Pokok Pikiran:
Upaya perbaikan mutu dan kinerja perlu dievaluasi apakah mencapai sasaran-
sasaran/indikator-indikator yang ditetapkan. Hasil temuan audit internal disampaikan
kepada Pimpinan Puskesmas, Penanggung jawab manajemen mutu, Penanggung
jawab Program/Upaya Puskesmas dan pelaksana kegiatan sebagai dasar untuk
melakukan perbaikan.
Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit internal tetapi tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh Pimpinan dan karyawan Puskesmas, maka permasalahan
tersebut dapat dirujuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk ditindak lanjuti.
Elemen Penilaian:
Terlaksananya rujukan untuk menyelesaikan masalah dari hasil rekomendasi jika tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh Puskesmas
Pengertian Audit
Audit merupakan instrumen bagai manajemen untuk membantu mencapai visi, misi dan tujuan
organisasi
Kriteria audit:
Kumpulan kebijakan, prosedur atau persyaratan yang dipakai sebagai acuan
Kriteria audit digunakan sebagai acuan pembanding terhadap bukti audit
Bukti audit:
Rekaman, pernyataan fakta atau informasi lain yang relevan dengan kriteria audit
dan dapat diverifikasi
Temuan audit:
Hasil evaluasi bukti audit yang terkumpulkan terhadap kriteria audit
Temuan audit dapat menunjukkan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan kriteria
audit, atau peluang perbaikan
Jenis Audit
Audit internal: dilakukan di dalam suatu organisasi oleh auditor internal yang juga
karyawan organisasi sendiri, untuk kepentingan internal organisasi sendiri.
Auditor internal tidak memiliki tanggung jawab hukum kepada publik atas apa yang
dilakukan dan dilaporkannya sebagai termuan, dsebut juga sebagai: audit pihak
pertama
Auditor internal bisa berbentuk unit, orang, atau panitia
Audit eksternal: audit yang dilakukan oleh pihak di luar organisasi,
Audit pihak kedua (oleh pelanggan: misalnya audit yang dilakukan oleh BPJS
terhadap Faskes yang menjadi mitra kerja sama BPJS) dan
Audit pihak ketiga (oleh institusi independen: survei akreditasi, audit Bawas)
1. Adalah proses interaktif antara auditor dan auditee (poihak yang diaudit)
2. Adalah kegiatan sistematis: direncanakan, dikoordinasikan, dilaksanakan dan dikendalikan
secara efisien
3. Dilakukan dengan azas manfaat
4. Dilakukan secara objektif
5. Berpijak pada fakta dan kebenaran
6. Melibatkan proses penilaian/pengujian, evaluasi, analisis
7. Bermuara pada pengambilan keputusan
8. Dilaksanakan berdasar standar/kriteria tertentu
9. Merupakan kegiatan berulang
10. Menghasilkan laporan
Tujuan Audit
Mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan berupa data , hasil analisa, hasil
penilaian, rekomendasi auditor sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen,
perbaikan dan atau perubahan
Persyaratan regulasi atau persyaratan Mengetahui kesesuaian sumber daya farmasi dengan
kontrak permenkes No 75/2014
Aktivitas Audit
1. Telaah dokumen
2. Observasi
3. Meminta penjelasan dari auditee
4. Meminta peragaan dilakukan oleh auditee
5. Membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria
6. Meminta bukti atas suatu kegiatan/transaksi
7. Pemeriksaan secara fisik terhadap fasilitas
8. Pemeriksaan silang (cross-check)
9. Mengakses catatan yang disimpan auditee
10. Mewawancarai auditee
11. Menyampaikan angket survey
12. Menganalisis data
Berkala
Direncanakan dengan baik
Didokumentasikan dengan baik
Mengevaluasi efektivitas penerapan sistem manajemen mutu dan dampaknya pada mutu
dan kinerja
Membahas perubahan yang perlu dilakukan
Hasil pertemuan ditindak lanjuti
Tindak lanjut dipantau pelaksanaannya
Pihak manajemen dan pelaksana yang terkait diundang dalam rapat
Pertemuan diawali dengan pembahasan hasil dan tindak lanjut pertemuan tinjauan
manajemen sebelumnya
Dilaksankan dengan agenda yang jelas
Menghasilkan luaran:
Rencana perbaikan
Rencana peningkatan kepuasan pelanggan
Rencana pemenuhan sumber daya yang diperlukan
Rencana perubahan-perubahan untuk mengakomodasi persyaratan
produk/layanan/pelanggan
Output Tinjauan
Melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah/diagram tulang ikan untuk mengetahui
kegiatan atau kondisi yang menyebabkan timbul kejadian. Lanjutkan sehingga dapat dikenali
system yang melatarbelakangi timbulnya kejadian atau sampai tidak beralasan lagi untuk
melanjutkan.
Setelah mendapatkan akar masalah maka lanjutkan dengan menyusun rencana tindakan
1. Menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab yang diidentifikasi, dan dapat
diterima oleh pihak yang terkait dengan kejadian.
2. Rencana tindakan disusun utuk tiap akar penyebab kejadian dan pengukuran untuk menilai
efektivitas tindakan terhadap akar penyebab
3. Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam organisasi.
Proses selanjutnya adalah mencatat proses dan alat yang digunakan, biaya yang dibutuhkan,
ringkasan kejadian, proses investigasi dan analisis, dan temuan.
Jika tidak ada kejadian, tetapi kita akan memperbaili suatu system agar minimal risiko, maka kita
bisa lakukan FMEA.
9
Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera berat/permanen pada
Sangat berbahaya pelanggan atau gangguan serius pada sistem yang dapat menghentikan
8
pelayanan dengan adanya tanda yang mendahului
6
Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan sedikit ketidak puasan
5 Berbahaya sedang
pelanggan dan/atau menimbulkan masalah besar pada sistem
4
Kesalahan menyebakan cedera sangat ringan atau tidak cedera tetapi
Berbahaya ringan
3 dirasakan mengganggu oleh pelanggan dan/atau menyebabkan masalah
sampai sedang
ringan pada sistem yang dapat diatasi dengan modifikasi ringan
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak berdampak pada sistem
Kemungkinan
10 terjadinya dapat Kesalahan terjadai paling tidak sekali sehari atau hampir setiap saat
dipastikan
Hampir tidak
9 dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi setiap 3 sampai 4 hari
dihindarkan
8
Kemungkinan
terjadai sangat Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling tidak seminggu sekali
7
tingggi
6
Kemungkinan
5 terjadi tinggi Kesalahan terjadi sekali sebulan
sedang
4
Kemungkinan
3 Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap tiga bulan
terjadi sedang
Kemungkinan
2 Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar sekali setahun
terjadi rendah
Kemungkinan
Kesalahan hampir tidak pernah terjadi, atau tidak ada yang ingat kapan terakhir
1 terjadi amat
terjadi
sangat rendah
9
Sangat sulit Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi yang menyeluruh, tidak feasible dan
8 diketahui tidak segera dapat dilakukan
7
Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi manual atau tidak ada proses yang
6 Sulit diketahui
baku untuk mengetahui, sehingga ketahuan karena kebetulan
Berpeluang sedang Ada proses untuk double checks atau inspeksi tetapi tidak otomatis atau
5
untuk diketahui dilakukan secara sampling
4
Berpeluang tinggi
3 Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak otomatis
untuk diketahui
Berpeluang sangat
2 tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang otomatis
diketahui
Hampir dipastikan
1 Ada proses otomatis yang akan menhentikan proses untuk mencegah kesalahan
untuk diketahui
Tatacara menetapkan cut off point dengan menggunakan prinsip praetor, yaitu dengan cara
urutkan nilai RPN dari yang tertinggi ke yang terendah, hitung persentase kumulatif, perhatikan
nilai kumulatif sampai dengan 80%, naka pada nilai kumulatif 80% tersebut kita tetapkan
sebagai “cut off poin
Konsep Safety dan Manajemen
Risiko dalam Akreditasi
PUSKESMAS dan FKTP (#5)
Manajemen Risiko
Salah satu upaya untuk menurunkan KTD adalah dengan menerapkan manajemen risiko. Risiko
adalah kerugian yang mungkin terjadi pada suatu waktu atau kegiatan. Manajemen risiko dapat
didefinisikan sebagai proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan, meminimalkan risiko
dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Manajemen risiko efektif untuk mengidentifikasi pemicu-pemicu terjadinya KTD, dan apabila
manajemen dapat merespon/menindaklanjuti secara tepat waktu maka angka KTD akan dapat
diturunkan secara signifikan.
Kita sebelumnya harus membedakan dulu antara Risk dengan Hazard. Risiko adalah kejadian
yang tidak diharapkan yang mungkinterjadi pada suatu waktu atau suatu kegiatan. Sedangkan
hazard adalah Sesutu yang bisa menimbulkan kerugian atau korban. Sesuatu yang terpapar
hazard akan menimbulkan risiko.
Apabila kita merujuk pada multi causal theory dengan menggunakan Swiss Cheese diagram
(Reason, 1991) maka trigger atau pemicu terjadinya KTD adalah lack of procedures, punitive
policies, mixed message, production pressures, sporadic training, clumsy technology, zero fault
tolerance, attention distraction, deferred maintenance. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk
menangkal pemicu-pemicu tersebut adalah kebijakan dan prosedur, profesionalisme, team,
invididual, lingkungan dan equipment.
Secara umum risiko-risiko tersebut dapat digolongkan menurut proses sebagai berikut:
1. Risiko pada saat akses ke faskes (misalnya kegagalan melakukan akses, keterlambatan
akses, salah menuju/memilih tempat pelayanan)
2. Risiko pada saat pendaftaran (kekeliruan identitas rekam medis, rekam medis tidak
ditemukan, kartu identitas tertukar, rekam medis tertukar)
3. Risiko pada saat pengkajian dan penyusunan rencana asuhan (salah baca hasil pemeriksaan
penunjang, salah intepretasi hasil, salah menyusun rencana terapi)
4. Risiko pada pelaksanaan (tidak sesuai rencana, kesalahan tindakan, kesalahan diit,
kesalahan penulisan resep, kesalahan penyediaan obat, pelayanan tidak hygienis, tidak
melakukan monitoring)
5. Risiko pada saat evaluasi dan tindak lanjut
6. Risiko pada saat kembali ke rumah/masyarakat
1. Risk analysis
3. Pengendalian risiko
1. Risk reduction
2. Risk acceptance
4. Output
5. Review
6. Risk Management Tools
7. Risk Documentation
1. Severity Assessment
2. RCA (root caused analysis)
3. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
Severity Assessment
Severity assessment menentukan tingakt keparahan risiko, variable yang digunakan untuk
menilai keparahan adalah dampak risiko dan probabilitas.
Kemungkinan atau probabilitas dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu
1. Extreme
2. Major
3. Moderate
4. Minor
5. Minimal
Kedua hal tersbut kalau dikombinasikan akan menghasilkan tingkatan keparahan yang dibagi
menjadi 4 yaitu
1. Extreme risk
2. High risk
3. Moderate risk
4. Low risk
Berikut ini adalah table yang menggambarkan tingkat risiko dan contohnya
2 Minor Cedera Ringan misalnya luka lecet, dapat diatasi dengan P3K
Matrik risiko gabungan yaitu perkalian dampak dan probability akan terlihat seperti matriks
berikut ini:
Dampak Tak
MINOR Moderat Mayor Katatrospik
Significant
Probabilitas 2 3 4 5
1
(Tiap minggu/bulan)
Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
5
Sering terjadi
Mungkin terjadi
(1 – < 2 tahun/kali)
Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
3
Jarang terjadi
( > 5 thn/Kali)
Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
1
Berdasarkan tingkatan risiko tersebtu akan diambil tindak lanjut, seperti yang terlihat dibawah
ini:
LEVEL/BANDS TINDAKAN
EKSTREM
Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan
(SANGAT TINGGI) tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur RS
HIGH
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail &
(TINGGI) perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen
MODERATE
Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.
(SEDANG) Manajer/pimpinan klinis sebaiknnya menilai dampak terhadap
bahaya & kelola risiko
LOW
Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
(RENDAH) diselesaikan dng prosedur rutin
Langkah-Langkah Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) dalam Akreditasi
PUSKESMAS (#23)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan
REPORT THIS AD
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Penataan Dokumen