SUSTAINABLE EDUCATION (EfSD) Oleh: Dr. Hari Amirullah Rachman, M.Pd.
SUBDIREKTORAT PENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DITJEN PMPTK DEPDIKNAS LATAR BELAKANG
• Permasalahan lingkungan saat ini telah menjadi
isu global yang diperbincangkan di banyak Negara termasuk di Indonesia. • Permasalahan lingkungan yang selama ini terjadi di Indonesia disebabkan paradigma pembangunan yang mementingkan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan faktor lingkungan yang dianggap sebagai penghambat pembangunan ekonomi. • Akibatnya kualitas lingkungan makin hari semakin menurun. Hal ini ditandai dengan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan di berbagai wilayah di Indonesia. Latar Belakang . . . KONTRIBUSI INDONESIA
• Indonesia dikatakan sebagai negara mega
biodiversity kedua setelah Brazil. Dengan luas daratan sebesar “hanya” 1,5% dari seluruh luas permukaan Bumi ini, Indonesia merupakan tempat yang menyumbangkan lebih dari 10% tumbuh- tumbuhan di dunia, lebih dari 10.000 spesies pohon tegak di dunia, dan sekitar 25.000 sampai 30.000 spesies tumbuhan berbunga. Kontribusi Indonesia . . . • Indonesia memiliki 42 ekosistem darat dan 5 ekosistem yang khas dan kita mempunyai 81.000 km garis pantai yang indah dan kaya. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencakup sekitar 22% dari seluruh luas mangrove di dunia. • Namun, harus diingat, laporan Bank Dunia 2001 menyebutkan, bahwa luas hutan mangrove di Indonesia mengalami penurunan sangat siginifikan, dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982, menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan menjadi hanya 2.06 juta hektar pada tahun 1995. • Dari segi keanekaragaman zoology, Indonesia memiliki 17% seluruh spesies di dunia, 12% mamalia di dunia, 15% amphibi dan reptil, 17% burung dan 37% ikan (The Nature Conservancy, 2005). ANCAMAN LINGKUNGAN
• Di sektor kehutanan telah terjadi deforestasi yang
meningkat dalam beberapa dekade ini. Seperti dilaporkan oleh Bank Dunia (2003) dan Departemen Kehutanan, tingkat deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari dua juta hektar per tahun. Secara total, luas hutan kita mengalami pengurangan yang sangat signifikan. • Apabila pada tahun 1950, terdapat 162 juta hektar hutan di Indonesia, pada tahun 1985, hutan kita tinggal 119 juta hektar. Angka ini terus mengalami penyusutan, karena pada tahun 2000, hutan Indonesia tinggal 96 juta hektar. Apabila tingkat kehilangan hutan ini terus terjadi sebesar 2 juta hektar per tahun, dalam kurun 48 tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia akan menjadi gurun pasir yang gundul dan panas. • Lautan Indonesia merupakan salah satu dari sedikit hot spot terumbu karang di dunia yang mengalami kerusakan. • Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa saat ini sekitar 41% terumbu karang dalam keadaan rusak parah, 29% rusak, 25% lumayan baik, dan hanya 5% yang masih dalam keadaan alami. Begitu juga menyangkut kawasan mangrove atau hutan bakau. Sekitar 50% hutan bakau di Sulawesi telah hilang (sebagian diantaranya berubah menjadi kawasan tambak udang). Beberapa kawasan juga mengalami pencemaran. Ini terjadi di kawasan-kawasan yang sibuk dengan kegiatan pelayaran (Selat Malaka), atau perairan yang bersinggungan dengan kota-kota besar, seperti perairan teluk Jakarta dan Surabaya. • Dengan jumlah penduduk sebesar 220 juta jiwa pada 2004 membuat tekanan terhadap lingkungan semakin besar. Pada saat ini, paling tidak sebesar 40 juta penduduk hidupnya tergantung pada keanekaragaman hayati di pantai dan perairan. Pada saat yang sama, penting diingat bahwa sekitar 20% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. • Sekitar 43% penduduk Indonesia masih tergantung pada kayu bakar. Dan pada 2003, hanya 33% penduduk Indonesia mempunyai akses pada air bersih melalui ledeng dan pompa. Tahun 2000, Jawa dan Bali telah mengalami defisit air mencapai 53.000 m³ dan 7.500 m³, sementara Sulawesi 42.500m³. Saat yang sama pula perlu diingat, banjir telah terjadi di berbagai tempat di Indonesia. • Hal ini menunjukkan bahwa kita telah salah mengelola air di bumi ini. AKAR PERMASALAHAN
• Ideologi pembangunan yang materialistik selama
ini telah mendorong proses pembangunan yang luar biasa. • Capaian pembangunan materialistik juga harus diakui membawa banyak manfaat. Namun, perlu diakui pula capaian pembangunan belum membawa kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. • Cenderung terjadi gap yang dalam dan lebar antara mereka yang over consumption dan mereka yang under consumption. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
• Pembangunan berkelanjutan sesungguhnya merupakan
wacana moral dan kultural. Hal ini disebabkan karena yang menjadi persoalan utama adalah pada bentuk dan arah peradaban seperti apa yang akan dikembangkan manusia di Bumi ini. • Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan“ • Pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. • Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup lima lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, perlindungan lingkungan, pelestarian budaya dan politik Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Politik EDUCATION FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT (EfSD) Apa Itu Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan (EfSD)?
•Merupakan visi pendidikan yang mengutamakan
pemberdayaan manusia untuk bertanggungjawab dalam menciptakan masadepan yang lebih baik.
•Tema sentral dari EfSD adalah pendidikan sebagai
alat yang penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan menjadi area yang efektf untuk mengimplementasikannya. Cakupan EfSD . . .
• Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar
• Reorientasi terhadap program pendidikan menuju pembangunan berkelanjutan • Membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat, dan • Melakukan pelatihan untuk semua masyarakat umum dan satuan-satuan pendidikan. Hasil yang diharapkan . . .
• Internalisasi visi EfSD: Dapat mengenali hakikat masa
depan yang lebih baik. Jika kita tahu sasaran yang harus dicapai, maka kita tahu upaya apa yang harus kita lakukan. • Berpikir kritis dan reflektif: Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong seseorang untuk belajar dan memahami aspek, sosial, ekonomi dan lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. • Berpikir sistemik: memahami kompleksitas masalah dan dapat mencari pemecahan masalahnya secara sinergis. • Membangun kemitraan: Belajar bekerja sama untuk memecahkan masalah. • Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan: Pemberdayaan masyarakat 10 Isu Pokok EfSD 1. Informasi dan Kesadaran (media lingkungan, melek media, teknologi informasi dan komunikasi) 2. Sistem Pengetahuan (belajar dari pengetahuan masyarakat lokal; memadukan teknologi tradisional dan moderen) 3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (keanekaragaman hayati, perubahan iklim, sumber daya alam, konservasi) 4. Perdamaian dan Kesetaraan (penyelesaian konflik, perdamaian, kesetaraan, pembangunan, demokrasi) 5. Konteks Lokal (pembangunan masyarakat, pemberdayaan) Lanjutan . . . 6. Transformasi (transformasi desa, urbanisasi, pemukiman berkelanjutan, air, kebersihan dan prasarana umum lain) 7. Budaya (kemajemukan dan pengertian antar- budaya) 8. Isu dan Tema Lintas-bidang (hak asasi manusia, kewarga-negaraan, kesetaraan jender, masa depan berkelanjutan, pendekatan menyeluruh, inovasi, disiplin lintas-bidang, kemitraan, produksi dan konsumsi berkelanjutan, pemerintahan) 9. Kesehatan (HIV/AIDS, malaria) 10. Pendidikan Lingkungan Hidup. Target . . .
• Pendidikan sebagai bagian dari solusi: proses yang
dilakukan dapat membangun kesadaran kritis tentang pembangunan dan lingkungan, serta mampu membantu warga belajar untuk mewujudkan pembangunan.
• Sekolah, harus menjadi benteng yang tangguh untuk
menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu.
• Kesadaran lingkungan yang disemaikan melalui dunia
pendidikan tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui pokok-pokok bahasan yang relevan. Sekolah Berwawasan Lingkungan Hidup (SBLH)
(1) Manajemen Sekolah,
(2) Kurikulum/Proses Belajar Mengajar, (3) Kepemimpinan Kepala Sekolah, (4) Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Siswa, (6) Pembiayaan, (7) Sarana dan Prasarana, (8) Lingkungan/ Kultur Sekolah, serta (9) Peran-serta Masyarakat.