Anda di halaman 1dari 10

MATERI AUDIT DAN KESELAMATAN PASIEN

Pokok Pikiran:

 Upaya perbaikan mutu dan kinerja perlu dievaluasi apakah mencapai sasaran-
sasaran/indikator-indikator yang ditetapkan. Hasil temuan audit internal
disampaikan kepada Pimpinan Puskesmas, Penanggung jawab manajemen
mutu, Penanggung jawab Program/Upaya Puskesmas dan pelaksana kegiatan
sebagai dasar untuk melakukan perbaikan.
 Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit internal tetapi tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh Pimpinan dan karyawan Puskesmas, maka permasalahan
tersebut dapat dirujuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk ditindak lanjuti.

Elemen Penilaian:

 Data kinerja dikumpulkan, dianalisis dan digunakan untuk meningkatkan kinerja


Puskesmas.
 Dilakukan audit internal secara periodik terhadap upaya perbaikan mutu dan
kinerja dalam upaya mencapai sasaran-sasaran/indikator-indikator mutu dan
kinerja yang ditetapkan.
 Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Pimpinan Puskesmas,
Penanggung jawab Manajemen mutu dan Penanggung jawab Upaya Puskesmas
untuk mengambil keputusan dalam strategi perbaikan program dan kegiatan
Puskesmas.
 Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari hasil audit
internal.

Audit internal dalam standar akreditasi :

1. Difokuskan pada penilaian kinerja


2. Bertujuan untuk peningkatan kinerja
3. Dilakukan secara periodik
4. Dilaporkan kepada kepala PUSKESMAS
5. Diumpan balikkan pada auditess
6. Wajib ditindaklanjuti
7. Jika tidak dapat diselesaikan oleh PUSKESMAS dilakukan rujukan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota

Terlaksananya rujukan untuk menyelesaikan masalah dari hasil rekomendasi jika tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh Puskesmas

Pengertian Audit
Kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan (dapat dipertanggung jawabkan)
melalui interaksi (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian yang berujung pada penarikan
kesimpulan) secara sistematis, objektif, dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas
penggalian nilai atau manfaat

Audit merupakan instrumen bagai manajemen untuk membantu mencapai visi, misi dan
tujuan organisasi

Beberapa pengertian yang digunakan dalam audit:

 Kriteria audit:
o Kumpulan kebijakan, prosedur atau persyaratan yang dipakai sebagai acuan
o Kriteria audit digunakan sebagai acuan pembanding terhadap bukti audit
 Bukti audit:
o Rekaman, pernyataan fakta atau informasi lain yang relevan dengan kriteria
audit dan dapat diverifikasi
 Temuan audit:
o Hasil evaluasi bukti audit yang terkumpulkan terhadap kriteria audit
o Temuan audit dapat menunjukkan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan
kriteria audit, atau peluang perbaikan

Jenis Audit

 Audit internal: dilakukan di dalam suatu organisasi oleh auditor internal yang juga
karyawan organisasi sendiri, untuk kepentingan internal organisasi sendiri.
o Auditor internal tidak memiliki tanggung jawab hukum kepada publik atas apa
yang dilakukan dan dilaporkannya sebagai termuan, dsebut juga sebagai: audit
pihak pertama
o Auditor internal bisa berbentuk unit, orang, atau panitia
 Audit eksternal: audit yang dilakukan oleh pihak di luar organisasi,
o Audit pihak kedua (oleh pelanggan: misalnya audit yang dilakukan oleh BPJS
terhadap Faskes yang menjadi mitra kerja sama BPJS) dan
o Audit pihak ketiga (oleh institusi independen: survei akreditasi, audit Bawas)

10 Esensi dari audit:

1. Adalah proses interaktif antara auditor dan auditee (poihak yang diaudit)
2. Adalah kegiatan sistematis: direncanakan, dikoordinasikan, dilaksanakan dan
dikendalikan secara efisien
3. Dilakukan dengan azas manfaat
4. Dilakukan secara objektif
5. Berpijak pada fakta dan kebenaran
6. Melibatkan proses penilaian/pengujian, evaluasi, analisis
7. Bermuara pada pengambilan keputusan
8. Dilaksanakan berdasar standar/kriteria tertentu
9. Merupakan kegiatan berulang
10. Menghasilkan laporan

Tujuan Audit

Mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan berupa data , hasil analisa, hasil
penilaian, rekomendasi auditor sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, perbaikan dan atau perubahan

Tujuan audit internal

Membantu menyelesaikan permasalahan organisasi, dalam rangka meningkatkan mutu dan


kinerja organisasi.

Dasar penetapan tujuan audit internal:

1. Prioritas permasalahan yang dihadapi organisasi


2. Rencana pengembangan pelayanan
3. Persyaratan suatu sistem manajemen yang digunakan sebagai acuan
4. Persyaratan regulasi atau persyaratan kontrak
5. Evaluasi terhadap rekanan
6. Adanya potensi risiko kegiatan organisasi

Dasar penetapan tujuan


Contoh tujuan audit internal
audit internal
Menganalisis banyak terjadi
Permasalahan prioritas
complain pasien pada pelayanan
yang dihadapi organisasi
farmasi
Rencana pengembangan Mengidentifikasi peluang inovasi
pelayanan pada pelayanan laboratorium
Mengetahui kesesuaian proses
Persyaratan suatu system
pelayanan laboratorium dengan
manajemen yang diacu
standar pelayanan lab puskesmas
Mengetahui kesesuaian sumber
Persyaratan regulasi atau
daya farmasi dengan permenkes
persyaratan kontrak
No 75/2014
Mengevaluasi perjanjian
Evaluasi terhadap
kerjasama dengan laboratorium
rekanan
mitra
Potensi risiko kegiatan Mengidentifikasi potensi risiko
pelayanan pelayanan imunisasi

Aktivitas Audit

1. Memastikan (konfirmasi dan verifikasi)


2. Menilai (mengevaluasi dan mengukur)
3. Merekomendasi (memberikan saran/masukan)

Prosedur yang biasa dilakukan auditor

1. Telaah dokumen
2. Observasi
3. Meminta penjelasan dari auditee
4. Meminta peragaan dilakukan oleh auditee
5. Membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria
6. Meminta bukti atas suatu kegiatan/transaksi
7. Pemeriksaan secara fisik terhadap fasilitas
8. Pemeriksaan silang (cross-check)
9. Mengakses catatan yang disimpan auditee
10. Mewawancarai auditee
11. Menyampaikan angket survey
12. Menganalisis data

RUK dan RPK yg mana?

Saya selalu minta RUK adalah N+1. Jadi kalo sekarang 2016, maka saya cari RUK 2017,
sedangkan RPK saya nanya yang tahun berjalan. berarti RPK 2016. Meskipun begitu pada
elemen penilaian 5.5.1.4 kita diminta untuk melakukan penyimpanan arsip perencanaan.
Biasanya ini 5 tahun. Jadi harusnya RUK yang ada juga mungkin sekali RUK 2017, 2016,
2015, 2014 dan 2013. Bila memang RUK dibuat tidak hanya tahun ini pasti dokumen tersebut
dengan gampang disampaikan. Demikian pula RPK 2016, mestinya bisa ditelusur sampai ke
RPK 2012.

Saya biasanya minta RUK (atau RPK) bukan daftar kegiatan dalam tabel saja. Tapi RUK dan
RPK lengkap yang didalamnya disertakan tentang analisis-analisis. Puskesmas biasanya
membuat dalam bentuk buku. Dijilid. Bila bukti ini ada mudah untuk dapat nilai penuh pada
5.2.1.1. Masih belum melihat ke dalam. Demikian pula RPK. Bila sudah disediakan yang sudah
rapi, maka 5.2.1.2 juga langsung terisi.

Kejelasan informasi sumber dana biasanya dengan mudah didapatkan. Saat ini sebagian besar
puskesmas mengusulkan kegiatan bersumber dari dana BOK. Ada sebagian yang
memanfaatkan dana JKN. Dan ada juga yang menggunakan dana APBD. Tanpa dijelaskan
pun biasanya sudah tercantum dalam tabel bahwa dana tersebut berasal darimana. Dengan
demikian 5.2.1.3 juga bisa terisi penuh.

Kenapa harus RUK dan RPK lengkap?

Kenapa saya minta RUK dan RPK yang sudah dijilid lengkap adalah karena untuk memeriksa
dokumen perencanaan sekali jalan dengan melihat yang ada di dalamnya. kalau yang
disampaikan hanya daftar kegiatan akan sulit melihat dasar pemikiran dari usulan kegiatan
yang didasari kebutuhan masyarakat, misalnya.

Bila asal kegiatan dari identifikasi kebutuhan masyarakat dan sasaran sudah ada dan diteruskan
sampai kajian kebutuhan juga sudah dilakukan. Maka pasti dengan memuat kajian tersebut
dalam rencana juga bisa untuk pemenuhan elemen penilaian. 5.2.2.3 untuk kajian kebutuhan
masyarakat yang berada dalam RUK dan 5.2.2.4 dalam RPK. Memang untuk kebutuhan
masyarakat dan sasaran agak sulit diharapkan matched dengan rencana pelaksanaan kegiatan,
karena siklus perencanaannya mengharapkan data yang asalnya 1 tahun sebelumnya. Mungkin
nanti pada saat sudah survei yang ke-2 kali di satu puskesmas sudah bisa diharapkan runutan
ini ada.

Pembuktian RUK/RPK tidak membutuhkan tiap EP yang meminta dicopykan satu hardcopy
berada dalam 1 EP, tapi cukup 1 buku tadi dan tiap kali ada EP yg meminta PJ UKM dan
anggota Pokja bisa merujuk pada buku (dokumen) tersebut. Yang memeriksapun jadi gampang
karena sekali melaksanakan.

1. Ada RUK N+1 (5.2.1.1)


2. Ada RPK tahun berjalan (5.2.1.2)
3. Di dalam RUK dan RPK jelas sumber dana berasal dari anggaran mana (5.2.1.3)
4. Di dalam RUK ada analisis kebutuhan masyarakat, telusur kepada daftar kegiatannya
apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat (5.2.2.3)
5. Di dalam RPK ada analisis kebutuhan masyarakat, telusur kepada daftar kegiatannya
apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat (5.2.2.4)
6. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut sudah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas (4.1.1.4).

Kerangka acuannya ? Jadwalnya ?

Kerangka acuan sebaiknya kita bahas sendiri. Untuk pembuktian 5.2.1.4, saya biasanya
meminta kumpulan KAK yang merupakan penjabaran dari RPK tahun berjalan. Setiap
Kegiatan yang ada di RPK harusnya punya KAK yang mendasari. Beberapa kegiatan bisa
hanya punya 1 KAK bila memang merupakan tahapan.

Sedangkan untuk jadwal pada 5.2.1.5 saya lebih memintanya kepada jadwal kegiatan yang
berasal dari kegiatan puskesmas. Lebih jauh tentang jadwal pada saat kita membahas 4.2.1.
Jadwal yang disini adalah jadwal bulanan yang timbul karena kegiatan-kegiatan yg ada dalam
RPK.

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melak`sanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

Dari sini saja ruang lingkup pembicaraaan di dalam PMK 11 tahun 2017 ini berisikan :

 asesmen risiko,
 identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
 pelaporan dan analisis insiden,
 kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
 implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

Lebih jauh PMK 11 tahun 2017 mempunyai standar yang urutannya diatur tersendiri, agak
berbeda dengan apa yang ditulis dalam PMK 46 tahun 2015. Puskesmas tentu saja harus mulai
membandingkan kedua standar yang juga saling mengait. Sehingga pada saat survei akreditasi
dilaksanakan tidak ada kebingungan standar mana yang dibuktikan dengan apa.

Ada banyak cara untuk membahas PMK 11 ini karena begitu padatnya bahan yang diberikan
di dalamnya. Izinkan saya mengambil satu diantaranya yang saya lihat sangat berkaitan dengan
standar yang ada dalam Akreditasi Puskesmas. Kewajiban menjamin keselamatan pasien
menimbulkan standar apa saja yang perlu diterapkan di FKTP.

STANDAR KESELAMATAN PASIEN DALAM PMK 11/2017

Standar yang ada dalam PMK 11 meliputi 7 (tujuh) standar dan 26 kriteria, yaitu :

1. hak pasien. (3 kriteria)


2. mendidik pasien dan keluarga. (1 kriteria)
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. (4 kriteria)
4. penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien. (4 kriteria)
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. (9 kriteria)
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien. (3 kriteria)
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. (2 kriteria)

Lebih lengkap bisa dibaca di PMK No. 011 tahun 2017 ttg Keselamatan Pasien. Mungkin
akan lebih bisa menjadi instrumen dari tiap FKTP yang ingin menerapkan Keselamatan
Pasien bila dicoba buat dalam bentuk standar.
Keselamatan Pasien
Diambil dari PMK 11 tahun 2017
I. HAK PASIEN
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Ya
Tidak
Ada dokter penanggung jawab pelayanan.
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden
Ada dokter penanggung jawab pelayanan.
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden
II. MENDIDIK PASIEN DAN KELUARGA
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Ya
Tidak
Mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
Mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
III. KESELAMATAN PASIEN DALAM KESINAMBUNGAN PELAYANAN
Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Ya
Tidak
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar
unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar
Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,
pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar
unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar
Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,
pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
IV. PENGGUNAAN METODE-METODE PENINGKATAN KINERJA UNTUK
MELAKUKAN EVALUASI DAN PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN
PASIEN
Ya
Tidak
Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien”
Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan
Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien”
Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan
Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.
V. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien“.2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.3. Pimpinan mendorong
dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.4. Pimpinan mengalokasikan sumber
daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan serta meningkatkan keselamatan pasien.5. Pimpinan mengukur dan mengkaji
efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien.
Ya
Tidak
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari fasilitas pelayanan
kesehatan terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien
Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris
Cedera” (KNC/Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien
mulai dilaksanakan
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani “Kejadian
Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam fasilitas pelayanan
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari fasilitas pelayanan
kesehatan terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien
Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris
Cedera” (KNC/Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien
mulai dilaksanakan
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani “Kejadian
Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam fasilitas pelayanan
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya
VI. MENDIDIK STAF TENTANG KESELAMATAN PASIEN
Ya
Tidak
Fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.
VII. KOMUNIKASI SEBAGAI KUNCI BAGI STAFF UNTUK MENCAPAI
KESELAMATAN PASIEN
Ya
Tidak
Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.2
Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.2

Anda mungkin juga menyukai