Anda di halaman 1dari 88

Sistem Penerimaan dan

Pengeluaran Negara

PJJ Bendahara Pengeluaran/


BPP

Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Pokok Bahasan
Konsep
UU Dasar
No. 17 Tahun Pendapatan
2003 ttg Keuangan Negara.dan Belanja Negara

UU No. 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara.


Dokumen Pelaksanaan Negara
PP No. 45 Tahun 2013 ttg Tata Cara Pelaksanaan APBN jo. PP No. 50
Tahun 2018.
Sistem Penerimaan Negara
Perpres No. 16 Tahun 2018 ttg Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Sistem Pengeluaran Negara


Permenkeu Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan APBN jo. Permenkeu No. 178/PMK.05/2018.

Sistem Pengarsipan Dokumen Keuangan Negara


Peraturan LKPP No. 9 Tahun 2018 ttg Pedoman Pelaksanaan PBJ Melalui
Penyedia
Tugas Mulia BP/BPP

1.Ikut Menjaga Target Kinerja


(Output/RO)
2.Mengawasi Probis Keuangan (Uang-
Dokumen-BMN)
3.Mendorong Nilai PKPA & EKP
4.Memastikan Kebenaran Pajak
Belanja Negara
5.Meningkatkan Kualitas RKA/DIPA
Pejabat Pengelola Keuangan

2. ULP/PP

4. PPHP
3. PPK
5. STAF

1. KPA 6. PPSPM 7. PENGUJI TAGIHAN

9. B-PEN 10. WAJIB PUNGUT


8. BENDAHARA
12. BPP
11. BP
13. PPABP
4
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
Persiapan Pelaksanaan Anggaran

Susun rencana kegiatan perunit kerja

Identifikasi kebutuhan dana dan hasil/output

Tuangkan ke dalam RPD

Siapkan proses PBJ terkait

Siapkan dokumen kegiatan dan bukti


pembayaran

2/5/2024 5
Bagaimana Belanja Negara Dikelola?

tertib, taat pada peraturan perundang-


undangan,
#UangKita

efisien, ekonomis, efektif,


transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
Pasal 3 ayat 1 UU No. 17 tahun 2003

6
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
Tantangan Pengelolaan Belanja Negara

"Kita harus terus fokus:


1. membangun APBN yang
kuat dan efektif dalam
mencapai target-target
pembangunan,"
2. memerangi pemborosan,
ketidakefisienan, korupsi,
dan kebocoran anggaran
negara

Sri Mulyani Indrawati

7
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
Pesan Presiden

“Setiap rupiah uang


rakyat dalam APBN harus
digunakan secara
bertanggung jawab, harus
dikelola dengan
transparan, dikelola
sebaik-baiknya, serta
sebesar-besarnya
digunakan untuk
kepentingan rakyat”

Disampaikan pada saat menerima LHP BPK


RI atas LKPP Tahun 2019
Senin, 20 Juli 2020
8
Konsep Dasar
Pendapatan Negara dan
Belanja Negara
Dasar Hukum

UUD Tahun 1945

Dalam
UU No 17 Tahun 2003 tentang rangka
Keuangan Negara
pelaksanaan
penerimaan
dan
UU No 1 Tahun 2004 tentang pengeluaran
Perbendaharaan Negara negara

PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata


Cara Pelaksanaan APBN jo. PP No.50 PMK No. 62/2023 Tentang
Tahun 2018 Ombudsman Perencanaan
& Penganggaran
Pengertian Keuangan Negara
•Pendekatan Sisi OBYEK
•semua hak & kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang,
termasuk kebijakan & kegiatan dlm bid. fiskal, moneter & pengel.
KN yg dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, Keuangan Negara
1 maupun berupa barang berhub. dg pelaks. hak & kewajiban adalah semua
tersebut. hak & kewajiban
negara yg dapat
•Pendekatan Sisi SUBYEK dinilai dgn uang,
•seluruh obyek sbgmn tsb di atas yg dimiliki negara, dan/atau serta segala
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, PEMDA, Perusahaan sesuatu baik
2 Negara/Daerah, & badan lain yg ada kaitannya dgn keuangan
negara.
berupa uang
maupun berupa
barang yg dapat
dijadikan milik
•Pendekatan Sisi PROSES negara
•seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan berhubung
obyek sbgmn tsb di atas mulai dr perumusan kebijakan &
3 dengan
pengambilan keputusan s.d. pertanggunggjawaban.
pelaksanaan hak
dan kewajiban
tersebut.
•Pendekatan Sisi TUJUAN
•seluruh kebijakan, kegiatan & hubungan hukum yg berkaitan dgn
pemilikan dan/atau penguasaan obyek sbgmn tsb di atas dalam
4 rangka penyelenggaraan pemerintahan negara
Pengertian Pendapatan Negara & Belanja Negara

PENDAPATAN NEGARA
• Penerimaan Negara adalah uang yang
masuk ke kas negara.
• Pendapatan Negara adalah hak pemerintah
pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.

BELANJA NEGARA
• Pengeluaran negara adalah uang yang
keluar dari kas negara.
• Belanja negara adalah kewajiban
pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
Jenis Penerimaan Negara

PPh, PPN, PPnBM,


Pajak DN PBB, BPHTB, cukai,
pajak lainnya
Perpajakan
Bea masuk,
Pajak Perdagangan
pajak/pungutan
Internasional ekspor
PNBP
Penerimaan
Negara
Hibah

Pengembalian
Penerimaan
belanja, pembiayaan,
lainnya PFK
Pengertian & Jenis PNBP
PNBP adalah pungutan yg dibayar oleh orang pribadi atau badan
dgn memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas
layanan atau pemanfaatan sumber daya & hak yang diperoleh
negara, berdasarkan per-UU-an, yg menjadi penerimaan
Pemerintah Pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan
dikelola dalam mekanisme APBN. (UU 8/2018)

• Seluruh aktivitas, hal, dan/atau benda,


yang menjadi sumber penerimaan
negara di luar perpajakan dan hibah
dinyatakan sebagai objek PNBP.
Objek PNBP
Kriteria:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah;
b. penggunaan dana yang bersumber dari APBN;
c. pengelolaan kekayaan negara; dan/atau
d. penetapan peraturan perundang-undangan.

6 klaster objek PNBP:


1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
2. Pelayanan
3. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan
4. Pengelolaan Barang Milik Negara
5. Pengelolaan Dana
6. Hak Negara Lainnya
Jenis Belanja Negara

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Utang
Belanja Negara
Belanja Subsidi

Belanja Hibah
Belanja Bantuan
Sosial
Belanja Lain-lain
Asas-Asas Keuangan Negara

Asas Kesatuan

Asas Universalitas
Lama
Asas Tahunan

Asas Spesialitas
Asas
Keuangan akuntabilitas berorientasi
pada hasil
Negara
profesionalitas

Baru proporsionalitas

keterbukaan dlm pengelolaan


keuangan negara
pemeriksaan keuangan oleh
badan pemeriksa yg bebas
dan mandiri
Asas Perbendaharaan

1. UU APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan


penerimaan dan pengeluaran negara. (Untuk Pemda → Perda APBD)
2. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran
atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.
3. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang
sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN. (Untuk
Pemda → Perda APBD)
4. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau
tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang
selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
5. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda
dan/atau bunga.
Penanggung Jawab Belanja Negara
• Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan
dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi
dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung
jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti dimaksud. (Pasal 18 ayat 3 UU No. 1
Tahun 2004).
• Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima. (Pasal 21 ayat 1 UU No. 1
Tahun 2004).
Pejabat Perbendaharaan

Presiden
(CEO)
Pejabat Perbendaharaan
(UU No. 1 tahun 2004)

Menteri/Pim Menteri
Lembaga Keuangan
(PA – COO) (BUN – CFO)

Bendahara Bendahara
Penerimaan Pengeluaran
Pejabat Pengelola Keuangan Satker

PA

KPA . Delegasi
Kepala Kantor

Pejabat Pejabat Mandat


Bendahara Bendahara Pejabat
Pembuat Penanda-
Pengeluaran Penerimaan Lainnya
Komitmen tangan SPM

Pejabat Petugas
BPP PPABP PPHP
Pengadaan Akuntansi
Penetapan Pejabat Perbendaharaan
Menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil untuk melaksanakan kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA
Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA
bersifat ex-officio
Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku PA Menetapkan Pejabat
Perbendaharaan
Negara lainnya, yaitu
PPK dan PPSPM

Pelimpahan wewenang PA kepada KPA


Menetapkan
PPK

Menetapkan
PPSPM

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat
kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.

22
Penetapan Pejabat Perbendaharaan (lanjutan)
Penetapan PPK dan PPSPM

KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK


dan/atau PPSPM, spesimen tanda tangan PPSPM Kepala
dan cap/stempel Satker kepada Kepala KPPN selaku KPPN
Kuasa BUN

Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari


jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM
pengganti dengan surat keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan.

PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggung jawab untuk


menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.

Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran, dalam hal
tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka pada awal tahun
anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN.

23
Penetapan Pejabat Perbendaharaan (lanjutan)
Penetapan Bendahara Pengeluaran

Menteri/ Penetapan Bendahara


Pimpinan Pengeluaran Bertanggung jawab
secara fungsional kepada
Lembaga Menteri Keuangan
selaku PA
konsekuensi dari tugas bendahara
dalam pengelolaan Uang Persediaan
Pelimpahan wewenang
kepada Kepala Satker ➢ Penetapan Bendahara Pengeluaran tidak terikat tahun
anggaran; dan
➢ Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara
Pengeluaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun
anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
➢ Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
Menyampaikan Surat Penetapan Bendahara sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker
Pengeluaran kepada PPSPM, PPK, dan Kepala KPPN menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara
Pengeluaran; dan
➢ Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
Kepala sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan
KPPN seluruh administrasi keuangan.
24
Studi Kasus

Jika dalam keyataan KPA membentuk pengelola keuangan


yang berbeda dengan aturan yang ada karena kebutuhan
khusus di lapangan, misalnya adanya PPTK di unit/instansi
di lingkungan kementerian/lembaga, bagaimana hal itu
bisa dipahami?

25
Dokumen Pelaksanaan
Anggaran
Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya


disebut DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran
yang digunakan sebagai acuan PA dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai
pelaksanaan APBN.

Akumulasi DIPA
DIPA Induk Petikan

DIPA Dasar
pelaksanaan
kegiatan satuan
kerja
DIPA Petikan
Dasar pencairan
dana/pengesahan
bagi BUN/Kuasa
BUN
Format DIPA

Lembar Surat Pengesahan DIPA

Halaman IA – Informasi Kinerja

Halaman IB – Sumber Dana

Halaman II – Rincian Pengeluaran

Halaman III – Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan

Halaman IV – Catatan
Klasifikasi Anggaran
Klasifikasi Jenis Belanja
Klasifikasi Organisasi Klasifikasi Fungsi
(Ekonomi)
• Bagian Anggaran • pelayanan umum • Belanja Pegawai
• Unit Organisasi • pertahanan • Belanja Barang
• Satuan Kerja • ketertiban dan • Belanja Modal
keamanan • Belanja Utang
• ekonomi • Belanja Subsidi
• lingkungan hidup • Belanja Hibah
• perumahan dan • Belanja Bantuan
fasilitas umum Sosial
• kesehatan • Belanja Lain-lain
• pariwisata dan
budaya
• agama
• pendidikan
• perlindungan sosial.
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)

POK adalah dokumen yang memuat uraian


rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai
penjabaran lebih lanjut dari DIPA.
Pedoman dalam melaksanakan
kegiatan/aktivitas.

Alat monitoring kemajuan


pelaksanaan kegiatan/aktivitas.
Fungsi POK
Alat perencanaan kebutuhan
dana.

Sarana untuk meningkatkan


transparansi, akuntabilitas, dan
efektivitias pelaksanaan anggaran.
Pokok-pokok Materi POK

1. Kode & nama Satker


2. Kode K/L, Unit Organisasi, Program & Nama Program.
3. Kode & nama kegiatan/Klasifikasi Rincian
output/Rincian output / komponen input/akun.
4. Kode & nama kantor bayar, lokasi, & indikator kinerja
kegiatan.
5. Rincian volume, harga satuan, && jumlah biaya.
6. Sumber dana, cara penarikan, & kode kewenangan.
7. Tata cara pengadaan/pelaksanaan (kontrakstual &
non)
8. Rencana pelaks kegiatan (time schedule) yg
dilengkapi perkiraan kebutuhan dana per aktivitas per
bulan.
Contoh POK

Program
Kegiatan
KRO
Rincian output
Komponen

Akun Belanja

Detil Belanja
Rincian Struktur Biaya
F SF IKU P IKK KEG BA UO SK JB KB AKUN LOK BAPPENAS K/L ROCAN UO

TUSI: DIKLAT KRO

MODUL KRO

LP: TAMU KRO =====> RO


RAKOR

RO =====> KOMP

KOMP SUBKOMPONEN
PLAN
DO SUBKOMPONEN DETIL
CHECK AKUN URAIAN VOL SAT FREK BS JML
1 2 3 4 5 6 7

524111 BPD 20 ORG 2 2JT 40


521211 BBhn

Money belum follow function 531121 MODAL 10 UNIT 1 12 120

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN 33
Alur Mekanisme Revisi Anggaran pada KPA
Studi Kasus

Kita tau bahwa struktur DIPA dan POK tidak


sama/standar satu dan lainnya, misalnya pembagian
struktur di DIPA belanja pegawai, barang, modal tidak
standar. Bagaimana kita menerangkan kemungkinan
revisi dengan aturan yang standar tetapi DIPA dan
POK tidak standar?
Sistem Penerimaan
Negara
Institusi Dalam Penerimaan Negara

Pihak-Pihak Wajib
Terkait Pajak
Wajib
KPPN
Penerimaan Bayar

Petugas
KPBC Pungut
Penerimaan

Bendahra
KPP Pen/ Pengl

Bank/
Pos KPA
Persepsi
Aplikasi Penerimaan Negara

Modul Penerimaan Negara


(MPN G3)
Dasar Hukum

UU No. 1 Tahun 2004


tentang Perbendaharaan Negara

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007


tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014


tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 202/PMK.05/2018
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3)
P EN Y E M P U R N A A N S I S T EM P EN E R I M A A N N EG A R A

Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) merupakan


penyempurnaan MPN G2, meliputi:

Pemutakhiran Infrastruktur
Infrastruktur MPN G2 dibangun pada tahun 2011 dengan
Sistem Single Sign-On (SSO) kecepatan pemrosesan transaksi 60 transaction per second
(tps). Namun kapasitas yg dibutuhkan biller lebih dari 600
Pembangunan Portal Penerimaan Negara sebagai
tps. Pemutakhiran infrastruktur diperlukan untuk meningkatkan
opsi bagi wajib pajak/wajib bayar/wajib setor
performa sistem penerimaan negara dengan kecepatan
membuat billing berbagai jenis penerimaan negara
pemrosesan menjadi 1000 tps.
(pajak, bea dan cukai, PNBP dan penerimaan
lainnya) sekaligus dapat membayar penerimaan
Lembaga Persepsi Lainnya (LPL)
negara tersebut dalam satu website.
Perluasan saluran penerimaan negara dengan
menambah cakupan lembaga yang dapat melayani
pembayaran penerimaan negara selain melalui
bank/pos, yaitu lembaga lainnya, seperti e-
commerce, fintech sebagai Lembaga Persepsi
Lainnya (LPL).
Manfaat Adanya Lembaga Persepsi Lainnya

Penambahan Agen Penerimaan


Mendorong Cashless Payment
Semakin banyak alternatif collecting
Alternatif kanal pembayaran nontunai
agent yang dapat menerima setoran
semakin banyak tersedia.
penerimaan negara.

Akses Layanan 24/7 Tarif Imbalan Jasa Lebih Murah

Penyetoran dapat dilakukan kapanpun Tarif imbalan jasa pelayanan sebesar Rp 2000 lebih
dan dimanapun, 24 jam dalam sehari dan murah dibandingkan imbalan jasa pelayanan yang
dibayarkan kepada bank/pos persepsi (KMK No.
7 hari dalam seminggu.
206/KMK.05/2019)
Cara Penyetoran Penerimaan Negara

• PENYETORAN PAJAK
• WP → Bendahara Pengeluaran → Kas Negara
• WP → Kas Negara

• PENYETORAN PNBP
• WB → Petugas Pungut → Bendahara Penerimaan → Kas Negara
• WB → Bendahara Penerimaan → Kas Negara
• WB → Kas Negara
Penyetoran Penerimaan Negara

1 Dokumen Terkait Penerimaan


• Surat Setoran Pajak (SSP)

2 • SSPBB
Dokumen Lain
3 • SSB
Karcis/Tiket/Tanda
Masuk/Kupon
4 • SSPCP

Kuitansi
5 • SSCP

6 • SSBP Nota Debet/Kredit

7 • SSPB
Rekening Koran

8 • STBS

9 • Bukti Penerimaan Negara (BPN) Struk ATM


Mekanisme Penyetoran Penerimaan Negara

Pendaftaran Teller Bank/Pos


Persepsi

Penyetoran
Penyetoran dg Pembuatan Internet Banking
Kode Billing Billing
Electronic Device
Circuit
Pembayaran
ATM
Alur Pembayaran Penerimaan Negara

Dengan Billing System :


• Tanpa perlu membuat
Surat Setoran ( SSP,
SSBP, SSPB) manual
• Hanya dengan
menyampaikan kode
billing, pembayaran
pajak, bea & cukai,
dan PNBP selesai
dengan cepat dan
mudah
Pengesahan Penerimaan Negara

• NTPN
Melalui Bank
• NTB
• NTPN
Melalui Pos
• NTP
Lembaga • NTPN
Persepsi Lainnya • NTL
Melalui • NTPN
Potongan SPM • NPP
Studi Kasus

Suatu kementerian/lembaga memiliki kebiasaan


menyetorkan PNBP hasil konfirmasinya secara langsung
dari rekening BP dan bukan dari uang yang disetorkan
ke pihak penerima PNBP. Ini menimbulkan pertanyaan
karena berbeda dengan praktik umum yaitu
menunggu uang setoran PNBP. Bagaimana pendapat
kita menjelaskan kasus tersebut?
Sistem Pengeluaran
Negara
Metode Pembayaran

Metode LS Melalui UP

• Pembayaran langsung • Pembayaran beban UP


ke: oleh BP untuk:
• Penyedia B/J • Kegiatan operasional
• Bendahara satker
Pengeluaran • Tidak bisa LS
• Belanja pegawai
• Honor
• Perjadin
Pengelolaan UP

UP GUP GUP

GUP
GUP …
Nihil

UP
RUTIN
Perubahan
UP
KURANG
BULAN
TUP
TERTENTU
Uang Persediaan

UP
UP Tunai

UP
Kartu Kredit
Pemerintah
Dokumen Terkait Pengeluaran Negara

• Dokumen Pelaksanaan Anggaran –


1 DIPA & POK

2
• Dokumen Perikatan

3 •Bukti Kegiatan/Transaksi

4 •Bukti Pembayaran

5 •Bukti Setoran
Pihak Terkait Pengeluaran Negara

Pegawai
Bank/Pos Penyedia
Oprasional B/J

KPPN PPK

Pengel
Tim/ uaran
PPSPM
Pokja

PIC
KPA
Kegiatn
Bendahra
BPP Pengelu-
aran
Bagan Alir Mekanisme Pembayaran Tagihan
Pihak
Bendahara
Ketiga/Penerima PPK PPSPM KPPN
Pengeluaran
Hak

Perjanjian / 1 Perjanjian / 2 Perjanjian /


kontrak/kep kontrak/kep kontrak

Pencatatan

3
Tagihan Tagihan
SPM-LS SPM-LS

4a
4b
SPP-LS SPP-LS

SPBy SPBy

Rp. SP2D-LS
Penyelesaian Tagihan Melalui Mekanisme
Pembayaran LS
No Uraian Penyedia PPK PPSPM
Barang/Jasa
1 Mengajukan tagihan atas
Kontrak/Bukti
penyelesaian Pekerjaan, disertai Pendukung
dengan bukti pendukung

2 PPK melakukan pengujian dan


penelitian materil dan formal Uji
tagihan.
3 Dalam hal tagihan memenuhi
syarat, PPK menerbitkan SPP SPP/Bukti
Pendukung

4 PPSPM melakukan pengujian SPP


dan bukti pendukung
Uji

5 Dalam hal SPP & bukti Pendukung


memenuhi syarat, PPSPM menerbitkan
SPM SPM
Penyelesaian Tagihan Melalui UP Tunai

No Uraian Pihak Ketiga/ PPK Bendahara


Penerima Uang Pengeluaran/ BPP
Muka Kerja
1 a. Pihak ketiga mengajukan tagihan
disertai bukti pendukung; atau
Tagihan
b. Penerima Uang Muka Kerja Pihak Ketiga
mengajukan permintaan Uang /Uang Muka
Muka Kerja disertai bukti Kerja
pendukung.

2 PPK menguji tagihan atas UP, apabila


memenuhi syarat maka diterbitkan
Surat Perintah Bayar (SPBy); Uji

3 SPBy beserta bukti pendukung


disampaikan kepada Bendahara
Pengeluaran/BPP; SPBy & Bukti
Pendukung
3 Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pengujian;
4 Setelah memenuhi syarat SPBy Uji
dibayar oleh Bendahara
Bayar
Mekanisme Pengujian dan Pembayaran Kartu Kredit Pemerintah

Transaksi
dengan Kartu
Kredit

Bukti
Transaksi Disetujui No Tanggung jawab Pribadi
Pengujian
? Pemegang Kartu Kredit
oleh PPK
Tagihan Bank
Yes
Setor Pajak
Verifikasi
Pengajuan
SPBy oleh
Bendahara GUP KKP

Pertanggung
jawaban UP
SPP-GUP SPM GUP SP2D
SPP-GUP
KKP KKP GUP

Pembayaran tagihan bank

57
Koreksi/Ralat SPP, SPM, dan SP2D

1. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan


kode
2. Pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara
bayar, tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber
dana, cara penarikan, nomor register
3. Koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang
tercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya
yang disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana

Tidak boleh mengakibatkan:


• Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan
SP2D
• Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK
menjadi minus
• Perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I,
dan Satker
Pembatalan SPP-SPM

• Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK


sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM
secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum
mendebet kas negara, pembatalan SPM dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur
Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang
ditunjuk
STRUKTUR REKENING PENGELUARAN
Pokok Pengaturan PMKSABAH
REKENING PENGELUARAN

Dikelola oleh masing masing Kementerian Negara/Lembaga

REKENING PENGELUARAN TERDIRI ATAS:

Rekening Satker/Virtual
PENGATURAN Rekening Induk
TERKAIT 1. Dibuka Dalam Bentuk Giro Per K/L atau
1. Menampung dana UP/TUP, LS-
REKENING Bendahara dan transfer antar rekening
Eselon I
pengeluaran
2. Dipisahkan antara rekening untuk 2. Rekening operasional & dapat melakukan
menampung operasional & non operasional transaksi debit/kredit

3. Dapat dibuka pada 1 atau lebih Bank


Umum 3. Rekening BPP harus dibuka pada bank
yang sama dengan rekening BPG

60
PENGISIAN & REVOLVING UP
Rek. Es I K/L
Rek Induk

Satker A Satker B Satker C Satker D Satker E


(Rek. VA/RS) (Rek. VA/RS) (Rek. VA/RS) (Rek. VA/RS) (Rek. VA/RS)
100 200 300 400 500

BELANJA

Revolving KPPN -> RKUN Revolving

➢ Mekanisme UP tetap berpedoman pada PMK 190/2012 jo.178/2018 Revolving dilakukan oleh masing-
➢ VA/RS memiliki fitur seperti giro (Tarik tunai, kartu debit & CMS) masing Satker

61
PMK PENGELOLAAN REKENING PENGELUARAN
Kewenangan Kementerian Negara/Lembaga

Es. I K/L KPA Satker Lingkup


Eselon I K/L
Mengajukan permohonan Mengajukan permohonan
pembukaan Rekening pembukaan/penutupan Rekening
Induk ke Kuasa BUN-D Satker melalui Eselon I
Kementerian/Lembaga yang memiliki
Membuka Rekening Induk
Pengoperasian rekening berupa instansi vertikal di daerah namun hanya
pada bank umum
pengisian, pengganti,
penggunaan dan penihilan saldo memiliki satu Eselon I pengelola DIPA Induk,
Mengajukan permohonan rekening
kewenangan pengelolaan Rekening
pembukaan Rekening
Satker kepada Kuasa BUN Pengeluaran dilaksanakan oleh unit/unsur
di Daerah
yang memiliki fungsi pembinaan manajemen
Mengajukan permintaan dan administrasi keuangan di lingkup
penutupan Rekening
Satker Kementerian/Lembaga berkenaan.

62
BANK UMUM MITRA PENGELOLA REKENING PENGELUARAN
Pokok Pengaturan PMKSABAH
REKENING PENGELUARAN PADA BANK UMUM
Dibuka pada bank umum yang telah memiliki perjanjian kerjasama

REQUIREMENT

Rekening Induk Rekening Satker/Virtual


PENGATURAN
TERKAIT 1. Dapat dilakukan transaksi debit/kredit
BANK UMUM 2. Memiliki fasilitas dashboard untuk monitoring
1. Rek. Giro sebagai konsolidasi Rekening transaksi
Satker (virtual) 3. Memiliki CMS dan kartu debit
4. Dapat dilakukan Tarik tunai baik di teller
2. Tidak ada biaya produk (administrasi,
maupun ATM
CMS, penarikan tunai, kartu debit) 5. Dapat mengirim/menerima transfer antar
3. Tidak dapat di debit/kredit oleh Eselon I rekening virtual
4. Fasilitas dashboard untuk monitoring 6. Tidak dipungut biaya administrasi akibat
seluruh aktivitas rekening penggunaan rekening dan pajak atas rekening
7. Limit debit sebesar maksimum jumlah saldo
yang tercatat pada rekening virtual

63
Pembukaan Rekening Induk FR

Pimpinan Surat Permohonan Persetujuan


Kuasa BUN di
Pembukaan Rekening Induk
Eselon I daerah
Referensi Data
Rekening
Surat Persetujuan
Pengeluaran Surat Persetujuan Pembukaan Ya
Pembukaan Rekening Induk
Rekening Induk

Laporan
Pembukaan Validasi
Rekening
Induk Validasi meliputi :
+ a) Belum memiliki Rek Induk
Surat Penolakan Tidak
User ops atau non ops pada
Dashboard
bank berkenaan
Kuasa BUN b) Telah sesuai pada
Bank Umum Pusat referensi data rekening
Buka User Dashboard

Kanwil DJPB
Laporan Pembukaan
Rekening Rekening Induk
+
Induk User Dashboard

64
Pembukaan Rekening Satker FR

Surat Permohonan Pimpinan Surat Permohonan Persetujuan Kuasa BUN di


KPA Persetujuan dan Pembukaan Rekening Satker
Eselon I daerah

Surat
Referensi Data Tidak
Penolakan
Rekening Laporan, CMS,
Pengeluaran Kartu dan
Dashboard
Tembusan Validasi
Validasi meliputi :
Rekening Laporan a) Telah memiliki Rek Induk
Induk
Pembukaan Ya ops atau non ops pada
Rekening
bank berkenaan
b) Telah sesuai pada
Surat Persetujuan
Bank Umum dan Pembukaan
referensi data rekening
Buka
Rekening
Konsolidasi

Rekening
Laporan Pembukaan
Satker Rekening

65
PEMBUKAAN REKENING
Penamaan & Penomoran Rekening Induk & Rekening Satker
REKENING

❑ Format Penamaan :
INDUK

RKK (Singkatan Eselon I) (singkatan nama K/L) (OPS/KTJ/DSP/ nama tujuan penggunaan dana)
❑ Penomoran sesuai Bank Umum
Harus sesuai
data referensi
Kode Jenis Rekening:
0 : Penerimaan 5 : Hibah
1 : Pengeluaran 6 : Kerjasama
Format Penomoran 2 : BLU 7 : Jaminan
KODE JENIS REKENING 3 : Bantuan 8 : Titipan
REKENING SATKER

(1 Digit) 4 : Perwakilan RI 9 : Sementara

Y Y Y Y Y Y X X X X X X A B B B
KODE BANK YANG TERHUBUNG KODE SATKER KODE URUT BENDAHARA
DENGAN REKENING INDUK (6 Digit) (3 Digit)
(5/6 Digit)
➢ BPG (kode KPPN mitra satker) (singkatan nama satker), atau Kode Urut Bendahara :
Format 000 : Rekening BPG/Hibah/dll
➢ BPG (kode KPPN mitra satker) (singkatan nama satker) (OPS/KTJ/DSP/ 001 : Rekening BPP 1/ Peny. Hibah/ dll
Penamaan nama tujuan penggunaan dana) 002 : Rekening BPP 2/ Peny. Hibah/ dll
003 : Rekening BPP 3/ Peny. hibah/ dll
66
Penutupan Rekening

❖ Dalam hal pengelolaan


Rekening kas dan/atau
Induk penertiban Rekening
1 Kuasa BUN Pusat
❖ permintaan pimpinan
Rekening Eselon I.
Satker

Dalam hal Penertiban


Rekening

2
Kuasa BUN di Rekening
Daerah Satker
Permintaan KPA melalui
pimpinan Eselon I berkenaan

67
Rekening Bendahara Pengeluaran

• PA/Kuasa PA dapat membuka rekening pengeluaran dengan persetujuan


BUN.
• Persetujuan dikuasakan kepada Kuasa BUN Pusat dan Kuasa BUN di
Daerah.
• Rekening pengeluaran – bentuk rekening giro atas nama jabatan
Bendahara Pengeluaran.
• Sehubungan dengan Treasury Notional Pooling (TNP) maka pembukaan
rekening bendahara pengeluaran dilakukan pada bank umum yang
terhubung dengan sistem TNP.
• Bendahara Pengeluaran melakukan penarikan uang dari Rekening
Bendahara Pengeluaran sesuai dengan kebutuhan pada jam operasional
Bank Umum (08.00 – 15.00).
• Bendahara Pengeluaran tidak diperkenankan melakukan penarikan uang
di luar jam operasional Bank Umum.
Pengelolaan Rekening
• KPA/pemimpin BLU mengajukan permohonan persetujuan
pembukaan Rekening Penerimaan dan/atau Rekening Pengeluaran
pada Bank Umum/Kantor Pos kepada Kuasa BUN di Daerah.
• Kuasa BUN di Daerah harus menerbitkan surat persetujuan atau
penolakan pembukaan Rekening kepada KPA/pemimpin BLU paling
lambat 5 hari kerja sejak diterimanya surat permohonan.
• KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan pembukaan
Rekening kepada Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah paling
lambat 20 hari kalender sejak terbitnya surat persetujuan pembukaan
Rekening.
• KPA/pemimpin BLU harus melaporkan saldo seluruh Rekening yang
dikelolanya setiap bulan kepada Kepala KPPN paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.
Pengelolaan Rekening (2)
• Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah berwenang melakukan
blokir Rekening dalam hal KPA/pemimpin BLU tidak menyampaikan
laporan saldo Rekening. Khusus untuk Rekening milik BLU, pemblokiran
dilakukan untuk seluruh Rekening operasional yang dikelola.
• Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di daerah berwenang menutup
Rekening milik K/L/Satker paling lambat 1 tahun sejak Rekening
dikategorikan sebagai Rekening pasif. Rekening dinyatakan pasif
apabila Rekening tidak terdapat transaksi pendebetan ataupun
pengkreditan Rekening selama 1 tahun.
• KPA/pemimpin BLU harus menyampaikan laporan penutupan
Rekening kepada Kuasa BUN Pusat atau Kuasa BUN di Daerah paling
lambat 5 hari kerja setelah tanggal penutupan.
FASILITAS KANAL PEMBAYARAN REKENING SATKER (VA)

CMS ATM / LINK / BERSAMA


✓ Cek Saldo ✓ Cek Saldo
✓ Transfer antar VA ✓ Tarik Tunai
✓ Transfer ke Rekening lain ✓ Transfer
✓ Pembayaran MPN
✓ Pembayaran Uitilitas

TELLER EDC
✓ Cek Saldo ✓ Cek Saldo
✓ Tarik Tunai ✓ Transfer
✓ Transfer

Syarat Tarik Tunai di Teller :


Bendahara Pengeluaran mengisi formulir penarikan tunai yang ada di
Bank, melampirkan SPR (Surat Pendebitan Rekening) yg di ttd oleh
Bendahara dan KPA/PPK, menunjukkan KTP, ID Card Pegawai, Kartu
Debit, input PIN pada saat transaksi
71
PENGELOLAAN KAS Penerimaan

• Penyetoran penerimaan ke Rekening


APBN REKENING Operasional dan Rekening Dana
PENGELUARAN Kelolaan dilakukan secepatnya.
(Rupiah Murni) • Dalam hal penerimaan diterima secara
Sesuai Per-UU tunai oleh fungsi kasir, fungsi kasir
harus menyetorkan ke Rekening BLU
setiap akhir hari kerja saat penerimaan
PNBP diterima.
• Jasa Layanan REKENING • Penyetoran penerimaan dapat
• Hasil Investasi dilakukan pada hari berikutnya dalam
• Hibah
OPERASIONAL
hal penerimaan diterima:
• Hasil Kerjasama PENERIMAAN
a. pada hari libur atau diliburkan; atau
• Pendapatan lainnya yg sah
b. setelah jam operasional bank
berakhir.
APBN • Pemimpin BLU menetapkan batas waktu
(Investasi Pemerintah) REKENING (cut-off) penerimaan untuk disetorkan
pada hari yang sama dengan
DANA memperhatikan waktu jam operasional
Pinjaman KELOLAAN bank berakhir dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan
Dana yg Belum mjd Hak BLU penyetoran.

72
PENGELOLAAN KAS Pengeluaran
Belanja Operasional Penyaluran Dana
merupakan belanja untuk kegiatan operasional yang penyaluran pinjaman/
belanja terkait dengan
terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, dan
belanja modal. layanan pembiayaan

REKENING REKENING
REKENING OPERASIONAL OPERASIONAL
PENGELUARAN PENGELUARAN PENGELUARAN
Sumber dana RM atau
Pihak ketiga REKENING
REKENING DANA
OPERASIONAL KELOLAAN
PENGELUARAN
Pihak ketiga
Sumber dana PNBP

• Harus ada pemisahan secara jelas antara penanggung jawab • BLU dapat melakukan penyaluran dana layanan sesuai dengan
kegiatan/ pembuat komitmen, pihak yang menguji dan tugas dan fungsi BLU, manclat, dan/ atau ketentuan peraturan
menyetujui pembayaran, dan pihak yang mnelakukan perundang-undangan.
pembayaran.
• BLU melakukan pelimpahan dana secara berkala dari
• Dilakukan pelimpahan kas secara berkala dari Rekening Rekening Operasional Penerimaan BLU ke Rekening
Operasional Penerimaan ke Rekening Operasional Operasional Pengeluaran BLU untuk penyaluran dana layanan
Pengeluaran berdasarkan perencanaan kebutuhan dana. berdasarkan perencanaan kebutuhan dana.
• BLU dapat membentuk kas kecil untuk belanja operasional
dengan nilai transaksi kecil yang tidak mungkin dan/ atau
tidak efisien dilakukan melalui mekanisme perbankan.

73
PENGELOLAAN KAS Optimalisasi Kas
Pool of cash, tetapi pada
akhirnya diupayakan • pelimpahan kas dilaksanakan sesuai dengan
saldo minimal perencanaan kas yang akurat.
• Perencanaan kas yang akurat dilakukan
REKENING berdasarkan kebutuhan kas yang diperlukan REKENING
OPERASIONAL untuk segera dilakukan pengeluaran. OPERASIONAL
PENERIMAAN PENGELUARAN
Belanja

Diupayakan saldo minimal


Idle Cash REKENING
PENGELOLAAN
• BLU harus mengoptimalkan kas yang KAS
menganggur pada Rekening Operasional
Penerimaan BLU dan/ atau Rekening Dana
Kelolaan BLU dengan melakukan investasi.
• Kas yang menganggur merupakan kas yang Idle Cash
belum akan segera dilakukan pengeluaran
sesuai dengan perencanaan. REKENING
• Investasi berupa investasi jangka pendek DANA
dan/ atau investasi jangka panjang. KELOLAAN Diupayakan saldo minimal

74
PENGELOLAAN KAS
APBN Rekening Belanja
(Rupiah Murni) Pengeluaran

Berdasarkan
kebutuhan Belanja
Rekening segera dicairkan Rekening Belanja Operasional
PNBP Operasional Bunga/bagi hasil
Operasional
• Jasa Layanan Penerimaan Pengeluaran
• Hasil

Idle Cash
Bunga/bagi
hasil/hasil
Investasi investasi
• Hibah
Rekening

Telah menjadi hak BLU


• Pendapatan
Pengelolaan Kas

Bunga/bagi hasil
lainnya yang
sah Termasuk
Rekening Manajer
Kustodian Investasi

Idle Cash
Dana yg Belum
mjd Hak BLU Penyaluran
dan Pinjaman Rekening Pengeluaran Penyaluran Dana sesuai Mandat Dana
Dana
APBN Kelolaan Pengembalian Dana + Bunga

(Investasi
Pemerintah)

75
Studi Kasus 1
Sebuah satuan kerja di KBRI mengalami kesulitan dalam
penyetoran uang PNBP ke rekening di Indonesia karena
biaya penyetoran yang tinggi. Bagaimana penjelasan
yang dapat kita lakukan terkait masalah tersebut?
Studi Kasus 2
Surat Setoran Penerimaan Pajak pertransaksi untuk potongan
SPM dibuat atas nama siapa? Apakah atas nama perusahaan
penerima pembayaran atau boleh atas nama BP sebagai
pemungut pajak terhutang?
Sistem Pengarsipan
Dokumen Keuangan Negara
Tanggungjawab Atas Dokumen Keuangan
Negara
• Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA dan Menteri Keuangan selaku BUN
menyelenggarakan sistem penatausahaan APBN yang terintegrasi untuk
mewujudkan pelaksanaan APBN secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. (PP No. 45 tahun 2013 Pasal 176)
• Pejabat perbendaharaan bertanggung jawab atas penyelenggaraan
penatausahaan dokumen transaksi keuangan Pemerintah yang dilakukannya.

• KPA – mengawasi penatausahaan dokumen & transaksi berkaitan dg


pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
• Terkait tindakan yang berakibat pengeluaran anggaran Belanja Negara,
PPK – menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan.
• Dalam rangka pengujian tagihan dan perintah pembayaran, PPSPM –
menyimpan & menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih.
• Dalam hal pembayaran tagihan dg UP, BP – menatausahakan transaksi UP.
• PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanja pegawai
kepada KPA.
Konsep Dasar Pengarsipan
Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai
bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga
negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan,
organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan
dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Arsip Vital

Arsip
Arsip Aktif
Dinamis
Arsip
Arsip Arsip
Statis Inaktif
Arsip Keuangan Negara
RAPBN dan RUU APBN-P

Pelaksanaan anggaran

Bantuan/pinjaman luar negeri

Pengelolaan APBN/Dana

Arsip Keuangan
Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN)

Negara
Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Pertanggungjawaban keuangan negara

Pemeriksaan keuangan
Pelaporan dan analisis transaksi
keuangan
Pengawasan keuangan

Perpajakan

Pengawasan sektor jasa keuangan


Pengelolaan Arsip

2. Penggunaan 4. Penyusutan
•Pembuatan Arsip •Pemberkasan Arsip
Arsip Arsip Aktif
•Penerimaan •Penataan Arsip
Arsip •Penggunaan Inaktif •Pemindahan
arsip dinamis •Penyimpanan Arsip Inaktif
berdasarkan Arsip •Pemusnahan
sistem klasifikasi •Alih Media Arsip Arsip
keamanan dan •Penyerahan
akses arsip Arsip Statis

1. Penciptaan 3. Pemeliharaan
Arsip Arsip
Prinsip Penyelenggaraan Kearsipan
• Arsip yg tercipta dari kegiatan lembaga negara & kegiatan yg menggunakan sumber dana negara dinyatakan
sebagai arsip milik negara.
• Negara menyelenggarakan pelindungan dan penyelamatan arsip sebagai bahan pertanggungjawaban setiap
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk kepentingan negara, pemerintahan, pelayanan publik, dan
kesejahteraan rakyat.
• Negara secara khusus memberikan pelindungan dan penyelamatan arsip yang berkaitan dengan
kependudukan, kewilayahan, kepulauan, perbatasan, perjanjian internasional, kontrak karya, dan
masalahmasalah pemerintahan yang strategis.
→ dari bencana alam, bencana sosial, perang, tindakan kriminal serta tindakan kejahatan yang
mengandung unsur sabotase, spionase, dan terorisme.
• Pengelolaan arsip dinamis dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan arsip dalam penyelenggaraan
kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti yang sah berdasarkan suatu sistem yang
memenuhi persyaratan andal, sistematis, utuh, menyeluruh, dan sesuai dengan norma, standar, prosedur,
dan kriteria.
• Untuk mendukung pengelolaan arsip dinamis yang efektif dan efisien pencipta arsip membuat tata naskah
dinas, klasifikasi arsip, jadwal retensi arsip, serta sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip.
• Pejabat atau orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan arsip dinamis wajib menjaga keautentikan,
keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip yang dikelolanya.
Prinsip Penyelenggaraan Kearsipan (2)

• Pencipta arsip wajib menyediakan arsip dinamis bagi kepentingan pengguna arsip yang berhak.
• Pencipta arsip pada lembaga negara, Pemda, perguruan tinggi negeri, dan BUMN dan/atau BUMD
membuat daftar arsip dinamis berdasarkan 2 kategori, yaitu arsip terjaga dan arsip umum.
• Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip dibuka untuk umum
dapat:
1. menghambat proses penegakan hukum;
2. mengganggu kepentingan pelindungan hak atas kekayaan intelektual dan pelindungan dari
persaingan usaha tidak sehat;
3. membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
4. mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori dilindungi
kerahasiaannya;
5. merugikan ketahanan ekonomi nasional;
6. merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan luar negeri;
7. mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
seseorang kecuali kepada yang berhak secara hukum;
8. mengungkapkan rahasia atau data pribadi; dan
9. mengungkap memorandum atau suratsurat yang menurut sifatnya perlu dirahasiakan.
Prinsip Penyelenggaraan Kearsipan (3)

• Pencipta arsip wajib menjaga kerahasiaan arsip tertutup


• Penyusutan arsip dilaksanakan oleh pencipta arsip. Penyusutan arsip meliputi:
• pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
• pemusnahan arsip yang telah habis retensi dan yang tidak memiliki nilai guna
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
• penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan.
• Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
• tidak memiliki nilai guna;
• telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan JRA;
• tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
• tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
• Pencipta arsip dan/atau lembaga kearsipan dapat membuat arsip dalam berbagai
bentuk dan/atau melakukan alih media meliputi media elektronik dan/atau media lain.
Autentikasi arsip statis terhadap arsip tersebut dapat dilakukan oleh lembaga kearsipan.
Sanksi dan Pidana

Pejabat dan/atau
pelaksana yang
melakukan Sanksi
pelanggaran Sanksi Pidana
dalam Administratif
penyelenggaraan
kearsipan
Studi Kasus

Sebuah dokumen keuangan harus disimpan dalam


waktu tertentu sesuai daftar hidup dokumen tersebut.
Tetapi usia kadaluarsa dokumen tersebut berbeda-
beda sesuai peruntukannya. Jelaskan pendapat
Anda terkait masalah tersebut?
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai