Tujuan
Memahami DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Langkah-langkah
1. Wawancara dengan manajemen dan staf kunci.
2. Review kebijakan-kebijakan, pengarahan-pengarahan, dan dokumen-dokumen.
3. Review laporaan kinerja entitas serta laporan mengenai rencana kerja dan prioritasnya.
4. Review peninjauan fisik terhadap fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh entitas.
5. Telusuri sistem dan prosedur pengendalian.
6. Analisis hubungan antara pemanfaatan sumber daya dan hasilnya.
7. Identifikasi risiko entitas.
8. Review laporan-laporan audit dan studi yang telah dilakukan sebelumnya, termasuk laporan
audit yang dilakukan oleh auditor lainnya.
Hasil
1. Gambaran Umum Entitas
2. Pemahaman atas Input, Proses, dan Output Entitas
3. Informasi Lainnya
=====================================================================
====
3. MISI
1. Menciptakan fungsi pelaksanaan anggaran yang efektif.
2. Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.
3. Menciptakan sistem manajemen investasi yang tepat sasaran.
4. Mewujudkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang fleksibel, efektif, dan
akuntabel.
5. Mewujudkan akuntansi keuangan negara yang akuntabel, transparan, tepat waktu dan akurat.
6. Mewujudkan dukungan teknis perbendaharaan yang handal, terintegrasi, terotomatisasi, dan
mudah diterapkan.
7. Menyempurnakan proses bisnis sistem perbendaharaan sesuai best practice.
8. Melaksanakan pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara optimal.
STRUKTUR ORGANISASI
Tujuan
Menentukan area kunci.
Langkah-langkah
1. Analisis untuk menentukan area audit potensial dengan menggunakan pendekatan faktor
pemilihan pada empat tugas utama Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB), yaitu:
1. penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang perbendaharaan negara;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
3. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perbendaharaan
negara;
4. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbendaharaan negara;
5. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pemeringkatan atas area audit
potensial adalah sebagai berikut:
1. risiko manajemen, yaitu risiko bahwa entitas atau area yang akan diaudit melakukan
tindakan ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.
2. Signifikansi, yaitu dari suatu area audit yang berkaitan dengan tingkat besar kecilnya
pengaruh kegiatan tersebut terhadap entitas secara keseluruhan. Disini tim audit berfokus pada
visibilitasnya
3. Dampak potensial dari audit kinerja, yang meliputi unsur efektivitas, peningkatan
perencanaaan, pengendalian dan pengelolaan, serta peningkatan akuntabilitas efisiensi, ekonomi,
dan kepentingan mutu pelayanan. Dalam hal ini peningkatan pengendalian dan pengelolaan
dimasukkan sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pembobotan karena entitas yang
diaudit melakukan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi Kementerian Keuangan.
4. Auditabilitas, berkaitan dengan kemampuan tim audit dalam melaksanakan audit
berdasarkan standar profesional.
analisis untuk menentukan area kunci berdasarkan area dengan memerhatikan beberapa faktor
sebagai berikut.
1. Risiko manajemen, yaitu risiko manajemen tidak tercapainya ‘3E’ (ekonomis, efisiensi, dan
efektivitas).
2. Signifikansi, yaitu menilai apakah suatu kegiatan dalam area audit secara komparatif
memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam objek audit secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan antara lain Materialitas keuangan, Batas kritis keberhasilan,
Visibilitas.
3. Dampak hasil pemeriksaan, yaitu pengaruh hasil audit terhadap perbaikan atas area yang
diaudit. Oleh karena entitas yang diaudit adalah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB)
yang bertugas menjadi pengelola perbendaharaan negara yang profesional, modern, dan
akuntabel guna mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang efektif dan efisien, maka
unsur lain yang juga harus dilihat dalam “dampak hasil pemeriksaan” adalah apakah tugas
Jenderal Perbendaharaan (DJPB) tersebut dapat berjalan dengan baik dengan adanya audit
kinerja ini.
4. Auditabilitas, berkaitan dengan kemampuan tim audit untuk melaksanakan audit sesuai
dengan standar profesional.
Hasil
1. Area Audit Profesional
Dari kelima area audit potensional yang ada, area audit yang dipilih adalah ‘penyusunan standar,
norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perbendaharaan negara’.
2. Area kunci
Area kunci yang akan dinilai oleh tim audit berdasarkan hasil analisis dalam pelaksanaan audit di
lapangan, yaitu:
penyempurnaan peraturan tentang penyusunan, penelaahan, dan pelaksanaan DIPA sesuai
performance based budgeting dan MTEF.
=====================================================================
====
Hasil
1. Tujuan Audit Tetap
Dari lima area potensial yang ada, tim audit melihat area ‘penyusunan standar, norma, pedoman,
kriteria, dan prosedur di bidang perbendaharaan negara’ adalah yang terpenting untuk dilakukan
audit karena betapa besar dampak area tersebut. Bersasarkan pertimbangan di atas, tim audit
akan lebih berfokus pada penilaian atas efektivitas penyempurnaan peraturan tentang
penyusunan, penelaahan, dan pelaksanaan DIPA sesuai performance based budgeting dan MTEF
dengan harapan bahwa audit ini akan mengoptimalkan pelaksanaan belanja negara. Dengan
demikian perumusan audit tetap adalah
“ menilai efektivitas penyempurnaan peraturan tentang penyusunan, penelaahan, dan
pelaksanaan DIPA sesuai performance based budgeting dan MTEF.”
2. Lingkup audit
1. Tahun anggaran yang diaudit adalah 2011 dan 2012.
2. Lingkup kegiatan yang diperiksa dalam audit meliputi penyusunan standar, norma,
pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perbendaharaan negara.
3. Lingkup kegiatan yang diuji dalam audit berdasarkan pemilihan are kunci yang sudah
dilakukan mencakup satu area kunci, yaitu area penyempurnaan peraturan tentang penyusunan,
penelaahan, dan pelaksanaan DIPA sesuai performance based budgeting dan MTEF.
4. Lokasi audit di Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB)
5. Audit pada instansi-instansi Eselon 1 lain di bawah Kementerian Keuangan hanya bersifat
konfirmasi.
KOMENTAR: Kertas kerja memuat langkah-langkah atau prosedur dalam mengaudit sebuah
perusahaan atau kantor sehingga memudahkan bagi kantor atau perusahaan untuk memahami
cara kerja audit