Anda di halaman 1dari 76

Pemungutan dan

Penyetoran PNBP

E- Learning Bendahara
Penerimaan
Angkatan IV TA 2021
(03 Agustus 2021)

Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Biodata

• Nama : Erman Jaya Kusuma


• Tmp, Tgl Lahir : Jakarta , 28 Maret 1960
• Instansi : Pusdiklat Anggaran & Perbendaharaan
Gadog - Bogor
• Alamat : Perum Pondok Melati Indah - Jatiwarna Pdk
Gede - Bekasi
• HP : 08129303125
• E – mail : ermanjkusuma@yahoo.co.id

Dibuka yuuk !!!

2
Ketentuan Umum PNBP
Peraturan Terkait PNBP
1.UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2.UU No. 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara.
3.UU No. 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara.
4.UU No. 9 Tahun 2018 ttg Penerimaan Negara Bukan Pajak.
5.PP No. 73 Tahun 1999 ttg Tatacara Penggunaan PNBP yang bersumber dari
Kegiatan
Tertentu
1.PP No. 1 Tahun 2004 ttg Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan
Realisasi PNBP.
2.PP No. 29 Tahun 2009 ttg Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan
Penyetoran
PNBP Yang Terutang.
1.PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
•PP No. 58 Tahun 2020 tentang Pengelolaan PNBP,
1.PP No. 59 Tahun 2020 tentang Keberatan, Keringanan , dan Pengembalian
PNBP
2.PP No. 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Atas Jenis
3
Pengertian Keuangan Negara
• Pendekatan Sisi OBYEK
semua hak & kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang,
termasuk kebijakan & kegiatan dalam bid. fiskal, moneter & Keuangan
pengel. kekayaan negara yg dipisahkan, serta segala Negara adalah
1 sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang berhub. semua hak
dg pelaks. hak & kewajiban tersebut. dan kewajiban
negara yang
• Pendekatan Sisi SUBYEK dapat dinilai
seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki dengan uang,
negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, PEMDA, serta segala
2 Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada sesuatu baik
kaitannya dgn keuangan negara. berupa uang
maupun
• Pendekatan Sisi PROSES berupa barang
seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan yang dapat
pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari dijadikan milik
3 perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai negara
dengan pertanggunggjawaban. berhubung
dengan
• Pendekatan Sisi TUJUAN pelaksanaan
seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang hak dan
berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek kewajiban
4 sebagaimana tersebut di atas dalam rangka tersebut.
penyelenggaraan pemerintahan negara
4
Pengertian & Jenis PNBP

PNBP adalah pungutan yg dibayar oleh orang


pribadi atau badan dgn memperoleh manfaat
langsung maupun tidak langsung atas layanan
atau pemanfaatan sumber daya & hak yang
diperoleh negara, berdasarkan per-UU-an, yg
menjadi penerimaan Pemerintah Pusat di luar
penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola
dalam mekanisme APBN. (UU 9/2018)

• Seluruh aktivitas, hal, dan/atau benda, yang menjadi sumber


penerimaan negara di luar perpajakan dan hibah dinyatakan
sebagai objek PNBP.

5
Objek PNBP

Kriteria:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah;
b. penggunaan dana yang bersumber dari APBN;
c. pengelolaan kekayaan negara; dan/atau
d. penetapan peraturan perundang-undangan.

6 klaster objek PNBP:


1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
2. Pelayanan
3. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan
4. Pengelolaan Barang Milik Negara
5. Pengelolaan Dana
6. Hak Negara Lainnya
6
Obyek PNBP

PEMANFAATAN SDA
bumi, air, udara, ruang angkasa, dan PENGELOLAAN BMN
kekayaan alam yang dikuasai oleh penggunaan, pemanfaatan, dan
negara ` pemindahtanganan semua
barang yang diperoleh atas
beban APBN dan perolehan
PELAYANAN
lain
penyediaan barang, jasa, atau
pelayanan administratif yang PENGELOLAAN DANA
menjadi tanggung jawab dana pemerintah yang
pemerintah berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja
PENGELOLAAN KND Negara atau perolehan lain
kekayaan negara yang berasal
dari APBN yang dijadikan HAK NEGARA LAINNYA
penyertaan modal negara atau
hak negara selain 5 objek
perolehan lainnya
sesuai peraturan
perundang-undangan

Pengklasteran digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan jenis dan tarif PNBP
dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing objek PNBP, prinsip
keadilan, dan menjaga kualitas layanan pada masyarakat.

7
Pengelompokan PNBP menurut
PP 22/1997

Pengaturan Lama & Baru 1. Penerimaan kembali anggaran.

2. Penerimaan hasil penjualan


barang/kekayaan negara.

3. Penerimaan hasil penyewaan


barang/kekayaan negara.

PNBP Umum 4. Penerimaan hasil penyimpanan


uang negara (jasa giro)

5. Penerimaan ganti rugi atas


kerugian negara

6. Penerimaan denda keterlambatan


PNBP penyelesaian pekerjaan pemerintah.

7. Penerimaan dari hasil penjualan


dokumen lelang.

PNBP 8. PNBP terkait pelayanan sesuai tusi


Fungsional K/L
8
Subyek PNBP

1. Orang dari dalam negeri atau luar negeri yang


Pribadi menggunakan, memperoleh manfaat, dan
atau memiliki kaitan dengan objek PNBP
2. Badan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.

Badan adalah sekumpulan orang yg mpk


kesatuan, baik yg melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi PT, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, BUMN/D dengan
WAJIB nama & dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, kumpulan,
BAYAR yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik
atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap, badan hukum publik, dan bentuk badan lain
yang melakukan kegiatan di dalam dan/atau di luar
negeri.
9
Fungsi PNBP

• Fungsi PNBP :
1. Fungsi penganggaran (budgetary) dan
2. Fungsi pengaturan (regulatory).

• Selaku fungsi penganggaran (budgetary), PNBP


merupakan salah satu pilar pendapatan negara yang
memiliki kontribusi cukup besar dalam menunjang APBN,
melalui optimalisasi penerimaan negara.

• Selaku fungsi pengaturan (regulatory), PNBP memegang


peranan penting dan strategis dalam mendukung kebijakan
Pemerintah untuk pengendalian dan pengelolaan kekayaan
negara termasuk pemanfaatan sumber daya alam.

10
Pejabat Perbendaharaan

Presiden
(CEO)
Chief Executif
Officer

Menteri/Pimp
Menteri Keuangan
Lembaga
(PA – COO) (BUN – CFO)
Chief Finance
Chief Operational
Officer
Officer

Bendahara Bendahara
Penerimaan Pengeluaran

11
TUGAS DAN KEWENANGAN
PENGELOLAAN PNBP
Antara lain:
Kewenangan a. menyusun kebijakan umum pengelolaan PNBP;
Menteri b. mengevaluasi, menyusun dan/atau menetapkan jenis dan tarif
Keuangan PNBP pada Instansi Pengelola PNBP;
selaku c. menetapkan target dan pagu penggunaan PNBP dalam rangka
Pengelola RAPBN/RAPBNP;
d. melakukan pengawasan terhadap perencanaan, pelaksanaan,
Fiskal dan pertanggung jawaban PNBP.
Antara lain:
a. menyusun dan menyampaikan usulan jenis dan tarif PNBP;
Tugas Pimpinan b. mengusulkan penggunaan dana PNBP;
c. menyusun dan menyampaikan rencana PNBP dalam rangka
Kementerian
penyusunan RAPBN/RAPBNP;
Negara/Lembaga d. memungut dan menyetorkan PNBP;
e. mengelola Piutang PNBP.

Kewenangan Menetapkan PNBP tertentu sebagai PNBP yang dikelola oleh


Menteri Keuangan Bendahara Umum Negara, antara lain:
selaku Bendahara a. PNBP dari pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan;
Umum Negara b. PNBP yang penghitungan dan penetapannya membutuhkan
earning process (PNBP sektor migas dan panas bumi).

Tugas Mitra Membantu Instansi Pengelola PNBP melaksanakan sebagian


Instansi Pengelola kegiatan pengelolaan PNBP (pemungutan, penyetoran, dan/atau
PNBP penagihan PNBP).
12
Kewenangan Menteri Keuangan selaku
Pengelola Fiskal

1. Menyusun kebijakan umum pengelolaan PNBP


2. Mengevaluasi, menyusun, dan/atau menetapkan jenis dan tarif
PNBP pada Instansi Pengelola PNBP
3. Menetapkan target PNBP dan/atau pagu penggunaan dana PNBP
dalam rangka penyusunan RAPBN dan/atau RAPBN perubahan
4. Menetapkan penggunaan dana PNBP
5. Melakukan pengawasan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungiawaban PNBP
6. Meminta instansi pemeriksa untuk melakukan Pemeriksaan PNBP
terhadap Instansi pengelola PNBP, Wajib Bayar, dan/atau Mitra
Instansi pengelola PNBP
7. Menetapkan Pengelolaan PNBP lintas Instansi Pengelola PNBP

13
TUGAS DAN KEWENANGAN INSTANSI
PENGELOLAAN PNBP (1)
Pimpinan Instansi Dalam mengelola PNBP Pimpinan
Pengelola PNBP Instansi Pengelola PNBP bertugas:
mempunyai
kewenangan untuk
mengelola PNBP 1. menyusun dan menyampaikan
pada Instansi
usulan jenis dan tarif PNBP;
Pengelola PNBP
yang dipimpinnya 2. mengusulkan penggunaan dana PNBP;
Pasal 17 ayat 3. menyusun dan menyampaikan rencana
(1) dan ayat PNBP dlm Penyusunan RAPBN dan/atau
(2)
UU No.9
RAPBNP;
4. memungut dan menyetorkan PNBP ke Kas
Tahun 2018 Negara;
5. melaksanakan anggaran yang bersumber dari pagu
penggunaan dana PNBP;
6. mengelola piutang
PNBP;
7. menyusun dan menyampaikan laporan
pertanggung-jawaban PNBP;
8. menunjuk pejabat kuasa pengelola PNBP;
dan
9. melaksanakan tugas lain di bidang PNBP pada Instansi Pengelola
PNBP yang dipimpinnya sesuai dengan ketentuan peraturan
per-undang-undangan di bidang PNBP. 14
TUGAS DAN KEWENANGAN INSTANSI
PENGELOLAAN PNBP (2)

Verifikasi atas PNBP Terutang yang dihitung


Disamping Pasal
oleh Wajib Bayar
melakukan 27
tugas Instansi Pengelola PNBP melaksanakan
sebagaimana Pasal 45
pengawasan intern atas Pengelolaan PNBP
Pasal 17,
Instansi Meminta Instansi Pemeriksa untuk melakukan
Pengelola Pasal 47 dan
Pemeriksaan terhadap Wajib Bayar
49
PNBP juga
wajib Memproses permohonan Keberatan,
melaksanaka Pasal 58-65PNBP
Keringanan dan Pengembalian
n:

15
SANKSI BAGI INSTANSI
PENGELOLA PNBP
Tidak melakukan verifikasi Tidak memenuhi kewajiban
atas PNBP Terutang yang melakukan Penetapan PNBP
dihitung oleh Wajib Bayar. Terutang dengan menerbitkan dan
(Pasal 27) menyampaikan Surat Ketetapan
Tidak melaksanakan
PNBP kurang bayar dan Surat
pemungutan PNBP
Tagihan PNBP kepada Wajib
berdasarkan jenis dan tarif
Bayar. (Pasal 37)
PNBP. (Pasal 28)
Tidak melaksanakan Tidak memenuhi kewajiban
penyetoran seluruh PNBP menatausahakan PNBP. (Pasal 41)
pada waktunya ke Kas
Negara. (Pasal 30)
Tidak melaksanakan Tidak melakukan kewajiban
pengelolaan piutang PNBP memberikan, memperlihatkan,
yang menjadi tanggung dan/atau menyampaikan
jawabnya. (Pasal 35) dokumen, keterangan, dan/atau
PENJELASAN bukti lain yang diminta oleh
instansi pemeriksa. (Pasal 53)
Sanksi dikenakan kepada pejabat pengelola PNBP di
lingkungan Instansi Pengelola PNBP. Tidak mengeluarkan penetapan
atas pengajuan keberatan sampai
Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan dengan jangka waktu 6 (enam)
perundang-undangan” antara lain peraturan bulan setelah surat keberatan dan
perundang-undangan di bidang disiplin untuk dokumen pendukung diterima
Aparatur Sipil Negara dan peraturan secara lengkap. (Pasal 59)
perundang-undangan di bidang pengawasan.
16
Pihak-Pihak Terkait PNBP
• Wajib Bayar ,adalah orang pribadi atau Badan dari dalam negeri atau luar
negeri yang mempunyai kewajiban membayar PNBP sesuai dengan ketentuan
per-UU-an.
• Petugas Pungut, merupakan petugas yang ditunjuk untuk melakukan
pemungutan/penerimaan uang dari Wajib Bayar. Petugas Pungut misalnya
ditunjuk untuk memungut uang dari jasa tanda masuk pelabuhan, taman
hiburan, museum, dan sebagainya.
• Bendahara Penerimaan, ditunjuk apabila pada satker yang bersangkutan
terdapat PNBP yang bersifat fungsional. Bendahara Penerimaan menerima
setoran dari Wajib Bayar langsung atau menerima setoran yang dipungut oleh
Petugas Pungut.
• Bank Persepsi, adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
untuk menerima setoran penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang
meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak.
• Pos Persepsi, adalah kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
menerima setoran penerimaan negara.

17
Pemungutan dan
Penerimaan PNBP

18
Pemungutan dan Penerimaan
PNBP
Penentuan PNBP Terutang
PNBP Terutang dihitung oleh:
a. Instansi Pengelola PNBP;
b. Mitra Instansi Pengelola PNBP; atau
c. Wajib Bayar.

Verifikasi sesuai
jenis & tarif

Tidak sesuai
dikenakan sanksi

19
Pengaturan Tarif PNBP
Dasar
Pertimbangan
Dasar Hukum
Dasar Pertimbangan pengaturan
tarif diatur masing-masing Dasar hukum penetapan tarif
sesuai klaster, antara lain dilekatkan langsung pada 6
a. Nilai manfaat, kadar, atau klaster objek PNBP:
kualitas sumber daya alam 1. Pemanfaatan Sumber Daya
b. Dampak pengenaan tarif Alam 🡪 UU, kontrak, dan/atau
c. Kebutuhan investasi, kondisi PP
keuangan, & operasional Badan 2. Pelayanan 🡪 PP dan/atau
d. Nilai guna aset tertinggi dan Peraturan Menteri
terbaik 3. Pengelolaan Kekayaan Negara
e. Aspek keadilan Dipisahkan 🡪 UU dan/atau
f. Kebijakan pemerintah dalam rapat umum pemegang
saham
4. Pengelolaan Barang Milik
Bentuk Tarif Negara 🡪 PP dan/atau
SPESIFIK Peraturan Menteri Keuangan
AD VALOREM 5. Pengelolaan Dana 🡪 Peraturan
Tarif PNBP yang
ditetapkan dengan Menteri Keuangan
nominal uang Tarif PNBP yang 6. Hak Negara Lainnya 🡪 UU, PP
ditetapkan dengan
dan/atau Peraturan Menteri
persentase dan
formula Keuangan

20
Tarif Spesifik (1)

• Tarif spesifik adalah tarif yang ditetapkan dengan


nilai nominal uang.
• Tarif a = Rp5.000.000,00/satuan
• Contoh penghitungan (tarif spesifik):
Tarif = Rp50,00/m3
Volume = 1.000 m3
Maka jumlah PNBP yang Terutang adalah:
Rp50,00/m3 x 1.000 m3 =Rp50.000,00.

21
Tarif Spesifik (2)

• Diketahui :
– Tarif penyimpanan hewan seperti tabel.
– Hewan yang disimpan di kelas III sebanyak 1.000
ekor selama 5 hari.
– Berapakah PNBP Terutang?

22
Tarif Advalorem (1)

• Tarif advalorem adalah tarif yang ditetapkan


dengan persentase & formula.
Contoh:
Tarif a = lO%o x dasar perhitungan tertentu
• Dasar pengenaan tertentu merupakan satuan nilai
yang digunakan sebagai dasar perhitungan, antara
lain :
– Harga Patokan (HP)
– harga jual
– indeks harga, atau
– keuntungan bersih.

23
Contoh - Tarif Advalorem (2)

• RM Berkah di Bandara menggunakan air sebanyak


1.000m3 dan listrik 1.000kwh selama bulan XXX.
• Diketahui :
– Tarif PDAM : Rp.10.000,00/m3
– Tarif PLN : Rp.1500/kwh
• Berapakah PNBP Terutang?

24
Penetapan Tarif dengan
“ Pertimbangan Tertentu “
1. Tarif atas jenis PNBP dapat ditetapkan sampai dengan
Rp0,00 (nol rupiah) atau 0% (nol persen).
2. Pertimbangan tertentu :
a. penyelenggaraan kegiatan social
b. kegiatan keagamaan
c. kegiatan kenegaraan, dan
d. pertimbangan karena keadaan di luar kemampuan
wajib Bayar atau kondisi kahar, serta bagi masyarakat
tidak mampu, mahasiswa berprestasi, dan UMKM

25
Pendekatan Biaya dalam
Penetapan Tarif PNBP
1. TARIF COST MINUS
Besaran tarif PNBP yang dikenakan lebih rendah daripada biaya yang
dikeluarkan untuk memberikan layanan.
Contoh : Besaran tarif ditetapkan sebesar Rp10.000,00/layanan, biaya
pelayanan sebesar Rp15.000,00/layanan.

2. TARIF COST RECOVERY


Besaran tarif PNBP yang dikenakan sama dengan biaya yang dikeluarkan
untuk memberikan layanan.
Contoh : Besaran tarif ditetapkan sebesar Rp15.000,00/layanan, biaya
pelayanan sebesar Rp15.000,00/layanan.

3. TARIF COST PLUS


Besaran tarif PNBP yang dikenakan lebih tinggi daripada biaya yang
dikeluarkan untuk memberikan layanan.
Contoh : Besaran tarif ditetapkan sebesar Rp20.000,00/layanan, biaya
pelayanan sebesar Rp15.000,00/layanan.

26
Pembayaran & Penyetoran PNBP
Terutang (1)
1. Wajib Bayar wajib membayar PNBP Terutang ke Kas Negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri.

2. Dalam hal tertentu, wajib Bayar dapat melakukan


pembayaran PNBP Terutang melalui Instansi pengelola
PNBP atau Mitra Instansi pengelola PNBP.

3. Instansi Pengelola PNBP atau Mitra Instansi pengelola


PNBP yang menerima pembayaran PNBP dari Wajib Bayar
wajib menyetorkan seluruh PNBP pada waktunya ke Kas
Negara sesuai dengan ketentuan.

27
Pembayaran & Penyetoran PNBP
Terutang (2)
4. Wajib Bayar wajib membayar seluruh PNBP Terutang
paling lambat pada saat jatuh tempo pembayaran.

5. Wajib Bayar tidak membayar PNBP Terutang sampai


dengan jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi
administrasi

6. Sanksi administratif berupa denda sebesar 2% per bulan


dari bagian PNBP Terutang dan bagian dari bulan
dihitung 1 bulan penuh.

7. Sanksi administrasi berupa denda dikenakan untuk


paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

28
Contoh perhitungan sanksi
administrasi berupa denda PNBP (1)
• Pokok PNBP Terutang = Rp100.000.000,00
• Jatuh tempo tanggal = 2 Januari 2020
• Pembayaran tanggal = 3 Januari 2020
• Keterlambatan = 1 hari, dihitung 1 bulan
• Maka, jumlah PNBP yang Terutang =
(2% x Rp100.000.000,00) + Rp100.000.000,00 = Rp102.000.000,00.
• Apabila pembayaran dilakukan pada tanggal 3 Februari
2020, maka jumlah PNBP yang Terutang =
(2% x Rp102.000.000,00) + Rp102.000.000,00 = Rp104.040.000,00.

29
Contoh perhitungan sanksi
administrasi berupa denda PNBP (2)

30
Pengelolaan Piutang PNBP (1)

1. Dalam hal wajib Bayar belum melakukan pembayaran PNBP Terutang,


Instansi pengelola PNBP mencatat PNBP Terutang sebagai Piutang
PNBP.
2. Instansi Pengelola PNBP wajib mengelola piutang PNBP yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai ketentuan.
3. Instansi Pengelola PNBP yang tidak melaksanakan pengelolaan piutang
PNBP dikenai sanksi.
4. Dalam hal terjadi kurang bayar terhadap PNBP Terutang, Instansi
pengelola PNBP atau Mitra Instansi Pengelola PNBP menetapkan PNBP
Terutang.
5. Penetapan PNBP Terutang didasarkan pada:
a. hasil verifikasi dan/atau monitoring oleh Instansi Pengelola PNBP atau
Mitra Instansi pengelora PNBP;
b. laporan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar;
c. putusan pengadilan; dan/atau
d. sumber lainnya.
31
Pengelolaan Piutang PNBP (2)

6. Penetapan PNBP Terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat


(2) huruf a, huruf c, dan huruf d, wajib dilakukan oleh Instansi pengelola
PNBP atau Mitra Instansi Pengelola PNBP dengan menerbitkan dan
menyampaikan Surat Tagihan PNBP kepada Wajib Bayar.
7. Penetapan PNBP Terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(2) huruf b, wajib dilakukan oleh Instansi Pengelola PNBP atau Mitra
Instansi pengelola PNBP dengan menerbitkan dan menyampaikan Surat
Ketetapan PNBP kurang bayar dan Surat Tagihan PNBP kepada Wajib
Bayar.
8. Dalam hal Instansi Pengelola PNBP atau Mitra Instansi Pengelola PNBP
tidak memenuhi kewajiban dikenai sanksi

32
Pengelolaan Piutang PNBP (3)

9. Dalam hal Wajib Bayar tidak setuju atas Surat Tagihan PNBP, Wajib Bayar
dapat mengajukan permohonan koreksi terhadap surat Tagihan PNBP
secara tertulis kepada Instansi Pengelola PNBP dan/atau Mitra Instansi
Pengelola PNBP.

10. Instansi Pengelola PNBP dan/atau Mitra Instansi Pengelola PNBP


memberikan jawaban kepada Wajib Bayar atas permohonan koreksi
terhadap Surat Tagihan PNBP.

11. Penetapan PNBP Terutang diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) tahun sejak saat terutangnya PNBP.

12. Penetapan PNBP Terutang tetap dapat diterbitkan setelah jangka waktu
paling lama l0 (sepuluh) tahun, dalam hal Waiib Bayar melakukan tindak
pidana di bidang PNBP.

33
Bukti Pemungutan PNBP
A. Surat Bukti Setor (SBS) merupakan bukti pelunasan PNBP oleh
wajib bayar,

B. Bentuknya:
1. karcis/tiket
2. kuitansi
3. bukti pemungutan lainnya

34
Karcis/Tiket (1)

A. Bukti pemungutan berupa karcis sekurang-kurangnya memuat:


a. Nama K/L yang melakukan pemungutan PNBP,
b. Landasan hukum pemungutan,
c. Seri dan nomor karcis/tiket.
d. Nilai
B. Karcis paling sedikit dibagi dalam dua segi, yaitu :
– bonggol (segi pertinggal) dan
– lembar yang diberikan kepada wajib bayar.
C. Jumlah lembar karcis yang dibuat dalam satu cetakan dapat
dibuat dalam jumlah lima puluh atau seratus per cetakannya.

35
Contoh karcis/tiket

36
Bukti Kuitansi (2)

A. Bukti pungutan dalam bentuk kuitansi sekurang-kurangnya


memuat:

1. nama K/L yang melakukan pemungutan PNBP,


2. nomor bukti pemungutan,
3. landasan hukum pemungutan,
4. nama orang atau badan yang membayar PNBP,
5. uraian pungutan per mata anggaran penerimaan (perkiraan
akun pendapatan) PNBP,
6. jumlah pemungutan PNBP,
7. tanggal dilakukannya pemungutan,
8. nama bendahara penerimaan PNBP,
9. tanda tangan bendahara dan cap/stempel dinas.

37
Bukti Kuitansi
B. Kuitansi sekurang-kurangnya dibuat dalam rangkap tiga dengan
peruntukan sebagai berikut :
1. Lembar pertama untuk wajib bayar PNBP;
2. Lembar kedua untuk Biro Keuangan K/L (disampaikan bersama dg
LPJ bendahara penerimaan);
3. Lembar ketiga untuk arsip bendahara penerimaan.

C. Bila wajib bayar PNBP melakukan pembayaran secara langsung ke RKUN


melalui Bank/Kantor Pos Persepsi dengan SSBP/bukti setor lainnya, maka
secara otomatis surat setoran tersebut dianggap sebagai bukti pungutan.

D. Bendahara penerimaan akan menerima nota kredit dari bank/berita tambah


dari Kantor Pos Persepsi berkenaan.

38
Contoh kuitansi

39
39
Penyimpanan Uang PNBP

• Apabila PNBP diterima secara tunai oleh Bendahara


Penenerimaan /Petugas Pungut, NotaBuktiPenerimaan
(NBP) disimpan di:

A. Brankas
B. Rekening bendahara penerimaan

40
Ketentuan Penyimpanan PNBP

1. Lamanya penyimpanan tidak melampaui batas waktu


yang ditentukan
Seandainya uang PNBP tersebut disetorkan pada hari kerja berikutnya,
maka penyimpanan uang PNBP cukup dilakukan dalam brankas

2. Uang PNBP tidak disimpan atas nama pribadi pada


bank/kantor pos; namun harus disimpan atas nama
jabatan
Seandainya uang PNBP dapat disetorkan secara berkala, maka
sebelum disetorkan, uang PNBP harus disimpan pada rekening
bendahara penerimaan pada bank atau kantor pos

41
KEBERATAN, KERINGANAN DAN
PENGEMBALIAN PNBP
KEBERATAN KERINGANAN PENGEMBALIAN

A. Diajukan oleh Wajib A. Dasar Pengajuan: A. Dasar Pengajuan:


bayar atas: 1. Kondisi kahar, 1. Salah bayar/setor, S
1. Surat Ketetapan Lebih 2. Kesulitan likuiditas, atau 2. Salah pungut,
Bayar, 3. Kebijakan Pemerintah 3. Penetapan atas pengajuan
2. Surat Ketetapan Nihil, B. Bentuk Keringanan: Keberatan,
Atau 1. Pengangsuran 4. Putusan Pengadilan,
3. Surat Ketetapan Kurang 2. Penundaan 5. Hasil Pemeriksaan,
Bayar 3. Pembebasan 6. Pelayanan tidak
4. Pengurangan Terpenuhi, atau
B. Diajukan ke Instansi
C. Keringanan 7. Ketentuan
Pengelola dan
Pengurangan dan Perundang-undangan
diterbitkan persetujuan
Pembebasan B. Bentuk pengembalian:
atau penolakan 1. Pembayaran Dimuka
C. Keputusan bersifat membutuhkan:
1. Persetujuan Menteri Kewajiban PNBP Terutang
FINAL Selanjutnya
dan/atau
D. Wajib bayar dapat 2. Pemindahbukuan
2. Pertimbangan APIP atau
mengajukan gugatan
rekomendasi instansi
atas putusan
pemeriksa 🡪 kesulitan
keberatan ke PTTUN likuiditas
42
SANKSI PIDANA
Wajib Bayar yang menghitung Setiap orang yang dengan sengaja
sendiri kewajiban PNBP yang tidak memberikan dokumen,
dengan sengaja tidak membayar keterangan, dan/atau bukti lain
atau menyampaikan laporan yang dimiliki, atau memberikan
PNBP Terutang yang tidak benar, dokumen, keterangan, dan/atau
dipidana dengan pidana denda bukti lain yang dimiliki namun
sebanyak 4 (empat) kali jumlah isinya tidak benar, dipidana dengan
PNBP Terutang dan pidana pidana denda paling banyak
penjara paling singkat 2 (dua) Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
tahun dan paling lama 6 (enam) rupiah) atau pidana kurungan
tahun. paling lama 1 (satu) tahun.

Pengenaan sanksi yang lebih tinggi dan bersifat


akumulatif untuk memberikan efek jera yang tinggi
sehingga mampu mencegah (tindakan preventif)
bentuk ketidakpatuhan atau pelanggaran.

43
Penyetoran PNBP

44
Penyetoran PNBP

Prinsip Penyetoran PNBP

•Seluruh PNBP yang Terutang wajib disetor secepatnya ke


Kas Negara.

•Penyetoran PNBP, dilaksanakan oleh Bendahara


Penerimaan setiap akhir hari kerja saat PNBP diterima.
(PMK 3/2013)

45
Penyetoran di luar ketentuan
Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja
berikutnya setelah PNBP diterima dapat dilakukan dalam hal:
a. PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan;

b. Layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat/kedudukan


Bendahara Penerimaan tidak tersedia; atau
c. Dalam hal tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota
dengan tempat kedudukan Bendahara Penerimaan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, sepanjang memenuhi kondisi sebagai
berikut:
1. Kondisi geografis satuan kerja yang tidak memungkinkan melakukan
penyetoran setiap hari;
2. Jarak tempuh antara lokasi Bank/Pos Persepsi dengan tempat/kedudukan
Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 jam; dan/atau

3. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran PNBP lebih besar


daripada penerimaan yang diperoleh; 46
Penyetoran secara berkala
Kepala satuan kerja dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penyetoran
secara berkala atas PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan disertai dengan penjelasan perlunya penyetoran PNBP dilakukan
secara berkala.
Permohonan paling sedikit dilengkapi dengan:
a. Alamat satuan kerja dan alamat bank persepsi/pos persepsi tempat penyetoran PNBP
satker yang bersangkutan;
b. Penjelasan mengenai jarak tempuh, kondisi geografis, dan biaya yang dibutuhkan
untuk melakukan penyetoran;
c. Data jumlah realisasi PNBP, tanggal penerimaan, dan tanggal penyetoran dalam
tahun berjalan dan satu tahun sebelumnya; dan
d. Usulan periode penyetoran PNBP secara berkala yang akan dilakukan oleh satuan
kerja.
Persetujuan penyetoran PNBP secara berkala dapat diberikan dg ketentuan
penyetoran dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu minggu
47
Kode Billing - SIMPONI
A. Kode Billing
• Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan pembayaran/penyetoran
PNBP ke Bank/Pos Persepsi menggunakan kode billing
• Kode billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh
Sistem Billing atas suatu jenis bayaran/setoran yang akan
dilakukan Wajib Bayar/Wajib Setor

B. SIMPONI
• SIMPONI --🡪 Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
On-line
• Diakses melalui portal : www.simponi.kemenkeu.go.id

48
Pembuatan & Penyetoran
dengan Kode Billing K/L
A. Pembuatan Kode
1.Billing K/L digunakan untuk memfasilitasi pembayaran/ penyetoran
kelompok PNBP fungsional dan umum.
2.Billing K/L dapat diakses oleh WB/WS setelah terdaftar sebagai
Pengguna Sistem Billing 🡪 harus mendaftar melalui portal SIMPONI
B. Penyetoran Kode Billing
1.WB/WS melakukan penyetoran/pembayaran PNBP mengguna-kan
kode billing.
2.Kode billing diterbitkan oleh Sistem billing SIMPONI.
3.Kode billing diperoleh dg melakukan perekaman data ke Sistem billing
SIMPONI.
4.Kode billing memiliki masa aktif selama 7 hari sejak diterbitkan.

49
Data Pendaftaran Billing

Nama WB

Alamat WB

Wajib Bayar Nomor telepon

Alamat email
Data K/L, unit eselon I,
& satker
Data minimal
Nama satker

Alamat satker

Wajib Setor Nomor telepon

Alamat email
Data K/L, unit eselon I,
& satker

50
Perekaman Data Dalam Rangka
Penerbitan Kode Billing
1. Pengguna Sistem Billing dapat mengakses Billing K/L
dalam rangka penerbitan kode billing.
2. Dalam perekaman data, pengguna :
a. Memilih kelompok PNBP (fungsional / umum)
b. Memilih jenis mata uang (Rp / mata uang asing)

c. Memilih jenis & tarif atas jenis PNBP

d. Merekam volume layanan atau dasar perhitungan tertentu

3. Sistem Billing SIMPONI menerbitkan kode billing dan


menyampaikan notifikasi atas kode billing ke alamat
email pengguna sistem billing.

51
Pembayaran/Penyetoran PNBP

Loket/teller (over Automatic teller


the counter) machine (ATM)
Bank/Pos
Persepsi
Sistem elektronik
Internet banking
lainnya

Electronic data
capture (EDC)

52
Pembayaran/penyetoran melalui
loket/teller (1)
1. Bank/Pos Persepsi wajib :
a. Menginput kode billing yg diberikan WB/WS ke dalam sistem
aplikasi pembayaran/ penyetoran untuk memperoleh
informasi detail pembayaran/penyetoran.
b. Melakukan konfirmasi kebenaran data
pembayaran/penyetoran kepada WB/WS.
c. Mencetak dan memberikan BPN yang ditera NTB/NTP dan
NTPN kepada WB/WS

53
Pembayaran/penyetoran melalui
sistem elektronik lainnya (2)
2. Bank/Pos Persepsi wajib :
a. Menampilkan detail transaksi pembayaran/penyetoran
berdasarkan kode billing pada sistem elektronik.
b. Meminta konfirmasi kebenaran data pembayaran/penyetoran
kepada WB/WS.
c. Mencetak dan memberikan BPN yang ditera NTB/NTP dan
NTPN dalam bentuk struk dan/atau dokumen elektronik.
d. Menyediakan layanan pencetakan ulang BPN kepada WB/WS.

54
Pembayaran/penyetoran melalui
sistem elektronik lainnya (3)

55
55
Pembayaran/penyetoran melalui
sistem elektronik lainnya (4)

56
Pembayaran/penyetoran melalui
sistem elektronik lainnya (5)

57
Pengesahan Penerimaan Negara

• NTPN
Nomor Transaksi Penerimaan Negara.
Melalui Pos • NTP
Nomor Transaksi Pos

• NTPN
Nomor Transaksi Penerimaan Negara
Melalui Bank • NTB
Nomor Transaksi Bank

• NTPN
Melalui Potongan Nomor Transaksi Penerimaan Negara
SPM • NPP
Nomor Penerimaan Potongan

58
Rekening Bendahara
Penerimaan

59
Pengelolaan Rekening
Bendahara Penerimaan
Pengelolaan Rekening Penerimaan
1.PA/Kuasa PA dapat membuka rekening penerimaan dengan persetujuan BUN.
2.Persetujuan dikuasakan kepada Kuasa BUN Pusat dan Kuasa BUN di Daerah.
3.Rekening penerimaan – bentuk rekening giro atas nama jabatan Bendahara
Penerimaan.
4.Sehubungan dengan Treasury Notional Pooling (TNP) maka pembukaan
rekening bendahara penerimaan dilakukan pada bank umum yang terhubung
dengan sistem TNP.
5.Bendahara penerimaan melakukan penarikan uang dari Rekening Bendahara
penerimaan sesuai dengan kebutuhan pada jam operasional Bank Umum.
(08.00 – 15.00).
6.Bendahara penerimaan tidak diperkenankan melakukan penarikan uang di
luar jam operasional Bank Umum.
Pengelolaan Rekening
Lainnya (BLU)

61
Pengelolaan Rekening
Lainnya (BLU)
• BLU diperbolehkan :
– Mengelola dana operasional BLU
– Mengelola dana pengelolaan kas BLU
– Mengelola dana kelolaan BLU

62
Rekening BLU

1. Rekening Operasional BLU


merupakan rekening lainnya pada BLU yang dipergunakan untuk
menampung seluruh penerimaan dan membayar seluruh pengeluaran BLU
yang dananya bersumber dari PNBP BLU pada Bank Umum.
2. Rekening Pengelolaan Kas BLU
merupakan rekening lainnya pada BLU untuk penempatan idle cash pada
Bank Umum dalam rangka pengelolaan kas BLU.
3. Rekening Dana Kelolaan
merupakan rekening lainnya pada BLU yang dipergunakan untuk
menampung dana yang tidak dapat dimasukkan ke dalam Rekening
Operasional BLU dan Rekening Pengelolaan Kas BLU pada Bank Umum,
yaitu untuk menampung dana antara lain dana bergulir dan/atau dana
yang belum menjadi hak BLU.

63
Pembukaan Rekening BLU
1. Pembukaan rekening Operasional BLU dan rekening Dana
Kelolaan dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Kuasa BUN
Pusat.
– Satker BLU mengajukan ijin pembukaan rekening Operasional BLU
dan rekening Dana Kelolaan kepada Kuasa BUN Pusat melalui
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan yang
bersangkutan.

2. Satker BLU dapat membuka Rekening Pengelolaan Kas BLU


mendahului persetujuan dari Kuasa BUN Pusat.
– Paling lambat 3 hari kerja sejak tanggal pembukaan rekening
tersebut, satker BLU wajib melaporkan kepada Kuasa BUN Pusat
untuk mendapatkan persetujuan.
– Laporan tersebut ditembuskan pula kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga/Ketua Dewan Kawasan yang bersangkutan dan Kepala
KPPN setempat selaku Kuasa BUN di Daerah

64
Contoh Kasus 1

1. Droping dana Jamkesmas/Jamkesda belum


merupakan pendapatan satker BLU sebelum
diverifikasi pihak Menkes/Pemda.
2. Analisis :
– Droping dana ditempatkan pada rekening Dana
Kelolaan.
– Setelah melalui proses verifikasi atas bukti - bukti
kegiatan pelayanan, dana yang telah menjadi hak
satker BLU ditransfer ke rekening Operasional.

65
Contoh Kasus 2
1. Suatu satker BLU mendapat hibah tunai. Jika sampai
dengan akhir tahun anggaran belum terserap, sisa
dana harus dikembalikan ke pemberi hibah.
2. Analisis :
– Dana hibah ditempatkan pada rekening Dana Kelolaan.
– Belanja dana hibah dilakukan melalui rekening operasional.
– Sisa dana hibah di rekening Dana Kelolaan dikembalikan ke
pemberi hibah.

66
Contoh Kasus 3
1. Idem kasus 2, namun tidak ada kewajiban
mengembalikan sisa dana hibah.
2. Analisis :
– Dana hibah ditempatkan pada rekening Operasional

67
Sistem Pengarsipan
Dokumen Keuangan
Negara

68
68
Tanggungjawab Atas Dokumen
Keuangan Negara

• Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA dan Menteri


Keuangan selaku BUN menyelenggarakan sistem
penatausahaan APBN yang terintegrasi untuk
mewujudkan pelaksanaan APBN secara transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan. (PP No. 45 tahun 2013
Pasal 176)

• Pejabat perbendaharaan bertanggung jawab atas


penyelenggaraan penatausahaan dokumen transaksi
keuangan Pemerintah yang dilakukannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

69
69
Konsep Dasar Pengarsipan

Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai


bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga
negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan,
organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan
dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Arsip Vital

Arsip Dinamis Arsip Aktif


Arsip
Arsip Statis Arsip Inaktif

70
70
Tujuan Penyelenggaraan
Kearsipan
menjamin terciptanya arsip dari kegiatan oleh lembaga negara, Pemda, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik, Ormas, dan perseorangan, serta ANRI
sbg penyelenggara kearsipan nasional;

menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang
sah;

menjamin terwujudnya pengelolaan arsip yang andal dan pemanfaatan arsip


sesuai dengan ketentuan;

menjamin pelindungan kepentingan negara dan hak-hak keperdataan rakyat


melalui pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya;

mendinamiskan penyelenggaraan kearsipan nasional sebagai suatu sistem yang


komprehensif dan terpadu;
menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

menjamin keselamatan aset nasional bid. ekonomi, sosial, politik, budaya,


pertahanan, serta keamanan sbg identitas dan jati diri bangsa;

meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan


arsip yang autentik dan terpercaya.
71
71
71
Asas Penyelenggaraan Kearsipan
1. Kepastian hukum
2. Keautentikan dan keterpercayaan
3. Keutuhan
4. Asal usul (principle of provenance),
5. Aturan asli (principle of original order)
6. Keamanan dan keselamatan
7. Keprofesionalan
8. Keresponsifan
9. Keantisipatifan
10. Kepartisipatifan
11. Akuntabilitas
12. Kemanfaatan
13. Aksesibilitas
14. Kepentingan umum
72
72
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan
a. Arsip yg tercipta dari kegiatan lembaga negara & kegiatan yg menggunakan
sumber dana negara dinyatakan sebagai arsip milik negara.
b. Negara menyelenggarakan pelindungan dan penyelamatan arsip sebagai bahan
pertanggungjawaban setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
kepentingan negara, pemerintahan, pelayanan publik, dan kesejahteraan rakyat.
c. Negara secara khusus memberikan pelindungan dan penyelamatan arsip yang
berkaitan dengan kependudukan, kewilayahan, kepulauan, perbatasan, perjanjian
internasional, kontrak karya, dan masalahmasalah pemerintahan yang strategis.
a. 🡪 dari bencana alam, bencana sosial, perang, tindakan kriminal serta tindakan
kejahatan yang mengandung unsur sabotase, spionase, dan terorisme.
d. Pengelolaan arsip dinamis dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan arsip dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti yang
sah berdasarkan suatu sistem yang memenuhi persyaratan andal, sistematis, utuh,
menyeluruh, dan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
e. Untuk mendukung pengelolaan arsip dinamis yang efektif dan efisien pencipta
arsip membuat tata naskah dinas, klasifikasi arsip, jadwal retensi arsip, serta
sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip.
f. Pejabat atau orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan arsip dinamis
wajib menjaga keautentikan, keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip yang
dikelolanya.
73
73
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan (2)
f. Pencipta arsip wajib menyediakan arsip dinamis bagi kepentingan pengguna arsip
yang berhak.
g. Pencipta arsip pada lembaga negara, Pemda, perguruan tinggi negeri, dan BUMN
dan/atau BUMD membuat daftar arsip dinamis berdasarkan 2 kategori, yaitu arsip
terjaga dan arsip umum.
h. Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip dibuka
untuk umum dapat:
1. menghambat proses penegakan hukum;
2. mengganggu kepentingan pelindungan hak atas kekayaan intelektual dan
pelindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
3. membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
4. mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori
dilindungi kerahasiaannya;
5. merugikan ketahanan ekonomi nasional;
6. merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan luar negeri;
7. mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir
ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara hukum;
8. mengungkapkan rahasia atau data pribadi; dan
9. mengungkap memorandum atau suratsurat yang menurut sifatnya perlu
dirahasiakan.
74
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
Kearsipan (3)
i. Pencipta arsip wajib menjaga kerahasiaan arsip tertutup
j. Penyusutan arsip dilaksanakan oleh pencipta arsip. Penyusutan arsip
meliputi:
• pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
• pemusnahan arsip yang telah habis retensi dan yang tidak memiliki nilai
guna dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
• penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan.
k. Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
• tidak memiliki nilai guna;
• telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan
JRA;
• tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
• tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
l. Pencipta arsip dan/atau lembaga kearsipan dapat membuat arsip dalam
berbagai bentuk dan/atau melakukan alih media meliputi media elektronik
dan/atau media lain. Autentikasi arsip statis terhadap arsip tersebut
dapat dilakukan oleh lembaga kearsipan.
75
TERIMA KASIH

Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
76

Anda mungkin juga menyukai