Anda di halaman 1dari 31

Disampaikan Pada:

Bimbingan
Bi bi T k i Review
Teknis R i Program
P K j Pengembangan
Kerja P b
E-learning dan Media Pembelajaran tahun 2011
Jumat, 14 Oktober 2011
Hotel Purnama 2, Cipayung BOGOR

1
1. UU Nomor 17 tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan p
pengelolaan
g dan
tanggung jawab keuangan negara

2
UNDANG-UNDANG
UNDANG-
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2004
TENTANG
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN
DAN
TANGGUNG JAWAB
KEUANGAN NEGARA

3
1.Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi
e a uas ya
yang
gddilakukan
a u a seca
secara
a independen,
depe de , obye
obyektif,
t , da
dan p
profesional
o es o a
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.
negara

2.Pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung jawab, disebut


pejabat adalah satu orang atau lebih yang diserahi tugas untuk
pejabat,
mengelola keuangan negara.

4
3.Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan
pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

4. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban pemerintah


untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib,
taat p
pada pperaturan p
perundang-undangan,
g g , efisien,, ekonomis,,
efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.

5
5. Standar Pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan
pemeriksaan, pengelolaan, dan tanggung jawab keuangan
negara yang meliputi
li ti standar
t d umum, standar
t d pelaksanaan
l k
pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh
Pemeriksa.
6. Opini adalah pernyataan profesional adalah kesimpulan
pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.
keuangan
7. Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil
dari p
pemeriksaannya,
y yang
y g ditujukan
j kepada
p orang
g dan/atau
badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau
perbaikan.

6
1. Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi Pemeriksaan
Atas Pengelolaan Keuangan Negara Dan Pemeriksaan
Atas Tanggung Jawab Keuangan Negara, Yang Terdiri
Atas Pemeriksaan keuangan, Pemeriksaan Kinerja,
dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.
2. Pemeriksaan Keuangan atas laporan keuangan.

7 7
3
3. Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek
ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektifitas.

4. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan


yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja
kinerja.

8
3 E  +  K
 E     K
™ EFISIENSI KETAATAN+KEPATUHAN
™ EFEKTIVITAS TERHADAP PERUNDANG-
™ EKONOMIS UNDANGAN

9
Lesson Learned
1. Terdapat duplikasi pengeluaran (dua sumber pembiayaan) terhadap satu
kegiatan.
2 Kemahalan harga pengadaan barang dan jasa.
2. jasa
3. Kekurangan volume pekerjaan.
4 Kegiatan telah dibayar tetapi pekerjaan belum dilaksanakan.
4. dilaksanakan
5. Pungutan pajak belum disetor ke Kas Negara.
6 Denda keterlambatan atas pelaksanaan kegiatan
6.
7. Proposal yang diajukan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
8. Penerima bantuan block grant tidak sesuai dengan alamat , tidak ditemukan
sesuai alamat atau sudah bubar.

10
Lesson Learned
(Lanjutan
Lanjutan)) :
9.
9 Kegiatan
K i t belum
b l mengacu pedoman
d penyelenggaraan.
l
10. Kelebihan pembayaran
11 Dana bantuan belum disalurkan.
11. disalurkan
12. Dana bantuan belum dipertanggungjawabkan.
13 Pelaksanaan kegiatan administrasi kebendaharawanan belum tertib.
13. tertib
14. Laporan kegiatan belum dibuat
15 Laporan belum mencerminkan program kegiatan yang dilaksanakan.
15. dilaksanakan
16. Sisa dana kegiatan belum disetor ke kas Negara.

11
GARIS-GARIS BESAR ASPEK PENGELOLAAN DANA
GARIS-
YANG PERLU DIPERHATIKAN DAN MERUPAKAN
SASARAN PEMERIKSAAN
1. DASAR HUKUM DAN PERANGKAT PELAKSANAAN
Apakah didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan apa saja
peraturan yang dijadikan sebagai acuannya.
Apakah sudah dilengkapi Pedoman / Juknis / Juklak dan apakah
pedoman/Juknis/Juklak
d /J k i /J kl k tsb
t b memenuhi
hi syarat.
t
2. SOSIALISASI
Apakah sudah dilakukan sosialisasi kepada semua pihak yg berkepen-tingan
(Program/ Kegiatan / Jadwal/ Materi yg memadai)

3. SASARAN/TARGET/ALOKASI PENGGUNAAN DANA


Apakah disalurkan
disal rkan dan digunakan
dig nakan sesuai
ses ai dgn sasaran,
sasaran target,
target peruntukan,
per nt kan dan
alokasi yang telah ditentukan.
4. PENERIMA DANA BANSOS
Apakah sudah memenuhi Kriteria yg telah ditentukan, baik teknis maupun
administratif
5. PROSEDUR/MEKANISME PENGELOLAAN
Pengajuan Proposal; Penilaian Proposal; Penetapan Penerima Dana Bansos, tahapan
proses kegiatan dilaksanakan secara lengkap dan tepat waktu sesuai jadwal
12
GARIS-GARIS BESAR ASPEK PENGELOLAAN DANA
GARIS-
YANG PERLU DIPERHATIKAN DAN MERUPAKAN
SASARAN WASRIK. (Lanjutan
Lanjutan….)
….)

6. PENGADAAN
G BARANG
G DAN JASA
J S
APAKAH SUDAH DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN KEPPRES NOMOR 80
TAHUN 2003. APAKAH KEWAJIBAN PAJAK SUDAH DILAKSANAKAN DAN DIPENUHI
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU.
7. PENATABUKUAN KEUANGAN
APAKAH DICATAT, DIBUKUKAN, DAN DIADMINISTRASIKAN DENGAN BAIK DAN
MENGACU PADA SISTEM AKUNTASI YANG DIPERSYARATKAN.
8. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN
APAKAH PERTANGGUNGJAWABAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, DAN MENYERAHKAN LAPORANSESUAI
DENGAN JADUAL, MEKANISME/ PROSEDUR, DAN/ATAU FORMAT YANG DITENTUKAN
9. HASIL YANG DICAPAI/DIPEROLEH
APA HASIL YANG DICAPAI TERSEBUT SESUAI DENGAN ATAU MEMENUHI STANDAR
KUANTITAS DAN KUALITAS YANG TELAH DITENTUKAN.
10
10. LAIN-LAIN SESUAI LINGKUP DAN JENIS DANA BANSOS

13
Strategi Peningkatan
Akuntabilitas Pengelolaan
Anggaran (dalam perspektif
pengawasan)
1. Optimalisasi
p Peran Aparat
p Pengawasan
g Internal
Pemerintah
2. Keandalan Sistem Pengendalian Intern Satuan Kerja

14
Pasal 49,, PP 60 Tahun 2008
1. Aparat pengawasan intern pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (1) terdiri atas:
a BPKP;
a.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan
pengawasan intern;
i t
c. Inspektorat Provinsi; dan
d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
2. BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan
oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan
c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
3. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan intern untuk kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, Menteri Keuangan
melakukan koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi
Pemerintah lainnya. 15
Lanjutan…..
j

4. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional


melaksanakan pengawasan intern melakukan pengawasan
terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas
dan fungsi
g Kementerian/qLembaga
q g yang
y g didanai dengang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
5. Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan
kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
6
6. Inspektorat Kabupatan/Kota melakukan pengawasan terhadap
seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.

16
FRAMEWORK
PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH PASCA PP 60/2008

PRESIDEN

MENTERI/PIM. LEMBAGA
Melalui:
1. Kegiatan yg Efektif & 
GUB BUP/W.KOTA
Efisien
2. Keandalan Lap Keu
3. Pengamanan Aset
4. Ketaatan Peraturan

2 1

17
PROGRAM STRATEGIS
1. Meningkatkan kinerja dan peranan Itjen;
2. Meningkatkan kompetensi SDM;
3
3. Menindaklanjuti Temuan BPK;
4. Merubah pola audit dari post menjadi current (on going)
audit;
5.
5 Road Map Menuju Opini WTP Tahun 2012;
6. Mengawal pelaksanaan Program Unit Utama terutama
APBN-P;
7.
7 M l k Audit
Melaukan A dit PBJ 2005-2010;
2005 2010
8. Membantu menyelesaikan masalah sertifikasi pada
beberapa Satker;
9. Mengirimkan butir-butir kelemahan Satker yang menjadi
temuan

18
PARADIGMA BARU PENGAWASAN PENDIDIKAN
BARU
No KOMPONEN LAMA
2005-2009 2010-2014
1 Fokus lembaga Fungsi/Kinerja Layanan Mempertajam Audit atas Fungsi/Layanan
Pendidikan Pendidikan
2 Orientasi Mencari Kesalahan Pemecahan Masalah/Apresiasi Mengembangkan pemecahan
Keunggulan masalah/Menghargai pencapaian
3 Output Jumlah Temuan Pembinaan/Perbaikan/Rekomen Meningkatkan
dasi Pembinaan/Perbaikan/Rekomendasi
4 Pendekatan Wewenang/Birokratik Kemitraan/Sinergi Memperkuat Kemitraan/Sinergi
5 Teknik Parsial Komprehensif Meningkatkan teknik audit
a dit secara lebih
komprehensif
6 Sifat Penggalan/Terkotak- Holistik Mempertajam konteks Audit yang labih
kotak holistik
7 Pelaksanaan Sendiri- Kolaboratif/Teamwork Memperkokohkolaborasi dan kerjasama
sendiri/Individual
8 Waktu Pasca kegiatan Pre,On-going,Post Memperluas cangkupan audit sejak
perencanaan hingga
p gg ppertanggungjawaban
gg gj

9 Fungsi Korektor Katalisator Mempercepat upaya pencapaian kegiatan


10 Aksi Penindakan Pencegahan dan Penindakan Mempercepat upaya pencapaian kegiatan

11 K
Kompetensi
t i P
Pengalaman
l P fi i
Profisionalisme
li Mengembangkan
M b k Pengetahuan
P t h d
dan
keahlian audit
12 Target Kuantitas Kualitas (Quality Assurance) Memperkuat penjaminan mutu audit dan
auditan 19
y
Apa
p sebenarnya
y SPI dan SPIP?

SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan


secara terus‐menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan
b ik keyakinan
k ki memadai
d i atas tercapainya tujuan organisasi 
  i   j   i i 
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, 
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang‐
undangan
d (PP 6 /
(PP 60/2008, Bab
8  B b I Ps. 1 butir
I P    b ti 1))

SPIP adalah sistem pengendalian intern  (SPI) yang diselenggarakan secara


menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2)

20
DASAR HUKUM
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMERINTAH

Pasal 55 ayat (4) : Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna


Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa
pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan Sistem
P
Pengendalian
d li Intern
I t yang memadai
d i dan
d akuntansi
k t ik
keuangan ttelah
l h
diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Pasal 58 ayat (1) dan (2) : Dalam rangka meningkatkan kinerja,


transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
Presiden selaku Kepala
p Pemerintah mengatur
g dan
menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan
pemerintah secara menyeluruh. SPI ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

21
PENGENDALIAN INTERN
PENGAWASAN MELEKAT vs SPIP
NO URAIAN WASKAT SPIP

1 Definisi Alat Proses

2 Sifat Statis Dinamis

3 F
Framework
k 8U
Unsur Si
Sisdalmen
d l 5 Unsur
U

4 Tanggungjawab Atasan Langsung Seluruh pegawai dalam


Pelaksanaan organisasi
5 Keberadaan Berdiri Sendiri Terintegrasi

6 Penekanan ƒ Pengawasan Atasan • Lingkungan


Langsung Pengendalian
ƒ Pengawasan • Penilaian Risiko
Fungsional 22
Penegakan Integritas dan Etika
Komitmen terhadap Kompetensi
Kepemimpinan yang Kondusif
Ps. 4
Struktur Organisasi yang Sesuai Kebutuhan
Lingkungan
Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
Pengendalian
Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDM
P
Peran APIP yang Efektif
Ef ktif
Ps. 13 Hubungan Kerja yang Baik
Identifikasi Risiko
Penilaian Risiko
Analisis Risiko

Reviu atas Kinerja Instansi Pemerintah


Pembinaan Sumber Daya Manusia
Pengendalian Pengelolaan Sistem Informasi
Ps. 18 Pengendalian Fisik atas Aset
SPIP
Kegiatan Penetapan & Reviu Indikator & Ukuran Kinerja
Pemisahan Fungsi
Pengendalian
Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting
Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu
Pembatasan Akses atas Sumber Daya
Akuntabilitas terhadap Sumber Daya
Ps. 41
Dokumentasi atas Sistem Pengendalian Intern
Informasi &
Sarana Komunikasi
Komunikasi
Manajemen Sistem Informasi

Pemantauan Pemantauan Berkelanjutan


Pengendalian Evaluasi Terpisah
Intern Ps. 43 Tindak Lanjut 23
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 45/PMK.05/2007
45/PMK 05/2007
TENTANG
PERJALANAN
J DINAS
SJJABATAN DALAM NEGERI
G BAGI
G PEJABAT
J NEGARA,
G ,
PEGAWAI NEGERI, DAN PEGAWAI TIDAK TETAP

y Pasal 14
1))Biaya
aya peperjalanan
ja a a d dinas
as ddibayarkan
baya a sebe
sebelum
u perjalanan
pe ja a a
dinas jabatan dilaksanakan.
2) Dalam hal perjalanan dinas jabatan harus segera
dilaksanakan, sementara biaya perjalanan dinas belum
dapat dibayarkan, maka biaya perjalanan dinas dapat
dibayarkan setelah perjalanan dinas selesai.
selesai

24
y Pasal 15
1) Dalam hal jumlah dari perjalanan dinas jabatan ternyata
melebihi jumlah hari yang ditetapkan dalam SPPD,
SPPD pejabat
yang berwenang dapat mempertimbangkan tambahan uang
harian dan biaya penginapan sepanjang kelebihan tersebut
di b bk
disebabkan k
kesalahan/kelalaian
l h /k l l i pejabat
j b t negara/pegawai
/ i
negeri sipil yang bersangkutan.
2)) Tambahan uang g harian dan biaya
y ppenginapan
g p sebagaimana
g
dimaksud pada ayat (1), tidak dapat dipertimbangkan untuk
hal-hal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) huruf d,e,f,g,h
d e f g h dan I
3) Dalam hal ini jumlah hari menunggu sambungan dengan
alat angkutan lain ternyata lebih dari 2 (dua) hari
sebagaimana
b i di k d dalam
dimaksud d l P
Pasall 11 ayatt (1)huruf
(1)h f c,
maka pejabat yang berwenang dapat mempertimbangkan
pemberian tambahan uang harian dan biaya penginapan
sepanjangkelebihan tersebut bukan disebabkan kesalahan
/kelalaian pejabat negara/pegawai negeri bersangkutan.
25
4) Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas ternyata kurang dari
jumlah hari yang ditetapkan dalam SPPD, maka pejabat
negara/pegawai negeri yang bersangkutan wajib
menyetorkan kembali kelebihan uang harian dan biaya
penginapan yang telah diterimanya.
5) Ketentuan penyetoran kembali kelebihan uang harian dan
biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diatas tidak berlaku untuk hal-hal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) huruf g.
g

26
y Pasal 16
1) Berdasarkan dinas dilakukan berdasarkan SPPD yang
diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang menurut contoh
sebagaimana tercantum pada lampiran IV Peraturan menteri
Keuangan ini.
2) Pejabat
j yyang
g berwenangg hanya
y dapat menerbitkan SPPD
untuk perjalanan dinas yang biasanya dibebankan pada
anggaran yang tersedia pada kantor/satuan kerja
berkenaan.
3) Dalam hal SPPD ditandatangani oleh atasan langsung
pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2)huruf b,
b maka pembiayaan perjalanan dinas
dapat dibebankan pada kantor/satuan kerja Pejabat yang
berwenang tersebut.
4) Pejabat yang berwenang dalam menerbitkan SPPD
sekaligus menetapkan tingkat golongan perjalanan dinas
dan alat transport
p yyang
g digunakan
g untuk melaksanakan
perjalanan yang bersangkutan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan perjalanan dinas tersebut. 27
y Pasal 17
1) Perkiraan besarnya jumlah biaya perjalanan dinas
dituangkan dalam rincian biaya perjalanan dinas
sebagaimana
g tercantum p pada Lampiran
p VII Peraturan
Menteri Keuangan ini.
2) Penyusunan rincian perjalanan dinas sebagaimana
di k d pada
dimaksud d ayatt (1),
(1) dilakukan
dil k k d
dengan mempedomani
d i
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (5).

y Pasal
P l 18
Pejabat?Pegawai yang melakukan perjalanana dinas wajib
men ampaikan dokumen
menyampaikan dok men pertanggungjawaban
pertangg ngja aban biaya.
bia a

28
y Pasal
P l 19
Dokumen pertanggungjawaban biaya sebagaimana dimaksud
pada Pasal 18 terdiri dari SPPD beserta bukti pengeluaran
untuk biaya transport dan biaya penginapan.

y Pasal 20
1) Pejabat yang berwenang bertanggung jawab atas ketertiban
pelaksanaan Peraturan menteri Keuangan ini dalam
lingkungan Kementerian/lembaga masing-masing.
2) Pejabat yang berwenang wajib membatasi pelaksanaan
perjalanan dinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggi
dan penting serta mengadakan penghematan dengan
mengurangi frekuensi, jumlah orang, dan lamanya perjalanan.

29
3) Pejabat yang berwenang wajib membatasi pelaksanaan
perjalanan dinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas
ti
tinggi
i dan
d penting
ti serta t mengadakan
d k penghematan
h t dengan
d
mengurangi frekuensi, jumlah orang, dan lamanya
perjalanan.
4) Pejabat yang berwenang dan Pejabat/Pegawai yang
melakukan perjalanan dinas bertanggungjawab sepenuhnya
atas kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat dari
kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang besangkutan
dalam hubungannya dengan perjalanan dinas dimaksu
Terhadap kesalahan, kelalaian, dan kealpaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dikenakan tindakan berupa:
a. tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku;
b. hukuman administratif dan tindakan-tindakan lainnya
menurut ketentuan yang berlaku. 30
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH

31

Anda mungkin juga menyukai