Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Mengembangkan Self Confidence Pada Anak Narapidana Melalui Metode


Pembelajaran Role Play

BIDANG KEGIATAN

PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Diusulkan Oleh:

Tia Utami Sucianti Mawarti 8111422286 Angkatan 2022

Chintya Chisannita Siboro 8111422300 Angkatan 2022

Dina Normanza Sibagariang 8111422311 Angkatan 2022

Widya Margareth Napitupulu 8111421422 Angkatan 2021

Fenita Mei Wulandari 1401422020 Angkatan 2022

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Kegiatan...............................................................................1
1.2. Tujuan Kegiatan............................................................................................3
1.3. Luaran............................................................................................................3
1.4. Manfaat Kegiatan..........................................................................................4
BAB 2......................................................................................................................5
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN.........................................5
2.1. Letak Geografis.............................................................................................5
2.2. Gambaran Masyarakat Sasaran.....................................................................5
2.3. Potensi dan Alternatif Pemecahan Masalah..................................................5
BAB 3......................................................................................................................7
METODE PELAKSANAAN................................................................................7
3.1. Tahapan Pra Kegiatan...................................................................................7
3.2. Tahap Pelaksanaan........................................................................................7
3.3. Tahapan Monitoring/Evaluasi.......................................................................9
3.4. Tahapan Pasca Kegiatan................................................................................9
BAB 4....................................................................................................................10
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................................10
4.1. Anggaran Biaya...........................................................................................10
4.2. Jadwal Kegiatan..........................................................................................10
LAMPIRAN..........................................................................................................12
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing.........................12
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan.......................................................21
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas............24
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan..................................................25
Lampiran 5. Denah Detail Lokasi Mitra Kerja...................................................25

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kegiatan


Lembaga Khusus Pembinaan Anak adalah lembaga serta tempat pada anak
dalam menjalani masa pidananya. Hal tersebut dipertegas dalam Pasal 3 Peraturan
Menteri Hukum dan HAM No.18 tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja
lembaga bpembinaan khusus anak. Di Semarang, LPAK berada di Jalan Raya
Semarang-Boja KM.4, Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa
Tengah. Pada Lembaga Khusus Pembinaan Anak kali ini, kelompok kami akan
melakukan dalam bidang pendidikan yakni bagian pertumbuhan dan
perkembangan karakter yakni kepercayaan diri.
Self confidence atau yang biasa disebut dengan percaya diri merupakan
suatu kemampuan dan penilaian terhadap diri sendiri dalam bersosialisasi dan
melaksanakan tugas dan memilih pendekatan yang dinilai cukup efektif.
Kepercayaan diri yang dimaksud di dalam hal ini adalah kepercayaan atas
kemampuan individu dalam menghadapi kehidupan dan kemampuan individu atas
pendapat maupun keputusannya. Individu yang memiliki keberanian dalam
kesehariannya dalam menjalani kehidupan tidak akan memiliki ketakutan dalam
bertemu orang baru dan tantangan baru.
Kepercayaan diri sangat penting terhadap setiap orang termasuk anak-anak
dan remaja. Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009,
kategori yang dimaksud dengan anak-anak adalah mulai dari usia 5-11 tahun dan
kategori remaja adalah 12-16 tahun (masa remaja awal), 17- 25 tahun (masa
remaja akhir). Di setiap usia tersebut dan di setiap kategori baiknya memiliki
kepercayaan diri yang cukup baik dari kategori anak-anak sampai kategori remaja
akhir.
Mengembangkan suatu kepercayaan diri seorang anak maupun remaja
memiliki dampak yang sangat baik di lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan
penelitian Warman pada tahun 2013, seorang anak maupun remaja yang percaya
diri akan terlihat dari kebiasaan dan kesenangan mereka. Seorang anak dan remaja
yang percaya diri, akan berusaha keras dalam kegiatan belajar. Kemudian, anak
dan remaja yang percaya diri akan memiliki rasa optimis terhadap keinginan
sehingga mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Sebaliknya, jika seorang anak ataupun remaja tidak memiliki rasa percaya diri,
mereka akan malas dalam hal pembelajaran dan akan selalu pesimis terhadap
sesuatu hal.
Senjata utama seseorang untuk menjadi produktif dan sukses di masa
depannya adalah memiliki kepercayaan diri. Sesuai uraian di atas, percaya diri
akan melahirkan potensi baru, selanjutnya akan melahirkan optimis dalam
pencarian potensi baru, dan yang terakhir akan memiliki potensi baru yang
tentunya akan berguna untuk kehidupan anak atau remaja tersebut. Ketika anak
dan remaja ini memiliki potensi yang baru, mereka akan memiliki semangat untuk
mencari sesuatu hal yang berguna untuk kehidupan saat beranjak dewasa. Dalam
artian, anak atau remaja ini akan luwes dalam mencari pekerjaan atau memberikan
lapangan kerja yang sangat berguna dengan aktivitas produktif nantinya. Semua
anak sebaiknya memiliki kepercayaan diri seperti yang diuraikan diatas. Karena
kepercayaan diri suatu individu sangat berefek untuk kehidupan pribadi dan
kehidupan lingkungan sekitar.
Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-4
dinyatakan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah salah satunya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Secara eksplisit, dinyatakan dalam frasa itu bahwa seluruh
bangsa Indonesia harus memiliki potensi yang luar biasa untuk bersaing di dunia
luar. Generasi emas adalah mereka yang masih menginjak kategori anak dan
remaja. Masa depan bangsa dan negara ada di tangan mereka. Mereka akan cerdas
jika berawal dari kepercayaan diri yang sudah terbentuk.
Anak akan memiliki kepercayaan diri yang baik jika berasal dari
lingkungan yang baik dan pada umumnya memiliki motivasi juga dari
lingkungannya. Hal tersebut karena lingkungan yang positif terhadap anak akan
membentuk suatu rasa yang gembira dan senang terhadap sesuatu hal yang
dimilikinya ataupun yang dicapainya. Anak akan merasa dihargai ketika mereka
tidak dikucilkan. Perasaan berharga dalam seorang anak akan mendorong rasa
gembira tersebut dan akan menghasilkan kepercayaan diri yang sebagaimana
diharapkan oleh banyak orang di masyarakat. Sayangnya, tidak semua anak
memiliki lingkungan yang baik untuk membangun kepercayaan dirinya.
Hal tersebut tentunya sangat berbeda dengan anak yang sudah pernah
terpidana dan masuk dalam tahap rehabilitasi. Anak yang dipidana tentunya
karena telah berbuat kesalahan yang fatal. Mereka akan berada di lingkungan
yang termasuk negatif atau yang dikenal dengan lingkungan toxic. Jika pada kasus
anak yang dipidana, maka lingkungan toxic yang dimaksud adalah sesama mereka
yang sudah berbuat perilaku yang tidak sewajarnya dilakukan apalagi masih di
usia yang sangat muda disebabkan oleh lingkungan awal mereka
Lingkungan toxic mendorong anak untuk melakukan sesuatu hal yang
buruk dan mereka berakhir di Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang merupakan
lembaga baru dari LAPAS atau lembaga pemasyarakatan. Ketika anak masuk ke
dalam LPAK dan tiba saatnya mereka kembali berada di lingkungan masyarakat,
anak tersebut pasti akan dikucilkan masyarakat. Apalagi bisa dikatakan mereka
sudah tidak memiliki kepercayaan diri lagi ketika mereka dikucilkan. Lebih
parahnya lagi, anak sudah tidak memiliki kepercayaan diri karena sudah
berhadapan dengan hukum yang tidak seharusnya mereka hadapi.

2
Anak memiliki perasaan yang sensitif jika dipertemukan dengan hal-hal
yang sudah dianggap menakutkan oleh mereka. Selain itu, anak adalah kategori
yang paling berpengaruh ketika mereka membuat kesalahan. Saat mereka sudah
beranjak dewasa dan teringat dengan kejadian di masa lampau, maka individu itu
akan memiliki ketidakseimbangan terhadap kehidupannya. Ketika
ketidakseimbangan itu terjadi maka hal yang buruk akan terjadi. Hal buruk yang
terjadi bisa saja mereka melakukan kesalahan yang sama, melakukan kesalahan
yang lebih berbahaya dari sebelumnya, yang lebih parah lagi mereka akan
merusak diri sendiri. Hal tersebut yang akan dilakukan oleh anak ketika sudah
dewasa, akan berakhir atau berujung dengan istilah kriminal. Kriminal adalah
sesuatu hal yang sangat dan paling dihindari di kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Maka dari itu, kriminal harus dihindari dari dini yakni dari kategori
anak hingga remaja agar dewasa nanti mereka tidak menjadi pelaku kriminal.
Kenyataan bahwa di lingkungan LPAK adalah sekumpulan anak yang
terlibat kasus pidana. Bisa dikatakan bahwa mereka berasal dari lingkungan yang
sama, yakni lingkungan toxic. Selain itu mereka juga sama-sama memiliki
kebiasaan yakni berbuat tidak sewajarnya di usia mereka. Hal tersebut tentu
memiliki kesulitan tersendiri, ketika mereka akan berproses dengan sendirinya.
Digaris bawahi bahwa mereka berasal dari lingkungan toxic dan berakhir di
lingkungan toxic lag. Sebagaimana sudah dibahas, mereka akan sulit untuk
membangun kepercayaan diri karena mereka bukan berasal dan berakhir dari
lingkungan yang positif dalam membentuk kepercayaan diri mereka serta
mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas.
Oleh karenanya, kami memutuskan untuk melakukan pengabdian
masyarakat dalam bentuk kegiatan membangun self confidence atau kepercayaan
diri dalam diri anak yang berada di dalam LPAK. Kegiatan yang kami laksanakan
ini penuh dengan persiapan. Harapannya kegiatan pengabdian masyarakat kami
ini berguna untuk kepercayaan diri pada anak-anak yang berada di LPAK dan
berguna untuk tujuan negara Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

1.2. Tujuan Kegiatan


Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kepercayaan diri di dalam setiap
individu maupun keseluruhan yang berguna untuk kehidupan anak-anak di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Kegiatan ini juga diupayakan untuk
membantu Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam membangun pribadi
generasi emas bangsa yang lebih baik dan berguna untuk kehidupan berbangsa
dan bernegara. Kegiatan ini juga mempererat tali persahabatan anak-anak di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak untuk lebih peduli lagi terhadap sesama
mereka dan lingkungan mereka,

3
1.3. Luaran
Kegiatan ini akan menghasilkan:
1. Penyampaian seputar informasi apa itu percaya diri kepada anak-anak di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak dan mereka bisa membentuk
kepercayaan diri tersebut sehingga menjadi pribadi yang optimis,
kompetitif, dan berbudi pekerti yang baik.
2. Saran untuk mencari potensi diri melalui kepercayaan diri yang
diharapkan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang semakin
membuktikan bahwa semua anak itu memiliki masa depan yang cerah dan
memiliki jalannya masing-masing untuk menjadi orang sukses versi diri
mereka masing-masing.

1.4. Manfaat Kegiatan


Dengan adanya kegiatan belajar dalam bentuk baru yakni bermain peran
atau role play ini, diharapkan anak-anak dan remaja-remaja yang berada di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak dapat memahami kepercayaan diri sehingga
mereka dapat membentuk kepercayaan diri itu dengan versi mereka masing-
masing. Kegiatan ini diharapkan mampu membentuk tali persahabatan yang kuat
antara sesama anak-anak Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang berguna untuk
mereka ketika menghadapi dunia luar nantinya. Karena pembelajaran yang
dilakukan adalah dengan metode bermain peran, anak dan remaja di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak diharapkan untuk memiliki jati diri sendiri, mencintai
diri sendiri sehingga terbentuklah kepercayaan diri yang diinginkan. Diharapkan
pula dengan adanya kegiatan ini, apabila ada permasalahan mengenai sulitnya
bersaing dengan dunia luar, anak di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak
sudah memiliki potensi masing-masing yang sudah dibentuk dengan kegiatan
belajar ini dan dengan metode bermain peran yang sesuai dengan kepribadian
masing-masing dari mereka. Sehingga terbentuklah generasi yang rasional,
optimis, kompetitif, dan memiliki moral serta hati nurani terhadap setiap situasi
dan kondisi yang terjadi di lingkungannya masing- masing.

4
BAB 2

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

2.1. Letak Geografis

PKM-PM ini akan dilaksanakan di Lapas Kelas I Semarang yang berada di


jalan Raya Semarang- Boja KM.4, Wates, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa
Tengah. Kondisi geografis Lapas Kelas I Semarang berada di jalan Raya
Semarang-Boja seluas 4,5 hektar. Jarak tempuh dari Universitas Negeri Semarang
menuju Lapas sejauh 15 kilometer. Lapas ini berada dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Provinsi Jawa Tengah.

2.2. Gambaran Masyarakat Sasaran

Lapas Kelas I Semarang ini, memiliki kapasitas sebanyak 663 napi dan
Tahanan. Data terakhir pada 14 Maret 2022 jumlah total penghuni Lapas
Kedungpane mengalami over kapasitas, dengan jumlah penghuni mencapai 1.698
orang. Namun, tidak ada informasi yang spesifik mengenai jumlah narapidana anak
yang saat ini dihuni di Lapas Kedungpane Semarang. Narapidana anak, yang
usianya berkisar antara 12 hingga 18 tahun, sering kali menghadapi tantangan
psikologis dan emosional yang kompleks sebagai akibat dari pengalaman mereka
dalam sistem peradilan pidana. faktor yang mempengaruhi kecemasan narapidana
anak menjelang bebas, termasuk penolakan masyarakat terhadap mantan
narapidana anak yang dapat membuat narapidana kehilangan rasa kepercayaan diri
untuk menghadapi masyarakat setelah hukuman berakhir. Mereka mungkin telah
kehilangan rasa kepercayaan diri dan merasa terisolasi dari masyarakat.

Kami percaya bahwa dengan meningkatkan kepercayaan diri mereka,


narapidana anak akan memiliki peluang yang lebih baik untuk memulai kembali
kehidupan mereka setelah pembebasan, mengintegrasikan diri kembali ke dalam
masyarakat, dan menghindari kembali terlibat dalam perilaku kriminal. Program ini
bukan hanya tentang memberikan keterampilan praktis, tetapi juga tentang
memberikan harapan dan keyakinan pada narapidana anak bahwa mereka memiliki
potensi untuk berubah dan berkembang positif.

2.3. Potensi dan Alternatif Pemecahan Masalah

Metode pembelajaran role play adalah bahwa ini bukan sekadar program
pendidikan biasa. Ini adalah kesempatan untuk merangsang potensi yang seringkali
terabaikan dalam lingkungan pemasyarakatan. Narapidana anak adalah individu

5
yang memiliki keterampilan, bakat, dan impian yang unik. Metode role play
membuka pintu bagi mereka untuk mengeksplorasi dan mengasah kemampuan
mereka dalam lingkungan yang mendukung. Selain itu, pengembangan self-
confidence dapat menjadi kunci untuk memecahkan banyak masalah yang sering
kali terkait dengan narapidana anak, seperti peluang kerja yang terbatas,
stigmatisasi sosial, dan risiko kembali terlibat dalam tindakan kriminal. Ketika
narapidana anak memiliki keyakinan diri yang kuat, mereka lebih mungkin
mengambil inisiatif untuk mengambil peluang pendidikan dan pelatihan yang ada
di dalam lembaga pemasyarakatan. Mereka juga memiliki potensi untuk menjadi
panutan bagi sesama narapidana anak dan menjadi anggota yang produktif dalam
masyarakat setelah pembebasan.

Alternatif pemecahan masalah lain yang perlu diperhitungkan adalah


pemberdayaan narapidana anak untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan program ini. Mereka mungkin memiliki ide-ide kreatif dan perspektif
yang berharga tentang cara program ini dapat ditingkatkan. Selain itu, melibatkan
keluarga narapidana anak dan masyarakat luas dalam mendukung proses
rehabilitasi mereka juga merupakan langkah yang krusial. Masyarakat perlu diberi
pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya memberikan kesempatan kedua
kepada narapidana anak dan mengurangi stigmatisasi yang dapat menghalangi
reintegrasi mereka.

Dengan menggabungkan potensi individu narapidana anak, metode role


play yang inovatif, dan keterlibatan komunitas, kita dapat menciptakan pendekatan
holistik yang efektif untuk mengembangkan self-confidence dan meretas jalur yang
lebih positif bagi mereka dalam perjalanan rehabilitasi mereka. Proyek ini bukan
hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga tentang memberdayakan dan
memotivasi narapidana anak untuk membangun masa depan yang lebih cerah.

6
BAB 3

METODE PELAKSANAAN

3.1. Tahapan Pra Kegiatan

Adapun tahapan yang dilaksanakan dalam pra kegiatan program ini sebagai berikut:

1. Perizinan dan Izin: Mendapatkan izin resmi dari otoritas yang berwenang,
termasuk lembaga pemasyarakatan atau pihak yang bertanggung jawab atas
fasilitas tempat program akan dilaksanakan. Termasuk persetujuan untuk
memasuki lembaga pemasyarakatan dan melaksanakan program di sana.
2. Koordinasi tim PKM-PM
a. Koordinasi dengan dosen pendamping. Dosen pendamping
memberikan masukan terhadap perencanaan yang telah dibuat tim
PKM-PM.
b. Koordinasi dengan Kepala Lapas Kelas I Semarang, Ketua PKK
(Mitra). Dalam hal ini, tim PKM-PM akan mensosialisasikan
rencana pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat.

3. Persiapan persediaan alat dan bahan pelatihan.

3.2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan yang dilakukan pada kegiatan ini meliputi delapan


tahap yakni:

1. Identifikasi Peserta: Langkah ini melibatkan identifikasi anak narapidana


yang akan mengikuti pelatihan. Ini bisa termasuk kriteria pemilihan peserta
dan proses seleksi.
2. Penilaian Awal: Ini adalah langkah untuk menilai tingkat kepercayaan diri
awal peserta. Penilaian ini bisa mencakup kuesioner, wawancara, atau
metode penilaian lainnya.
3. Perencanaan Pelatihan: Di sini, kami dapat menunjukkan bagaimana
pelatihan akan direncanakan, termasuk topik-topik yang akan dibahas,
jadwal pelatihan, materi yang akan digunakan, dan sumber daya yang
diperlukan.
4. Pembelajaran Role Play: Ini adalah inti dari program. kami dapat
menunjukkan bagaimana role play akan digunakan sebagai metode
pembelajaran. Ini termasuk pengembangan skenario, pelatihan peran, dan
pelaksanaan role play.

7
5. Pendukung Psikologis: Ini adalah langkah di mana Anda dapat
menunjukkan bagaimana kami akan memberikan dukungan psikologis
kepada peserta untuk mengatasi ketidakpastian atau kecemasan selama role
play.
6. Evaluasi dan Umpan Balik: Setelah setiap sesi role play, kami dapat
menunjukkan bahwa akan ada evaluasi dan umpan balik dari peserta. Ini
akan membantu dalam mengukur kemajuan mereka.
7. Penguatan Hasil: Bagian ini dapat mencakup tindakan yang akan diambil
untuk memperkuat hasil pelatihan. Ini bisa mencakup sesi refleksi, tindak
lanjut, atau rekomendasi untuk perkembangan lebih lanjut.
8. Evaluasi Akhir: Setelah program selesai,kami dapat menunjukkan
bagaimana evaluasi akhir akan dilakukan untuk mengukur perubahan dalam
tingkat kepercayaan diri peserta.

Tujuan program yang hendak dicapai dalam tahapan pekerjaan diatas


adalah:

1. Meningkatkan Self-Confidence Narapidana Anak: Tujuan utama adalah


meningkatkan tingkat kepercayaan diri narapidana anak. Dengan
meningkatnya self-confidence, diharapkan mereka akan memiliki keyakinan
yang lebih kuat dalam kemampuan mereka sendiri.
2. Mengurangi Risiko Kekambuhan: Program ini bertujuan untuk mengurangi
risiko narapidana anak kembali terlibat dalam perilaku kriminal setelah
pembebasan. Dengan meningkatkan kepercayaan diri mereka, mereka dapat
lebih siap untuk menghadapi tantangan di luar lembaga pemasyarakatan.
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial: Role play mengajarkan keterampilan
sosial yang penting, termasuk kemampuan berkomunikasi, bekerja sama,
dan menyelesaikan konflik. Tujuan adalah memperbaiki interaksi sosial
narapidana anak.
4. Meningkatkan Keterampilan Berbicara di Depan Umum: Dalam role play,
narapidana anak berlatih berbicara di depan orang lain. Tujuan adalah untuk
mengurangi rasa gugup dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
berbicara dengan percaya diri di berbagai situasi.
5. Memberikan Harapan dan Inspirasi: Program ini juga memiliki tujuan moral
untuk memberikan harapan kepada narapidana anak bahwa mereka
memiliki potensi untuk perubahan positif. Ini bisa menjadi sumber motivasi
yang kuat untuk mereka.
6. Peningkatan Integrasi Kembali ke Masyarakat: Program ini bertujuan untuk
mempersiapkan narapidana anak untuk integrasi kembali ke dalam
masyarakat setelah pembebasan mereka. Dengan self-confidence yang
ditingkatkan dan keterampilan yang diperoleh, diharapkan mereka akan
lebih sukses dalam mengejar pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
lebih positif.

8
7. Evaluasi Dampak Positif: Tujuan juga mencakup evaluasi yang sistematis
untuk mengukur dampak positif dari program ini. Ini dapat membantu
dalam perbaikan program dan juga dapat digunakan untuk mendukung
argumentasi untuk program serupa di masa depan.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, program ini diharapkan dapat


memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperbaiki kehidupan narapidana
anak dan mengurangi tingkat kekambuhan di antara mereka.

3.3. Tahapan Monitoring/Evaluasi

Tahapan monitoring dan evaluasi (M&E) adalah bagian kunci dari program
"Mengembangkan Self Confidence Pada Narapidana Anak Melalui Metode
Pembelajaran Role Play." Melalui M&E, program ini secara rutin memantau
kemajuan, partisipasi, dan dampak program pada narapidana anak yang menjadi
peserta. Data-data yang dikumpulkan membantu tim pelaksana untuk menilai
efektivitas program dan mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan. Selain itu,
M&E juga memungkinkan program ini untuk memberikan laporan yang transparan
kepada pihak berwenang dan pemangku kebijakan, yang dapat digunakan untuk
mendukung keberlanjutan dan pengembangan program serupa di masa depan.
Dengan demikian, tahapan monitoring dan evaluasi adalah landasan penting untuk
memastikan bahwa program ini berhasil mencapai tujuannya dalam
mengembangkan self-confidence narapidana anak dan mengurangi risiko kembali
terlibat dalam perilaku kriminal setelah pembebasan.

3.4. Tahapan Pasca Kegiatan

Tahapan pelaporan dan diseminasi hasil program kepada pihak berwenang


dan masyarakat luas. Ini adalah langkah penting untuk menginformasikan
masyarakat tentang manfaat program ini dan untuk mendukung pemahaman yang
lebih baik tentang rehabilitasi narapidana anak. Selain itu, program ini juga akan
memberikan dukungan setelah pembebasan kepada narapidana anak yang telah
mengikuti program, seperti penyediaan sumber daya dan koneksi dengan layanan re
integrasi masyarakat. Dengan demikian, tahapan pasca kegiatan adalah kelanjutan
dari upaya program untuk memastikan bahwa narapidana anak memiliki peluang
terbaik untuk sukses dalam memulai kembali kehidupan mereka setelah masa
pemasyarakatan.

9
BAB 4

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1. Perlengkapan yang diperlukan 5.360.000

2. Bahan habis pakai 312.000

3. Transportasi 298.000

4. Lain-lain 792.500

Jumlah 6.762.500

4.2. Jadwal Kegiatan

N Jenis Bulan Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Penanggun


o Kegiata g jawab
n ke-1

1. Persiap Widya
an Margareth
Napitupulu

2. Pembel Fenita Mei


ian alat Wulandari
dan
bahan

3. Promos Dina
i Normanza
Sibagariang

4. Produk Tia Utami


si dan Sucianti
pelaksa Mawarti
naan

10
Chintya
Chisannita
Siboro

Dina
Normanza
Sibagariang

5. Evalua Tia Utami


si dan Sucianti
pembu Mawarti
atan
laporan

6 Penyus Chintya
unan Chisannita
laporan Siboro
kemaju
an

7. Penyus Tia Utami


unan Sucianti
laporan Mawarti
akhir,
penulis Chintya
an Chisannita
artikel Siboro
ilmiah
Dina
Normanza
Sibagariang

11
LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing

12
13
14
15
16
Biodata dosen pendamping

A. Identitas Diri

Nama Lengkap Waspiah, S.H.,M.H


(dengan gelar)

Jenis Kelamin Perempuan

Program Studi Ilmu Hukum

NIP/NIDN 198104112009122002/
0011048105

Tempat Dan Tanggal Tegal, 11-April-1981


Lahir

Alamat EMail waspiah@mail.unnes.ac.id

Nomor Telepon/HP 081575203654

B. Riwayat pendidikan

Jenjang Bidang Ilmu Institusi Tahun Lulus

Sarjana (S1) Ilmu Hukum Universitas 2006


Negeri
Semarang

Magister Magister Ilmu Hukum Universitas 2019


(S2) Diponegoro

Doktor (S3) - - -

17
C. Rekam jejak tri Dharma PT

Pendidikan/Pengajaran

Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan Sks

Pengantar Ilmu Hukum Wajib 4

Hukum Perdata Wajib 4

Kekayaan Intelektual Wajib 2

Penulisan Karya Ilmiah Wajib 2


Mahasiswa

Penelitian

Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun

Pengarusutamaan Nilai-Nilai DIPA FH 2021


Kearifan Lokal Dalam UNNES
Pengaturan Paten Sederhana
Di Indonesia

Implementasi Komersialisasi DIPA FH 2022


Invensi Paten Sederhana Di UNNES
Lingkungan Industri Kecil
Pada Masa Pandemi Covid
19 Di Kab. Tegal

18
Urgensi Pendaftaran Hak DIPA FH 2023
Cipta Atas Desain Tata Rias UNNES
Pengantin Khas Kendal
Dalam Mendorong Industri
Kreatif Di Kabupaten
Kendal

Pengabdian Kepada Masyarakat

Judul Pengabdian Kepada Penyandang Dana Tahun


Masyarakat

Peningkatan Pemahaman Hak DIPA UNNES 2021


Alimentasi Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Lansia Di Desa
Kedungkelor Wanureja Tegal

Peningkatan Pemahaman DIPA FH 2022


Literasi Digital Untuk UNNES
Meningkatkan Kemampuan
Verbal Remaja Pik R Di Desa
Kedung Kelor, Kab. Tegal

Penguatan Kelembagaan DIPA FH 2023


Masyarakat Desa Dalam UNNES
Penyelesaian Sengketa Merek
Di Kelurahan Kenteng
Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuain dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

19
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-PM

Semarang, 12 September 2023

Dosen pendamping

Waspiah, S.H.,M.H

20
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

21
Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)

1. Perlengkapan yang diperlukan

Sewa baju (ukuran dewasa) 1x4(kunjunga 290.000 1.160.000


n)

Baju (untuk anak) 3x4(kunjunga 350.000 4.200.000


n)

SUB TOTAL (Rp) 5.360.000

2. Bahan habis pakai

Box/kardus packing 12 10.000 120.000

Kertas packing 12 5.000 60.000

Paper bag 12 10.000 120.000

Kartu ucapan 12 1.000 12.000

SUB TOTAL (Rp) 312.000

3. Perjalanan

Gocar 4 kunjungan 74.500 298.000

SUB TOTAL (Rp) 298.000

4. Lain-lain

Poster 40 Lembar 3.000 120.000

Lakban/Isolasi 5 10.000 50.000

Gunting 3 7.500 22.500

SUB TOTAL (Rp) 192.500

Biaya tidak terduga 600.000

TOTAL 6.762.500

22
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM/Bidang Studi Alokasi Waktu Uraian Tugas


(jam/minggu)

1. Tia Utami Sucianti 20jam/minggu Bertanggung jawab dalam


Mawarti produksi dan pelaksanaan

8111422286 Bertanggung jawab dalam proses


evaluasi dan pembuatan laporan
Ilmu Hukum

2. Chintya Chisannita Siboro 20jam/minggu Bertanggung jawab dalam


produksi dan pelaksanaan
8111422300
Bertanggung jawab dalam
Ilmu Hukum penyusunan laporan kemajuan

3. Dina Normanza 20jam/minggu Bertanggung jawab dalam


Sibagariang produksi dan pelaksanaan

8111422311 Bertanggung jawab dalam


promosi dan mengkoordinir
Ilmu Hukum semua anggota

4. Widya Margareth 20jam/minggu Bertanggung jawab dalam


Napitupulu persiapan metode role play

8111421422

Ilmu Hukum

5. Fenita Mei Wulandari 20jam/minggu Bertanggung jawab dalam


pembelian alat dan bahan untuk
1401422020 metode role play

Pendidikan Guru Sekolah


Dasar

23
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan

Lampiran 5. Denah Detail Lokasi Mitra Kerja

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang

24

Anda mungkin juga menyukai