah


memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku
BUN. Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai Bendahara
Pengeluaran harus memiliki sertifikat bendahara yang diterbitkan
oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk. Pengangkatan
Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
Jabatan Bendahara Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh
Kuasa BUN atau pejabat pengelola keuangan satker yang lain
seperti KPA, PPK, PPSPM, dan yang lainnya.
Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker menetapkan
pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran apabila:
1) Bendahara Pengeluaran dipindah tugaskan;
2) Bendahara Pengeluaran pensiun;
3) Bendahara Pengeluaran diberhentikan dari jabatannya;
4) Bendahara Pengeluaran berhalangan sementara.
Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi
atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 22


Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara fungsional
atas pengelolaan uang/surat berharga yang menjadi tanggung
jawabnya kepada Kuasa BUN.

f. Pejabat Lainnya
Pejabat lainnya yang diangkat untuk membantu melaksanakan
pengelolaan keuangan satuan kerja antara lain:
1) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) adalah orang
yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran (BP)
dalam melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna
kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran
belanja, kepala Satuan Kerja dapat mengangkat BPP.
Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai BPP harus
memiliki sertifikat bendahara yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan atau pejabat yang ditunjuk. BPP bertugas membantu
BP dalam melaksanakan tugas kebendaharaan. BPP
bertanggung jawab kepada BP. BPP bertanggung jawab secara
pribadi atas uang/surat berharga yang berada dalam
pengelolaannya. Pada hakekatnya tugas BPP hampir sama
dengan BP. Pengangkatan BPP hanya dapat dilakukan pada
kondisi sebagai berikut:
a) Terdapat kegiatan yang lokasinya berjauhan dengan
tempat kedudukan Bendahara Pengeluaran, dan/atau
b) Beban kerja BP sangat berat berdasarkan penilaian
Kepala Kantor/Satker.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 23


Tugas Bendahara Pengeluaran Pembantu
a. menerima dan menyimpan UP;
b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan
yang dananya bersumber dari UP;
c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber
dari UP berdasarkan perintah PPK;
d. menolak perintah pembayaran apabila tidak
memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;
e. melakukan pemotongan/pemungutan dari
pembayaran yang dilakukannya atas kewajiban
kepada Negara;
f. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban
kepada Negara ke kas Negara;
g. menatausahakan transaksi UP;
h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP; dan
i. mengelola rekening tempat penyimpanan UP.

2) Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai


(PPABP)
Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang belanja
pegawai, KPA mengangkat PPABP untuk membantu PPK
dalam mengelola administrasi belanja pegawai. PPABP
bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanja
pegawai kepada KPA. Tugas PPABP antara lain:
a) melakukan pencatatan data kepegawaian secara
elektronik dan/atau manual yang berhubungan dengan

belanja pegawai secara tertib, teratur, dan


berkesinambungan;
b) melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan
kepegawaian dan dokumen pendukung lainnya dalam
dosir setiap pegawai pada Satker yang bersangkutan
secara tertib dan teratur;
c) memproses pembuatan Daftar Gaji induk, Gaji Susulan,
Kekurangan Gaji, Uang Duka Wafat/Tewas, Terusan
Penghasilan/Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, Uang
Makan, Honorarium, Vakasi, dan pembuatan Daftar

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 24


Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai lainnya;
d) memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian
Pembayaran (SKPP);
e) memproses perubahan data yang tercantum pada Surat
Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga
setiap awal tahun anggaran atau setiap terjadi perubahan
susunan keluarga;
f) menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK
Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar
Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya
kepada PPK;
g) mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan
setiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan
h) melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan
penggunaan anggaran belanja pegawai.

3) Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan
Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
Tugas Pejabat Pengadaan:
a) melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan
Langsung;

b) melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan


Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c) melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah); dan
d) melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

4) Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan


Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP) adalah
pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa. PjPHP memiliki tugas memeriksa administrasi

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 25


hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP) adalah tim
yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa. PPHP memiliki tugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi
yang bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).

5) Petugas Akuntansi Keuangan


Petugas akuntansi pada tingkat UAKPA (Satker) menurut
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.57/PB/2013
yang terdiri dari Petugas Akuntansi/Verifikasi dan Petugas
Komputer melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a) memelihara laporan keuangan dan ADK dari UAKPA;
b) menerima dan memverifikasi ADK dari UAKPA;
c) melaksanakan rekonsiliasi internal antara Laporan
Keuangan dengan Laporan Barang yang disusun oleh
petugas akuntansi barang serta melakukan koreksi apabila
ditemukan kesalahan;
d) melaksanakan rekonsiliasi dengan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bidang Pembinaan
Akuntansi dan Pelaporan serta melakukan koreksi apabila
ditemukan kesalahan;
e) menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-W
berdasarkan penggabungan laporan keuangan dan ADK
UAKPA;
f) menyiapkan konsep Pernyataan Tanggung Jawab;
g) melakukan analisis untuk membuat Catatan atas
Laporan Keuangan;
h) menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat
UAPPAW;
i) menyimpan ADK dan melakukan proses tutup buku
setiap akhir tahun anggaran.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 26


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 1 tentang Konsepsi


Pengelolaan Keuangan Negara maka kepada peserta diminta untuk mengerjakan
latihan di bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan menemukan hambatan
maka peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait dengan latihan pada
kegiatan belajar dari latihan tersebut.
1. Sebutkan dasar hukum pengelolaan keuangan Negara!
2. Jelaskan pengertian keuangan Negara, pendapatan Negaran dan belanja
Negara!
3. Sebutkan jenis-jenis pendapatan Negara!
4. Sebutkan jenis-jenis belanja Negara!
5. Sebutkan asas-asas dalam keuangan Negara!
6. Sebutkan siapa saja pejabat yang terkait dengan pengelolaan keuangan
pada satker!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 27


Rangkuman

1. Pengelolaan Keuangan Negara berpedoman pada beberapa ketentuan yang


menjadi landasan hukum antara lain UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan ketentuan
lainnya.
2. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
3. Pendapatan Negara terdiri dari penerimaan perpajakan, penerimaan Negara
bukan pajak (PNBP), dan penerimaan hibah.
4. Belanja Negara terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,
belanja utang, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan
belanja lain-lain.
5. Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance, pengelolaan
keuangan Negara perlu diselenggarakan berdasarkan asas-asas umum
pengelolaan keuangan Negara yaitu asas kesatuan, asas universalitas, asas
tahunan, dan asas spesialitas. Selain itu juga terdapat asas-asas baru yaitu
akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas, proporsionalitas,
keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara, dan pemeriksaan
keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
6. Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan pada satuan kerja pada
kementerian Negara/Lembaga maka ditunjuk pejabat pengelolaan keuangan
satker meliputi: KPA, PPK, PPSPM, Bendahara Penerimaan, Bendahara
Pengeluaran, dan Pejabat lainnya.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 28


KEGIATAN BELAJAR 2

DOKUMEN PELAKSANAAN
ANGGARAN

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan Daftar Isian Pelaksanaan Anggran (DIPA)
B. Menjelaskan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
Uraian dan Contoh

A. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

1. Pengertian DIPA

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud


pengelolaan keuangan Negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-
undang. Setelah APBN ditetapkan, Menteri/pimpinan lembaga menyusun
dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang
ditetapkan oleh Presiden.
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA
adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan
PA dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan
APBN. DIPA yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan
kepada menteri/pimpinan lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan
Badan Pemeriksa Keuangan.
DIPA terdiri atas:
a. DIPA Induk
DIPA Induk adalah akumulasi dari DIPA per satuan kerja
yang disusun oleh PA menurut unit eselon I Kementerian/
Lembaga yang memiliki alokasi anggaran (portofolio).
Pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan
DIPA Petikan. DIPA Induk tidak berfungsi sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan atau dasar pencairan dana/pengesahan
bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara.

b. DIPA Petikan
DIPA Petikan adalah DIPA per Satker yang dicetak secara
otomatis melalui sistem, yang berisi mengenai informasi Kinerja,
rincian pengeluaran, rencana penarikan dana dan perkiraan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 36


penerimaan, dan catatan, yang berfungsi sebagai dasar dalam
pelaksanaan kegiatan satuan kerja. DIPA Petikan berfungsi
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan
dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa BUN.

2. Format dan Halaman DIPA


Pokok-pokok materi dalam DIPA meliputi uraian-uraian terkait
dengan identitas organisasi, pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer),
rumusan fungsi dan subfungsi, informasi kinerja, pejabat perbendaharaan,
rincian penggunaan anggaran, rencana penarikan dana dan perkiraan
penerimaan, dan pengisian catatan. Bagian-bagian DIPA antara lain:
a. Lembar Surat Pengesahan DIPA
Pengesahan DIPA pada prinsipnya merupakan penetapan oleh
Menteri Keuangan atas DIPA yang disusun oleh PA dan memuat
pernyataan bahwa rencana kerja dan anggaran pada DIPA
berkenaan tersedia dananya dalam APBN dan menjadi dasar
pembayaran/pencairan dana oleh Kuasa BUN atas beban APBN.
Surat Pengesahan (SP) DIPA Petikan yaitu SP DIPA yang memuat
alokasi anggaran untuk masing-masing Satker. SP DIPA Petikan
dicetak secara otomatis dari sistem dan dilengkapi kode pengaman
berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan
(otentifikasi) setelah SP DIPA Induk yang telah disahkan oleh
Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan. Bentuk
dan format SP DIPA Petikan dapat dilihat pada Gambar 1.1.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 37


Gambar 2.1. Lembar Surat Pengesahan DIPA

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN


38
b. Halaman IA – Informasi Kinerja
Rumusan informasi kinerja yang dituangkan dalam DIPA
merupakan uraian kualitatif yang menunjukan keterkaitan antara
alokasi anggaran yang ditetapkan dengan program/kegiatan yang
dilaksanakan dan sasaran/hasil/keluaran yang akan dihasilkan.
Disamping itu, rumusan kinerja dimaksud juga merupakan
perwujudan dari transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan
anggaran yang menjadi tanggung jawab setiap PA/KPA. Informasi
kinerja dalam DIPA meliputi: program, hasil (outcome), indikator
kinerja utama program, kegiatan, indikator kinerja kegiatan dan
keluaran. Bentuk dan format Halaman IA dapat dilihat pada Gambar
1.2.
c. Halaman IB – Sumber Dana
Rincian penggunaan anggaran dalam DIPA berfungsi sebagai
dasar pembayaran dan pembebanan pada anggaran negara. Oleh
karena itu, rincian penggunaan anggaran harus memenuhi ketentuan
pembayaran dalam mekanisme pelaksanaan APBN sehingga dana
yang dialokasikan dapat dicairkan oleh Kuasa BUN. Sumber dana
dalam DIPA meliputi Rupiah Murni (RM), Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP), Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), Pinjaman
dan Hibah Dalam Negeri (PHDN), dan Surat Berharga Syariah
Negara/Project Based Sukuk (SBSN/PBS). Bentuk dan format
Halaman IB dapat dilihat pada Gambar 1.3.
d. Halaman II – Rincian Pengeluaran
Dalam rangka menjaga akuntabilitas pelaksanaan anggaran
oleh PA/KPA dan penyusunan laporan keuangan, pencantuman akun
harus sesuai dengan jenis belanja dan jenis pengeluaran yang
ditetapkan. Ketidaktepatan pencantuman jenis belanja dan jenis
pengeluaran dalam DIPA akan mengakibatkan tertundanya pencairan
dana karena masih memerlukan penyesuaian. Untuk itu maka perlu
diperhatikan informasi pada bagian ini sehingga penggunaan
anggaran tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Bentuk dan
format Halaman II – Rincian Pengeluaran dapat dilihat pada Gambar
2.4.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 39


Gambar 2.2. Lembar Halaman IA – Informasi Kinerja

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN


40
Gambar 2.3. Halaman IB – Sumber Dana

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 41


Gambar 2.4. Halaman II – Rincian Pengeluaran

e. Halaman III – Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan


Penerimaan
Pencantuman rencana penarikan dana dan perkiraan
penerimaan dalam DIPA diperlukan untuk pencapaian
optimalisasi fungsi DIPA sebagai alat manajemen kas
pemerintah. Disamping sebagai alat manajemen kas
pemerintah, rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan
juga berfungsi sebagai alat monitoring/pembanding terhadap
penyerapan pagu. Rencana Penarikan Dana merupakan
pelaksanaan fungsi manajemen kas pemerintah dari sisi belanja
negara. Pengesahan DIPA oleh BUN memberi jaminan bahwa
anggaran dalam DIPA dapat disediakan oleh negara dalam
jumlah yang cukup pada saat anggaran tersebut ditagihkan.
Dalam rangka optimalisasi pengelolaan kas negara, ketepatan
waktu penyediaan uang untuk memenuhi tagihan negara
menjadi penting. Pencantuman angka rencana penarikan dana
pada Halaman III DIPA didasarkan pada rencana kerja bulanan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 42


Satker sesuai dengan kebutuhan riil. Bentuk dan format
Halaman III – Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan
Penerimaan dapat dilihat pada Gambar 1.5.

f. Halaman IV – Catatan
Pemberian informasi dan Pengisian Catatan pada halaman
IV adalah pencantuman informasi dan penjelasan mengenai
rincian belanja yang memerlukan persyaratan tertentu dan/atau
perlakuan khusus pada saat proses pencairan dana, yaitu:
1) alokasi anggaran yang masih harus dilengkapi dengan
dokumen sebagai dasar pengalokasian anggaran, yaitu
persetujuan DPR RI, persetujuan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas (khusus
untuk dana optimalisasi), hasil reviu/audit dari Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (khusus untuk
dana optimalisasi), naskah perjanjian (khusus
PHLN/PHDN), dan nomor register (khusus PHLN/PHDN);
2) alokasi anggaran yang masih terpusat dan belum
didistribusikan ke Satker-Satker daerah;
3) output cadangan;
4) alokasi anggaran yang digunakan dalam rangka
pengesahan; dan/atau
5) tunggakan tahun anggaran yang lalu.
Pencantuman informasi dan pengisian catatan pada
Halaman IV DIPA merupakan konsekuensi dari pencantuman
catatan yang dilakukan oleh Biro Perencanaan/Unit
Perencanaan K/L pada saat penelahaan RKA-KL. Untuk dapat
mencairkan alokasi anggaran yang diberikan tanda (*) tersebut,
selain alokasi anggaran yang digunakan untuk pembayaran
tunggakan tahun anggaran yang lalu, harus dilakukan revisi
anggaran terlebih dahulu untuk menghapus catatan
tersebut.Bentuk dan format Halaman IV – Catatan dapat dilihat
pada Gambar 1.6.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 43


Gambar 2.5. Halaman III – Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan
Penerimaan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN


44
Gambar 2.6. Halaman IV – Catatan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 45


B. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)

1. Pengertian POK
Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat POK
adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai
penjabaran lebih lanjut dari DIPA. Fungsi dari POK adalah :
a. Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas;
b. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
c. Alat perencanaan kebutuhan dana;
d. Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
efektivitias pelaksanaan anggaran.

2. Klasifikasi Anggaran
a. Klasifikasi Organisasi
Klasifikasi organisasi mengelompokkan alokasi anggaran
belanja sesuai dengan struktur organisasi K/L dan BUN. Suatu K/L
dapat terdiri atas unit-unit organisasi (Unit Eselon I) yang merupakan
bagian dari suatu K/L. Suatu unit organisasi dapat didukung oleh
satker yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program
unit Eselon I atau kebijakan pemerintah dan berfungsi sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran dalam rangka pengelolaan anggaran. Satker
pada unit organisasi K/L adalah Satker baik yang berada di kantor
pusat maupun kantor daerah, atau Satker yang memperoleh
penugasan dari unit organisasi K/L. Sementara itu, BUN merupakan
pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara
umum negara sebagaimana yang diatur dalam undang-undang.
Pengelompokkan anggaran menurut nomenklatur K/L dan
menurut fungsi BUN disebut Bagian Anggaran (BA). Dilihat dari apa
yang dikelola, BA dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis. Pertama,
BA K/L adalah kelompok anggaran yang dikuasakan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran. Kedua, BA
BUN adalah kelompok anggaran yang dikelola oleh Menteri
Keuangan selaku pengelola fiskal.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 46


Contoh Klasifikasi Organisasi menurut Bagian Anggaran

001 – Majelis Permusawaratan Rakyat


002 – Dewan Perwakilan Rakyat
004 – Badan Pemeriksa Keuangan
015 – Kementerian Keuangan
018 – Kementerian Pertanian, dst.

b. Klasifikasi Fungsi
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang
tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional, sedangkan Subfungsi merupakan penjabaran
lebih lanjut/lebih detail dari deskripsi fungsi. Subfungsi terdiri atas
kumpulan program dan program terdiri atas kumpulan kegiatan.
Yang dimaksud program adalah penjabaran kebijakan K/L di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya yang berisi
satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya
yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan
misinya yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi
K/L yang bersangkutan.
Tabel 2.1.Rincian Belanja Negara menurut Fungsi

Kode Fungsi Uraian Fungsi


01 Pelayanan Umum
02 Pertahanan
03 Ketertiban dan Keamanan
04 Ekonomi
05 Lingkungan Hidup
06 Perumahan dan Fasilitas Umum
07 Kesehatan
08 Pariwisata dan Budaya
09 Agama
10 Pendidikan
11 Perlindungan sosial.

c. Klasifikasi Jenis Belanja (Ekonomi)


Jenis belanja atau klasifikasi menurut ekonomi dalam klasifikasi
belanja digunakan dalam dokumen anggaran baik dalam proses
penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban/pelaporan
anggaran. Namun penggunaan jenis belanja dalam dokumen

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 47


tersebutmempunyai tujuan berbeda. Berkenaan dengan proses
penyusunan anggaran dalam dokumen RKA-K/L, tujuan penggunaan
jenis belanja dimaksudkan untuk mengetahui pendistribusian alokasi
anggaran ke dalam jenis-jenis belanja. Penjelasan mengenai jenis
belanja dapat dilihat kembali pada Kegiatan Belajar 1.
Jenis-jenis belanja yang digunakan dalam penyusunan DIPA K/L
adalah sebagai berikut:
1) Belanja Pegawai (51);
2) Belanja Barang dan Jasa (52);
3) Belanja Modal (53); dan
4) Belanja Bantuan Sosial (57).
Pencantuman kode rincian akun jenis belanja/jenis pengeluaran
dan penggunaannya mengacu pada Bagan Akun Standar (BAS).

3. Format dan Halaman POK

Pokok-pokok materi POK:


a. Kode dan nama Satker;
b. Kode K/L, Unit Organisasi, Program dan Nama Program;
c. Kode dan nama kegiatan/output/sub output/komponen input/akun;
d. Kode dan nama kantor bayar, lokasi, dan indikator kinerja kegiatan;
e. Rincian volume, harga satuan, dan jumlah biaya;
f. Sumber dana, cara penarikan, dan kode kewenangan;
g. Tata cara pengadaan/pelaksanaan (kontrakstual dan non kontraktual);
h. Rencana pelaksanaan kegiatan (time schedule) yang dilengkapi
perkiraan kebutuhan dana per aktivitas per bulan.

POK merupakan penjabaran dari DIPA yang formatnya seperti kertas


kerja RKA-K/L. Contoh bentuk dan format POK dapat dilihat pada Gambar
2.7.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 48


Gambar 2.7. Halaman POK

Pada contoh POK pada Gambar 2.7 kita dapat mengidentifikasi


beberapa bagian dalam POK yaitu :
1. Kode dan Nama Satker yaitu :
 Kementerian/Lembaga : 015 – Kementerian Keuangan
 Unit Organisasi : 11 – Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan
 Unit Organisasi : 670138 – Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Anggaran dan
Perbendaharaan
2. Uraian Program yaitu 015.11.04 – Program Pendidikan, Pelatihan,
dan Sertifikasi Kompetensi di Bidang Keuangan Negara;
3. Uraian Kegiatan yaitu 1732 – Pengembangan SDM melalui
Penyelenggaraan Diklat Teknis dan Fungsional di Bidang Anggaran
dan Perbendaharaan;
4. Uraian Output yaitu 1732.502 – Layanan Kediklatan di Bidang
Anggaran dan Perbendaharaan;
5. Uraian Sub Output yaitu 1732.502.001 – Diklat 3 s.d. 5 Hari Asrama
Internal.
6. Uraian Komponen yaitu 051 – Persiapan Diklat;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 49


7. Uraian Akun yaitu 521211 – Belanja Bahan, dan seterusnya;
8. Uraian Tempat Bayar yaitu KPPN. 023 – Bogor;
9. Uraian Detil Belanja yaitu :
 Konsumsi/Spanduk (pada Akun 521211);
 Dan seterusnya.
10. Uraian Volume pada kolom 3;
11. Uraian Harga Satuan pada kolom 4;
12. Uraian Jumlah Biaya (Pagu) pada kolom 5;
13. Uraian Sumber Dana pada kolom 6.

Dalam pelaksanaan pembayaran atas tagihan belanja yang diberikan


oleh PPK, maka Bendahara Pengeluaran harus memperhatikan POK
satker terutama pada bagian Detil Belanja dan pagu anggarannya.
Dengan demikian maka pembayaran yang akan dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran dapat dipastikan tersedia anggarannya dan sesuai dengan
peruntukannya serta tidak melebihi pagu yang tersedia.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 50


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 2 tentang Dokumen


Pelaksanaan Anggaran maka kepada peserta diminta untuk mengerjakan latihan
di bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan menemukan hambatan maka
peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait dengan latihan pada
kegiatan belajar dari latihan tersebut.
1. Sebutkan pengertian dan fungsi dari DIPA!
2. Jelaskan bagaimana klasifikasi anggaran!
3. Sebutkan jenis-jenis belanja yang digunakan dalam penyusunan DIPA K/L!
4. Sebutkan bagian-bagian dari DIPA!
5. Sebutkan pokok-pokok materi dalam POK!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 51


Rangkuman

1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah


Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan PA/KPA
dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.
POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai
penjabaran lebih lanjut dari DIPA.
2. Anggaran diklasifikasi menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja
(ekonomi).
3. Pokok-pokok materi dalam DIPA meliputi uraian-uraian terkait dengan
identitas organisasi, pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer),
rumusan fungsi dan subfungsi, informasi kinerja, pejabat perbendaharaan,
rincian penggunaan anggaran, rencana penarikan dana dan perkiraan
penerimaan, dan pengisian catatan.
4. POK merupakan penjabaran dari DIPA yang formatnya seperti kertas kerja
RKA-K/L.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 52


KEGIATAN BELAJAR 3

SISTEM PENERIMAAN NEGARA

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan metode penyetoran penerimaan negara
B. Menjelaskan mekanisme penyetoran penerimaan
negara
Uraian dan Contoh
A. Metode Penyetoran Penerimaan Negara
1. Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara

a. Wajib Bayar

Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang


ditentukan untuk melakukan kewajiban membayar PNBP sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Wajib Bayar
dikenakan kewajiban membayar dikarenakan menerima manfaat
atas kegiatan instansi pemerintah atau manfaat dari
penggunaan barang milik Negara.

b. Wajib Pajak

Wajib Pajak, sering disingkat dengan sebutan WP adalah


orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak
atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib
pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Wajib pajak pribadi
adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas
pendapatan tidak kena pajak.

c. Petugas Pungut

Petugas Pungut merupakan petugas yang ditunjuk untuk


melakukan pemungutan/penerimaan uang dari Wajib Bayar.
Petugas Pungut misalnya ditunjuk untuk memungut uang dari
jasa tanda masuk pelabuhan, taman hiburan, museum, dan
sebagainya.

d. Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran

Bendahara Penerimaan ditunjuk apabila pada satker yang


bersangkutan terdapat PNBP yang bersifat fungsional.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 60


Bendahara Penerimaan menerima setoran dari Wajib Bayar
langsung atau menerima setoran yang dipungut oleh Petugas
Pungut, sedangkan Bendahara Pengeluaran berperan dalam
memungut penerimaan Negara yang berasal dari potongan
terkait dengan pembayaran yang dilakukan. Misalnya potongan
pajak atas pembayaran honor, potongan pajak atas pembelian
barang/jasa, dan sebagainya.

e. Kuasa Pengguna Anggaran

KPA merupakan atasan langsung Bendahara Penerimaan


yang bertanggung jawab secara umum dalam pengelolaan
keuangan pada satker yang bersangkutan.

f. Bank/Pos Persepsi

Untuk menampung setoran penerimaan Negara,


BUN/Kuasa BUN menuunjuk bank/pos yang dikategorikan
sebagai berikut :
1) Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan
negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi
penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan
bukan pajak.
2) Bank Devisa Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran
penerimaan negara dalam rangka ekspor dan impor.
3) Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara.
g. Unit Terkait

Unit terkait adalah instansi yang bertugas


menatausahakan penerimaan negara, antara lain:
1) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) – menatausahakan
penerimaan perpajakan;
2) Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) –
menatausahakan penerimaan bea dan cukai;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 61


3) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) –
menatausahakan semua penerimaan Negara yang masuk
ke Kas Negara;
4) Direktorat Jenderal Anggaran.

2. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara


Pihak-pihak yang terkait penatausahaan Penerimaan Negara
wajib melakukan pengelolaan dokumen-dokumen yang terkait dengan
penyetoran Penerimaan Negara. Dokumen-dokumen yang terkait
dengan penatausahaan penerimaan Negara antara lain:
a. Surat Setoran Pajak (SSP)
SSP digunakan untuk setoran atas pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang ke Bank/Pos Persepsi.
b. Surat Setoran Pajak Bumi dan Bangunan (SSPBB)
SSPBB digunakan untuk setoran atas pembayaran atau
penyetoran PBB dari tempat pembayaran ke Bank Persepsi
PBB.
c. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka
Impor (SSPCP)
SSPCP digunakan untuk setoran atas penerimaan negara
dalam rangka impor berupa bea masuk, bea masuk berasal dari
SPM Hibah, denda administrasi, penerimaan pabean lainnya,
cukai, penerimaan cukai lainnya, jasa pekerjaan, bunga, dan
PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor, serta PPnBM Impor.
d. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Hasil Tembakau Buatan Dalam
Negeri (SSCP)
SSCP digunakan untuk setoran atas penerimaan negara atas
Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri berupa cukai hasil
tembakau, cukai etil alkohol, cukai minuman mengandung etil
alkohol, denda administrasi penerimaan cukai lainnya, jasa
pekerjaan, dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 62


e. Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
SSBP digunakan untuk setoran atas Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) selain yang dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e
di atas.
f. Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB)
SSPB digunakan untuk setoran atas penerimaan pengembalian
belanja tahun anggaran berjalan.
g. Surat Tanda Bukti Setor (STBS)
STBS digunakan untuk setoran atas pembayaran pungutan
ekspor, kekurangan pungutan ekspor, dan/atau denda
administrasi atas transaksi pungutan ekspor.
h. Bukti Penerimaan Negara (BPN)
BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos atas
transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan
NTB/NTP dan dokumen yang diterbitkan oleh KPPN atas
transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM
dengan teraan NTPN dan NPP.
i. Karcis/Tiket/Tanda Masuk/Kupon
Dokumen ini digunakan sebagai bukti setor PNBP atas jasa
layanan dari penerima layanan/wajib bayar kepada satker
dengan nilai transaksi relatif kecil. Contoh layanan yang
menggunakan dokumen ini adalah layanan pelabuhan/bandar
udara, layanan masuk tempat hiburan/taman/museum dan
sebagainya.
j. Kuitansi
Dokumen ini digunakan sebagai bukti setor PNBP atas jasa
layanan dari penerima layanan/wajib bayar kepada satker
dengan nilai transaksi relatif besar. Contoh layanan yang
menggunakan dokumen ini adalah layanan pengurusan sertifikat
pada Badan Pertanahan Negara, layanan peradilan pada
Pengadilan Negeri/Tinggi/Mahkamah Agung, sewa barang milik
Negara, dan sebagainya.
k. Nota debet
Nota debet adalah bukti pengeluaran yang diterbitkan oleh bank.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 63


l. Nota kredit
Nota kredit adalah bukti penerimaan yang diterbitkan oleh bank.
m. Rekening koran
Rekening koran adalah catatan transaksi keuangan harian yang
dikeluarkan oleh bank atas suatu rekening.
n. Struk ATM
Struk ATM adalah bukti cetak berupa kertas atau struk bukti
transaksi yang dicetak oleh mesin ATM yang pada umumnya
memuat informasi antara lain jumlah uang, rekening tujuan
transaksi, lokasi transaksi, waktu transaksi, dan sebagainya.

3. Cara Penyetoran Penerimaan Negara


Wajib Pajak/Wajib Bayar dapat menyetorkan/menunaikan
kewajibannya baik secara langsung ke Kas Negara maupun melalui
Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran/Petugas Pungut.
Pembayaran yang dilakukan tersebut diakui sebagai pelunasan
kewajiban sesuai dengan tanggal pembayaran. Berikut ini beberapa
cara penyetoran penerimaan Negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar:

a. Wajib Pajak – Bendahara Pengeluaran – Kas Negara


Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran pajak yang
dipungut dari pembayaran kewajiban Negara yang dibebankan
pada dana APBN melalui Uang Persediaan. Misalnya potongan
pajak atas pengadaan keperluan perkantoran, pembayaran
honorarium, dan sebagainya. Uang yang dipungut oleh
Bendahara Pengeluaran selanjutnya disetorkan ke Kas Negara
melalui Bank/Pos Persepsi oleh Bendahara Pengeluaran.
b. Wajib Pajak – Kas Negara
Mekanisme ini digunakan untuk pemungutan/pemotongan
pajak terutang pada Wajib Pajak yang terkait pembayaran atas
beban APBN yang dilakukan melalui mekanisme Pembayaran
Langsung (LS). Pajak yang terutang atas pembayaran yang
dibebankan ke APBN dipotong langsung di Surat Perintah

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 64


Pencairan Dana (SP2D). Dengan demikian maka pajak tersebut
secara otomatis langsung masuk ke Kas Negara.
Mekanisme ini juga digunakan untuk penyetoran pajak
terutang pada Wajib Pajak yang tidak terkait pembayaran atas
beban APBN. Wajib Pajak menyetorkan pajak yang terutang
langsung ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi.
c. Wajib Bayar – Petugas/Juru Pungut – Bendahara
Penerimaan – Kas Negara
Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran penerimaan
Negara bukan pajak (PNBP) yang dipungut atas pelayanan
instansi pemerintah atau pemanfaatan barang/kekayaan milik
negara yang langsung diterima/dinikmati oleh Wajib Bayar.
Misalnya pungutan pelayanan jasa banda udara/pelabuhan,
pungutan uang masuk tempat hiburan/taman/museum, dan
sebagainya. Di antara pertimbangan penyetoran/pemungutan
melalui Petugas/Juru Pungut antara lain frekuensi yang sering,
nilai pungutan relatif kecil, lokasi yang tidak dekat dengan
bendahara, dan sebagainya. Atas penyetoran ini Petugas/juru
Pungut memberikan karcis/tiket/kupon/ sejenisnya sebagai bukti
setor kepada Wajib Bayar.
Uang yang dipungut oleh Petugas/Juru Pungut disetorkan
ke Bendahara Penerimaan. Selanjutnya Bendahara Penerimaan
menyetorkan PNBP tersebut ke Kas Negara melalui Bank/Pos
Persepsi. Penyetoran ke Kas Negara oleh Bendahara
Penerimaan pada prinsipnya dilakukan setiap hari. Apabila tidak
memungkinkan maka penyetoran dapat dilakukan secara
berkala.
d. Wajib Bayar – Bendahara Penerimaan – Kas Negara
Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran penerimaan
Negara bukan pajak (PNBP) yang dipungut atas pelayanan yang
diterima atau atas pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN)
oleh Wajib Bayar. Misalnya pungutan pelayanan pengurusan
hak dan perijinan, pungutan pelayanan pertanahan, dan
sebagainya. Di antara pertimbangan penyetoran/pemungutan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 65


melalui Petugas/Juru Pungut antara lain frekuensi yang sering,
nilai pungutan relatif kecil, lokasi yang tidak dekat dengan
bendahara, dan sebagainya. Atas penyetoran ini Bendahara
Penerimaan memberikan kuitansi/bukti setor kepada Wajib
Bayar.
Uang yang terutang oleh Wajib Bayar disetorkan ke
Bendahara Penerimaan. Selanjutnya Bendahara Penerimaan
menyetorkan uang pungutan tersebut ke Kas Negara melalui
Bank/Pos Persepsi. Penyetoran ke Kas Negara oleh Bendahara
Penerimaan pada prinsipnya dilakukan setiap hari. Apabila tidak
memungkinkan maka penyetoran dapat dilakukan secara
berkala.
e. Wajib Bayar – Kas Negara
Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran penerimaan
Negara bukan pajak (PNBP) yang dipungut atas pelayanan yang
diterima atau atas pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN)
oleh Wajib Bayar yang nilainya relatif besar. Penyetoran
kewajiban dilakukan secara langsung oleh Wajib Bayar ke Kas
Negara dilakukan melalui Bank/Pos Persepsi. Wajib Bayar dapat
melakukan pembayaran setiap saat melalui Bank/Pos Persepsi
yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara (MPN).

B. Mekanisme Penyetoran Penerimaan Negara


1. Penyetoran Penerimaan Negara
Penyetoran Penerimaan Negara sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan No. 202/PMK.05/2018 yang merupakan revisi Peraturan Menteri
Keuangan No. 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara
Secara Elektronik, dilakukan melalui sarana elektronik yang dilaksanakan
melalui Modul Penerimaan Negara (MPN). MPN yang sekarang dijalankan
dikenal dengan MPN Generasi Ke-3.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 66


Saluran penerimaan negara dapat dilakukan melalui :
a. Bank/Pos Persepsi
Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Kuasa BUN Pusat
untuk menerima setoran penerimaan negara. Sedangkan Pos Persepsi
adalah kantor pos yang ditunjuk oleh Kuasa BUN Pusat untuk
menerima setoran penerimaan negara. Selanjutnya
b. Layanan Persepsi Lainnya
Lembaga Persepsi Lainnya adalah lembaga selain Bank/Pos Persepsi
yang ditunjuk untuk menyediakan layanan setoran penerimaan negara
sebagai agen penerimaan (collecting agent) dalam sistem penerimaan
negara menggunakan surat setoran elektronik.
Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran
Penerimaan Negara melalui sarana layanan Penerimaan Negara yang
disediakan oleh Bank/Pos Persepsi/Layanan Persepsi Lainnya dalam
bentuk:
a. Layanan pada loket/teller (over the counter).
b. Layanan dengan menggunakan Sistem Elektronik lainnya.

Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran


Penerimaan Negara ke Bank/Pos Persepsi menggunakan kode billing.
Dengan sistem ini, penyetoran penerimaan negara tidak perlu membuat
surat setoran (SSP, SSBP, SSPB, dll) secara manual. Wajib Pajak/Wajib
Bayar/Wajib Setor cukup menyampaikan kode billing pembayaran Pajak,
Bea Cukai dan PNBP ke Bank Persepsi untuk melakukan pembayaran.
Penerimaan negara yang dibayarkan menggunakan sistem billing MPN G
antara lain : Pajak, Bea dan Cukai, Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), Pengembalian Belanja, Penerimaan Non Anggaran, dan
Penerimaan Pembiayaan.

Secara garis besar sistem MPN G3 sebagai penyempurnaan sistem


MPN merupakan suatu proses sinambung dari 2 sistem, yakni Sistem
Billing dan Sistem Settlement.
a. Sistem Billing yang berfungsi melakukan pengadministrasian data
pembayar dan pembayaran, memfasilitasi proses awal dari

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 67


keseluruhan proses pembayaran dan penyetoran pendapatan negara.
Sistem Billing yang terhubung dengan sistem MPN 2 antara lain:
1) Sistem Billing Pajak
2) Sistem Billing Bea Cukai
3) Sistem Billing PNBP

b. Sistem Settlement akan memfasilitasi penyelesaian proses


pembayaran, rekonsiliasi hingga penyampaian data-data kepada
stakeholders. Sistem Settlement adalah sistem penerimaan negara
yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
memfasilitasi penyelesaian proses pembayaran/penyetoran
penerimaan negara dan pemberian NTPN.

Dalam hal Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan


penyetoran Penerimaan Negara, maka sebelum pembayaran dilakukan
harus mendapatkan kode billing. Kode billing adalah kode identifikasi yang
diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran
yang akan dilakukan Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor. Kode billing
dapat diperoleh dengan cara:
a. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan perekaman data ke
sistem Penerimaan Negara melalui fasilitas di bawah ini :
1) DJP Online untuk pembuatan billing pajak.
2) Portal Pengguna Jasa untuk pembuatan billing Bea dan Cukai.
3) SIMPONI untuk pembuatan billing PNBP, Pengembalian Belanja,
Penerimaan Non Anggaran dan Penerimaan Pembiayaan. Untuk
pelaksanaan pengelolaan PNBP dilakukan melalui Sistem
Informasi PNBP Online (SIMPONI). SIMPONI adalah sistem
informasi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran, yang
meliputi Sistem Perencanaan PNBP, Sistem Billing, dan Sistem
Pelaporan PNBP.
Selain itu, billing tagihan bisa diperoleh melalui
website/kantor/instansi tertentu sehubungan dengan layanan,
misalnya Layanan pasport, biaya nikah, biaya pelatihan
BAPETEN, dan sebagainya.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 68


b. Diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di Direktorat Jenderal Pajak,
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atau Direktorat Jenderal
Anggaran. Untuk selanjutnya unit eselon I Kementerian Keuangan ini
disebut sebagai Biller.

Tata cara penyetoran penerimaan negara ke Kas Negara dengan


menggunakan Sistem Layanan MPN G3 antara lain sebagai berikut:
a. Pendaftaran/Registrasi
Pendaftaran hanya dilakukan sekali seumur hidup pada masing-
masing sistem billing.
b. Pembuatan/Create Billing
Untuk membuat billing, Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor dapat
mengakses portal masing-masing sistem billing kemudian mengisi
data sesuai form yang disediakan sampai mendapatkan kode billing.
c. Pembayaran
Dalam tahap pembayaran, tidak dibedakan lagi untuk Pajak, PNBP,
maupun Bea dan Cukai. Pembayaran dapat dilakukan melalui
channel pembayaran lewat Teller, Internet Banking, EDC, dan ATM
1) Teller Bank/Pos Persepsi
Mekanisme pembayaran melalui Teller Bank/Pos Persepsi
dilakukan hampir sama dengan pembayaran sebelumnya (MPN
G-1), namun Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor tidak perlu
membawa hard copy SSP/SSBP/SSPCP, cukup membawa print
out dari sistem billing (hasil dari tahapan pembuatan billing) atau
cukup menuliskan kode billing yang ada di secarik kertas, dan
tinggal menyerahkan ke petugas teller Bank/Pos Persepsi.
Apabila sudah mendapatkan BPN dari Bank/Pos Persepsi, maka
pembayaran sudah selesai.
2) Internet Banking
Untuk pembayaran melalui Internet Banking, Wajib Pajak/Wajib
Bayar/Wajib Setor harus sudah terdaftar sebagai anggota untuk
menggunakan internet banking, yang secara nyata dibuktikan
dengan kepemilikan token. Adapun mekanismenya Wajib
Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor cukup masuk ke portal internet

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 69


banking pada Bank dimaksud dan pilihlah menu-menu yang ada
sesuai dengan kebutuhan.
3) Electronic Device Circuit (EDC)
EDC adalah sebuah alat yang dapat diibaratkan ATM mini,
sehingga pembayaran lewat EDC harus dilakukan dengan kartu
ATM (kartu debit).
4) Automatic Teller Machine (ATM)
Mekanisme pembayaran penerimaan Negara melalui ATM pada
prinsipnya seperti transaksi yang lain. Wajib Pajak/Wajib
Bayar/Wajib Setor juga harus punya Kartu Debit (Kartu ATM),
dan harus dilakukan di mesin ATM.

Gambar 3.1. Alur Pembayaran Penerimaan Negara

Sumber : bahan tayang sosialisasi MPN G-3.

Penerimaan Negara yang diterima oleh Bank/Pos Persepsi dalam


mata uang rupiah dan/ atau mata uang asing setelah Pukul 15.00 waktu
setempat pada hari kerja sebelumnya sampai dengan Pukul 15.00 waktu
setempat hari kerja berkenaan wajib dilimpahkan dari rekening yang
dipersamakan dengan rekening penerimaan dalam mata uang rupiah
dan/atau mata uang asing dan harus diterima di rekening penerimaan di
rekening sub Rekening KUN penerimaan dalam mata uang rupiah dan/atau

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 70


mata uang asing paling lambat Pukul 16.30 WIB. Begitu pula Penerimaan
Negara yang diterima oleh Lembaga Persepsi Lainnya dalam mata uang
rupiah dan/ atau mata uang asing setelah Pukul 15.00 waktu setempat
pada hari kerja sebelumnya sampai dengan Pukul 15.00 waktu setempat
hari kerja berkenaan wajib dilimpahkan dari rekening yang dipersamakan
dengan rekening penerimaan dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang
asing dan harus diterima di rekening penerimaan di rekening sub Rekening
KUN penerimaan dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing paling
lambat Pukul 16.30 WIB (lihat Gambar 3.2.)

Gambar 3.2. Alur Pelimpahan Penerimaan Negara

Sumber : bahan tayang sosialisasi MPN G-3.

2. Pengesahan Penerimaan Negara


Setiap transaksi penerimaan negara harus mendapat Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) yaitu nomor yang tertera pada bukti
penerimaan negara yang diterbitkan melalui MPN. Penerimaan negara
yang disetor oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara
Penerimaan diakui pada saat masuk ke Rekening Kas Negara dan
mendapatkan NTPN. Selain NTPN, pengesahan penerimaan juga harus
dilengkapi nomor sesuai jenis mekanisme penyetoran yaitu:
a. Nomor Transaksi Bank (NTB) yang terdapat pada dokumen sumber
atas penerimaan negara melalui Bank. NTB adalah nomor bukti
transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Bank.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 71


b. Nomor Transaksi Pos (NTP) yang terdapat pada dokumen sumber
atas penerimaan negara melalui Pos. NTP adalah nomor bukti
transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Pos.
c. Nomor Penerimaan Potongan (NPP) yang merupakan pengesahan
atas penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM. NPP
adalah nomor bukti transaksi penerimaan negara yang berasal dari
potongan SPM yang diterbitkan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 72


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 3 tentang Sistem


Penerimaan Negara maka kepada peserta diminta untuk mengerjakan latihan di
bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan menemukan hambatan maka
peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait dengan latihan pada
kegiatan belajar dari latihan tersebut.

1. Sebutkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penatausahaan


penerimaan pajak!
2. Sebutkan pihak-pihak yang terkait penerimaan Negara!
3. Jelaskan secara singkat bagaimana cara penyetoran penerimaan Negara
dari Wajib Pajak/Wajib Bayar!
4. Jelaskan secara singkat bagaimana alur pembayaran penerimaan Negara
menggunakan kode billing!
5. Jelaskan bagaimana pengesahan penerimaan Negara!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 73


Rangkuman

1. Pihak-pihak terkait dalam penerimaan negara antara lain adalah Wajib


Pajak, Wajib Bayar, Petugas/Juru Pungut, Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran, KPA, Bank/Pos Persepsi, KPPN, KPP, KPBC,
dan DJA.
2. Pihak-pihak yang terkait penatausahaan Penerimaan Negara wajib
melakukan pengelolaan dokumen-dokumen yang terkait dengan
penyetoran Penerimaan Negara.
3. Beberapa cara penyetoran penerimaan Negara oleh Wajib Pajak/Wajib
Bayar:
a. Wajib Pajak – Bendahara Pengeluaran – Kas Negara
b. Wajib Pajak – Kas Negara
c. Wajib Bayar – Petugas Pungut – Bendahara Penerimaan – Kas
Negara
d. Wajib Bayar – Bendahara Penerimaan – Kas Negara
e. Wajib Bayar – Kas Negara
4. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran Penerimaan
Negara ke Bank/Pos Persepsi secara elektronik menggunakan kode
billing.
5. Penerimaan negara yang disetor oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib
Setor/Bendahara Penerimaan diakui pada saat masuk ke Rekening Kas
Negara dan mendapatkan NTPN dan NTB/NTP/NPP.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 74


KEGIATAN BELAJAR 4

SISTEM PENGELUARAN NEGARA

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan metode pembayaran tagihan negara
B. Menjelaskan mekanisme pengeluaran negara
C. Menjelaskan koreksi/ralat dan pembatalan SPP, SPM,
dan SP2D
D. Menjelaskan rekening Bendahara Pengeluaran
Uraian dan Contoh

A. Metode Pembayaran Tagihan Negara


1. Metode Pembayaran
Pembayaran tagihan kepada Negara dilakukan dengan memilih dari
dua metode berikut:
a. Metode Pembayaran Langsung (LS)
Pembayaran langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran
LS adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat
keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui
penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung. Pembayaran LS
ditujukan kepada:
1) Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;
2) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan belanja
pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium, dan
perjalanan dinas atas dasar surat keputusan.

b. Melalui Uang Persediaan (UP)


Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang
muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari
Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya
tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepadaBendahara
Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).
KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan
operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan
dibayarkan melalui UP. Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu
oleh beberapa BPP, dalam pengajuan UP ke KPPN harus
melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 81


dikelola oleh masing-masing BPP. UP dibagi menjadi dua jenis yaitu
UP Tunai dan UP melalui Kartu Kredit Pemerintah.
Besaran UP Tunai yang dapat diberikan paling banyak:
1) Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan
Rp2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
2) Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas
Rp2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah);
3) Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara


Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa
paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.
Pembayaran dengan UP dapat diberikan untuk pengeluaran-
pengeluaran dalam jenis belanja :
1) Belanja Barang.
2) Belanja Modal.

Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP


yang telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan
UP masih tersedia dalam DIPA. Penggantian UP dilakukan apabila
UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).
KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal
sisa UP pada Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk
membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda.
Pembahasan lebih lanjut mengenai perhitungan dan pengajuan UP,
GUP, dan TUP dapat dilihat pada Modul Pengelolaan Uang
Persediaan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 82


2. Dokumen Terkait Pengeluaran Negara
Pengeluaran Negara harus didukung oleh dokumen-dokumen yang
dapat mendukung kelengkapan dan keabsahan pengeluaran. Diantara
dokumen-dokumen tersebut antara lain:
a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran. DIPA terdiri atas:
1) DIPA Induk
DIPA Induk merupakan akumulasi dari DIPA per Satker yang
disusun oleh PA menurut Unit Eselon I Kementerian
Negara/Lembaga.
2) DIPA Petikan
DIPA Petikan merupakan DIPA per Satker yang dicetak secara
otomatis melalui sistem. DIPA Petikan digunakan sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan dana/pengesahan
bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara yang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari
DIPA Induk.
b. Surat keputusan dan spesimen tanda pejabat pengelola
perbendaharaan.
c. SK penetapan KPA, PPK, PPSPM, dan Bendahara Pengeluaran
dikirimkan ke KPPN dalam pelaksanaan pembayaran dan
pertanggungjawabannya.
d. Dokumen terkait keputusan kepegawaian
1) Surat Keputusan Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon
pegawai negeri;
2) Surat Keputusan Pengangkatan/pemberhentian sebagai
pegawai negeri;
3) Surat Keputusan Kenaikan/penurunan pangkat;
4) Surat Keputusan Kenaikan/penurunan gaji berkala;
5) Surat Keputusan Pengangkatan/pemberhentian dalam jabatan;
6) Surat Keputusan Mutasi Pindah ke Satker lain;
7) Perubahan data keluarga;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 83


8) Data utang kepada negara;
9) Surat Keputusan pengenaan sanksi kepegawaian;
10) Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah
Sakit;
11) SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang
berwenang.

e. Daftar pembayaran
1) daftar pembayaran gaji;
2) daftar pembayaran perhitungan lembur;
3) daftar pembayaran uang makan;
4) daftar pembayaran honorarium.

f. Dokumen terkait pembayaran uang lembur


1) Surat Perintah Kerja Lembur;
2) Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;
3) Daftar Hadir Lembur.

g. Surat tagihan penggunaan daya dan jasa


1) PLN
2) PDAM
3) PT Telkom

h. Dokumen terkait pembayaran pengadaan tanah


1) Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian
yang memuat paling sedikit nama masing-masing penerima,
besaran uang dan nomor rekening masing-masing penerima;
2) foto copy bukti kepemilikan tanah;
3) bukti pembayaran/kuitansi;
4) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan
(SPPT PBB) tahun transaksi;
5) Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam
sengketa dan tidak sedang dalam agunan;
6) Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya
meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa Pengadilan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 84


Negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian,
dalam hal tanah sengketa;
7) Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang
ditunjuk yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri
yang menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening
Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
8) Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
9) SSP PPh final atas pelepasan hak;
10) Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).

i. Dokumen terkait perjalanan dinas


1) Surat Keputusan;
2) Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;
3) Daftar penerima pembayaran;
4) Kuitansi pembayaran biaya perjalanan dinas;
5) Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan misalnya tiket
angkutan, boarding pass, bukti pembayaran hotel/penginapan,
dan sebagainya.

j. Dokumen terkait pengadaan barang/jasa


1) Bukti perjanjian/kontrak;
Bukti perjanjian terdiri dari empat jenis yaitu:
a) Bukti pembelian, digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan
Rp10.000.000,00.
b) Kuitansi, digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang
nilainya sampai dengan Rp50.000.000,00.
c) Surat Perintah Kerja (SPK),digunakan untuk Pengadaan :
i. Jasa Konsultansi dengan nilai sampai
denganRp100.000.000,00.
ii. Barang/ Jasa Lainnya dengan nilai diatas
Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp200.000.000,00.
iii. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai sampai dengan
Rp200.000.000,00.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 85


d) Surat perjanjian, digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai
diatas Rp200.000.000,00 dan untuk Jasa Konsultansi
dengan nilai diatas Rp100.000.000,00.
e) Surat pesanan, digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa
melalui E-purchasing atau pembelian melalui toko daring.
2) Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening
penyedia barang/jasa;
3) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
4) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
5) Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
6) Berita Acara Pembayaran;
7) Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa
dan PPK;
8) Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;
9) Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan
lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.

k. Setoran Surat Pajak (SSP)


Dokumen ini digunakan untuk memungut potongan pajak penghasilan
(PPh) atas penghasilan maupun pembelian barang/jasa dan pajak
pertambahan nilai (PPN) pembelian barang/jasa.

l. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)


SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi
permintaan pembayaran tagihan kepada negara. Berikut merupakan
jenis SPP:
1) Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) adalah SPP
dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/
Bendahara Pengeluaran;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 86


2) Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP)
adalah SPP dalam rangka permintaan pembayaran UP;
3) Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan
(SPP-TUP) adalah SPP dalam rangka permintaan pembayaran
TUP;
4) Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan
(SPP-GUP) adalah SPP yang berisi pertanggungjawaban dan
permintaan kembali pembayaran UP;
5) Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan
Nihil (SPP-GUP Nihil) adalah SPP dalam rangka
pertanggungjawaban UP;
6) Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban Tambahan
Uang Persediaan (SPP-PTUP) adalah SPP dalam rangka
pertanggungjawaban atas TUP.
m. Surat Perintah Membayar (SPM)
SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA.
1) Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) adalah SPM
untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam
rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara
Pengeluaran;
2) Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) adalah
SPM untuk mencairkan UP;
3) Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-
TUP) adalah SPM untuk mencairkan TUP;
4) Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-
GUP) adalah SPM untuk menggantikan UP yang telah dipakai;
5) Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil
(SPM-GUP Nihil) adalah SPM sebagai pertanggungjawaban UP
yang membebani DIPA;
6) Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan
Uang Persediaan (SPM-PTUP) adalah SPM sebagai
pertanggungjawaban atas TUP yang membebani DIPA.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 87


n. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa
BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan
SPM.
o. Arsip Data Komputer (ADK)
ADK adalah arsip data dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam
media penyimpanan digital.

3. Pihak-Pihak Terkait Pengeluaran Negara


a. Pegawai
Pegawai terkait pembayaran dalam hal belanja pegawai, belanja
honorarium, dan belanja perjalanan dinas.
b. Penyedia Barang/Jasa
Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan
yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultansi/jasa
lainnya.
c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
d. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran atas beban APBN.
e. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk
melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan
perintah pembayaran.
f. Bendahara Pengeluaran (BP)
BP adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN
pada kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 88


g. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
BPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara
Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak,
guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, kepala Satker dapat
menunjuk beberapa BPP sesuai kebutuhan.
h. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP)
Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai yang selanjutnya
disingkat PPABP adalah pembantu KPA yang diberi tugas dan
tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai.
Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang belanja pegawai,
KPA mengangkat PPABP untuk membantu PPK dalam mengelola
administrasi belanja pegawai. PPABP bertanggung jawab atas
pengelolaan administrasi belanja pegawai kepada KPA.
i. Penanggung Jawab/Panitia/Tim Pelaksana/Pengelola Kegiatan
Pihak yang melaksanakan suatu kegiatan pada satker atau mengelola
suatu kegiatan misalnya mengelola majalah, website, dan
sebagainya. Untuk panitia/tim biasanya terdiri dari pengarah,
penanggungjawab, ketua, wakil ketua, sekretaris, anggota, dan staf
pendukung.
j. Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan
Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
k. Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja Pemilihan)
Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja Pemilihan) adalah sumber daya
manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola
pemilihan Penyedia. Sedangkan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
(UKPBJ) sendiri adalah unit kerja di Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan Pengadaan
Barang/Jasa.
l. Panitia/Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan
Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP) adalah pejabat
administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 89


administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa. Panitia
Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP) adalah tim yang bertugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
m. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
KPPN merupakan Kuasa BUN di daerah yang berwenang
menerbitkan SP2D dalam rangka pembayaran tagihan kepada
Negara.
n. Bank Operasional (BO)
BO adalah bank umum pemerintah yang ditunjuk sebagai mitra kerja
Kuasa BUN di daerah yang menyalurkan dana APBN untuk
pengeluaran Negara. BO terdiri dari:
1) Bank Operasional I (BO l) adalah bank operasional mitra kerja
Kuasa BUN di daerah yang menyalurkan dana APBN untuk
pengeluaran non-gaji (termasuk kekurangan gaji dan gaji
susulan) dan Uang Persediaan.
2) Bank Operasional II (BO II) untuk menyalurkan dana APBN utk
pengeluaran gaji PNS, anggota TNI dan POLRI.
3) Bank Operasional III (BO III) untuk menampung dan
menyalurkan PBB dan BPHTB.
o. Pos Pengeluaran
PT. Pos Indonesia yang ditunjuk sebagai pihak yang menyalurkan
dana APBN dalam rangka pengeluaran Negara baik untuk
pembayaran gaji maupun non gaji.

B. Mekanisme Pengeluaran Negara


1. Pembuatan Komitmen
Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA
yang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui
pembuatan komitmen. Pembuatan komitmen dilakukan dalam
bentuk:
a. Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
b. Penetapan keputusan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 90


Setelah RKA-K/L disetujui oleh DPR, setiap Satker di lingkungan
Kementerian Negara/Lembaga dapat memulai proses
pelelangan/pemilihan/seleksi dalam rangka pengadaan barang/jasa
pemerintah sebelum DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan
berlaku efektif. Penandatanganan perjanjian/kontrak atas
pelaksanaan pengadaan barang/jasa sebagai tindak lanjut atas
pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan setelah DIPA tahun
anggaran berikutnya disahkan dan berlaku efektif.
Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapat
dibebankan pada DIPA tahun anggaran berkenaan. Perjanjian/kontrak
yang pelaksanaan pekerjaannya membebani DIPA lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran dilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat
yang berwenang.
Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan dilakukan
oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang
mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk:
a. pelaksanaan belanja pegawai;
b. pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara
swakelola;
c. pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran
honorarium kegiatan; atau
d. belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang
kepada penerima bantuan sosial.

2. Pencatatan Komitmen oleh PPK dan KPPN


Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui
SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah
ditandatangani ke dalam suatu sistem yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Data perjanjian/kontrak, disampaikan
kepada KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke dalam Kartu
Pengawasan Kontrak KPPN. Data perjanjian/kontrak beserta ADK-
nya disampaikan ke KPPN secara langsung atau melalui e-mail.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 91


Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan
perjanjian/kontrak tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk
kebutuhan lain.
Dalam hal terdapat perubahan data pegawai pada penetapan
keputusan yang mengakibatkan pengeluaran negara untuk
pelaksanaan belanja pegawai, PPABP mencatat perubahan
datapegawai tersebut ke dalam suatu sistem yang disediakanoleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Daftar perubahan data pegawai,
disampaikan kepada KPPN paling lambat bersamaan dengan
pengajuan SPM Belanja Pegawai ke KPPN. Dalam hal disampaikan
bersamaan dengan SPM Belanja Pegawai, daftar perubahan data
pegawai bukan merupakan lampiran dari SPM Belanja Pegawai.
Penyampaian daftar perubahan data pegawai, dilaksanakan setelah
terlebih dahulu disahkan oleh PPSPM dengan menyertakan ADK.

3. Pengajuan Tagihan
Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas
komitmen berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh
pembayaran. Atas dasar tagihan, PPK melakukan pengujian.
Pelaksanaan pembayaran tagihan, dilakukan dengan Pembayaran LS
kepada penyedia barang/jasa atau Bendahara Pengeluaran/pihak
lainnya.
Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan
kegiatan yang membebani APBN diajukan dengan surat tagihan oleh
penerima hak kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
timbulnya hak tagih kepada negara. Dalam hal 5 (lima) hari kerja
setelah timbulnya hak tagih kepada negara penerima hak belum
mengajukan surat tagihan, PPK harus segera memberitahukan
secara tertulis kepada penerima hak untuk mengajukan tagihan.
Dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja penerima hak belum mengajukan
tagihan, penerima hak pada saat mengajukan tagihan harus
memberikan penjelasan secara tertulis kepada PPK atas
keterlambatan pengajuan tagihan tersebut.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 92


PPK dapat menolak atau mengembalikan tagihan. Dalam hal
PPK menolak/mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung
tagihan tidak lengkap dan benar, PPK harus menyatakan secara
tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2
(dua) hari kerja setelah diterimanya surat tagihan.

4. Mekanisme Penyelesaian Tagihan


Mekanisme penyelesaian tagihan kepada satker diselesaikan
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Mekanisme Pembayaran dengan UP
Apabila tagihan akan dibebankan ke Bendahara
Pengeluaran/BPP maka PPK menerbitkan surat perintah bayar
(SPBy) kepada Bendahara Pengeluaran/BPP. Bendahara
Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atasUP berdasarkan
surat perintah bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani
oleh PPK atas nama KPA. SPBy tersebut dilampiri dengan bukti
pengeluaran. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
pembayaran atas tagihan dalam SPBy apabila telah memenuhi
persyaratan pengujian. Pembayaran dengan UP yang dapat
dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk
pembayaran honorarium dan perjalanan dinas. Dalam hal
pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan, Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy
yang diajukan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 93


Gambar 4.1. Alur Penyelesaian Tagihan melalui Mekanisme UP

Sumber : Bahan sosialisasi Permenkeu No. 190/PMK.02/2012.

b. Mekanisme Pembayaran Langsung (LS)


Penyelesaian tagihan melalui mekanisme pembayaran
secara langsung (LS) diselesaikan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Penerbitan SPP-LS
PPK mengesahkan dokumen tagihan dan
menerbitkan SPP dalam hal pengujian dokumen tagihan
telah memenuhi persyaratan. Penerbitan SPP LS diatur
sebagai berikut:
a) SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai
diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah
dokumen pendukung diterima secara lengkap dan
benar.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 94


b) SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan
diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan
pembayaran. Dalam hal tanggal 5 merupakan hari
libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian
SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling lambat
pada hari kerja sebelum tanggal 5.
c) SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai
diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
dokumen pendukung diterima secara lengkap dan
benar dari penerima hak. Penerbitan SPP-LS untuk
pembayaran pengadaan barang/jasa atas beban
belanja barang, belanja modal, belanja bantuan
sosial, dan belanja lain-lain dilengkapi dengan
dokumen pendukung.

2) Pengujian SPP-LS dan Penerbitan SPM-LS


PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP-
LS beserta dokumen pendukung yang disampaikan oleh
PPK. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP-LS
beserta dokumen pendukungnya memenuhi ketentuan,
PPSPM menerbitkan atau menandatangani SPM-LS.
Jangka waktu pengujian SPP-LS sampai dengan
penerbitan SPM-LS oleh PPSPM adalah paling lambat 5
(lima) hari kerja.
Dalam hal PPSPM menolak atau mengembalikan
SPP karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap
dan benar maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis
alasan penolakan atau pengembalian tersebut paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-LS.
PPSPM menyampaikan SPM-LS dalam rangkap 2
(dua) beserta ADK SPM kepada KPPN. Jangka waktu
penyampaian SPM adalah sebagai berikut:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 95


a) PPSPM menyampaikan SPM-LS kepada KPPN
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM
diterbitkan.
b) Khusus SPM-LS untuk pembayaran gaji induk
disampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal 15
sebelum bulan pembayaran. Dalam hal tanggal 15
merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,
penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk
kepada KPPN dilakukan paling lambat 1 (satu) hari
kerja sebelum tanggal 15.
Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh
petugas pengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh
KPA. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa
pengiriman resmi, KPA terlebih dahulu menyampaikan
konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN.

Gambar 3.2. Alur Penyelesaian Tagihan melalui Mekanisme Pembayaran LS

Sumber : Bahan sosialisasi Permenkeu No. 190/PMK.02/2012

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 96


3) Penerbitan SP2D
SPM-LS yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai
dasar penerbitan SP2D-LS. Dalam pencairan anggaran
belanja negara, KPPN melakukan penelitian dan pengujian
atas SPM-LS yang disampaikan oleh PPSPM. KPPN
menerbitkan SP2D-LS setelah penelitian dan pengujian
telah memenuhi syarat.
KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D-LS apabila
Satker belum mengirimkan:
(a) Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk
pembayaran melalui SPM-LS kepada penyedia
barang/jasa; atau
(b) Daftar perubahan data pegawai beserta ADK yang
disampaikan kepada KPPN.
Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak
memenuhi syarat, Kepala KPPN mengembalikan SPM-LS
beserta dokumen pendukung secara tertulis. Pencairan
dana berdasarkan SP2D-LS dilakukan melalui transfer
dana dari Kas Negara pada bank operasional kepada
Rekening Pihak Penerima yang ditunjuk pada SP2D.

C. Koreksi/Ralat dan Pembatalan SPP, SPM, dan SP2D


Koreksi atau ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan
sepanjang tidak mengakibatkan:
1. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;
2. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
3. Perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker.
Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I,
dan Satker, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Perbendaharaan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 97


Koreksi atau ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:
1. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan
kode;
2. Pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara
bayar, tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber
dana, cara penarikan, nomor register; atau
3. Koreksi atau ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank
yang tercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen
pendukungnya yang disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana.

Koreksi atau ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaan koreksi atau ralat SPM dan ADK SPM secara
tertulis dari PPK. Koreksi atau ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun
6 digit) pada ADK SPM dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi
atau ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK sepanjang tidak mengubah
SPM. Koreksi atau ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan koreksi SP2D secara tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM
dan ADK yang telah diperbaiki.
Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D
belum diterbitkan. Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM
secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan. Dalam hal SP2D telah
diterbitkan dan belum mendebet Kas Negara, pembatalan SPM dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan
atau pejabat yang ditunjuk. Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk
penerima lebih dari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala
KPPN berdasarkan permintaan KPA. Pembatalan SP2D tidak dapat
dilakukan dalam hal SP2D telah mendebet Kas Negara.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 98


D. Rekening Bendahara Pengeluaran
1. Ketentuan Pembukaan dan Penutupan Rekening

a. Jenis Rekening pada Satker


Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik Kementerian Negara/
Lembaga/ Satuan Kerja, Rekening milik Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja dikelompokkan menjadi:
1) Rekening Penerimaan
Rekening Penerimaan adalah Rekening giro
pemerintah pada bank umum atau kantor pos yang
dipergunakan untuk menampung uang pendapatan Negara
dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara pada Kementerian Negara/Lembaga
/Satuan Kerja.
2) Rekening Pengeluaran
Rekening Pengeluaran adalah Rekening giro
pemerintah pada bank umum atau kantor pos yang
dipergunakan untuk menampung uang bagi keperluan
belanja negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara pada Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja, termasuk didalamnya
Rekening bendahara pengeluaran pembantu.
3) Rekening Lainnya
Rekening Lainnya adalah Rekening giro dan/atau
deposito pada bank umum atau kantor pos yang
dipergunakan untuk menampung uang yang tidak dapat
ditampung pada Rekening Penerimaan dan Rekening
Pengeluaran berdasarkan tugas dan fungsi Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja. Rekening Lainnya terdiri
atas:
a) Rekening milik Badan Layanan Umum (BLU);
b) Rekening milik Perwakilan RI;
c) Rekening Penyaluran Dana Bantuan Sosial;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 99


d) Rekening Penampungan Dana Hibah Langsung;
e) Rekening Penampungan Sementara;
f) Rekening Penampungan Dana Jaminan; dan
g) Rekening Penampungan Dana Titipan.

b. Pembukaan Rekening
1) Pengajuan Permohonan Persetujuan Pembukaan
Rekening
KPA atau pemimpin BLU mengajukan permohonan
persetujuan pembukaan Rekening Penerimaan dan/atau
Rekening Pengeluaran pada Bank Umum/Kantor Pos
kepada Kuasa BUN di Daerah. Dokumen yang harus
dilampirkan dalam permohonan persetujuan paling sedikit
adalah :
a) Salinan DIPA;
b) Surat pernyataan mengenai penggunaan Rekening;
dan
c) Surat kuasa KPA/pemimpin BLU kepada Kuasa BUN
Pusat dan Kuasa BUN di Daerah untuk memperoleh
informasi dan kewenangan terkait Rekening yang
dibuka pada Bank Umum atau Kantor Pos.

2) Penilaian dan Persetujuan atau Penolakan Permohonan


Pembukaan Rekening
Berdasarkan permohonan persetujuan pembukaan
Rekening yang disampaikan KPA atau pemimpin BLU,
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah:
a) Memeriksa kelengkapan dokumen permohonan
pembukaan Rekening;
b) Menilai kelayakan pemberian persetujuan
pembukaan Rekening dengan kriteria sebagai
berikut:
 Keabsahan surat permohonan persetujuan
pembukaan Rekening yang disampaikan oleh

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 100


KPA atau pemimpin BLU kepada Kuasa BUN
Pusat atau Kuasa BUN di Daerah;
 Kejelasan tujuan penggunaan Rekening;
 Kejelasan sumber dana;
 Kesesuaian antara tugas pokok dan fungsi
dan/atau program kerja Satuan Kerja dengan
tujuan penggunaan Rekening dan sumber
dana; dan
 Kejelasan mekanisme penyaluran dana
Rekening.
Kuasa BUN di Daerah harus menerbitkan surat
persetujuan atau penolakan pembukaan Rekening kepada
KPA atau pemimpin BLU paling lambat 5 (lima) hari kerja
sejak diterimanya surat permohonan persetujuan
pembukaan Rekening, sedangkan untuk Kuasa BUN Pusat
harus menerbitkan surat persetujuan atau penolakan
permohonan pembukaan Rekening kepada KPA atau
pemimpin BLU paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya permohonan persetujuan pembukaan
Rekening. Surat persetujuan pembukaan Rekening yang
diterbitkan oleh Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di
Daerah berlaku 15 (lima belas) hari kalender sejak tanggal
penerbitan.

3) Pembukaan Rekening
KPA/pemimpin BLU harus melampirkan surat
persetujuan pembukaan Rekening dari Kuasa BUN Pusat
atau Kuasa BUN di Daerah pada saat membuka Rekening
Penerimaan, Rekening Pengeluaran, dan/atau Rekening
Lainnya pada Bank Umum/Kantor Pos. Penamaan
rekening harus sesuai dengan penamaan Rekening oleh
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah dalam surat
persetujuan pembukaan Rekening. Rekening dibuka atas
nama jabatan dengan ketentuan:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 101


a) Rekening Penerimaan dibuka dengan menggunakan
nama “BPn: (kode KPPN mitra kerja)...….(nama
kantor)...........”;
b) Rekening Pengeluaran dibuka dengan menggunakan
nama “BPg : (kode KPPN mitra kerja)...….(nama
kantor)...........”;
c) Rekening Pengeluaran Pembantu dibuka dengan
menggunakan nama “BPP (kode KPPN mitra
kerja)...….(nama kantor)...........”;
d) Rekening Lainnya dibuka dengan menggunakan
nama “RPL (kode KPPN mitra kerja)...….(nama
kantor)........... untuk ….”.
Penamaan Rekening dapat disingkat dengan
menggunakan singkatan kantor yang berlaku umum serta
menyesuaikan ketersediaan jumlah karakter pada Bank
Umum/Kantor Pos. KPA/pemimpin BLU harus
menyampaikan laporan pembukaan Rekening kepada
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah paling
lambat 20 (dua puluh) hari kalender sejak terbitnya surat
persetujuan pembukaan Rekening.
Berdasarkan laporan pembukaan Rekening, Kuasa
BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah menyampaikan
pemberitahuan kepada KPA/pemimpin BLU bahwa
Rekening telah dimasukkan atau tidak dimasukkan dalam
program TNP paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak
diterimanya laporan pembukaan Rekening. Treasury
Notional Pooling (TNP) adalah sistem yang digunakan
untuk mengetahui posisi saldo konsolidasi dari seluruh
Rekening Pengeluaran, Rekening Penerimaan, dan
Rekening Lainnya milik Kementerian Negara/Lembaga
/Satuan Kerja yang terdapat pada seluruh kantor cabang
Bank Umum/badan lainnya yang bersangkutan tanpa
harus melakukan perpindahan dana antar Rekening.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 102


c. Pengelolaan Rekening
1) Pengelolaan Bunga dan/atau Jasa Giro Rekening
Dana yang disimpan pada Rekening milik
Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja diberikan
bunga dan/atau jasa giro oleh Bank Umum/Kantor Pos.
Dalam hal Rekening milik Kementerian Negara/Lembaga
/Satuan Kerja dibuka pada Bank Umum/Kantor Pos yang
telah terdaftar pada program TNP, pengelolaan bunga
dan/atau jasa giro Rekening berpedoman pada Peraturan
Menteri Keuangan mengenai TNP. Dalam hal Rekening
milik Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja dibuka
pada Bank Umum/Kantor Pos yang belum terdaftar pada
program TNP, penerimaan bunga dan/atau jasa giro
rekening disetorkan ke Kas Negara pada akhir bulan
berkenaan. Khusus untuk Rekening milik BLU, bunga
dan/atau jasa giro Rekening tidak disetorkan ke Kas
Negara pada akhir bulan berkenaan dan dapat
dipergunakan oleh BLU sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

2) Pendebetan Rekening
Pendebetan Rekening milik Kementerian Negara/
Lembaga/Satuan Kerja dilakukan oleh KPA/pemimpin BLU
dengan menerbitkan surat perintah untuk melakukan
pendebetan Rekening. Surat perintah untuk melakukan
pendebetan Rekening ditandatangani oleh KPA/pemimpin
BLU dan Bendahara pada Kementerian Negara/
Lembaga/Satuan Kerja. Surat perintah dapat berupa cek
atau bilyet giro.

3) Pembukuan dan Penatausahaan Rekening


Bendahara pada Kementerian Negara/Lembaga
/Satuan Kerja melakukan pembukuan dan penatausahaan
Rekening berdasarkan bukti transaksi debet dan/atau

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 103


kredit pada Rekening. KPA/pemimpin BLU harus
melakukan pengujian atas kebenaran pembukuan dan
penatausahaan Rekening dengan membandingkan antara
pembukuan dan penatausahaan Rekening dengan
rekening koran yang diterbitkan oleh Bank Umum/Kantor
Pos pada akhir bulan berkenaan.

4) Pelaporan Saldo Rekening


KPA/pemimpin BLU harus melaporkan saldo seluruh
Rekening yang dikelolanya setiap bulan kepada Kepala
KPPN paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.
Dalam hal tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur,
penyampaian laporan saldo Rekening dilaksanakan pada
hari kerja sebelumnya. Laporan dibuat sesuai format
dengan disertai arsip data komputer.

5) Blokir Rekening
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah
berwenang melakukan blokir Rekening dalam hal
KPA/pemimpin BLU tidak menyampaikan laporan saldo
Rekening. Khusus untuk Rekening milik BLU, pemblokiran
dilakukan untuk seluruh Rekening operasional yang
dikelola.
Dalam hal KPA/pemimpin BLU telah menyampaikan
laporan saldo Rekening, Kuasa BUN Pusat atau Kuasa
BUN di Daerah berwenang mencabut blokir Rekening.
Blokir dan Pencabutan Blokir Rekening dilaksanakan oleh
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah dengan
menyampaikan permintaan tertulis kepada Bank
Umum/Kantor Pos dan disampaikan dengan menggunakan
sarana tercepat.

6) Penutupan Rekening
Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di daerah
berwenang menutup Rekening milik Kementerian

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 104


Negara/Lembaga/Satuan Kerja paling lambat 1 (satu)
tahun sejak Rekening dikategorikan sebagai Rekening
pasif. Rekening dinyatakan pasif apabila Rekening tidak
terdapat transaksi pendebetan ataupun pengkreditan
Rekening selama 1 (satu) tahun. Sebelum melakukan
penutupan Rekening, terhitung 6 (enam) bulan sejak
Rekening dikategorikan sebagai Rekening pasif, Kuasa
BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah harus
menyampaikan surat pemberitahuan Rekening pasif
kepada KPA/Pemimpin BLU.
Dalam rangka pengelolaan kas, Kuasa BUN Pusat
dapat memerintahkan penutupan Rekening dan/atau
pemindahbukuan sebagian atau seluruh dana yang ada
pada Rekening milik Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
ke Kas Negara. Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di
Daerah berwenang menutup Rekening dan
memindahbukukan saldonya ke kas negara dalam hal:
a) KPA/pemimpin BLU membuka Rekening tanpa
memperoleh persetujuan dari Kuasa BUN Pusat atau
Kuasa BUN di Daerah;
b) KPA/pemimpin BLU tidak melaporkan pembukaan
Rekening;
c) Rekening yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan
dan peruntukkannya.
KPA/pemimpin BLU harus menutup Rekening milik
Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja yang sudah
tidak digunakan sesuai dengan tujuan dan peruntukannya
dan memindahkan saldo Rekening ke Kas Negara.
Pimpinan BLU dapat menutup Rekening Pengelolaan Kas
untuk dipindahkan ke Rekening Operasional dalam rangka
pengelolaan kas BLU.
KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan
penutupan Rekening kepada Kuasa BUN Pusat atau
Kuasa BUN di Daerah paling lambat 5 (lima) hari kerja

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 105


setelah tanggal penutupan dengan dilampiri bukti
penutupan Rekening dan/atau bukti pemindahbukuan
saldo Rekening. Atas laporan penutupan Rekening, Kuasa
BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah menyampaikan
pemberitahuan bahwa status Rekening telah ditutup
kepada KPA/pemimpin BLU paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja sejak diterimanya laporan penutupan Rekening.

d. Pengelolaan Rekening BLU


(Materi Tambahan bagi peserta dari Satker BLU)

Rekening Milik BLU terdiri atas: Rekening pengelolaan kas BLU,


Rekening operasional BLU, dan Rekening dana kelolaan.
1) Rekening Pengelolaan Kas BLU
Rekening pengelolaan kas BLU adalah Rekening Lainnya
dalam bentuk giro atau deposito milik BLU untuk
penempatan idle cash pada Bank Umum yang terkait
dengan pengelolaan kas BLU. Dalam hal ini, Rekening
pengelolaan kas BLU dalam bentuk giro bukanlah Rekening
yang dibuka semata-mata hanya mengharapkan imbal hasil
dari jasa giro melainkan akan digunakan untuk
memaksimalkan penggunaan idle cash, misalnya seperti
penggunaan sebagai Rekening efek/kustodian dan deposito.
Rekening pengelolaan kas BLU dalam bentuk giro adalah
Rekening Efek/Kustodian yang merupakan Rekening
Lainnya dalam bentuk giro yang dibuka pada Bank Umum
yang digunakan untuk menampung efek berupa surat
berharga dalam bentuk surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas
efek, dan setiap derivatif dari efek.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 106


2) Rekening Operasional BLU
Rekening operasional BLU adalah Rekening Lainnya dalam
bentuk giro milik BLU yang dipergunakan untuk menampung
selurut penerimaan atau membayar seluruh pengeluaran
BLU yang dananya bersumber dari Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) BLU pada Bank Umum. Pada
pelaksanaannya bagi BLU dapat memisahkan antara
Rekening operasional untuk penerimaan dan Rekening
operasional untuk pengeluaran untuk mempermudah
pengelolaan, pengendalian, dan pelaporan Rekening.
Transaksi terkait Rekening Operasional antara lain :
 Penerimaan yang berasal dari pendapatan dari jasa
layanan, hasil investasi, hibah, dan sumber penerimaan
lainnya yang sah disetorkan ke Rekening Operasional
Penerimaan BLU.
 BLU melakukan pelimpahan kas secara berkala dari
Rekening Operasional Penerimaan BLU ke Rekening
Operasional Pengeluaran BLU untuk belanja
operasional berdasarkan perencanaan kebutuhan dana.
 BLU melakukan pelimpahan dana secara berkala dari
Rekening Operasional Penerimaan BLU ke Rekening
Operasional Pengeluaran BLU untuk penyaluran dana
layanan berdasarkan perencanaan kebutuhan dana.
Penyaluran dana layanan meliputi: belanja terkait
dengan layanan (subsidi, hibah, dan/ atau beasiswa)
dan penyaluran pinjaman/ pembiayaan.
 Penyaluran belanja terkait dengan layanan dilakukan
dengan transfer dana secara langsung dari Rekening
Operasional Pengeluaran BLU kepada pihak ketiga.
 Penyaluran pinjaman/ pembiayaan dilakukan dengan
transfer dana secara langsung dari Rekening
Operasional Pengeluaran BLU atau Rekening Dana
Kelolaan BLU kepada pihak ketiga.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 107


3) Rekening Dana Kelolaan
Rekening Dana Kelolaan adalah Rekening Lainnya dalam
bentuk giro milik BLU yang dipergunakan untuk menampung
dana yang tidak dapat dimasukkan ke dalam Rekening
operasional BLU dan Rekening pengelolaan kas BLU pada
Bank Umum, untuk menampung dana antara lain:
a) Dana bergulir; dan/ atau
b) Dana yang belum menjadi hak BLU.
Transaksi terkait Rekening Operasional antara lain :

 Penerimaan yang berasal dari pinjaman dan rupiah


murni dari anggaran pendapatan dan belanja negara
disetorkan ke Rekening Dana Kelolaan BLU.
 Penyaluran pinjaman/ pembiayaan dilakukan dengan
transfer dana secara langsung dari Rekening
Operasional Pengeluaran BLU atau Rekening Dana
Kelolaan BLU kepada pihak ketiga.

Gambar 4.3. Pengelolaan Rekening pada BLU

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 108


2. Treasury Notional Pooling (TNP)

Treasury Notional Pooling adalah sistem yang digunakan untuk


mengetahui posisi saldo konsolidasi dari seluruh rekening bendahara
pengeluaran yang terdapat pada seluruh Kantor Cabang Bank Umum
yang bersangkutan tanpa harus melakukan perpindahan dana antar
rekening.
Prinsip-prinsip pelaksanaan TNP adalah sebagai berikut:
a. Saldo seluruh Rekening Bendahara Pengeluaran di Bank Umum
pada setiap akhir hari dikonsolidasikan dengan menggunakan
TNP;
b. Pelaksanaan TNP dilakukan oleh masing-masing Kantor Pusat
Bank Umum tempat Bendahara Pengeluaran membuka
rekening;
c. Saldo konsolidasi mendapatkan remunerasi dari Bank Umum;
d. Rekening Bendahara Pengeluaran tidak lagi mendapatkan jasa
giro;
e. Besaran remunerasi ditetapkan atas kesepakatan antara Bank
Umum dengan Ditjen Perbendaharaan;
f. Pelaksanaan TNP dikendalikan oleh Ditjen Perbendaharaan
dengan menggunakan sistem informasi yang dapat memantau
saldo harian semua Rekening Bendahara Pengeluaran dan
Rekening Bendahara Penerimaan. Akun untuk membukukan
penerimaan dari TNP: 523253 – Pendapatan dari Pelaksanaan
Treasury Notional Pooling.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 109


Gambar 4.4. Mekanisme TNP

Treasury Notional Pooling pada Bank A


Saldo: x + y + z

Rek bend A Rek Bend B Rek Bend C


Saldo: x Saldo: y Saldo: z

Saldo seluruh rekening bendahara pengeluaran & penerimaan


dikonsolidasikan pada akhir hari setelah proses tutup buku dan diberikan
jasa giro harian oleh Bank sesuai dengan kesepakatan yang tertuang
dalam kontrak

Bendahara Pengeluaran melakukan penarikan uang dari


Rekening Bendahara Pengeluaran sesuai dengan kebutuhan pada
jam operasional Bank Umum. Jam operasional yang berlaku adalah
08.00 – 15.00. Bendahara Pengeluaran tidak diperkenankan
melakukan penarikan uang di luar jam operasional Bank Umum.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 110


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 4 tentang Sistem


Pengeluaran Negara maka kepada peserta diminta untuk mengerjakan latihan di
bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan menemukan hambatan maka
peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait dengan latihan pada
kegiatan belajar dari latihan tersebut.

1. Jelaskan jenis metode pembayaran tagihan kepada Negara!


2. Sebutkan dokumen-dokumen yang terkait dengan pengeluaran Negara!
3. Sebutkan siapa saja pihak-pihak yang terkait dengan pengeluaran Negara!
4. Gambarkan dan jelaskan alur pembayaran melaui mekanisme UP!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Treasury Notional Pooling (TNP) dan
bagaimana bendahara pengeluaran membuka rekening bendahara
pengeluaran!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 111


Rangkuman
1. Pembayaran tagihan kepada Negara dilakukan dengan memilih dari dua
metode yaitu Pembayaran Langsung (LS) dan Mekanisme Uang
Persediaan (UP).
2. Pengeluaran Negara harus didukung oleh dokumen-dokumen yang dapat
mendukung kelengkapan dan keabsahan pengeluaran.
3. Pengeluaran Negara melibatkan beberapa pihak di antaranya pegawai,
penyedia barang/jasa, PPK, PPSPM, bendahara Pengeluaran/BPP, KPA,
KPPN, Bank Operasional, dan Pos Pengeluaran.
4. Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas komitmen
berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran. Atas
dasar tagihan, PPK melakukan pengujian. Pelaksanaan pembayaran
tagihan, dilakukan dengan Pembayaran LS kepada penyedia barang/jasa
atau melalui Bendahara Pengeluaran.
5. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D, sisa
pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus, atau perubahan kode
Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker.
6. Sehubungan dengan diterapkan Treasury Notional Pooling (TNP) maka
pembukaan rekening bendahara pengeluaran dilakukan pada bank umum
yang terhubung dengan sistem TNP. Penyelenggaraan rekening yang
terintegrasi dalam sistem TNP ini akan mendukung pengelolaan kas
Negara yang efektif dan efisien.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 112


KEGIATAN BELAJAR 5

SISTEM PENGARSIPAN DOKUMEN


KEUANGAN NEGARA

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan tanggung jawab atas dokumen keuangan
negara
B. Menjelaskan prinsip pengelolaan arsip
Uraian dan Contoh

A. Tanggung Jawab atas Dokumen Keuangan Negara


1. Pembagian Tugas dan Kewenangan Pengelolaan Dokumen Keuangan
Negara
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2013 Pasal 176,
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA dan Menteri Keuangan selaku BUN
menyelenggarakan sistem penatausahaan APBN yang terintegrasi untuk
mewujudkan pelaksanaan APBN secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pejabat perbendaharaan bertanggung jawab atas
penyelenggaraan penatausahaan dokumen transaksi keuangan
Pemerintah yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk keperluan tertib administrasi dokumen
transaksi keuangan Pemerintah, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA dan
Menteri Keuangan selaku BUN berwenang mengatur penyelenggaraan
penatausahaan dokumen transaksi keuangan Pemerintah yang berada
dalam lingkup pengelolaan dan tanggung jawabnya.
Dalam rangka penatausahaan atas dokumen terkait pelaksanaan
anggaran pada satker secara umum tanggung jawab para pengelola
keuangan sebagai berikut:
a. KPA memiliki tugas dan wewenang mengawasi penatausahaan
dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
dan anggaran.
b. Terkait tindakan yang dilakukan dimana mengakibatkan pengeluaran
anggaran Belanja Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang
menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan.
c. Dalam rangka melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran terkait tindakan yang dilakukan oleh PPK, PPSPM
memiliki tugas dan wewenang menyimpan dan menjaga keutuhan
seluruh dokumen hak tagih.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 120


d. Dalam hal pembayaran tagihan dibebankan pada uang persediaan
yang dikelola bendahara pengeluaran, maka bendahara pengeluaran
bertanggung jawab untuk menatausahakan transaksi uang
persediaan.
e. Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang belanja pegawai,
KPA mengangkat PPABP untuk membantu PPK dalam mengelola
administrasi belanja pegawai. PPABP bertanggung jawab atas
pengelolaan administrasi belanja pegawai kepada KPA.

Penatausahaan atas dokumen terkait pelaksanaan anggaran pada


satker secara umum mengikuti kaidah pengelolaan arsip.

2. Pengertian dan Jenis Arsip


Sesuai dengan Undang-Undang No. 43 tahun 2009 tentang Kearsipan,
definisi Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk
dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan
daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pengelolaan arsip dilakukan terhadap 2 (dua) jenis arsip yaitu:
a. Arsip Dinamis
Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung
dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu
tertentu. Pengelolaan arsip dinamis menjadi tanggung jawab pencipta
arsip. Arsip dinamis meliputi:
1) Arsip Vital
Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan
persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional pencipta arsip,
tidak dapat diperbarui, dan tidak tergantikan apabila rusak atau
hilang.
2) Arsip Aktif
Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi
dan/atau terus menerus.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 121


3) Arsip Inaktif.
Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah
menurun.

b. Arsip Statis
Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip
karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan
berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik
Indonesia dan/atau lembaga kearsipan. Pengelolaan arsip statis
menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan.
Jenis arsip keuangan lembaga negara meliputi:
a. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan RUU
APBN-P;
b. Pelaksanaan anggaran;
c. Bantuan/pinjaman luar negeri;
d. Pengelolaan APBN/Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN);
e. Sistem Akuntansi Instansi (SAI);
f. Pertanggungjawaban keuangan negara;
g. Pemeriksaan keuangan;
h. Pelaporan dan analisis transaksi keuangan;
i. Pengawasan keuangan;
j. Perpajakan; dan
k. Pengawasan sektor jasa keuangan.

B. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Arsip


Pengelolaan arsip terdiri atas pengelolaan arsip dinamis dan
pengelolaan arsip statis. Pengelolaan arsip dinamis dilakukan terhadap
arsip vital, arsip aktif, dan arsip inaktif. Pengelolaan arsip dinamis menjadi
tanggung jawab pencipta arsip. Sedangkan pengelolaan arsip statis
menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan. Pengelolaan arsip dinamis
meliputi kegiatan: penciptaan arsip, penggunaan arsip, pemeliharaan arsip,
dan penyusutan arsip.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 122


1. Penciptaan Arsip
Penciptaan arsip dilaksanakan dengan baik dan benar untuk
menjamin rekaman kegiatan dan peristiwa sebagaimana adanya
sehingga menghasilkan arsip yang autentik, utuh, dan terpercaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penciptaan arsip harus memenuhi komponen struktur, isi, dan
konteks arsip.
Penciptaan arsip meliputi kegiatan pembuatan arsip dan
penerimaan arsip. Pembuatan dan penerimaan arsip dilaksanakan
berdasarkan tata naskah dinas, klasifikasi arsip, serta sistem
klasifikasi keamanan dan akses arsip. Pembuatan arsip harus
diregistrasi. Pembuatan dan penerimaan arsip harus dijaga
autentisitasnya berdasarkan tata naskah dinas.

2. Penggunaan Arsip
Pencipta arsip pada lembaga negara, pemerintahan daerah,
perguruan tinggi negeri, dan BUMN dan/atau BUMD membuat daftar
arsip dinamis berdasarkan 2 (dua) kategori, yaitu arsip terjaga dan
arsip umum. Arsip terjaga adalah arsip negara yang berkaitan dengan
keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara yang harus
dijaga keutuhan, keamanan, dan keselamatannya. Sedangkan Arsip
umum adalah arsip yang tidak termasuk dalam kategori arsip terjaga.
Penggunaan arsip dinamis diperuntukkan bagi kepentingan
pemerintahan dan masyarakat. Ketersediaan dan autentisitas arsip
dinamis menjadi tanggung jawab pencipta arsip. Dalam rangka
ketersediaan arsip untuk kepentingan akses, arsip dinamis dapat
dilakukan alih media. Penggunaan arsip dinamis dilaksanakan
berdasarkan sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip.
Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan
apabila arsip dibuka untuk umum dapat: a. menghambat proses
penegakan hukum; b. mengganggu kepentingan pelindungan hak
atas kekayaan intelektual dan pelindungan dari persaingan usaha
tidak sehat; c. membahayakan pertahanan dan keamanan negara; d.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 123


mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam
kategori dilindungi kerahasiaannya; e. merugikan ketahanan ekonomi
nasional; f. merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan
luar negeri; g. mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi
dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang
berhak secara hukum; h. mengungkapkan rahasia atau data pribadi;
dan i. mengungkap memorandum atau suratsurat yang menurut
sifatnya perlu dirahasiakan.

3. Pemeliharaan Arsip
Pemeliharaan arsip dinamis dilaksanakan oleh pencipta arsip
untuk menjamin keamanan informasi dan fisik arsip. Pemeliharaan
arsip dinamis dilakukan untuk menjaga keautentikan, keutuhan,
keamanan, dan keselamatan arsip. Pemeliharaan arsip dinamis
dilakukan melalui kegiatan pemberkasan arsip aktif, penataan arsip
inaktif, penyimpanan arsip, dan alih media arsip.
Pemberkasan arsip aktif dilakukan terhadap arsip yang dibuat
dan diterima. Pemberkasan arsip aktif menghasilkan tertatanya fisik
dan informasi arsip serta tersusunnya daftar arsip aktif.
Penataan arsip inaktif dilakukan berdasarkan asas asal usul dan
asas aturan asli. Penataan arsip inaktif pada unit kearsipan
dilaksanakan melalui kegiatan: a. pengaturan fisik arsip; b.
pengolahan informasi arsip; dan c. penyusunan daftar arsip inaktif.
Penyimpanan arsip dilakukan terhadap arsip aktif dan inaktif
yang sudah didaftar dalam daftar arsip. Penyimpanan arsip aktif dan
inaktif dilaksanakan untuk menjamin keamanan fisik dan informasi
arsip selama jangka waktu penyimpanan arsip berdasarkan Jadwal
Retensi Arsip (JRA).
Alih media arsip dilaksanakan dalam bentuk dan media apapun
sesuai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Arsip yang
dialihmediakan tetap disimpan untuk kepentingan hukum berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Alih media arsip
diautentikasi oleh pimpinan di lingkungan pencipta arsip dengan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 124


memberikan tanda tertentu yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait
dengan arsip hasil alih media.

4. Penyusutan Arsip
Penyusutan arsip dilakukan oleh pencipta arsip berdasarkan
Jadwal Retensi Arsip (JRA). JRA adalah daftar yang berisi sekurang-
kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan
keterangan yang berisi rekomendasi tentang penetapan suatu jenis
arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau dipermanenkan yang
dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.
JRA ditetapkan oleh pimpinan lembaga negara, pemerintahan daerah,
perguruan tinggi negeri, BUMN dan BUMD setelah mendapat
persetujuan Kepala ANRI. Retensi arsip dalam JRA ditentukan
berdasarkan pedoman retensi arsip.
Penyusutan arsip meliputi kegiatan:
a. pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
b. pemusnahan arsip yang telah habis retensinya dan tidak
memiliki nilai guna dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
c. penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga
kearsipan.
Pemusnahan arsip menjadi tanggung jawab pimpinan pencipta
arsip. Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
a. tidak memiliki nilai guna;
b. telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan
berdasarkan JRA;
c. tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
d. tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
Penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga
kearsipan dilakukan terhadap arsip yang:
a. memiliki nilai guna kesejarahan;
b. telah habis retensinya; dan/atau
c. berketerangan dipermanenkan sesuai JRA pencipta arsip.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 125


Ketentuan Sanksi dan Pidana
1. Ketentuan Pemberian Sanksi
Terhadap pejabat dan/atau pelaksana yang melakukan
pelanggaran dalam penyelenggaraan kearsipan dalam UU No. 43
tahun 2009 diatur sanksi sebagai berikut:
a. Pejabat dan/atau pelaksana yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2), Pasal 22
ayat (4), Pasal 24 ayat (4), Pasal 27 ayat (4), Pasal 48 ayat
(1), dan Pasal 60 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa
teguran tertulis. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak
melakukan perbaikan, pejabat dan/atau pelaksana dikenai
sanksi administratif berupa penundaaan kenaikan gaji berkala
untuk paling lama 1 (satu) tahun. Selanjutnya apabila selama
6 (enam) bulan berikutnya tidak melakukan perbaikan, pejabat
dan/atau pelaksana dikenai sanksi administratif berupa
penundaaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu)
tahun.
b. Pasal 79 (1) Pejabat dan/atau pelaksana yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1)
dan Pasal 64 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa
teguran tertulis. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak
melakukan perbaikan, pejabat dan/atau pelaksana dikenai
sanksi administratif berupa penurunan gaji sebesar satu kali
kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun. Apabila
selama 6 (enam) bulan berikutnya tidak melakukan perbaikan,
pejabat dan/atau pelaksana dikenai sanksi administratif
berupa penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih
rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun.
c. Pasal 80 (1) Pejabat, pimpinan instansi dan/atau pelaksana
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (4), Pasal 42 ayat (1), dan Pasal 43 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa
teguran tertulis. Apabila selama 6 (enam) bulan tidak

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 126


melakukan perbaikan, pejabat, pimpinan instansi dan/atau
pelaksana dikenai sanksi administratif berupa penurunan
pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk
paling lama 1 (satu) tahun. Apabila selama 6 (enam) bulan
berikutnya tidak melakukan perbaikan, pejabat, pimpinan
instansi dan/atau pelaksana dikenai sanksi administratif
berupa pembebasan dari jabatan.

2. Ketentuan Pidana
Terhadap Pejabat dan/atau pelaksana yang melakukan
pelanggaran dalam penyelenggaraan kearsipan dalam UU No. 43
tahun 2009 dapat diberikan sanksi pidana sebagai berikut:
a. Setiap orang yang dengan sengaja menguasai dan/atau
memiliki arsip negara untuk kepentingan sendiri atau orang
lain yang tidak berhak dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
b. Setiap orang yang dengan sengaja menyediakan arsip
dinamis kepada pengguna arsip yang tidak berhak dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta
rupiah).
c. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjaga keutuhan,
keamanan dan keselamatan arsip negara yang terjaga untuk
kepentingan negara dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
d. Pejabat yang dengan sengaja tidak melaksanakan
pemberkasan dan pelaporan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
e. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjaga kerahasiaan
arsip tertutup dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 127


(lima) tahun atau denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua
ratus lima puluh juta rupiah).
f. Setiap orang yang dengan sengaja memusnahkan arsip di luar
prosedur yang benar dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
g. Setiap orang yang memperjualbelikan atau menyerahkan arsip
yang memiliki nilai guna kesejarahan kepada pihak lain di luar
yang telah ditentukan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
h. Pihak ketiga yang tidak menyerahkan arsip yang tercipta dari
kegiatan yang dibiayai dengan anggaran negara dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah).

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 128


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 5 tentang Sistem


Pengarsipan Dokumen Keuangan Negara maka kepada peserta diminta untuk
mengerjakan latihan di bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan
menemukan hambatan maka peserta dapat membuka kembali pembahasan
terkait dengan latihan pada kegiatan belajar dari latihan tersebut.

1. Jelaskan bagaimana pembagian tanggung jawab penatausahaan dokumen


keuangan negara!
2. Sebutkan pengertian arsip negara!
3. Sebutkan hal-hal yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan arsip dinamis!
4. Jelaskan jenis arsip yang dapat dimusnahkan!
5. Jelaskan bagaimana pemberian sanksi kepada orang yang dengan sengaja
menyediakan arsip dinamis kepada pengguna arsip yang tidak berhak
dipidana!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 129


Rangkuman

1. Pejabat perbendaharaan bertanggung jawab atas penyelenggaraan


penatausahaan dokumen transaksi keuangan Pemerintah yang
dilakukannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan
media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah,
lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Pejabat dan/atau pelaksana yang melanggar ketentuan penyelenggaraan
kearsipan dikenai sanksi administratif dan sanksi pidana.
4. Pejabat dan/atau pelaksana yang melanggar ketentuan penyelenggaraan
kearsipan dikenai sanksi administratif dan sanksi pidana.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 130


©2020
Hak Cipta
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai