Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Buruh adalah orang-orang yang diperintah dan dipekerjakan sebagai

salah satu komponen penting dalam proses produksi, sedangkan produksi

merupakan basis kesejahteraan suatu negara. Dengan kata lain, buruh

merupakan pondasi bagi perkembangan industri maupun perkembangan

suatu negara pada umumnya. Hal ini menyebabkan masalah pekerja menjadi

sorotan dunia internasional.Permasalahan pekerja ternyata tidak hanya

berhenti pada subjek orang dewasa saja, anak-anak pun turut menjadi subjek

dalam pekerja.

Menurut Konvensi Hak-hak Anak oleh PBB (1989), anak adalah

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali, berdasarkan undang-

undang yang berlaku untuk anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat.

Melalui ILO Minimum Age Convention No. 138 (1973), ILO menyatakan

usia minimum pegawai adalah diatas usia sekolah dan tidak kurang dari 15

tahun. Sedangkan pekerja anak adalah anak yang bekerja pada semua jenis

pekerjaan yang membahayakan atau mengganggu fisik, intelektual, dan

moral.1 Istilah pekerja anak atau pekerja anak sering didefinisikan sebagai

pekerjaan yang menghalangi masa kecil mereka, potensi mereka dan

martabat mereka, dan berbahaya bagi perkembangan fisik dan mental

1
ILO. What Is Child Labour. http://ilo.org/ipec/fscts/lang--en/index.htm, diakses pada
tanggal 11 Maret 2016

1
mereka. Pekerja anak melakukan pekerjaan tertentu sebagai aktifitas rutin

harian dan jam kerjanya relatif panjang. Hal ini menyebabkan mereka tidak

dapat bersekolah, tidak mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat

dan bermain, dan secara tidak langsung aktifitas tersebut berpotensi

membahayakan kesehatan anak.

Jumlah pekerja anak-anak di dunia pada tahun 2008 sebanyak 215

juta anak dan 140 juta diantaranya bekerja di sektor berbahaya (hazardous

work)2. Sektor berbahaya yang dimaksud adalah aktivitas atau pekerjaan

apapun yang bisa berdampak buruk terhadap keselamatan, kesehatan fisik

dan mental, dan perkembangan moral. Bahaya yang dimaksud juga bisa

dihasilkan oleh beban kerja yang berlebihan, kondisi fisik pekerjaan, atau

intensitas pekerjaan. Jumlah ini menunjukkan tingginya tingkat pekerja anak

di dunia. Mereka yang menjadi buruh adalah anak-anak dibawah usia 18

tahun.

Bangladesh adalah negara berkembang dengan penduduk yang padat

dan tingkat pekerja anak yang tinggi, yaitu lebih dari 5% populasi pekerja

anak di dunia.3 Anak-anak ditemukan bekerja hampir diseluruh sektor

ekonomi seperti agrikultur, industri, jasa, dan sektor ekonomi informal.

Kebanyakan dari mereka bekerja selama 48 jam per minggu dan

mendapatkan kurang dari 500 taka (USD 6,44) per bulan. Sejumlah besar

2
ILO. Child Labour Monitoring. http://www.ilo.org
/ipec/Action/Childlabourmonitoring/lang--en/index.htm, diakses pada tanggal 11 Maret
2016
3
Mohammad Zulfiquer Hossain. Child Labour: trends and features.
http://www.banglarights.net/
HTML/ ChildLabour.htm, diakses pada tanggal 11 Maret 2016

2
anak-anak bekerja di sektor agrikultur (pertanian, kehutanan, dan perikanan)

yakni 60,0% dari jumlah pekerja anak di dunia, 7,0% di sektor industri

(pertambangan dan penggalian, manufaktur, konstruksi, dan utilitas umum

seperti listrik, gas, dan air), 25,6% di sektor jasa (perdagangan dalam jumlah

besar ataupun eceran, restoran, transportasi), dan 7,5% pada sektor yang

belum terdefinisikan.4

Di Bangladesh pekerja anak merupakan rasionalisasi untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang dilanda kemiskinan. Hal ini

menjadi suatu faktor dalam mempekerjakan anak-anak bahkan dengan

pekerjaan yang eksploitatif, upah yang murah, dan pekerjaan yang

berbahaya. Keadaan pekerja anak adalah hal yang dilematis, di satu sisi

anak-anak bekerja untuk memberikan kontribusi pendapatan keluarga

namun mereka rentan dengan eksploitasi dan perlakuan yang salah. Faktor

lain yang menyebabkan adanya pekerja anak yaitu adanya alasan bagi dunia

kerja untuk menerima anak bekerja. Anak dipandang sebagai tenaga kerja

yang murah dan cenderung tidak banyak menuntut. Pekerja anak dipandang

tidak memiliki kemampuan yang memadai, baik secara fisik maupun

kemampuan. Dengan demikian para pengusaha memilih anak sebagai

pekerjanya karena upah yang diberikan akan cenderung lebih murah

daripada orang dewasa. Disamping itu anak lebih patuh dan penurut

terhadap instruksi yang diberikan oleh orang dewasa.

4
ILO. What Is Child Labour. http://www.ilo.org/ipec/facts/lang--en/index.htm, diakses
pada tanggal 13 Maret 2016

3
Pekerjaan sebagai buruh berperan besar dalam angka kegagalan

sekolah di Bangladesh. Anak-anak tersebut hanya mendapat satu hari libur

setiap minggunya, yaitu hari Jumat.5 Oleh karena itu, mereka kehilangan

waktu untuk bersekolah. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak

memiliki kemampuan yang memadai, sehingga mereka tidak akan terlepas

dari belenggu kemisikinan karena hanya mampu mengerjakan pekerjaan-

pekerjaan dengan tingkat keterampilan rendah atau pekerjaan kasar.

Lingkaran ini seperti tidak pernah putus akibat terbatasnya kemampuan

mereka untuk melakukan pekerjaan lain dan keterbatasan untuk mengkses

informasi terhadap pencapaian kehidupan yang lebih layak.

Masalah lain yang dihadapi oleh pekerja anak adalah terserang

berbagai macam penyakit, menderita kecelakaan kerja ringan hingga berat,

kelaparan, menerima perlakuan pelecehan seksual dan siksaan fisik, tubuh

kecil/kerdil dan tidak sehat akibat pekerjaan yang terlalu berat. Sekitar 93

persen pekerja anak di Bangladesh bekerja di sektor informal, seperti pabrik

kecil, bisnis rumahan, sebagai pembantu rumah tangga atau di jalanan.

Salah satu contohnya adalah kernet angkutan umum yang tidak jarang

menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Anak-anak yang bekerja di pabrik

batu bata dibayar 15.000 hingga 18.000 Rupiah per hari untuk mengangkat

ribuan ton batu bata. batu bata tersebut berbobot tiga kilogram per buah dan

setiap anak harus mengangkut minimal 16 batu bata dalam sekali pikul.

5
Children Of Poverty: The Factory Workers As Young As FIVE Who Toil In Bangladesh
Recycling Plant Every Day. http://www.dailymail.co.uk/news/article-2616932/Children-
poverty-Factory-workers-agd-FIVE-toil-Bangladesh.html, diakses pada tanggal 13 Maret
2016

4
Pekerja anak bangladesh juga terbiasa bekerja 12 jam tanpa upah dan

makanan yang memadai. Pemerintah Bangladesh telah mengeluarkan

peraturan yang melarang bocah bekerja di 38 jenis pekerjaan yang

berbahaya.6 Namun larangan itu belum pernah benar-benar diterapkan.

ILO (International Labor Organization) atau Organisasi Buruh

Internasional merupakan sebuah organisasi internasional yang bertanggung

jawab dalam hal menangani, mengawasi serta meningkatkan standar buruh

internasional.7 Organisasi ini bergerak dibawah naungan Perserikatan

Bangsa-Bangsa. ILO dibentuk pada tahun 1919 pada akhir Perang Dunia

Pertama melalui perjanjian Versailles. Motif dibentuknya ILO ada tiga yaitu

motif yang bersifat kemanusiaan, politis, dan ekonomi. Motif kemanusiaan

melihat pekerja yang dieksploitasi tanpa melihat kondisi kesehatan dan

keluarganya, motif politis melihat ketidaktentraman dunia bisa diakibatkan

oleh kesenjangan yang dirasakan oleh pekerja karena tidak mendapatkan

perbaikan kondisi pekerja, dan motif ekonomi melihat pekerja sebagai

faktor produksi sehingga hak-hak pekerja harus terpenuhi agar dapat

menjamin stabilitas produksi.8

Dalam mengatasi masalah pekerja khusunya pekerja anak, ILO

membentuk hubungan kemitraan dengan IPEC (International Programme

6
International Labour Organization, 2008, Child Labour and Education in Bangladesh:
Evidence
and Policy Recommendation, Dhaka: International Labour Organization, hlm. 10-2
7
ILO. About The ILO. http://www.ilo.org/global/about-the-ilo/lang--en/index.htm, diakses
pada tanggal 13 Maret 2016
8
Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional
dalam
Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Ghlm.ia Indonesia, hlm. 136

5
on The Elimination of Child Labour). Organisasi ini didirikan pada tahun

1992 dan hingga saat ini telah beranggotakan 90 negara. Sementara untuk

ILO sendiri hingga tahun 2013 terdapat 185 Negara yang telah resmi

menjadi anggota.9 Negara Bangladesh menjadi anggota ILO secara resmi

pada tanggal 22 Juni 1972. Ini berarti ILO telah berada di Bangladesh

selama 41 tahun. Bangladesh telah meratifikasi 33 konvensi termasuk tujuh

konvensi dasar ILO. Kantor ILO di Dhaka dibuka pada tanggal 25 Juni

1973.

Pekerja anak sangat erat kaitannya dengan permasalahan Hak Asasi

Manusia (HAM). Masalah-masalah yang dialami pekerja anak adalah

bentuk-bentuk dari pelanggaran HAM yang secara eksplisit dibahas dalam

Article 32 United Nations Convention On The Rights Of The Child yang

menyatakan:

States Parties recognize the right of the child to be protected from


economic exploitation and from performing any work that is likely to
be hazardous or to interfere with the child's education, or to be
harmful to the child's health or physical, mental, spiritual, moral or
social development.10
Pekerja anak adalah bentuk pelanggaran terhadap hak menikmati masa

kanak-kanak dan hak berkembang secara fisik dan psikologi. Atas nama

penegakan Hak Asasi Manusia terhadap anak-anak, maka ILO sebagai

lembaga internasional yang terfokus pada persoalan buruh tentunya

9
ILO. Alphabetical List of ILO Member Countries.
http://www.ilo.org/public/english/standards/ relm /country.htm, diakses pada tanggal 13
Maret 2016
10
OHCHR. Convention of The Right of The Child,
http://www.ohchr.org/en/professionalinterest/ pages/crc.aspx, diakses pada tanggal 13
Maret 2016

6
memiliki peranan terhadap penanganan pekerja anak dan juga menyoroti

negara Bangladesh sebagai negara dengan tingkat pekerja anak yang tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

Negara Bangladesh adalah salah satu negara dengan tingak pekerja

anak tertinggi di dunia. Lebih dari satu juta anak bekerja sebagai buruh di

hampir diseluruh sektor ekonomi seperti agrikultur, industri, jasa, dan sektor

ekonomi informal. Pekerjaan sebagai buruh berperan besar dalam angka

kegagalan sekolah di Bangladesh. Masalah lain yang dihadapi oleh pekerja

anak adalah terserang berbagai macam penyakit, menderita kecelakaan kerja

ringan hingga berat, kelaparan, menerima perlakuan pelecehan seksual dan

siksaan fisik, tubuh kecil/kerdil dan tidak sehat akibat pekerjaan yang terlalu

berat.

ILO (International Labor Organization) atau Organisasi Buruh

Internasional sebagai sebuah organisasi internasional yang bertanggung

jawab dalam hal menangani, mengawasi serta meningkatkan standar buruh

internasional berperan dalam memperjuangkan hak-hak buruh dan

menangani masalah pekerja anak yang telah berlangsung cukup lama,

terutama di negara Bangladesh mengingat Bangladesh adalah salah satu

negara dengan tingkat pekerja anak yang tinggi.

Dari penjabaran diatas rumusan masalah yang penulis angkat adalah

Bagaimana Peran International Labour Organization (ILO) Dalam

Mengatasi Masalah Pekerja Anak Di Bangladesh?

7
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan gambaran umum

dari kondisi pekerja anak di Bangladesh.

2. Untuk mengetahui peran ILO dalam mengatasi masalah

pekerja anak di Bangladesh.

3. Untuk mengetahui dampak dari peran ILO dalam

mengatasi masalah pekerja anak di Bangladesh.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan bagi penulis dari berbagai instansi terkait

mengenai peran ILO dalam mengatasi masalah pekerja

anak di Bangladesh.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

informatif, serta bahan kajian bagi penstudi dibidang

hubungan internasional, terkhusus bagi yang tertarik

dengan kajian peran ILO dalam mengatasi masalah

pekerja anak di Bangladesh.

8
1.4. Kerangka Teori

1.4.1. Perspektif

Perspektif yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu

Pluralisme. Adapun asumsi-asumsi dasar dari Pluralisme, yaitu:11

1. Non State Actor, adalah identitas penting dalam politik

internasional karena mereka memiliki peranan penting dan

mengimplementasikan, memonitor, dan mengadjukasikan

perselisihan-perselisihan yang muncul.

2. Negara bukan Unitary Actor, adalah kebijakan yang dibuat

negara berasal dari kompetisi kepentingan individu, kelompok,

dan lain-lain. Negara terdiri dari berbagai individu, kelompok

kepentingan dan para birokrat yang berpengaruh dalam

pembuatan kebijakan

3. Negara bukan aktor rasional, karena pembenturan kepentingan,

tawar-menawar dan kebutuhan untuk kerjasama, membuat

negara terkadang mengalami kesalahan persepsi dalam

pembuatan keputusan.

4. Agenda politik internasional tidak lagi hanya terfokus pada

masalah keamanan, melainkan lebih terpusat pada masalah

ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dari penjabaran diatas perspektif pluralisme merupakan perspektif

yang tepat untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini.

11
Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relation Theory: Realism, Pluralism,
Globalism,New York, Macmilan Publishing Company, 1990, hlm. 192-193

9
Pendekatan pluralisme terhadap organisasi internasional dapat dilihat dari

salah satu asumsi dasarnya yaitu, Non State Actor, asumsi ini menyatakan

bahwa identitas sangat penting dalam politik internasional, karena ini

merupakan peran penting dalam memonitor dan menyarankan penyelesaian

terhadap permasalahan yang muncul. Dalam penelitian ini Organisasi

Internasional yang ditunjuk adalah ILO, sedangkan penyelesaian yang

dituntut adalah menangani masalah tingkat pekerja anak di Bangladesh yang

tinggi. Peran ILO dituntut sangat optimal dalam permasalahan ini karena

ILO yang berada di bawah naungan PBB merupakan organisasi yang ikut

berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia dan kesejahteraan

internasional.

1.4.2. Tingkat Analisa

Tingkat analisis menunjukkan fokus perhatian dengan penelitian

langsung mengenai pokok bahasan dan dapat dilihat secara keseluruhan,

sedangkan unit analisis adalah bagian yang hendak dideskripsikan,

dijelaskan, dan diramalkan yang biasanya disebut sebagai variable

dependent, dan unit eksplanasi, yaitu bagian yang dampaknya terhadap unit

analisis yang biasanya disebut sebagai variable independent.12

Macam-macam tingkat analisis dalam hubungan internasional:13

1. Tingkat Analisis Sistem

12
http://sospol.pendidikanriau.com/2009/11/pengantar-ilmu-hubungan-internasional.html
diakses pada 15 Maret 2016.
13
http://smutiah.staff.ugm.ac.id/file/RPKPS%20PIHI3.doc diakses pada 15 Maret 2016.

10
Tingkat Analisis ini terfokus pada aktor-aktor yang berperan dalam

hubungan internasional, seperti negara dan interaksinya dalam sistem

internasional. Misalnya: Organisasi Internasional yang bertaraf global,

seperti: PBB, Palang Merah Internasional, Amnesti Internasional. Selain

itu, tingkat analisis ini juga memperhatikan bagaimana sistem

internasional bekerja, misal sistem multipolar, bipolar, unipolar, atau

tripolar.

2. Tingkat Analisis Negara (Negara Bangsa)

Tingkat analisis ini memfokuskan pada negara sebagai pemain

utama dalam hubungan internasional. Tingkat analisis ini juga meliputi

bangsa (nation), dan pemerintah (government).

3. Tingkat Analisis Individu/Socio-Psychological

Tingkat analisis ini terfokus pada individu sebagai pemegang peran

utama dalam hubungan internasional. Misalnya, Hitler dalam Perang

Dunia II, Lenin dalam Revolusi Rusia, dan George Bush dalam Perang

Teluk.

Namun seiring dengan perkembangan studi hubungan internasional,

level atau tingkat analisa dalam hubungan internasional tidak terbatas

dengan tiga tingkatan diatas, seperti Mohtar Masoed yang membagi tingkat

analisis menjadi lima, yaitu perilaku individu, perilaku kelompok, negara-

bangsa, pengelompokan negara-negara dan sistem internasional.14

14
Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, (Jakarta:
LP3ES, 1994) hlm. 41-42

11
1. Di dalam tingkat perilaku individu, fokus penelaahan adalah sikap

dan perilaku tokoh-tokoh utama pembuat keputusan, seperti kepala

pemerintahan, manteri luar negeri, penasehat militer dan lain-lain.

2. Pada tingkat perilaku kelompok, yang menjadi fokus utama adalah

mempelajari perilaku kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi

yang terlibat di dalam hubungan internasional.

3. Sementara di tingkat negara-bangsa, penelaahan difokuskan pada

proses pembuatan keputusan tentang hubungan interasional, yaitu

politik luar negeri, oleh suatu negara-bangsa sebagai satu kesatuan

yang utuh. Di tingkat ini asumsinya adalah semua pembuat

keputusan, dimana pun berada, pada dasarnya berperilaku sama

apabila menghadapi situasi yang sama. Dengan demikian, analisa

harus ditekankan pada perilaku negara-bangsa karena hubungan

internasional pada dasarnya didominasi oleh perilaku negara bangsa.

4. Pada tingkat pengelompokan negara, asumsinya adalah seringkali

negara-bangsa tidak bertindak sendiri-sendiri melainkan sebagai

sebuah kelompok. Karena itu fokusnya adalah pengelompokan

negara-negara baik di tingkat regional maupun global, yang berupa

aliansi, persekutuan ekonomi dan perdagangan, dan lain-lain,

5. Di tingkat tertinggi, yaitu sistem internasional, fokus kajiannya

adalah sistem internasional itu sendiri. Asumsinya adalah perubahan

atau dinamika di dalam sistem internasional menentukan perilaku

aktor-aktor HI.

12
Dari penjabaran diatas, adapun tingkat analisa yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu tingkat analisa negara-bangsa, dimana yang

menjadi fokus penelitian ini yaitu negara Bangladesh.

1.4.3. Teori

Teori adalah seperangkat hipotesis atau proposisi mengenai suatu

gejala yang saling terkait. Suatu teori terdiri dari seperangkat proposisi

(pernyataan-pernyataan tentang hubungan diantara dua konsep atau lebih)

yang saling berhubungan. Hubungan tersebut tersusun dalam suatu sistem

yang memungkinkan kita memiliki pengetahuan yang sistematis mengenai

suatu peristiwa.

Suatu teori memiliki tujuan untuk memberikan gambaran yang

sistematis mengenai suatu fenomena atau gejala ataupun kejadian. Proposisi

yang dapat menjadi sebuah teori apabila telah dibuktikan kebenarannya

melalui suatu penelitian.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori organisasi

internasional. Clive Archer mendefinisikan Organisasi internasional sebagai

suatu struktur formal dan berkelanjutan yang diwujudkan dengan

persetujuan antara sedikitnya dua negara yang berdaulat dengan tujuan

mencapai kepentingan-kepentingan bersama negara-negara anggota.

Menurut Clive, salah satu peran organisasi internasional yaitu sebagai

pelaku (aktor), bahwa organisasi internasional juga bisa merupakan aktor

yang otonom dan bertindak dalam kapasitasnya sendiri sebagai organisasi

13
internasional dan bukan lagi sekedar pelaksanaan kepentingan anggota-

anggotanya. Organisasi Internasional dapat digolongkan menjadi dua

kategori, yaitu:

1. Inter-Governmental Organizations (IGO) atau organisasi antar

pemerintah. Organisasi ini ini beranggotakan delegasi resmi

pemerintah negara-negara. Contohnya Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Badan-Badan Internasional dibawah PBB seperti ILO,

UNICEF, UNESCO.

2. Non-Governmental Organizations (NGO) atau Organisasi

nonPemerintah. Organisasi ini beranggotakan kelompok-kelompok

swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik

atau bantuan ekonomi. Contohnya adalah Palang Merah Internasional

dan Green Peace.

1.5. Hipotesa

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan kerangka dasar

teori, maka hipotesa yang dapat ditarik adalah International Labour

Organization (ILO) berperan dalam mengatasi masalah pekerja anak

di Bangladesh.

Adapun indikator-indikatornya adalah sebagai berikut:

1. Adanya kerjasama antara pemerintah Bangladesh dengan ILO

untuk mengatasi masalah pekerja anak di Bangladesh.

14
2. Adanya program-program yang dilakukan oleh ILO, salah

satunya membentuk hubungan kemitraan dengan IPEC

(International Programme on The Elimination of Child Labour)

dalam upaya mengatasi masalah pekerja anak di Bangladesh.

3. Adanya sosialisasi, berupa kampanye dan publikasi program yang

dilakukan ILO terhadap seluruh elemen yang terlibat dalam

pekerja anak, dalam upaya mengatasi masalah pekerja anak di

Bangladesh.

1.6. Definisi Konsepsional

Konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat objek atau

suatu fenomena tertentu. Definisi konseptual menurut Mochtar Masoed

adalah definisi yang menggambarkan konsep dengan menggunakan konsep-

konsep lain.15

Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali,

berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk anak, kedewasaan telah

dicapai lebih cepat.16

Pekerja anak merupakan segala pekerjaan yang dilakukan oleh

anak berusia sampai dengan 18 tahun, yang merusak perkembangan anak

15
Mochtar Masoed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi,
LP3ES, edisi revisi, Jakarta. Hlm. 98
16
Konvensi Hak-hak Anak, Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1989

15
atau perkembangan fisik, mental, intelektual, moral dan sosial mereka, dan

mengganggu pendidikan mereka.17

ILO (International Labour Organization) adalah lembaga

internasional yang melihat urgensitas perlindungan terhadap pekerja.18

Peranan menurut T. Coser dan Anthony Rosenberg dengan bukunya

berjudul An Introduction to Internatonal Politics yakni: sebagai tuntutan

yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, larangan, tanggung

jawab) dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan

yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam

organisasi.19

1.7. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah serangkaian prosedur yang

mendeskripsikan kegiatan yang harus dilakukan apabila hendak mengetahui

eksistensi empiris atau derajat eksistensi empiris suatu konsep.20

Permasalahan di Bangladesh yaitu sangat banyak ditemukan anak-

anak bekerja menjadi buruh, baik buruh ringan maupun bekerja di sektor

berbahaya. Di masa kanak-kanak, dimana anak-anak seharusnya bersekolah,

banyak anak lainnya yang justru harus bekerja untuk keberlangsungan hidup

17
What is child labour dalam http://www.ilo.org/ipec/facts/lang--en/index.htm diakses
pada 19 Maret 2016
18
Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional
dalam
Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 136
19
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/455/jbptunikompp-gdl-ramadonawi-22709-2-babiit-
f.pdf, hlm. 40 diakses pada tanggal 19 Maret 2016
20
Mohtar Masoed, 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, Jakarta:
LP3S, hlm. 100.

16
keluarganya. Beberapa dari mereka mulai menjual jasanya sebagai pekerja

di hotel dan restoran, perusahaan maupun bengkel, dan pembantu rumah

tangga. Selain itu, anak-anak ini juga dipekerjakan sebagai pengangkut

barang di pasar, porter, pengemis, penarik gerobak, penarik kereta

penumpang (hand-cars), pengumpul bidi, dan pekerjaan lainnya, dan

beberapa lainnya hidup di jalanan. Sisi lain yang sama buruknya tentang

pekerja anak di Bangladesh adalah beberapa dari mereka diperdaya,

meninggalkan kampung halaman menuju kota kemudian dijual ke luar

negeri. Anak-anak perempuan dipekerjakan ditempat prostitusi sedangkan

laki-laki dilibatkan dalam pekerjaan yang bersifat ilegal dan haram.

Dalam mengatasi masalah pekerja anak, ILO membentuk hubungan

kemitraan dengan IPEC (International Programe on The

Elimination of Child Labour). Organisasi ini didirikan pada tahun 1992 dan

hingga saat ini telah beranggotakan 90 negara. Sementara untuk ILO sendiri

hingga tahun 2013 terdapat 185 Negara yang telah resmi menjadi

anggota.10 Negara Bangladesh menjadi anggota ILO secara resmi pada

tanggal 22 Juni 1972. Ini berarti ILO telah berada di Bangladesh selama 41

tahun. Bangladesh telah meratifikasi 33 konvensi termasuk tujuh konvensi

dasar ILO. Kantor ILO di Dhaka dibuka pada tanggal 25 Juni 1973. Sejak

masuk di Bangladesh, ILO bekerjasama dengan pemerintah dan mendukung

program pemerintah Bangladesh yaitu Strategi Pengurangan Kemiskinan

atau Poverty Reduce Strategy (PRS).

17
Atas nama penegakan Hak Asasai Manusia terhadap anak-anak,

maka negara-negara yang di dalamnya banyak terjadi praktik pekerja anak

harus segera bertindak untuk memberantas ketimpangan sosial ini. ILO

sebagai lembaga internasional yang terfokus pada persoalan buruh tentunya

memiliki peranan terhadap penanganan pekerja anak. Bangladesh sebagai

negara dengan tingkat pekerja anak tinggi, disoroti oleh ILO agar

melakukan upaya-upaya pengeleiminasian jumlah pekerja anak.

1.8.Metode dan Teknik Penelitian

1.8.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Dimana dalam penelitian kualitatif mempunyai

konsep dasar penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.21 Dalam

penelitian ini metode kualitatif tersebut tidak mengadakan perhitungan

murni dan mengolah data-data angka, akan tetapi memanfaatkan data-data

yang sudah ada dari berbagai sumber.

1.8.2. Teknik Pengumpulan Data

Data-data dalam suatu penelitian mempunyai peranan penting dalam

mencari jawaban serta membuktikan hipotesa dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui teknik library

research, penulis memanfaatkan buku-buku, jurnal, artikel-artikel dan

21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja Rosda Karya,
2004), hlm. 2. lihat pada Lia Safitri, 2012, Kebijakan Perancis Kembali Bergabung dalam
Struktur Komando NATO tahun 2009, Skripsi Strata-1, Universitas Riau: Pekanbaru.

18
berita-berita yang berasal dari berbagai media. Serta mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian

melalui media maupun langsung. Dalam penelitian ini, penulis juga

menggunakan fasilitas internet untuk memperoleh data tambahan.

1.9. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memerlukan batasan-batasan mengenai hal-hal yang

hendak diteliti, sehingga penelitian ini memfokuskan hanya pada fenomena

yang dijadikan sebagai objek dari penelitian meliputi: peran ILO sebagai

sebagai sebuah lembaga internasional yang khusus menanggulangi

permasalahan atau isu mengenai buruh/pekerja, salah satunya adalah

masalah pekerja anak yang terdapat di Bangladesh.

Penelitian ini mengambil rentang tahun 2008-2012, karena pada tahun

tersebut masalah pekerja anak di Bangladesh jumlahnya mengalami

penurunan yang dilatarbelakangi oleh peran ILO dalam mengatasi masalah

pekerja anak di Bangladesh.

1.10. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan, kerangka teori, hipotesa, variabel

independen, variabel dependen, definisi konsepsional,

definisi operasional, ruang lingkup penelitian, metode dan

teknik penelitian, dan sistematika penelitian.

19
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG INTERNATIONAL

LABOUR ORGANIZATION (ILO)

Bab ini berisikan tentang gambaran umum dari International

Labour Organization (ILO)

BAB III KONDISI PEKERJA ANAK DI BANGLADESH

Bagian ini memaparkan mengenai bagaimana kondisi pekerja

anak di Bangladesh.

BAB IV PERAN ILO DALAM MENGATASI MASALAH

PEKERJA ANAK DI BANGLADESH.

Bagian ini memaparkan tentang peran ILO dan keberhasilan

ILO dalam mengatasi masalah pekerja anak di Bangladesh

dan menghasilkan penurunan angka pekerja anak di

Bangladesh.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini merupakan kesimpulan yang didasarkan pada

pembahasan-pembahasan sebelumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:

Aktar, Sharmin, Abu Syead Muhammed Abdullah, Protecting Child


Labour in Bangladesh: Domestic Laws versus International
Instruments, Bangladesh e-Journal of Sociology, Vol. 10, No. 1,
hlm. 161, 2013

Basu, Kaushik and Pham Hong Van. 1998. The economics of Child labor,
American Economic Review. 88.3 pp. 412-27.

Elliot, Kimberly Ann and Richard, B. Freeman. 2003. Can labor standards
improve under globalization? Washington, DC: Institute for
International Economics, pp. 112-115.

Rahman, K. M. Mustafizur; Islam, Towfiqua Mahfuza, and Tareque, Md.


Ismail, 2010. Socioeconomic correlates of child labour in
agricultural sector of rural Rajshahi District, Bangladesh.
International Journal of Sociology and Anthropology, 2(6):109-117

Soetarso, Pekerja anak. Eksploitasi atau Kebutuhan, Altruist, Vol. 3, No. 9.


hlm. 8

Buku:

Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi


Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi,
Jakarta: Ghlm.ia Indonesia

International Labour Organization, 2008, Child Labour and Education in


Bangladesh: Evidence and Policy Recommendation, Dhaka:
International Labour Organization

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: P.T. Remaja


Rosda Karya, 2004

Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,


(Jakarta: LP3ES, 1994)

Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relation Theory: Realism,


Pluralism, Globalism,New York, Macmilan Publishing Company,
1990

21
Website:

Children Of Poverty: The Factory Workers As Young As FIVE Who Toil In


Bangladesh Recycling Plant Every Day.
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2616932/Children-
poverty-Factory-workers-agd-FIVE-toil-Bangladesh.html

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/455/jbptunikompp-gdl-ramadonawi-
22709-2-babiit-f.pdf

http://smutiah.staff.ugm.ac.id/file/RPKPS%20PIHI3.doc

http://sospol.pendidikanriau.com/2009/11/pengantar-ilmu-hubungan-
internasional.html

ILO. About The ILO. http://www.ilo.org/global/about-the-ilo/lang--


en/index.htm

ILO. Alphabetical List of ILO Member Countries.


http://www.ilo.org/public/english/standards/ relm /country.htm

ILO. Child Labour Monitoring.


http://www.ilo.org/ipec/Action/Childlabourmonitoring/lang--
en/index.htm

ILO. What Is Child Labour. http://www.ilo.org/ipec/facts/lang--


en/index.htm

Konvensi Hak-hak Anak, Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1989 What is child


labour dalam http://www.ilo.org/ipec/facts/lang--en/index.htm

Mohammad Zulfiquer Hossain. Child Labour: trends and features.


http://www.banglarights.net/HTML/ ChildLabour.htm

OHCHR. Convention of The Right of The Child,


http://www.ohchr.org/en/professionalinterest/pages/crc.aspx

22

Anda mungkin juga menyukai