HALAMAN JUDUL……….………………………………………………………………….i
LEMBAR PENGESAHAN....……...……………………………………………………..…ii
MOTTO…………………………...……………………………………………………….…iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………………....v
KATA PENGANTAR………………………………………...………………………….......vi
ABSTRAK……………………………………………...……………………………………vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ix
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
D. Kegunaan Penelitian……………………………………………………………………3
E. Kerangka Pemikiran……………………………………………………………………4
F. Metode Penelitian………………………………………………………………………8
G. Lokasi Penelitian……………………………………………………………………….9
H. Sistematika Penulisan…………………………………………………………………..9
A. Pengertian Anak……………………………………………...……………………….11
A. Gambaran Umum Unit Perlindungan Perempuan dan Anak pada Polres Cirebon...…36
B. Tugas dan Wewenang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Cirebon…….42
A. Kesimpulan………………………………...………………………………………….73
B. Saran-saran…………………………………………………...……………………….74
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Anak merupakan masa depan suatu bangsa, cara kita mendidik dan melindungan anak
mencerminkan sikap bangsa dalam menentukan masa depan negaranya, untuk itu pada masa
kanak-kanak adalah masa yang penting bagi seorang anak untuk belajar dari dunia
sekelilingnya, sehingga dapat mengembangkan keterampilan yang memudahkan baginya
menjadi bagian dari lingkungan dan berperan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Sangat disayangkan kenyataan yang negative dan merugikan anak-anak ini belum mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah dimana masih banyak fakta anak-anak yang
dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan seperti yang terjadi pada pabrik teh PT Hutan
Unggul Persada (PT.HUP).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
menjadi pokok penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah penegakan hukum pidana
terhadap pelaku usaha yang mempekerjakan anak oleh POLRES Cirebon? Dan Apakah upaya
Penanggulangan Terhadap Pekerja Anak yang di Eksploitasi Pada Perusahaan Swasta di
Kabupaten Cirebon?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
pendekatan yuridis normative dan empiris yang menekankan pada perolehan data lapangan,
kemudian ditinjau dengan segi yuridisnya yang berkenaan dengan penegakan Undang-undang
No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.
Penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha yang mempekerjan anak oleh POLRES
Cirebon dalam kasus pabrik teh PT Hutan Unggul Persada (PT.HUP) yang beralamt di Jl.
Sultan Ageng Tirtayasa No.21 Desa Kedung Jaya, Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon
dimana perusahaan tersebut dilaporkan oleh masyarakat katrena mempekerjakan sekitar 80
anak-anak dengan usia sekitar 12 sampai dengan 15 tahun yang berasal dari lingkungan
sekitar pabrik, adapun dari jumlah tersebut laki-laki berjumlah 37 anak dan perempuan
berjumlah 43 anak. Dalam hal ini pihak perusahaan melanggar ketentuan Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan.
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan masa depan suatu bangsa, cara kita mendidik dan melindungi anak
mencerminkan sikap bangsa dalam menentukan masa depan negaranya, untuk itu pada masa
kanak-kanak adalah masa yang penting bagi seorang anak untuk belajar dari dunia
menjadi bagian dari lingkungan dan berperan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
awal menuju dunia orang dewasa, dunia kerja dan merupakan bagian dari proses kehidupan
dari masa anak-anak memasuki masa dewasa, banyak anak mulai bekerja pada usia yang
masih muda yaitu pada usia 6 atau 7 tahun dimana anak terpaksa bekerja karena berbagai
alasan dimana kemiskinan adalah salah satu penyebab yang paling menonjol.
Dari sisi lain yang sangat mendasar adalah bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh anak
justru menghambat tumbuh dan berkembangnya anak dan tidak memberikan dampak positif
bagi kehidupan anak, apabila dilihat dari perkembangan fisik pekerja anak jauh lebih rentan
dari orang dewasa karena fisik anak masih tumbuh dan belum sepenuhnya terbentuk, sehingga
dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan fisik anak dan bila kita lihat dari
perkembangan emosinya pekerja anak yang bekerja dalam lingkungan yang memungkinkan
Sangat disayangkan kenyataan yang negative dan merugikan anak-anak ini belum
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah khususnya Drpartemen terkait dalam hal ini
DEPNAKERTRANS yang seharusnya lebih eksis dalam hal penanggulangan pekerja anak ini,
dan bagaimanakah upaya penanganan praktek anak yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Seperti yang terjadi pada pabrik teh PT Hutan Unggul Persada (PT.HUP) yang beralamat di Jl
Sultan Ageng Tirtayasa No.21 Desa Kedung Jaya, Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon
Hal ini yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengambil judul tentang:
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
1. Apakah PT Hutan Unggul Persada (PT.HUP) melakukan ekploitasi pada pekerja anak?
anak?
C. Tujuan Penelitian
Adapun secara garis besar bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk dapat mengetahui penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha yang
mepekerjakan anak.
D. Kegunaan Penelitian
anak.
2. Menjadi media sosialisasi tentang masalah pekerja anak.
3. Menjadi bahan referensi dan masukan dalam analisa tentang masalah pekerja anak.
E. Kerangka Pemikiran
Masalah pekerja anak adalah suatu yang kompleks dan menimbulkan berbagai macam
permasalahan lebih lanjut yang tidak selalu dapat diatasi secara perseorangan, tetapi harus
secara bersama-sama, dan penyelesaiannya menjadi tanggung jawab baik instansi terkait
Pekerja anak adalah hasil inyteraksi karena adanya interelasi antara fenomena yang ada
dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, apabila kita mau mengetahui adanya, terjadinya
perlindungan akan yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat, maka kita harus
memperhatikan fenomema mana yang relevan, yang mempunyai peran penting dalam
Pekerja anak adalah hasil interaksi karena adanya interelasi antara fenomena yang ada
dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, apabila kita mau mengetahui adanya, terjadinya
perlindungan akan yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat, maka kitaa harus
memperhatikan fenomena mana yang relevan, yang mempunyai peran penting dalam
Dalam rangka pengembangan usaha kegiatan terhadap pekerja anak kita harus waspada
dan sadar akan akibat-akibat yang tidak diinginkan yang menimbulkan korban, kerugian
karena pelaksanaan perlindungan anak yang tidak rasional positif, tidaj bertanggung jawab
dan tidak bermanfaat. Oleh sebab itu, harus diusahakan adanya sesuatu yang m,engatur dan
menjamin pelaksanaan pekerja anak harus dicegah, agar pengaturan usaha perlindungan
terhadap perlindungan anak yang beraneka ragam itu sendiri dapat menjamin adanya
perlindungan anak dan tidak menimbulkan berbagai penyimpangan negative yang lain.2
1
Shanty Dellyana, Wanita dan Anak Dimata Hukum, Yogyakarta, Libertyi, 1990. hlm 50
2
Shanty Dellyana, Wanita dan Anak, Ibid. hlm 51
Pasal 2 ayat 3 dan ayat 4, Undang-undang Republik Indonesia No 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak sebagai berikut : “Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik
semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan
perkembangan dengan wajar”. Kedua ayat ini dengan jelas menyatakan dan mendorong perlu
adanya perlindungan anak dalanm rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan
kesejahteraan anak. Jadi yang harus mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota
masyarakat sesuai dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu, dapat
dikatakan setiap warga Negara, anggota masyarakat ikut serta bertanggung jawab terhadap
dilaksanakanya perlindungan anak demi kesejahteraan anak, orang tua, masyarakat dan
bangsa. Oleh karena, kebahagiaan anak merupakan pula kebahagiaan yang melindungi.
Dengan tidak adanya keresahan pada anajk karena perlindungan anak dilaksanakan dengan
baik, maka orang tua juga akan tidak merasa resah. Kesejahteraan anak mempunyai pengaruh
positif pada orang. Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tuanya serta
pemerintahnya.3
Perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak
dapat melaksanakan hak dan kewajibanya. Adapun perlindungan anak merupakan perwujudan
adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus
adalah melindungi manusia, membangun manusia seutuhnya (GBHN bab II/B). mengabaikan
masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan Pembangunan Nasional. Akibat tidak
3
Shanty Dellyana, Wanita dan Anak, Ibid. hlm 53
adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan social. Maka ini berarti
bahwa perlinfdungan anak harus diusahakan apabila kita ingin mengusahakan pembangunan
masyarakart, bangsa tertentu. Jadi, demi pengembangan manusia seutuhnya dan peradaban,
maka kita wajib mengusahakan perlindungan anak sesuai dengan kemampua, demi
Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat
hukum. Oleh karena itu perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak
anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negative yang tidak diinginkan
Polri sebagai Aparat Penegak Hukum dalam rangka memberikan perlindungan dan
pelayanan khususnya kepada Perempuan dan Anak sebagai korban dan atau saksi kejahatan
dalam wadah Ruang Pelayanan Khusus yang sekarang diganti dengan Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak (UPPA) lahir karena pada tahun 1998 situasi perempuan dan anak pasca
kerusuhan masa, mereka dalam keadaan trauma tidak tahu harus mengadukan nasibnya
kepada siapa. Pada tahun 1999 atas prakarsa Ibu Khofifah selaku Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan pada saat itu bersama LBH Derap Warapsari serta beberapa
perempuan dan anak pencari perlindungan dan keadilan, maka dikeluarkan Peraturan Kapolri
Nomor 10 Tahun 2007 tanggal 6 Juli 2007 tentang Pembentukan Unit Pelayanan Perempuan
dan Anak (UPPA) pada lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Unit Pelayanan
4
Shanty Dellyana, Wanita Dan Anak. Ibid hln 54
Perempuan dan Anak (UPPA) merupakan unit yang bertugas memberikan pelayanan dalam
bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatsn dan
penegakan hukum terhadap pelakunya, (termasuk perempuan dan anak yang menjadi pelaku
tindak pidana).
F. Metode Penelitian
a. Metode Pendekatan
pendekatan yuridis normative dan empiris yang menekankan pada perolehan data
b. Spesifikasi Penelitian
berdasarkan pada teori-teori yang ditemukan dalam ilmu hukum, khususnya hukum
c. Sumber Data
a. Studi Kepustakaan
para ahli hukum yang dapat dibaca dari literature, yurisprudensi, majalah,
b. Studi Kepolisian
penelitian.
d. Pengumpulan Data
langsung dengan pihak yang erat hubungannya dengan penelitian, agar data yang
e. Analisis Data
Data yang telah telah terkumpul akan disusun secara deskriptif. Yaitu prosedur
pemecahan masalah yang diteliti dengan cara memaparkan data-data yang diperoleh
dari data primer dan data sekunder. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
kebenaran, yaitu dengan menguraikan data yang sudah terkumpul sehingga dengan
G. Lokasi Penelitian
H. Sistematika Penulisan
Bab I Penulis memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan
Bab II Tinjauan Pustaka yang menguraikan tentang Pengertian Anak, pengertian Pekerja
Anak, Tinjauan Umum Perlindungan Anak, Kategori Masalah Anak. Hak dan
Hukum Ketenagakerjaan.
Bab III Tinjauan Lapangan yang menguraikan tentang: Gambaran Umum Unit
Perlindungan Perempuan dan Anak pada Polres Sumber, Tugas dan Wewenang
Persada (PT.HUP) melakukan eksploitasi pada pekerja anak dan penegakan hukum
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anak
Menurut Shanty Dellyana5 yang dimaksud dengan anak adalah mereka yang
belum dewasa dan menjadi dewasa karena peraturan tertentu (mental fisik belum dewasa).
Menurut Atmasasmita,6 anak adalah seorang yang masih dibawah usia tertentu dan belum
dewasa serta belum kawin. Sedangkan menurut Soejono anak menurut hukum adat adalah
yang dimaksud dengan pengertian anak adalah mereka yang masih muda usia dan muda
secara tersendiri mengenai pengertian. Berikut ini akan disebutkan beberapa pengertian
Pasal 45 KUHP mendefinisiksan anak yang belum dewasa apabila belum berumur
Pasal 330 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan bahwa orang
yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan
Perlindungan Anak
5
Shanty Dellyana, Wanita dan Anak Dimata Hukum, Yogyakarta, Liberti, 1990, hlm 50
6
Made Sadhi Astuti, Hukum Pidana Dan Perlindungan Anak, Malang, Universitas Negeri Malang, 2002, hlm 6
7
Made Sadhoi Astuti, Hukum Pidana, ibid, hlm 10
Menurut pasal 1 butir ke 1 (satu) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2002, anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Anak
Menurut pasal 1 butir ke-2 anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua
e. Pengertian anak menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Menurut pasal 1 butir kre-5 anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18
(delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
Beberapa pengertian tentang pekerja anak dalam konvensi hak-hak anak antara
a. Pekerja anak adalah: seseorang yang berusia 14 tahun ke bawah yang melakukan
b. Sedangkan yang dimaksud dengan pekerja ringan adalah: pekerjaan yang apabila
perkembangan mental, fisik, pendidikan dan sosial dalam tumbuh kembang anak
d. Pekerjaan Kesenian adalah pekerjaan dilakukan dalam rangka menyalurkan bakat dan
minat.
1999 yang telah diratifikasi ke dalam UU No 1 Tahun 2000 tentang pelarangan dan
8
Arif Gosita, “Perlindungan Tunas Harapan Bangsa Tanggung Jawab Bersama”),Prayuana, Jakarta 2002, hlm 29
tindakan segera untuk penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak dimana
3. Melindungi anak dari gangguan perkembangan mental, fisik, pendidikan dan sosial
mencakup pekerja anak dan pengusaha sector formal dan informal, dimana batas usia
minimum tidak boleh dari usia tamat sekolah wajin (wajib belajar) atau tidak boleh kurang
dari 15 tahun. Khusus untuk Negara-negara berkembang dimana kondisi perekonomian dan
kerja, maka usia minimum ditentukan 18 tahun. Batas usia minimum 16 tahun
diperbolehkan dengan syarat bahwa keamanan, kesehatan dan moral tenaga kerja
dilindungi sepenuhnya oleh mereka telah mendapatkan penjelasan yang cukup atau
pelatihan kejuruan.11
Untuk jenis pekerjaan yang ringan dan tidak berbahaya bagi kesehatan dan
perkembangan anak, dan tidak mengganggu jadwal sekolahnya, maka minimum untuk
masuk kerja dapat ditetapkan 13 tahun ( atau 12 tahun untuk Negara berkembang).
Konvensi tidak berlaku bagi pekerja yang dilakukan oleh anak dan orang muda di sekolah
untuk pendidikan umum. Kejuruan atau teknik atau dilembaga pelatihan lain, atau bagi
pekerjaan yang dilakukakn oleh orang muda sekurang-kurangnya berusia 14 tahun dalam
9
Arif Gosita,”Perlindungan Tunas…..,Ibid, hlm44
10
Arif Gosita, “Perlindungan Tunas….., ibid, hln 45
11
Arif Gosita, “Perlindungan Tunas……., ibid, hlm 47
perusahaan. Larangan pekerja anak tidak berlaku untuk jenis pekerjaan kesenian dengan
catatan harus mendapatkan izin dari pemerintah dan terdapat pembatasan lamanya jam
kerja.12
anak adalah:13
hukum tidak tertulis yang menjamin anak-anak benar dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya.14
J.E Doek dan H.M.A Drewes member pengertian tentang hukum perlindungan
anak dalam dua pengertian yaitu: (1) dalam pengertian luas, yaitu segala aturan hidup yang
member perlindungan kepada mereka yang belum dewasa dan member kemungkinan bagi
mereka untuk berkembsang; dan (2) dalam pengertian sempit yaitu perlindungan hukum
12
Zulchaina Z, Tanamas, Perlindungan anak dalam perspektif Konvensi anak, Armico, Bandung, 1999, hlm 76
13
Zulchaina Z, Tanamas, Perlindungan Anak…, ibid, hlm 79
14
Made Sadhi Astuti, Hukum Pidana……,Loc Cit hlm 50
yang terdapat dalam keadaan hukum, perdata, ketentuan hukum pidana, dan ketentuan
hukum acara.15
Secara garis besar, perlindungan anak dapat dibedakan dalam dua sifat:
2. Perlindungan yang bersifat non yuridis meliputi bidang sosial, bidang kesehatan, dan
bidang pendidikan.16
Menurut Arif Gosita bahwa Perlindungan Anak yang baik harus memenuhi beberapa
syarat:17
dapat bersikap dan bertindak secara tepat dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan
yang berkaitan dengan pelaksanaan Perlindungan Anak. Oleh karena itu perlu adanya
anggota masyarakat secara individual maupun kolektif dan pemerintah demi kepentingan
bersama, kepentingan nasional guna mencapai aspirasi bangsa Indonesia. Dimana anggota
15
Made Sadhi Astuti, Hukum Pidana….., ibid, hlm 6
16
Made Sadhi Astuti, Hukum Pidana……, ibid, hlm 5
17
Arif Gosita,”Perlindungan Tunas Harapan Bangsa Tanggung Jawab Bersama”, Prayuana, Jakarta 2002, hln 77.
18
Arif Gosita, “Perlindungan Tuna…., ibid, hlm 78
masyarakat sadar akan pentingnya Perlindungan Anak dan bersedia berpartisipasi secara
Anak yang rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat antar para partisipan yang
bersangkutan. Dan perlu kita jauhkan berbagai macam konfrontasi yang tidak perlu dan
Perlindungan Anak.19
Dalam rangka membuat kebijakan dan rencana kerja yang dapat dilaksanakan
perlu adanya inventarisasi faktor-faktor yang dapat mendukung dan dapat menghambat
perspektif yang diatur dan bukan yang mengutamakan perspektif yang dilindungi.
Kepastian hukum perlu dioptimalkan demi kelangsungan kegiatan Perlindungan Anak dan
untuk mencegah akibat-akibat negative yang tidak diinginkan. Adalah hal Perlindungan
Anak, pihak anak harus mendapat perlindungan dimana harus dicegah penyalahgunaan
kekuasaan, mencari kesempatan menguntungkan diri sendiri. Dalam situasi dan kondisi
bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dalam kerjasama antara pemerintah dan
kalangan lapisan masyarakat harus ikut serta menciptakan stuasi dan kondisi yang
bidang kehidupan.
19
Arif Gosita, “ Perlindungan Tunas….,ibid, hlm 79
20
Arif Gosita, “Perlindungan Tunas…,ibid, hlm 82
Dalam pelaksanaan Perlindungan Anak, pihak anak harus diberikan kemampuan
dan kesempatan dan ikut serta melindungi diri sendiri dan kelak kemudian hari menjadi
orang tua yang berpartisipasi positif dan aktif dalam kegiatan Perlindungan Anak yang
merupakan hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat. Sehubungan dengan usaha
pemberian kemampuan pada anak untuk dapat ikut serta dalam kegiatan Perlindungan
bersangkutan.21
Perlindungan Anak yang baik harus mempunyai dasar filosofis, etis dan yuridis,
dasar tersebut merupakan pedoman pengkajian, evaluasi apakah ketentuan yang dibuat dan
dan bermanfaat bagi yang betrsangkutan. Dasar-dasar hini dapat ndiambil dan
dikembangkan oleh Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, ajaran dan pandangan yang
positif dari agama atau nilai social yang tradisional atau modern.22
Perlindungan Anak yang antara lain merupakan suatu kegiatan preverensi adanya korban
kejahatan yang akan menimbulkan korban dimana Perlindungan Anak haruslah bersifat
preventif.
didasarkan pada hak asasi positif berelaku juga untuk nanak (orang dewasa dan anak sama-
21
Arif Gosita, “Masalah Perlindungan Anak”, Akadem
ika Pressindo, 1985, hlm 44
22
Arif Gosita, “Masalah Perlindungan……,ibid, hlm 47
23
Arif Gosita, “Masalah Perlindungan..,ibid, hlm 121
Dalam konvensi hak anak telah ditegaskan sejumlah hak-hak anak yang
kemudian diterapkan ke dalam hukum nasional mengenai hukum anak, baik dibidang
hukum perdata, hukum pidana dan hukum dibidang kesehatan, kesejahteraan anak, jaminan
sosial. Ketenagakerjaan, pendidikan dan lain-lain. Masalah yang menyangkut hak-hak anak
bukan hanya bagaimana mengintegrasikan hak-hak anak kedalam hukum nasional Negara
peserta Konvensi Hak Anak. Akan tetapi yang terpenting adalah mengimplementasikan
hak-hak anak dan hukum anak dalam praktek kehidupan masyarakat sehari-hari.24
Hak-hak anak sebagaimana dituangkan dalam Konvensi Hak Anak bukan pula
sekedar hak-hak anak dalam keadaan yang sulit dan tertindas sehingga perlu dilindungi,
akan tetapi juga memasuki wilayah kesejahteraan anak yang lebih luas baik secara social,
ekonomi social dan budaya bahkan politik. Hak anak untuk terjamin kebebasannya
menyatakan pendapat dan memperoleh informasi merupakan wujud dari perluasan hak-hak
mendesak dilakukan langkah intervensi dan intervensi itupun dilakukan secara khusus
adalah terhadap kategori anak-anak yang berada dalam situasi sulit. Berdasarkan bentuk
dan bobot pelanggaran hak-hak menurut Konvensi Hak Anak, maka kategorisaai anak-anak
11. Anak yang ditempatkan pada suatu lokasi yang perlu ditinjau secara berkala
14. Anak korban perdagangan anak, penyelundupan anak dan penculikan anak
20. Anak yang terlibat dalam konflik bersenjata dan serdadu anak
sebagai berikut:27
1. Anak terlantar
3. Anak cacat
7. Kewarganegaraan
8. Perwalian
9. Pengangkatan anak
16. Alimentasi
Anak merupakan subjek hukum yang patut diertimbangkan dan patut dihargai.
Anak mempunyai hak yang sama sebagai warga Negara Indonesia. Kesejahteraan anak
merupakan hak asasi, kesejahteraaan anak bergantung dari partisiasi orang dewasa.
Usaha kesejahteraan anak harus diusahakan agar pelaksanaan hak asasi tersebut
tidak dihalangi dengan berbagai macam dalih demi kepentingan golongan tertentu,
masyarakat yang adil dan makmur sprituil dan materil, adalah suatu penyimpangan yang
mengandung faktor-faktor kriminoge (menimbulkan kejahatan) dan viktimogen
(menimbulkan korban).28
10. Untuk menikmati hak-hak itu, tanpa mempersoalkan ras. Warna , seks, agama,
kebangsaan atau asal social ( UN, Declaration of the rights of the child,1959 .
“Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan bepartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapart perlindungan dari
“Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”
28
Bunawi Hidayat,”Pemindanaan Anak DiBawah Umur (Texis)”, Universitas Airlangga, Surabaya 2008, hlm 91
29
Bunawi hidayat, ”Pemindanaan Anak…,ibid, hlm 96
30
Undang-undang No 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
“Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai
“Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak
tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
“Selain hak anak sebagaimana dalam ayat 1 khusus bagi anak yang menyandang cacat
juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagai anak yang memiliki
“Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan
“Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang bergaul dengan
anak yang sebaya, bermain dan berekreasi sesuai dengan minat dan bakat tingkat
“ Setaip anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan
“Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang
berhak bertanggung jawab atas pengasuhan berhak mendapat perlindungan dari perlakuan
1. Diskriminasi
3. Penelantaran
5. Ketidak adilan
“setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan
segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman”
“Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan
atau aturan hukum yang sah menunjukan bahwa pemisahan itu adalah kepentingan terbaik
Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. Penangkapan,
penahanan, atau tindak pidana penjara anaknya dilakukan apabila sesuai dengan hukum
2. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap
“Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidaana berhak mendapatkan
Bila berbicara hak-hak anak, maka terdapat pula hak-hak si korban tindak pidana
antara lain:31
31
Arif Gosita…, Loc Cit, hlm 87
2. Berhak menolak kompensasi untuk kepentingan pembuat korban (tidak mau
6. Berhak menolak menjadi saksi, bila dalam hal ini akan membahayakan dirinya.
berkewajiban:32
Bila ditinjau dari korban tindak pidana pada umumnya dan tindak pidana incest pada
1. Tidak sendiri membuat korban dengan mengadakan pembalasan ( main hak sendiri)
3. Mencegah kehancuran si pembuat korban baik oleh diri sendiri maupun oleh orang
lain
32
Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
33
Arif Gosita….,Op. cit, hlm 43
4. Ikut serta membina pembuat korban
5. Bersedia dibina atau membina diri sendiri untuk tidak menjadi korban lagi
6. Tidak menuntut kompensasi yang tidak sesuai dengan kemampuan pembuat korban
7. Member kesempatan pada pembuat korban untuk member kompensasi pada pihak
8. Menjadi saksi bila tidak membahayakan diri sendiri dan ada jaminan
Pelaksanaan hak-hak anak dan kewajibannya harus seimbang dan serasi, sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku dan tatanan hukum adat maupun norma yang
berlaku di masyarakat.
1. Pengertian Ketenagakerjaan
yang menuju kea rah perbaikan yakni dengan keluarnya Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 2 bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukakn pekerjaan guna menghasilkan barang dan
Pokok Ketenagakerjaan yang memberikan pengertian tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukakn pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna
maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada
1. Undang-undang
instansi lainnya
3. Kebiasaan
4. Putusan
5. Perjanjian
6. Traktat
Mengingat pendapat para ahli dapat dipergunakan sebagai landasan untuk memecahkan
Menurut pendapat Abdul Khakim jika ada penambahan agama termasuk sebagai
pengusaha dan pemerintah. Kelima unsur tersebut akan saling beropengaruh dalam
a. Buruh/Pekerja
maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang bekerja pada siapa
saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum atau badan lainnya dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Penegasan imbalan dalanm
bentuk apapun ini perlu karena upah selama ini diberikan dengan uang, padahal ada
Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh bahwa serikat buruh/serikat pekerja ialah organisasi yang dibentuk dari, oleh
dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat
37
Asikin, “Dasar-Dasar Hukum Perburuhan”. PT. RajaGrafindo Persada Jakarta. 2002. Hlm 22.
38
Asikin, “Dasar-Dasar…Ibid, hlm 27
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan
d. Organisasi pengusaha
menangani bidang ekonomi secara umum, yaitu mengenai hal-hal yang berkaitan
bergerak pada bidang sumber daya manusia (SDM) dan hubungan in dustrial. 40
e. Pemerintah / pengusaha
Undang Nomor 23 Tahun 1948 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang
39
Asikin, “Dasar-Dasar…Ibid, hlm 22
40
Asikin, “Dasar-Dasar…Ibid, hlm 23
41
Asikin, “Dasar-Dasar…Ibid, hlm 23
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
perempuan dan anak. Dilain pihak perempuan anak yang menjadi korban
kejahatan/kekerasan, belum terlindungi, merasa takut untuk melapor karena tidak paham,
takut menjadi aib keluarga dan system pelayanan yang belum memadai.
Menyikapi permasalahan tersebut maka timbullah pemikiran bahwa perempuan
dan anak korban kejahatan / kekerasan termasuk perdagangan orang oerlu mendapat
perlindungan dan bantuan, baik medis, psikilogis maupun hukum sehingga masalahnya
dan pelayanan, khususnya pada perempuan dan anak sebagai korban dan atau saksi
kejahatan dalam wadah ruang pelayanan khusus yang diawali oleh Personil Polri sesuai
Tahun 1998 dituasi perempuan dan anak pasca kerusuhan massa, mereka dalam
Tahun 1999 atas prakarsa Ibu Kofifah Indar Parawangsa Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan pada saat itu bersama dengan ibu-ibu Derap Warapsari serya
Sebagai project dijajaran Polda Metro Jaya dibentuk 9 unik RPK tahun 2001
dilakukan dengan pelatihan untuk penyiapan awak RPK yang didanai oleh Meneg PP
sebanyak 35 Perwira Polwan Serse di Pusdik Reskrim Mrga Mendung Bogor dan 30
terhadap Wanita.
10. Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 200 tentang Pembentukan ruang pelayanan khusus
dan tata cara pemeriksaan saksi dan / atau korban tindak pidana.
a. Memberikan pelayanan dan perlindungan khusus keoada perempuan dan anak yang
b. Untuk kepentingan pemeriksaan terhadap saksi dan / atau korban perempuan dan
c. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan tindakan
yang dapat menimbulkan ekses trauma atau penderitaan yang lebih serius
b) Memberikan jaminan keselamatan terhadap saksi dan / atau korban yang memberikan
keterangan.
d) Meminta persetujuan secara lisan akan kesediaan saksi dan / atau korban untuk
memberikan keterangan.
hukum.
Asas-asas UPPA
b. Asas praduga tak bersalah yaitu semua orang diangkat tidak bersalah sebelum
e. Asas pembinaan yaitu tujuan pelayanan untuk menumbuh kembangkan potensi anak
dan perempuan.
1) Mabes Polri
2) Polda
3) Polwil/tabes
4) Polres/Polresta
kerawanan wilayah setempat yang dipandang sangat perlu untuk dibentuk UPPA.
2) Pada pengembangan fungsi Reskrim c.q Pidana Umum untuk tingkat Polda sampai
dengan Polres.
penyejuk ruangan
gambar dan suara, TV monitor penyejuk ruangan, alat tulis, lemari arsip dan
4) Ruang istirahat berfungsi untuk tempat istirahat saksi dan/atau korban dengan
dilengkapi tempat tidur, meja, dan kursi santai, penyejuk ruangan, almari,
menjamin suasana tenang, terang dan bersih tidak menimbulkan kesan menakutkan
dan dapat menjaga kerahasiaan serta keamanan bagi saksi dan/atau korban yang
a. Jumlah personel yang mengawasi UPPA untuk tingkst Mabes Polri, Polda dan Polres
1) Pengendalian UPPA
2) Staff Administrasi
4) Petugas Pemeriksaan
b. Personel yang bertugas di UPPA diutamakan Polisi Wanita (Polwan) dan Pegawai
c. Dalam hal tidak terdapat petugas Poland an PNS wanita, UPPA dapat diisi oleh
d. Petugas UPPA selalu siap sedia selama 24 (dua puluh empat) jam setiap harinya.
e. Persyaratan personel Polri pria dan Polwan yang bertugas di UPPA antara lain :
anak
B. Tugas dan Wewenang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak POLRES Cirebon
atau disingkat RPK dimana ruangan ini adalah ruangan yang aman dan nyaman diperun
tukan khusus bagi saksi dan/atau korban tindak pidana termasuk tersangka tindak pidana
yang terdiri dari perempuan dan anak yang patut diperlakukan atau membutuhkan
bentuk perlindungan terhadap korban tindak pidana dan penegakan hukum terhadap
c. Member konseling
f. Meminta visum
g. Member penjelasan keopada pelapor tentang posisi kasus, hak-hak, dan kewajibannya
a. Perempuan dan/atau anak yang statusnya sebagai saksi pelapor dan korban
b. Penyidikan
d. Dalam hal saksi dan/atau korban memerlukan istirahat, petugas mengantar keruang
e. Apabila korban dalam kondisi sehat dan baik, penyidik dapoat melaksanakan
f. Pembuatan laporan polisi oleh petugas UPPA dan bila perlu mendatangi TKP untuk
wajib mengantarkan sampai ke tujuan rujukan dan menyerahkan kepada petugas yang
i. Dalam hal saksi dan/atau korban selesai dibuatkan Laporan Polisi dan perlu visum
j. Kasus yang tidak memenuhi unsur pidana, dilakukan upaya bantuan melalui
Kepala RS Bhayangkara atau rumah sakit lainnya yang secara hukum dapat
mengeluarkan visum sehubungan dengan laporan polisi yang dilaporkan oleh korban
c. Apabila korban siap dan bersedia memberikan keterangan terkait dengan laporan
polisi yang dilaporkan korban, penyidik dapat melaksanakan kegiatan Berita Acara
d. Apabila kasus yang dilaporkan korban melibatkan satu korban, dan satu tersangka
saja, maka laporan polisi tersebuyt ditindak lanjuti oleh seorang penyidik saja
e. Apabila kasu yang dilaporkan korban melibatkan banyak korban, tersangka, kurun
waktu, barang bukti maupun temoat kejadian maka tugas penyidikan dilaksanakan
dalam bentuk tim yang telah ditentukan oleh Kepala UPPA dan saksi/korban tetaqp
(DEPSOS) atau pihak lain yang dinilai dapat memberikan perlindungan dan
c. Penelitian terhadap berkas perkara yang akan dikirim ke Jaksa Penuntut Umum (JPU)
d. Menitipkan korban pada rumah perlindungan milik DEPSOS RI atau pihak lain yang
dinilai dapat memberikan perlindungan dan pelayanan kepada korban apabila korban
e. Melakukan koordinasi dengan instansi dan LSM yang peduli terhadap perempuan dan
anak korban tindak pidana pada siding pengadilan, agar proses peradilan dan
a. Dalam hal telah dibuatkan Laporan Polisi, dan akan dilanjutkan dengan tahap
pemeriksaan, maka Kepala UPPA menunjuk para petugas pemeriksa dengan surat
perintah
kegiatan pemeriksaan.
(SPDP)
e. Menyiapkan ruangan pemeriksaan yang kondusif bagi yang akan diperiksa, agar
dapat bebas dari gangguan fisik ataupun psikis bagi yang akan diperiksa.
a. Petugas tidak memakai pakaian dinas yang dapat berpengaruh terhadap psikis saksi
b. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh yang diperiksa, bila perlu dengan
diperiksa
diperiksa
penjelasan, argumentasi, aspira, dan harapan untuk kelengkapan hasil Laporan Polisi
Cirebon No 49 Tahun 2008 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Tenaga
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang
dan ketransmigrasian
c.Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang hubungan industrial dan persyaratan kerja,
pelatihan dan penempatan tenaga kerja, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati, sesuai dengan tugas dan fungsinya
b. Memimpin, m
ketransmigrasian
d. Merumuskan,
e.Member informasi, saran dan bahan pertimbangan kepada Bupati dalam hal urusan
sesuai dengan bidang tugas baik secara operasional maupun administrasi kepada
g. Membagi tuga
fungsinya
h. Member petun
pelaksanaan tugas
k. Membina dan
pelatihan dan penempatan tenaga kerja, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja
sertra transmigrasi
n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati, sesuai bidang tugas dan
fungsinya
Untuk masalah perlindungan tenaga kerja di Kabupaten Cirebon maka tugas ini
dilaksanakan oleh Bidang Pengawasan dan Perlindungan Tenaga Kerja dipimpin oleh
seorang Kepala Bidang merupakan unsur pelaksanaan yang berada dibawah dan
kerja. Untuk melaksanakan tugas Bidang Pengawasan dan Perlkindungan Tenaga Kerja
mempunyai fungsi:
b. Pengelolan ur
fungsinya
b. Mengelola pen
c.Mendistribusikan dan member petunjuk pelaksanaan tugas kepada para Kepala Seksi,
d. Membina dan
perlindungan tenaga kerja meliputi norm,a kerja, norma penempatan dan pelatihan,
norma jaminan sosial tenaga kerja dan organisasi pekerja/buruh, norma keselamatanm
dan kesehstan serta hal-hal laim yang berkaitan dengan pelaksanaan ratifikasi ILO
g. Menyusun kon
h. Mengoreksi d
jaminan sosial tenaga kerja, norma kerja perempuan dan anak, norma hubungan kerja
kerja
k. Melaksanakan
ketenagakerjaan
l. Memberikan saran dan bahan pertimbangan kerja Kepala Dinas yang berkaitan dengan
Bidang Pengawasan dan Perlindungan Tenaga Kerja dengan satuan Kerja terkait/Tim
q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai tugas dan
fungsinya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Cirebon adalah disebabkan karena faktor diri anak itu sendiri dan faktor perusahaan,
besar.
Anak-anak dalam hal ini dipekerjakan oleh pihak perusahaan pada bagian
pengepakan dengan upah berkisar antara 10.000 hingga 15.000 perhari sedangkan
upah untuk orang dewasa adalah berkisar 30.000 hingga 40.000 perhari hal inilah
yang menjadi alasan perusahaan ansk karna upahnya lebih murah dari orang dewasa
kecil.
Pekerja anak tidak banyak menuntut kepada pihak perusahaan misalnya masalah
waktu kerja dan minimnya upah ataupun terhadap aturan yang di terapkan pihak
perusahaan.
Dalam hal ini pekerja anak mudah diatur oleh pihak peruahaan misalkan dalam
waktu bekerja, pekerja anak ini bekerja dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 17.00
WIB sedangkan pekerja dewasa hanya mau bekerja 08.00 WIB sampai dengan
Pekerja anak disamping memiliki tenaga yang lebih kuat juga mereka lebih rajin
dalam melakukan pekerjaan dibanding pekerja dewasa hal ini disebabkan karena
pekerja anak lebih takut pada majikan atau pihak perusahaan di dalam menjalankan
pekerjaannya.
1. Faktor Ekonomi
ekonomi keluarga, berdasarkan informasi yang dihimpun dari hasil wawancara dengan
anak yang bekerja tersebut diperoleh informasi bahwa sebagian besar sanak bekerja di
sektor informal menyatakan, bahwa sebenarnya alasan bekerja karena terpaksa untuk
memperoleh tambahan penghasilan guna membantu membiayai kebutuhan keluarga,
yang diperoleh anak yang bekerja di PT Hutan Unggul Persada (HUP) ini ratsa-rata berasal
dari keluarga yang tidak atau kurang mampu secara ekonomi. Sebagian besar anak-anak
yang bekerja ini orang tuanya berpenghasilan kecil dan tiodak menentu, dan kondisi
demikianlah yang memaksa anak bekerja tanpa memilih dan memilah jenis dan resiko
pekerjaan, dengan harapan yang penting dapat memperoleh tambahan penghasilan untuk
membantu kedua orang tua, atau setidaknya untuk membantu mencukupi kebutuhan
Disamping itu dari faktor ekonomi ini juga sangat dipengaruhi oleh konteks
ekonomi local, yang memberikan peluang bagi anak-anak untuk bekerja. Pada suatu daerah
local yang dilakukan dengan pengelolaan tradisonal cenderung hanya bertumpu pada
modal yang dimiliki dan berorientasi pada perolehan keuntungan yang sebesar-besarnya.
ketenagakerjaannya, dalam pengertian tidak memiliki system perburuhan yang cukup baik,
misalnya mengenai hubungan antara majikan dengan pekerjanya, jaminan tenaga kerjanya,
Kondisi factual yang demikian pada akhirnya melemahkan diri pihak pemberi
kerja/majikan dalam pola perekrutan tenaga kerja, dan mempertahankan tenaga kerjanya
akhirnya harus menekan biaya produksi. Upaya ini tidak mungkin dilakukan terhadap
bahan-bahan produksi, seperti tepung untuk pabrik roti, atau kedelai untuk pabrik tempe
tahu, dan lain sebagainya, sebab harga-harga untuk jenis komoditi tersebut sudah standar,
sehingga untuk tetap dapat menjalankan produksinya pilihan terakhir dengan cara menekan
biaya tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan biaya tenaga kerja, menekan atau mengurangi
ongkos tenaga kerja dewasa dirasakan tidak mungkin dilakukan, sehingga pilihan yang
realities dengan cara menguntungkan bagi pemilik usaha, karena dapat membayar upah
rendah dan dapat mudah mendapatkannya disekitar tempat usaha, sehingga semakin
Di samping faktor ekonomi, salah satu penyebab anak bekerja adalah faktor keluarga,
sebab keluarga merupakan komunitas pertama yang membentuk anak baik secara mental,
dan kepribadian, bahkan keluarga merupakan tempat utama bagi anak dalam memperoleh
hak-hak dasar mereka sebagai anak. Faktor keluarga yang paling dominan menentukan
seorang anak boleh bekerja atau tidak adalah orang tua, sebab orang tua merupakan orang
yang pertama berhubungan langsung dengan anak. Orang tua ibaratnya mewakili semua
kepentingan, hak, kewajiban dan tanggung jawab dari anak-anaknya, sehingga pada
akhirnya orang tualah yang harus menentukan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan
oleh anak-anaknya yang masih dibawah umur. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang
tua, walaupun sulit menduga berapa besar proporsi orang tua yang tidak setuju jika
anaknya harus bekerja, namun dari beberapa orang tua yang diwawancarai di lokasi
penelitian lebih memilih alasan bahwa nasib seorang anak ditangan Tuhan.
orang tua anak yang bekerja sebagai buruh tani, atau bnuruh bangunan, tukang tambal ban,
dan pekerjaan yang sejenisnya, maka dapat dihitung berapa upah atau penghasilan yang
diterima setiap hari, berapa jumlah total selama satu bulan, dan apabila diperhitungkan
dengan kebutuhan normal keluarga setiap bulannya tidak akan mencukupi, bahkan apabila
ditambah biaya sekolah, pemeliharaan kesehatan keluarga, sakit misalnya, atau kebutuhan-
kebutuhan lain temporer sifatnya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain kecuali harus
Anak yang bekerja untuk membantu keluarganya mencari nafkah dinilai sebagai
bentuk kepekaan, empati, dan tepo seliro seorang anak dalam melihat persoalan keluarga.
Semakin banyak pengorbanan yang diberikan seorang anak kepada orang tuanya, maka
semakin besar pula pahala yang didapatka. Pameo-pameo demikian memang masih
diyakini sebagai sebuah kebenaran oleh masyarakat atau komunitas pedesaan tertentu.
Pameo-pameo seperti ini juga menyebabkan timbulnya dorongan terhadap anak yang
dengan sendirinya akan sadar dan ikhlas melakukan pekerjaannya dengan senang hati,
yaitu dengan mendapatkan label-label sebagai anak yang baik, rajin. Sholeh, berbakti
Dalam hubungannya dengan faktor budaya ini, bahwa selain tekanan kemiskinan,
masih terdapat faktor-faktor lain yang mendorong anak-anak dipedesaan cenderung atau
terpaksa terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu: Faktor kultur atau juga disebut sebagai
faktor tradisi, yang memandang bahwa anak-anak yang sejak dini terbiasa bekerja,
merupakan bagian dari proses sosialisasi untuk melatih anak mandiri dan merupakan
bentuk darma bakti anak kepada orang tua. Tradisi demikian hamper merata di seluruh
wilayah pedesaan, kebiasaan orang tua mengajarkan cara bercocok tanam hingga memanen
merupakan upaya orang tua dalam mempersiapkan anak kelak menjadi dewasa dan
berumah tangga. Faktor tradisi atau budaya merupakan salah satu faktor yang
Dari beberapa responden mengungkapkan bahwa alasan mereka bekerja adalah untuk
lebih meningkatkan kemandirianya, tidak tergantung lagi dengan oirang tua dalam hal
pemenuhan kebutuhannya, selain itu bisa membeli apa yang mereka inginkan. Faktor inilah
yang mungkin termasuk yang dijatakan oleh Bagong Suyanto, bahwa penyebab seorang
anak bekerja disebabkan oleh faktor daya tarik yang ditawarkan oleh pemilik usaha atau
kegiatan produksi tersebut. Dikatakan lebih lanjut, bahwa dengan bekerja terbukti anak-
anak dapat memiliki penghasilan dan bahkan memiliki otonomi untuk mengelola uang
yang diperolehnya secara mandiri. Meskipun uang ini biasanya tidak dipakai sepenuhnya
oleh anak itu, karena sebagian besar diberikan kepada orang tuanya, tetapi bagi mereka
Selanjutnya dikatakan bahwa kemungkinan anak yang bekerja juga merupakan bentuk
“pelarian”, menurutnya bagi anak laki-laki maupun perempuan yang disebabkan dalam
beberapa hal atau beberapa faktor menyebabkan mereka lebih memilih bekerja diluar
rumah adalah sebagai bentuk pelarian dari beban pekerjaan dirumah yang acapkali
dipandang menjenuhkan, disamping mereka juga ingin merasakan suasana yang lain seperti
5. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dalam hal ini dimaksudkan sebagai lingkungan social anak yang
bejkerja diluar lingkungan keluarga, seperti teman, tetangga, kerabat atau saudara dekat
dari anak tersebut. Keterlibatan anak yang bekerja tidak sedikit yang disebabkan oleh
adanya pengaruh teman-temannya, baik teman tetangga yang sebaya, maupun teman-teman
yang sekoklah yang lebih dulu bekerja untuk membantu orang tuanya mencari nafkah
untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya, disamping itu mereka juga
mendapatkan uang saku untuk jajan. Melihat teman-temannya sukses dalam bekerja dan
pekerjaan yang dilakukan menurut anak-anak yang bekerja dirasa tidak terlalu berat, tetapi
menghasilkan uamg banyak, maka anak-anak hal tersebut merupakan daya tarik tersendiri
Dalam hubungan ini selanjutnya Bagong Suyanto menyatakan, bahwa seorang anak
bekerja karena adanya pengaruh peer-group dan lingkungan social yang kondusif
mendorong anak bekerja dalam usia dini. Di pedesaan, bagi anak-anak bekerja tidak
dipahami sebagai sebuah beban yang mengganggu, melainkan mereka justru acapkali
meresa dengan bekerja mereka dapat sekaligus memperbanyak teman dan bisa bermain
Disamping beberapa faktor penyebab anak bekerja, tidak dapat dipungkiri adanya
faktor lain yang mendorong anak bekerja, yaitu dorongan atau ajakan dari sanak saudara.
Pada umumnya faktor saudara atau kerabat ini dilator belakangi oleh kondisi ekonomi
orang tua anak yang bekerja, atau ekonomi keluarga yang pas-pasan, meski kedua orang
tuanya sudah bekerja, tetapi belum mencukupi kebutuhan keluarga. Melihat hal ini kerabat
atau keluarga dekat lazimnya m,enwarkan kepada anak untuk ikut bekerja bersamanya
dengan alasan untuk ikut membantu ekonomi keluarga. Namun juga tidak tertutup
kemungkinan saudara yang mengajak anak untuk bekerja adalah saudara atau kerabat yang
lebih mampu secara ekonomi, dan memiliki usaha, baik dalam skala kecil maupun skala
menengah. Bahkan kemumngkinan juga yang meminta bekerja adalah anak yang
bersangkutan, atau orang tua dari anak yang bersangkutan, dengan alasan untuk menambah
Ketrlibatan anak dalam aktivitas ekonomi secara penuh didasarkan pada trade of
yang optimal. Anak-anak harus terpaksa meninggalkan bangku sekolah, untuk bekerja
penuh dalam rangka ikut meningjatkan pendapatan keluarga yang umumnya sangat
marginal. Paling tidak demikianlah anggapan anggota keluarga terhadap anak yang harus
bekerja dalam keadaan masyarakat miskin. Bertambahnya anggota keluarga yang mencari
nafkah, maka oendapatan per kapita keluarga diharapkan naik meskipun anak harus
Unggul Persada (PT.HUP) telah mengeksploitasi anak dijadikan sebagai pekerja pada
perusahaannya.
Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 13 Tahun
besar.
3. Tidak diberlakukan hak-hak pekerja seperti hak atas perlindungan kesehatan dan
dalam kasus pabrik teh PT Hutan Unggul Perrsada (PT.HUP) yang beralamat di Jl Sultan
anak-anak denga usia sekitar 12 sampai 15 tahun yang berasal dari lingkungan sekitar
pabrik, adapun dari jumlah tersebut laki-laki berjumlah 37 anak dan perempuan berjumlah
43 anak. Dalam hal ini pihak perusahaan melanggar ketenmtuan Undang-undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan.
“Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2000.000.000,00 (Dua Ratus
Juta Rupiah)”
2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa nak adalah setiap orang yang berumur 18 (delapan
belas) tahun, dan juga telah ditegaskan dalam Pasal 68 Undang-undang Ketenagakerjaan
bahwa setiap pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Tetapi ketentuan Pasal 68 dapat
dikecualikan bagi anak berumur 13 (tiga belas) tahun sampai 15 (lima belas) tahun untuk
fisik, mental dan sosialnya sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 69 ayat (1).
1. Bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai deengan 15 (lima belas)
dan kesehatan fisik, mental dan social (dilihat Pasal 69 ayat [1] UUK). Untuk
mempekerjakan anak untuk pekerjaan ringan ini harus ada (lihat Pasal 69 ayat [2]
UUK):
2. Bagi anak yang berumur sedikitnya 14 (empat belas) tahun, dapat melakukan
pekerjaan ditempat yang merupakan bagian dsri kurikulum pendidikan atau pelatihan
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang (lihat Pasal 70 ayat [2] UUK). Pekerjaan
yang sesuai dengan kurikulum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
3. Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya dengan
(enam belas) tahun. Namun, konsukltan hukum Ketenagakerjaan Umar Kasim dalam
“Untuk anak yang berumur antara 15 s/d 18 tahun sudah dapat dipekerjakan (secara
normal/umum) akan tetapi tidak boleh dieksploitasi untuk bekerja pada pekerjaan-
pekerjaan yang membahayakan (the worst forms) baik ancaman/bahaya bagi kesehatan
maupun keselamatan atau moral si anak pada usia ini, anak sudah dianggap cakap
(bekwaan) untuk melakukan hubungan kerja tanpa kuasa/wali (pasal 2 ayat [3]
182)”
diatas. Bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam hal mempekerjakan anak, maka
ada sanksi yang dapat dikenakan terhadap pengusaha. Sanksnya antara lain sebagai berikut:
- Barangsiapa mempekerjakan anak dan melanggar Pasal 68 dan Pasal 69 ayat [2]
UUK dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp400
- Sedanhkan pelanggaran terhadap Pasal 71 ayat [2] UUK dikenakan sanksi pidana
kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan pling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta (lihat Pasal 187 ayat
[1] UUK)
Jadi bilamana pelaku usaha yang mempekerjakan anak dan terbukti melanggar
hal-hal tersebut diatas, maka aka nada sanksi hukum yang dikenakan terhadap pelaku usaha
tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya pelaku usaha memastikan bahwa pelaku usaha telah
Perlindungan hukum terhadap pekerja anak tidak dapat dilepaskan dengan hak
asasi manusia, sebab secara konstitusional. Indonesia telah mengakui hak untuk bekerja
didalam Pasal UUD 1945, dan termasuk didalam klasifikasi hak yang bersifat asasi. Sela
njutnya mengenai hak bagi setiap orang untuk bekerja ini dapat dilihat di dalam ketentuan
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum yang adil serta perlakuan yang
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
(3) Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Selanjutnya di dalanm ketentuan Pasal
1 ayat (1), mengenai pengertian Hak Asasi Manusia dirumuskan sebagai berikut
“seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi oleh Negara, hukum pemerintah dan setiap orang, demi penghormatan serta
Hak Asasi Manusia ialah hak yang dimiliki oleh seseorang karena orang itu adalah
adalah hak yang melekat pada pribadi manusia sejak manusia dilahirkan untuk
memopertahankan martabat dan nilai kemanusiaannya (human worth and dignity) yang
tidak mengenal pengotakan ras, bangsa, agama, derajat serta kedudukan”. HAM inherent
dengan kodrat manusia, merupakan keleluasaan atau kebebasan manusia yang diterima dan
dibutuhkan untuk perwujudan realitas manusia, yaitu seasli-aslinya seperti yang digariskan
oleh Tuhan. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia ini telah
mengimplementasikan keinginan ketentuan Pasal 28D UUD 1945 sebagai hukum dasar
yang mempunyai kedudukan tertinggi di Indonesia. Diaturnya hak untuk bekerja melalui
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tersebut, secara normative dapat dikatakan semakin
mempertegas keberadaan hak bekerja bagi setiap warga Negara, sekaligus sebagai upaya
pengakuan, pemenuhan, dan jaminan perlindungan hukum terhadap hak beklerja bagi
setiap warga Negara, yang selama ini pengaturannya di dalam UUD 1945 hanya bersifat
mendasar.
dikerjakan anak. Selanjutnya mengenai hal ini dapat dilihat didalam Keputusan Presiden
Nomor 59 Tahun 2002 tentang Bentuk-bentuk Pekerjaan yang Dilarang Untuk Anak, dan
juga Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-235/MEN/2003
yang pada prinsipnya melarang anak untuk bekerja pada jenis-jenis pekerjaan tertentu.
Secara yuridis terkait dengan larangan pekjerja anak ini, juga mewajibkan pemerintah
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan , hal ini telah diatur di dalam ndang-
hubungan kerja
2. Upaya penanggulangan sebagaiamana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
khusus berkaitan dengan pengembangan bakat dan minat anak, yang diatur didalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kep.115/MEN/VII/2004 tentang
Perlindungan Bagi Anak yang ditetapkan pada tanggal 7 juli 2004. Jenis-jenis pekerjaan
yang membahayakan terhadap anak diatur dalam Keoputusan Menteri Tenaga Kerja dan
membahsayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak yang ditetapkan pada tanggal 31
pemerintah untuk menanggulangi anak yang bekerja diluar hubungan kerja dan upaya
penanggulangan tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hubungan kerja antara anak
yang bekerja dan pihak yang mempekerjakan anak dapat terjadi, baik pada perusahaan
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti pada industry rumahan
Kondisi factual banyakbntya pekerja anak ini tidak jarang dimanfaatkan oleh pihak-
pihak tertentu, khususnya pengusaha atau pemberi kerja, yang mempekerjakan anak tanpa
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, khususnya Pasal 69 ayat (2) tentang
bekerja di sector informal, seperti penjual Koran, indutri rumah tangga atau home industry,
bahkan anak0-anak yang dilacurkan atau trafficking. Konsep perlindungan hukum yang
pelaksanaannya, sebenarnya sudah cukup baik, karena sudah mengandung aspek normative
dan aspek doctrinal. Sebagai contoh dalam ketentuan Pasal 75 Undang-undang Nomor 13
melakukan upaya penanggulangan anak yang bekerja diluar hubungan kerja”. Namun
sampai saat ini pemerintah belum juga pernah mengeluarkan seperangkat peraturan sebagai
yang bekerja di sector informal. Pengaturannya saat ini masih menyandarkan pada Undang-
BAB V
A. Kesimpulan
1. Eksploitasi pekerja anak pada perusahaan Hutan Unggul Persada Cirebon adalah
a. Faktor diri anak itu sendiri seperti Faktor Ekonomi, Faktor Orang Tua, Faktor
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, Pekerja anak tidak terlalu banyak
tuntutan, Pekerja anak lebih mudah diatur oleh majikan, Pekerja anak lebih
mudah diatur oleh majikan, Pekerja anak lebih rajin dalam menjalankan
pekerjaannya.
2. Penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha yang mempekerjakan anak dilakukan
penyelidikan dan penangkapan oleh POLRES Cirebon dalam kasus pabrik teh PT Hutan
Unggul Persada (PT.HUP) yang beralamat di Jl Sultan Ageng Tirtayasa No.21 Desa
undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan perbuatan tersebut juga
khususnya Pasal 68, sehingga pelaku usahatersebut dapat dikenakan sanksi pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4(empat) tahun dan/atau denda
B. Saran-Saran
berikut:
ketenagakerjaan.