PENDAHULUAN
1
BPKP yaitu kinerja BPKP harus lebih ditingkatkan lagi terutama kinerja auditor
dan Pejabat Pengawas Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD) yang bertugas
melakukan pengawasan dan pemeriksaan karena banyak temuan yang seharusnya
lebih dulu ditemukan oleh auditor BPKP sebagai auditor internal pemerintah,
tetapi malah ditemukan oleh auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai
auditor eksternal, kemudian temuan BPKP seharusya lebih banyak dari temuan
auditor BPK.
Auditor BPKP Kota Palu bertugas melakukan pemeriksaan terhadap Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkup Kota Palu yang berjumlah
42 SKPD. Hal tersebut menunjukkan bahwa suasana kerja auditor BPKP Kota
Palu berubah-ubah karena auditor tidak hanya bekerja di ruangan dan lingkungan
kantornya saja melainkan juga dilingkungan tempat dimana ia malakukan
pemeriksaan. Lingkungan kerja yang begitu luas tidak dipungkiri auditor lengah
dan terjadi kesalahan-kesalahan yang berpengaruh terhadap kualitas audit, seperti
auditor tidak mampu mengungkapkan adanya temuan yang terjadi pada kasus
yang ditangani, sehingga kualitas audit yang dihasilkan rendah dan sikap
independensi auditor diragukan karena adanya hal tersebut.
Audit yang berkualitas akan memberikan informasi yang memadai kepada
SKPD yang diperiksa tentang kelemahan pengendalian internal, kecurangan dan
penyimpangan peraturan perundang-undangan (Standar Pemeriksa Keuangan
Negara 2007) yang terjadi dalam SKPD yang diperiksa. Dengan pernyataan diatas
dapat disimpulkan seorang auditor harus mempunyai kompetensi yang cukup
dalam melakukan tugasnya. Kompetensi ini dapat tercermin dari banyaknya
pengalaman dan pengetahuan serta eksplisit dapat melakukan audit secara
objektif, cermat dan seksama. Selain itu auditor juga harus menjalani pelatihan
teknis maupun pendidikan umum. Dengan demikian auditor harus memiliki
kompetensi dalam pelaksanaan pengauditan agar dapat menghasilkan audit yang
berkualitas.
Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang auditor harus berpedoman pada
standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yakni
standar umum, standar pekerjaan apangan dan standar pelaporan. Selain standar
audit, seorang auditor juga harus mematuhi Kode Etik Profesi yang mengatur
tentang tanggungjawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian professional,
kerahasiaan, perilaku profesional seta standar teknis bagi seorang auditor dalam
menjalankan profesinya. Rendahnya penerapan Kode Etik Profesi Akuntan dapat
mempengaruhi kualitas audit. Ketidaktaatan auditor pada prosedur dalam Standar
Profesi Akuntan Publik (SPAP) tidak hanya merugikan Kantor Akuntan Publik
secara ekonomis, juga dapat mengurangi reputasi seorang akuntan/auditor dimata
masyarakat, dan menghilangkan kepercayaan. Dalam penelitian terdahulu yang
2
dilakukan oleh Panji Rakatama (2016) membuktikan bahwa secara parsial
kompetensi auditor tidak berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit tetapi
secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Namun penelitian Rita
Anugerah , dkk (2004) membuktikan kompetensi berpengaruh signifikan tergadap
kualitas audit. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian
mengenai “PENGARUH KOMPETENSI DAN PENERAPAN KODE ETIK
TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor BPKP Provinsi
Sulawesi Tengah)”.
3
b. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi dan bahan
masukan bagi penulisan karya ilmiah di bidang akuntansi khususnya
pengauditan.
2. Manfaat Praktis
a. BPKP Sulawesi Tengah
Sebagai bahanmasukan yang dapat dipertimbangkan dalam
mempertahakan atau meningkatkan kualitas Audit BPKP daerah Sulawesi
Tengah Penulis
1. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan
membentuk pola pikir ilmiah, serta mengetahui ilmu-ilmu akuntansi
yang dipelajari dalam perkuliahan khususnya mengenai pengauditan.
2. Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi penulis mengenai
pengaruh kompetensi dan penerapan kode etik terhadap kualitas audit.
b. Peneliti Lain
Menjadi referensi dan perbandingan dalam melakukan penelitian pada
bidang yang sama di masa yang akan datang, khususnya mengenai
pengaruh kompetensi dan penerapan kode etik terhadap kualitas audit
c. Bagi Universitas
Menambah referensi di perpustakaan UNTAD serta menambah
pengetahuan dan informasi pembaca khususnya mahasiswa studi
akuntansi dalam penelitian yang sejenis.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang penulisan
proposal,masala penelitian, tujuan penelitian, manfat penelitian, dan sistematika
penulisan yang berupa uraian singkat mengenai bab-bab dalam penelitian secara
garis besar.
4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ketiga ini berisikan tentang rancangan penelitian, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, metode pengambilan sampel dan metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini melalui analisis
regresi berganda. Hasil dari penelitian mendapatkan bahwa sikap skeptis
tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Indeoendensi auditor juga
tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Penerapan kode etik
akuntan publik berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sedangkan
akuntabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Untuk
menghasilkan kualitas audit yang baik, maka penting bagi akuntan publik
untuk menerapkan kode etik akuntan publik agar mampu meningkatkan
kepercayaan para pangguna laporan keuangan.
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
7
terhadap kualitas
Audit.
3. Restu Agusti, Nasti Analisis Variabel Pengaruh Independensi Hasil Penelitian
Putri Pertiwi (2013). Regresi Dependen, Kompetensi dan memberikan
(Pengaruh Linear Variabel (X) dan Profesionalis penelitian empiris
Kompetensi, Berganda Independe Kualitas me untuk mendukung
Independensi dan n Audit (Y) pengaruh kompetensi,
Profesionalisme profesionalisme
Terhadap Kualitas auditor terhadap
Audit). Vol. 21 No. kalitas audit secara
03 Desember Thn partial dan simultan.
2013
Standar Umum
(1) Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan
memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor
(2) Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam
semua hal yang berhubungan dengan audit
8
(3) Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan
audit dan meyusun laporan
Standar Pelaporan
(1) Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disajikan sesuai denga prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum
(2) Auditor dalam laporan auditnya harus mengidentifikasi mengenai
keadaan dimana prisnip akuntansi tidak secara konsisten diikuti selama
periode berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
(3) Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan secara informatif belum
memadai, auditor harus menyatakannya dalam laporan audit
(4) Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu
pendapat tidak dapat diberikan. Jika auditor tidak dapat memberikan
suatu pendapat, auditor harus menyebutkan alasan-alasan yang
mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua kasus, jika nama
seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor ini harus
secara jelas (dalam laporan auditor) menunjukkan sifat pekerjaannya,
jika ada, serta tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
bersangkutan.
2.2.2 Kompetensi
Kompetensi berhubungan dengan keahlian, pengetahuan dan
pengalaman sehingga auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki
9
pengetahuan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman yang memadai agar
bisa berhasil menyelesaikan pekerjaan auditnya, Mathius Tandiontong
(2015). Pada masa lalu seorang auditor yang kompeten adalah auditor yang
menguasai teknik pembukuan saja. Namun Lee (1993) berpendapat bahwa
auditor saat ini diharapkan untuk memiliki kompetensi profesional yang
substansial di berbagai saling berkaitan yang berpengaruh terhadap tugas
auditnya. Di antara keahlian yang harus dikuasai oleh auditor adalah
akuntansi, statistika, komputasi, ekonomika, hukum, manajemen, dan
kebijakan publik. Oleh karena itu, kebutuhan kompetensi saat ini jelas
berbeda dengan kompetensi pada masa lalu yang hanyabisa dibatasi pada
kompetensi pembukuan.
Menurut boynton, johnson dan kell (2003) para auditor memerlukan
kemampuan komunikasi yang unggul agar dapat meminta keterangan yang
tepat dari manajemen dan menyampaikan temuan-temuan, kepada
menajemen, dewan direksi dan pihak ketiga. Oleh karena teknologi
mempengaruhi cara auditor berkomunikasi, maka auditor kurang
menekanka penggunaan laporan-laporan standar umum harus lebih mampu
mengkomunikasikan dengan jelas lingkup kerja, temuan dan kesimpulan.
Keterampilan berpikir strategis dan kritis menjadi penting bagi seorang
auditor. Sebagai contoh, seorang auditor harus mampu menilai dan
mengevaluasi rencana strategis klien serta mampu mengevaluasi apakah
transaksi dapat mendukung kesimpulan bahwa bisis mencapai tujuannya.
Auditor harus meningkatkan keterampilannya melampaui standar yang ada
serta berfokuspada pelanggan, klien, dan pasar.
Auditor juga harus mampu menginterpretasikan kumpulan informasi .
keterampilan analitis kunci yang digunakan dalam keseluruhan audit
adalah kemampuan untuk mengevaluasi informasi keuangan dan
nonkeuangan srta kemampuan menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan dengan wajar. Akhirnya auditor harus berwawasan teknologi.
Auditor harus mampu mengevaluasi sistem informasi dan pengendalian
intern yang secara luas menggunakan teknologi baru. Oleh karena klien
banyak yang memasuki aliansi strategis dan terlibat dalam perniagaan
secara elektronik (electronic commerce) serta pertukaran data secara
elektronik (electronic data interchange), maka auditor harus memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi penggunaan teknologi saat ini dan
merekomendasikan peningkatannya.
Kompetensi berhubungan dengan independensi praktisi, Mautz dan
Sharaf (1961). Seorang auditor yang memiliki pendidikan,keahlian,
pelatihan, dan pengalaman yang memadai akan bisa merencanakan prgram
10
audit, memverifikasi bukti dan menyusun laporan secara independensi.
Artinya auditor hanya akan bisa independensi, jika ia memiliki keahlian
yang memadai dalam melakukan pekerjaannya dan memberikan opininya.
Sebaliknya, auditor yang tidak kompeten sulit untuk bisa menjadi
independen karena ia tidak memiliki syarat utama untuk menjadi
independen, yaitu kompetensi.
Tugas pengauditan adalah tugas untuk memverifikasi dan mengatestasi
kualitas informasi akuntansi yang kompleks dan teknis yang terdapat di
dalam informasi keuangan yang dilaporkan kepada pemegang saham, Lee
(1993 : 83). Oleh karena itu, relevan jika diasumsikan bahwa auditor harus
memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai dan pantas untuk
mencapai tujuan dari fungsi audit. Jika karakteristik personil ini kurang
atau tidak memadai, maka bisa diduga bahwa auditor akan sukar mencapai
tujuan auditnya.
Pengauditan sendiri adalah sebuah penyerahan jasa. Dari pekerjaan itu
yang terjadi adalah penyerahan barang nonfisik atau tidak berwujud dan
hanya laporan audit dan fee audit yang memiliki wujud. Laporan audit
tersebut juga yang dijadikan bukti tentang kecakapan, upaya dan waktu
yang didedikasikan untuk menghasilkan laporan dan menjustifikasi fee.
Implisit dari fakta ini adalah bahwa tidak ada bukti berwujud bagi
pemegang saham dan konstituen eksternal lain tentang aktivitas audit yang
telah dilaksanakan hingga sebuah laporan audit selesai.
2.2.3 Etika
Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti
“karakter” kata lain untuk etika adalah moralitas (morality) yan berasal dari
bahasa Latin mores yang berarti “kebiasaan”. Moralitas berpusat pada
“benar” dan “salah” dalam perilaku manusia.Oleh karena itu, etika
berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku
terhadap sesamanya.
a. Etika Umum
Manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat
keputusan yang memiliki konsekuensi bagi diri mereka sendiri maupun
orang lain. seringkali dilema etika yang berasal dari pilihan yang
membawa kebaikan pada satu pihak, ternayata tidak membawa
kebaikan bagi pihak lain. dalam situasi seperti itu, orang harus
mengajukan dua pertanyaan penting, yaitu : “Kebaikan apa yang saya
cari ?” dan “Apa kewajuban saya dalam kondisi seperti ini ?”.
11
Etika umum (general ethic) berusaha menangani pertanyaan-pertanyaan
semaca, itu dengan mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud
dengan baik bagi seseorang atau masyarakat, dan mencoba menetapkan
sifat dari kewajiban atau tugas yang harus dilakukan oleh seseorang
bagi dirinya sendiri dan sesamanya. Namun, ketidakmampuan untuk
meyepakati apa yang disebut “baik” dan “kewajiban” telah membuat
para filsuf terpecah menjadi dua kelompok aliran.
b. Etika profesional
Etika profesional (professional ethics) harus lebih dari sekedar prinsip-
prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang
profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik.
Sedangkan kode etik profesional dapat dirancang sebagian untuk
mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistis dan
dapat ditegakkan. Agar dapat memiliki arti, maka keduanya harus pada
posisi diatas hukum, namun sedikit dibawah posisi ideal.
Negara bagian seringkali memberikan hak monopoli eksklusif untuk
melakukan praktik profesi bagi para profesional. Pada sebagian besar
negara bagian, CPA merupakan satu-satunya profesi yang diberi
wewenang untuk menandatangani laporan audit. Sebagai timbal balik
atas hak monopoli ini, para profesional harus bertindak untuk
kepentingan publik. Etika profesional diberlakukan lebih ketat
dibandingkan dengan kewajiban hukum bagi para anggota profesi yang
secara sukarela menerima standar perilaku profesional. Sebuah kode
etik secara signifikan akan mempengaruhi reputasi profesi serta
kepercayaan yang diyakininya.
12
- Klien. Setiap orang atau entitas, selain dari atasan anggota , yang
menugaskan angota atau kantornya untuk melaksanakan jasa
profesional.
- Kantor akuntan. Bentuk organisasi yang diizimnkan oleh hukum atau
peraturan yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American
Institute ofCertified Public Accountants yang berugas dalam praktik
akuntansi publik kecuali untuk bertujuan menerapkan Rulr 101,
independe, kantor mencakup setiap partner
- Intitute, American Institute of Certified Public Accountants
- Anggota, seorang anggota, anggota asosiasi atau internasional dari
American Institute of Certified Public Accountants
- Praktik akuntansi publik. Praktik akuntansi publik terdiri dari
pelaksaaan kerja untuk klien oleh seorang anggota atau kantor akunta
anggota, yang bertindak sebagai akuntan publik, atau jasa pendukung
litigasi, dan jasa-jasa profesional dimana standar telah ditetapkan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Dewan
13
menunjukkan dengan jelas tingkat profesionalisme yang konsisten
dengan prinsip-prinsip di dalam kode.
(3) Integritas
Integritas merupakan karakteristik pribadi yang tidak dapat dihindari
dalam diri seorang CPA. Elemen ini merupakan tolok ukur dengan
mana setiap anggota pada akhirnya harus mempertimbangkan semua
keputusan yang dibuat dalam penugasan. Integritas juga menunjukkan
tingkat kualitas yang menjadi dasar kepercayaan publik.
Dalam integritas masih dimungkinkan terjadinya keselahan-kesalahan
akibat kelalaian dan perbedaan pendapat, namun integritas tidak dapat
mentolerir terjadinya distorsi fakta yang dilakukan dengan sengaja atau
upaya mengecilkan pertimbangan.
14
Kompetensi adalah hasil dari pendidikan dan pengalaman. Pendidikan
diawali dengan persiapan diri untuk memasuki profesi tersebut.
Dilanjutkan dengan pendidikan profesi berkelanjutan melalui jenjang
karir anggota. Pengalaman meliputi kerja magang dan penerimaan
tanggung jawab yang meningkat selama usia profesional anggota.
Keseksamaan meliputi keteguhan, kesungguahn, serta bersikap energik
dalam menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa
profesional. Hal itu juga berarti, seorang CPA harus 1) cermat dan
seksama dalam melaksanakan pekerjaan, 2) memperhatikan standar
teknis dan etika yang dapat diterapkan, serta 3) menyelesaikan jasa
yang dilaksanakan dengan segera.
Keseksamaan meliputi keseksamaan dalam perencanaan dan supervisi
perikatan yang menjadi tanggung jawab CPA. Sebagai contoh, setiap
CPA diharapkan memberikan supervisi secara tepat dan benar kepada
para asisten yang mengambil bagian dalam perikatan tersebut.
15
dapat memenuhi harapan pelanggan baik dari aspek marketing enjinering,
produksi dan pemeliharaan.
Para akademisi umumnya sepakat bahwa audit yang berkualitas harus
dilakukan oleh auditor yang kompeten dan independen , DeAngelo (1981).
Perbedann antara kompetensi persepsian dan independensi persepsian
seperti pada DeAngelo (1981) versus kompetensi aktual dan independensi
aktual seperti pada Watkins et al., (2004) menunjukkan bahwa keduanya
kompetensi dan independensi, adalah dimensi utama dari kualitas audit.
Perbedaan DeAngelo (1981) dengan Watkins et al., (2004) adalah
pada sisi pandang. DeAngelo (1981) memandang dari sisi pasar, sedangkan
Watkins et al., (2004) menginginkan bahwa kualitas itu harus dari sisi
aktual kompetensi dan independensi itu. Watkins et al., (2004)
menyebutkan kompetensi dan independensi aktual ini sebagai kekuatan
pemonitoran. Beberapa penelitian pernah menekankan kekuatan
pemonitoran ini, alih-alih reputasi seperti DeAngelo (1981).
16
pekerjaan audit, maka kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan
lebih tinggi (Mulyadi, 2002). Seorang auditor tentunya harus menerapkan
kode etik yang berlaku dalam menjalankan profesinya agar dalam
berinteraksi dengan baik dengan banyak dalam dunia kerja, karena seorang
auditor harus dapat berkomunikasi dengan klien dalam hal untuk mencari
bukti-bukti , informasi entitas bisnis yang menjadi kliennya agar dapat
memudahkan auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan.
Dalam pengauditan juga sangat memerlukan auditor yang bertanggung
jawab dan berintegritas tinggi terhadap entitas bisnis yang menjadi
kliennya. Kedua hal ini menunjukkan tingkat kualitas yang menjadi dasar
kepercayaan publik terhadap profesi. Dan yang terakhir audior memerlukan
kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini
tentunya mencakup standar teknis dan etika yang diterapkan.
Beberapa poin diatas merupakan prinsip dari kode etik dengan demikian
pekerjaan auditor harus mampu menerapkan kode etik guna untuk dapat
menghasilkan sebuah kualitas audit yang baik.
b. H2 : Penerapan kode etik berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit
Gambar 2.3
Kompetensi
Kualitas Audit
Ket:
17
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus duji kebenarannya. Berdasarka kajian
teoritis, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
yang dikemukakan dalam penelitian ini :
H1 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit
H2 : Penerapan Kode Etik berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit
H3 : Kompetensi dan Penerapan Kode Etik berpengaruh terhadap Kualitas Audit
18
BAB III
METODE PENELITIAN
19
juga seperti data yang secara langsung diperoleh dari responden baik secara
lisan maupun secara tulisan yang berhubungan langsung dengan objek
penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan berupa data kuesioner
yang diberikan atau disebarkan kepada narasumber yang bersangkutan untuk
memberikan informasu akurat.
2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, dan telah
terdiokumentasikan, sehingga peneliti tinggal menyalin data tersebut untuk
kepentingan penelitiannya. Dalam penelitian ini data sekunder dapat diartikan
yaitu data yang diperoleh dari BPKP Perwakilan Sulawesi Tengah yang
mendukung penelitian ini serta data dari kepustakaan yang berguna dalam
penyusunan landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan yaitu
pengaruh kompetensi dan penerapan kode etik terhadap kualitas audit pada
BPKP Perwakilan Sulawesi Tengah.
3.5.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel ini
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sampel yang benar-benar dapat
mewakili dan dapat menggambarkan populasi sebenarnya. Dalam
penelitian ini yang menjadi sampel adalah Kantor BPKP Perwakilan
Sulawesi Tengah.
20
Dengan berpedoman pada pendapat Sugiyono (2010) yang menyatakan
bahwa untuk berpedoman umum dapat dikatakan bahwa bila populasi
dibawah 100 orang, maka dapat digunakan sampel 50% dan jika di atas
100 orang, sebesar 15%.
Dari penyataan sugiyono diatas dapat disimpulkan dari penelitian ini
populasi auditor yang bekerja pada Kantor BPKP perwakilan Sulawesi
tengah tidak mencapai 100 orang atau dapat dikatakan dibawah dari 100
orang, maka sampel yang digunakan adalah sampel 50%.
Tabel 3.5
Sampel Penelitian
21
165). Selain preferensi terhadap resiko, besaran fee audit juga berpengaruh
pada suplai audit dan kulitas audit.
2. Variabel bebas (Independen)
Secara definisi, variabel bebas adalah suatu variabel yang bervariasi nilainya
akan mempengaruhi nilai variabel yang lain, Menurut Zainal (2009). Variabel
bebas untuk penelitian ini adalah :
a. Kompetensi (X1)
Menurut Alvin dan James (1990) kompetensi yaitu seorang yang telah
menerima suatu penugasan profesional berarti telah menyatakan bahwa
dia memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut sesuai dengan standar profesional, dan akan
menerapkan pengetahuan dan keahliannya dengan penuh kesungguhan
dan kecermatan, namun dia tidak menjamin kebenaran mutlak dari
pengetahuan dan pertimbangannya.
Kompetensi menyangkut baik pengetahuan mengenai standar dan teknik
profesional dan masalah-masalah teknis yang terlibat, maupun
kesanggupan untuk membuat pertimbangan yang bijaksanadalam
menerapkan pengetahuan tersebut pada setiap penugasan.
Menurut Guy, Alderman, dan Winters (2002) pelatihan teknis dan
keahlian mencakup tidak hanya pendidikan formal tetapi juga
pengalaman auditor dalam profesinya. Auditor selain harus memiliki
pendidikan auditing formal, mereka juga harus peduli dengan
perkembangan baru dalam bidang akuntansi, auditing, dan bisnis serta
harus menerapkan pernyataan otoritatif baru dibidang akuntansi dan
auditing begitu dikeluarkan.
22
Kode etik ibarat sebuah kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu
profesi dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di masyarakat
Dalam menangani suatu kasus dan supaya berfungsi sebagaimana
mestinya maka kode etik itu dibuat dan dirumuskan oleh profesi itu
sendiri. Dengan membuat dan merumuskan kode etik sendiri oleh profesi
maka akan menjadi self regulation (pengaturan diri) dan profesi mampu
menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral
yang dianggap hakiki.
Tabel 3.7.2
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
23
2. One shot atau pengukuran sekali saja : Disini pengukurannya hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain
atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan uji statistik Cronbach
Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha>0.60.
Dapat disimpulkan jika nilai Alpha<60% hal ini mengindikasikan ada
beberapa responden yang menjawab tidak konsisten dan harus dilihat
satu persatu jawaban responden yang tidak konsisten dan harus
dibuang dari analisis kemudia alpha akan meningkat.
24
ditransformasikan dari skala ordinal ke skala interval melalui Methode of
Succesive Internal (MSI). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Perhatikan setiap item pertanyaan kuesioner.
2. Untuk setiap item tersebut, tentukan beberapa orang responden yang
mendapat skor 1,2,3,4,5→ disebut frekuensi (F).
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden → disebut proporsi
(F)
4. Hitung proporsi kumulatif (Pk)
5. Gunakan tabel normal, hitung nilai 2 untuk setiap proporsi kumulatif.
6. Nilai densitas normal (Fd) yang sesuai dengan nilai 2.
7. Tentukan nilai interval (scale value) untuk setiap skor jawaban sebagai
berikut
( Density al Lower Limit ) −(Densive at upper Limit)
Nilai Interval :
( Area under Upper Limit ) −( Area Under Lower Limit )
8. Sesuai dengan skala ordinal ke interval, yaitu scale value (SV) yang
nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar diubah menjadi sama
dengan 1)
Dimana :
Density at Lower Limit : Kepadatan batas bawah
Density at Upper Limit : Kepadatan batas atas
Area Under Upper Limit : Daerah di bawah batas atas
Area Under Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah
25
Persamaan diatas kemudian dijabarkan dalam penelitian ini dengan
persamaan berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = Kualitas audit
a = Konstanta
b1 – b2 = Parameter (koefisien regresi)
X1 = Kompetensi
X2 = Penerapan Kode Etik
e = Variabel Gangguan
26
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah dlam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homokskedastisitas dan jika
berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran
(kecil, sedang dan besar).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengguna atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
e. Uji linearitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifik model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Apakh fungsi yang digunakan
dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau
kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model
empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik.
27
kualitas audt atau dapat dikatakan bahwa kompetensi da penerapan kode
etik secara bersama-sama berpengaruh tehadap kualitas audit.
3.11.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)
Jika dari kedua variabel independen yang dimasukkan dalam regresi,
variabel kompetensi dan penerapan kode etik berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit. Variabel kompetensi memberikan nilai
koefisein parameter 0.903 dengan tingkat signifikansi 0.000 dan variabel
penerapan kode etik memberikan nilai parameter 0.100 dengan tingkat
signifikansi 0.001. sehingga disimpulkan bahwa variabel penerapan kode
etik bukanlah variabel moderating.
28