DISUSUN OLEH :
1. TRIWANA SAMOSIR : 180430027
2. SELI AFRIDAYANTI : 1804300
3. NURI RAHMAYANI : 1804300
4. VIA SOFIANA : 1804300
5. FAJAR WAHYUNA :
6. LAFINA RIMADANA
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”PEKERJA
ANAK” ini tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas bidang studi Ekonomi
Sumber Daya Manusia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu DEVI ANDRIYANI, S.P., M.Si, selaku
dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia dan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada setiap sumber yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat memerlukan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 PENGERTIAN PEKERJA ANAK 4
2.2 FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA PEKERJA ANAK 4
2.3 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PEKERJA ANAK
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
EKONOMI 5
2.4 SOLUSI YANG SUDAH DITEMPUHPEMERINTAH DALAM
MENGURANGI PEKERJA ANAK 6
2.5 SARAN/SOLUSI MAHASISWA DALAM MENGURANGI
PEKERJA ANAK 7
PENDAHULUAN
5. Apakah saran/solusi yang dapat diberikan oleh mahasiswa dalam mengurangi pekerja anak?
2. Dampak bagi pertumbuhan anak yang bekerja di bawah uanak yang bekerja di bawah usia.
3. Solusi yang sudah dibuat oleh pemerintah untuk mengurangi pekerja anak di Indonesia.
PEMBAHASAN
Dampak dari semakin sedikitnya lowongan pekerjaan mengakibatkan sebuah keluarga dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya terpaksa mengikutkan anak mereka untuk bekerja apa saja,
dimana faktor ekonomi dijadikan alasan utama untuk memperkerjakan anak dibawah usia.
kemiskinan merupakan faktor ekonomi lain yang menimbulkan pekerja anak dibawah umur.
Ketidakmampuan kepala rumah tangga atau keluarga dalam memberikan pelayanan seperti
sandang pangan dan papan membuat anak ikut andil dalam mencari nafkah serta faktor ekonomi
merupakan pangkal utama dalam peningkatan jumlah pekerja anak. Harga bahan pokok yang
semakin mahal,tingkat kebutuhan yang tinggi serta pengeluaran yang bertambah membuat anak
terjun untuk membantu mencukupi kebutuhan dasarnya. Kemiskinan yang dikaitkan dengan
faktor ekonomi ini dihubungkan dengan masalah pendapatan. Kondisi faktual banyaknya anak
yang bekerja tidak dapat dilepaskan dari permasalahan ekonomi keluarga, berdasarkan informasi
sebagaian sebagaian besar anak yang bekerja sebenarnya alasan bekerja karena terpaksa
untuk memperoleh tambahan penghasilan guna membantu membiayai kebutuhan keluarga,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.
Berkembangnya paham yang primitive dilingkungan masyarakat seperti anggapan jika anak
membantu dalam mencari nafkah maka anak tersebut dianggap sebagai anak yang berbakti
kepada orang tua karna sudah meringankan beban orang tua. Anak yang bekerja untuk
membantu keluarganya mencari nafkah dinilai sebagai bentuk kepekaan, empati, dan tepo seliro
seorang anak dalam melihat, persoalan keluarga. Semakin banyak pengorbanan yang diberikan
seorang anak kepada orang tuanya, maka semakin besar pula pahala yang didapatkan. ini juga
menyebabkan timbulnya dorongan terhadap anak yang dengan sendirinya akan sadar dan ihklas
melakukan pekerjaannya dengan senang hati, yaitu dengan mendapatkan label-label baik, rajin,
saleh, berbakti kepada orangtua dan sebagainya.
3. Faktor pendidikan Pendidikan orang tua yang rendah menyebabkan orang tua tersebut
mengambil keputusan untuk memberhentikan anakanya dengan beberapa alasan yaitu biaya
pendidikan yang mahal, percuma sekolah tinggi-tinggi akhirnya pengangguran dan wanita itu
tugasnya dirumah saja jadi tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.
4. Faktor urbanisasi Dikarenakan desanya tidak bisa diandalkan untuk memberikan jaminan
berupa pendapatan yang tinggi sehingga membuat keluarga pergi ke kota untuk mendapatkan
pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dikarnakan perkiraan yang tidak
sesuai dengan harapan sehingga orang tua melibatkan anak untuk membantu mencari nafkah
seperti menjadi pengemis sampai menjadi buruh.
5. Faktor Lingkungan.
Disamping beberapa faktor penyebab anak bekerja, tidak dapat dipungkiri adanya faktor lain
yang mendorong anak bekerja, yaitu dorongan atau ajakan dari sanak saudara.Pada umumnya
faktor saudara atau kerabat ini dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi orang tua anak yang
bekerja, atau ekonomi keluarga yang pas-pasan, meski kedua orang tuanya sudah bekerja, tetapi
belum mencukupi kebutuhan keluarga. Melihat hal semacam ini kerabat atau keluarga dekat
lazimnya menawarkan kepada anak untuk ikut bekerja bersamanya dengan alasan untuk ikut
membantu ekonomi keluarga.
PEKERJA ANAK
Permasalahan pekerja anak merupakan salah satu dimensi penelantaran hak anak untuk
tumbuh dan berkembang secara wajar. Interpretasinya, bukan berarti anak tidak boleh bekerja
sama sekali. Dalam rangka mendidik dan melatih anak untuk mandiri, harus dilakukan
pembiasaan dengan melakukan pekerjaan untuk membantu orang tua disamping belajar. Namun,
ketika terjadi eksploitasi secara ekonomi pada anak , hal ini dianggap bertentangan dengan
hukum dan hak anak.
Oleh karena itu solusi dari mahasiswa dalam mengurangi pekerja anak adalah dengan
mendirikan program rumah singgah untuk membantu dalam penangggulanagan masalah pekerja
anak. Hal ini terkait dengan beberapa deartemen lain seperti Departemen Sosial (Kementrian)
Kesejahteraan Rakyat, Depnaker dan transmigrasi serta Kementrian Pemberdayaan Perempuan.
Dan terakhir yakni usaha pengangkatan anak sebagai upaya perlindungan pekerja anak.
Pengangkatan anak sendiri sebenarnya merupakan suatu tindakan mengambil anak orang lain
untuk dipelihara dan diperlakukan sebagai anak keturunannya sendiri. Berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang disepakati bersama dan sah menurut hukum yang berlaku di masyarakat yang
bersangkutan. Dalam pelaksanaannnya, motivasi pengangkatan anak merupakan hal yang perlu
diperhatikan, dan harus dipastikan dilakukan demi kepentingan anak.
Upaya –upaya diatas adalah sebagai tambahan dalam program Percontohan ZBPA yang
sebenarnya sudah sangat efektif dilakssanakan diseluruh daerah di Indonesia. Kendala yang
harus dilaksanakan adalah peningkatan anggaran APBN dan APBS setiap daerah. Selain itu,
peran control social dalam hal ini adalah diharapkan program-program percontohan ZBPA bisa
berjalan dan terhindar dari praktek –praktek yang menguntungkan pihak tertentu. Peraturan
Undang-Undang harus dijalankan seefektif mungkin baik dengan melaksanakn sanksi terkait
dalam program ini. Pengevaluasian dan tanggap dari pemerintah menjadi kunci utama disini.
Dan terakhir, masyarakat sebagai pelaksana dapat melaksanakan dan memahami program ZBPA
sebagai upaya peningkatan mutu masyarakat kearah yang lebih baik.
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari waktu ke waktu, perlindungan terhadap pekerja anak di Indonesia tidak banyak
mengalami perubahan. Perlindungan secara yuridis yang merupakan faktor penting terhadap
keberadaan pekerja anak mengindikasikan kemenduaan sikap pemerintah terhadap masalah ini.
Penerapan discretion clausule dalam berbagai aturan hukum tentang ketenagakerjaan, sering
menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda bahkan memberikan suatu celah hukum terhadap
eksploitasi pekerja anak. Hal inipun ternyata masih dijumpai pada Undang Undang
Ketenagakerjaan yang baru, yaitu UU Ketenagakerjaan No. 25 tahun 1997. Keadaan sosial dan
ekonomi masyarakat yang sebagian terbesar berada pada batas garis kemiskinan mendorong
terjadinya enkulturasi "bekerja membantu keluarga" yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak secara sehat.
Zona Bebas Pekerja Anak (ZBPA) sebagai solusi dalam pemberantasan pekerja anak
dirasakan sebagai komitmen yang dapat digunakan untuk mempertahankan momentum
pemberdayaan dan advokasi terhadap pekerja anak, seperti yang telah dilakukan oleh LSM-LSM
dalam usaha untuk menghilangkan praktek pekerja anak di Indonesia. Akhirnya, Penjajagan dan
pengembangan jaringan kerja sama baik nasional, regional, maupun internasional merupakan
alternatif penting. Karena dengan kerjasama ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemecahan terhadap permasalahan mendasar yang dihadapi oleh pekerja anak di Indonesia,
yaitu: kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah.
3.2 Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi
catatan kita bersama guna meminimalisir kemungkinan terjadinya tindakan- tindakan serupa
pada masa yang akan datang, mengingat apa yang tertulis pada pasal 20 Undang-Undang No.
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang berbunyi: “Negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak”. Oleh karena itu, ada beberapa saran yang dapat dijadikan acuan bagi kita
semua, antara lain:
1. Keluarga
a. Lebih memahami dan mengerti bahwa anak bukanlah milik pribadi karena pada dasarnya
setiap anak adalah sebuah pribadi yang utuh yang juga memiliki hak sebagaimana individu
lainnya, sehingga anak tidak dapat dijadikan tumpuan amarah atas semua permasalahan yang
dialami orangtua (Domestic Based Violence).
b. Lebih berhati-hati dan memberikan perhatian serta menjaga anak-anak dari kemungkinan
menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita (Community Based
Violence).
2. Masyarakat
a. Lebih peka dan tidak menutup mata terhadap keadaan sekitar sehingga apabila terjadi
kekerasan terhadap anak di lingkungan sekitar penanganannya dapat lebihcepat guna
menghindari kemungkinan yang lebih buruk pada anak yangbersangkutan.
b. Aparat hukum seharusnya dapat lebih peka anak pada setiap proses penanganan
perkara anak baik dalam hal anak sebagai korban tindak pidana maupun anak sebagai pelaku
dengan mengedepankan prinsip demi kepentingan terbaik bagi anak (the best interest for the
child).
c. Pihak sekolah dan orangtua asuh sebagai pendidik kedua setelah orangtua kandung,
diharapkan dapat lebih sensitif anak dalam mendidik anak-anak yang berada dibawah
pengasuhan mereka.
3. Negara
a. Menyelesaikan dengan segera konflik-konflik sosial dan politik yang berkepanjangan di
berbagai daerah.
b. Memperbaiki seluruh pelayanan publik baik itu pelayanan kesehatan, pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA