Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENELITIAN SOSIAL

Hubungan antara Pengawasan Orang Tua kepada Anak


terhadap Aktivitas Pembelajaran dalam Mencari Jati
Diri Siswa di SMA Negeri 1 Jember

Disusun Oleh:
Chinta ‘Aliyyah Candramaya (09)

X MIPA 6

SMA NEGERI 1 JEMBER

Jalan Letjend Panjaitan Nomor 55-68121 Jember Telp 0331-


338586

2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Hubungan antara Pengawasan Orang Tua
kepada Anak terhadap Aktivitas Pembelajaran dalam Mencari Jati Diri Siswa di SMA Negeri
1 Jember” ini dengan baik. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu, karena tanpa bantuan semua pihak bukan tidak mungkin makalah ini tidak akan
terselesaikan.
Dalam penyelesaian masalah ini, saya menemukan tidak sedikit kesulitan. Namun,
berkat bimbingan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup
baik. Karena itu sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sri Sunarwati, selaku guru pembimbing mata pelajaran Sosiologi
2. Teman-teman X MIPA 6 yang membantu menyelesaikan tugas saya
Saya sadar sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, makalah
ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharap adanya kritik dan
saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Jember, 04 Mei 2017

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL........................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 6
I.I Latar Belakang Masalah...................................................................................... 6
I.II Perumusan Masalah............................................................................................. 6
I.III Pertanyaan Penelitian......................................................................................... 6
I.IV Tujuan Penelitian................................................................................................. 7
I.V Kegunaan Penelitian............................................................................................ 7
BAB II KERANGKA TEORI......................................................................................... 8
II.I Tinajuan Pustaka................................................................................................. 8
II.II Kerangka Teori.................................................................................................... 10
BAB III METODOLOGI................................................................................................ 14
III.I Pendekatan Penelitian.......................................................................................... 14
III.II Jenis Penelitian.................................................................................................... 14
III.III Subjek Penelitian................................................................................................. 14
III.IV Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 14
III.V Teknik Analisis Data........................................................................................... 14
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................................... 15
BAB V KESIMPULAN & SARAN................................................................................ 17
V.I Kesimpulan.......................................................................................................... 17
V.II Saran.................................................................................................................... 17
KEPUSTAKAAN............................................................................................................ 18
LAMPIRAN.................................................................................................................... 19
INDEKS.......................................................................................................................... 20

3
DAFTAR TABEL

___

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 (Kuesioner) ................................................................................................. 15

Gambar 4.2 (Wawancara) ............................................................................................... 16

5
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah


Setiap manusia diciptakan dengan akal dan pikiran. Manusia yang pada
awalnya tidak mengetahui apa apa menjadi tahu tentang beberapa hal dikarenakan
adanya pendidikan. Pendidikan itu sendiri terdiri dari berbagai macam di antaranya,
pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan
formal adalah pendidikan yang kita dapatkan di sekolah. Pendidikan nonformal
adalah pendidikan yang kita dapatkan di luar sekolah misalnya di tempat kursus, dll.
Sedangkan pendidikan informal adalah segala bentuk pendidikan yang kita dapatkan
dari lingkungan sekitar kita. Ketiga macam pendidikan itu memengaruhi tumbuh dan
kembang seorang anak/siswa. Dalam berbagai macam pendidikan tersebut tersimpan
berbagai macam sosialisasi di antaranya sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
Kedua sosialisai tersebut saling memengaruhi dalam membentuk karakter dan jati diri
pada seorang anak/siswa. Sayangnya, tak semua sosialisasi bersifat positif. Ada
kalanya sosialisasi yang diberikan bersifat negatif. Padahal, masa remaja atau masa
peralihan dari anak anak menuju dewasa adalah masa yang paling rawan atau masa
dimana seorang anak mudah terpengaruh. Dalam hal ini, karakter atau jati diri seorang
anak dipengaruhi oleh sosialisasi yang paling kuat yang ia terima. Dari sinilah, peran
orang tua sangat dibutuhkan dalam mengarahkan, menjaga, juga membentuk karakter/
jati diri seorang anak.
I.II Perumusan Masalah
 Seberapa pentingkah, peran orang tua dalam pembentukan jati diri seorang
anak/siswa?
 Apa saja perkembangan yang terjadi pada masa remaja yang mengharuskan
adanya pengawasan orang tua?
I.III Pertanyaan Penelitian
 Apakah orang tua selalu menanyakan keberadaan Anda?
 Apakah orang tua turut andil dalam menentukan cita cita Anda?
 Seberapa sering orang tua menanyakan tentang sekolah Anda?
 Bagaimana orang tua menyikapi nilai Anda yang buruk?

6
 Adakah pesan orang tua yang selalu Anda ingat, sampai detik, ini untuk
sekolah ataupun masa depan Anda?
I.IV Tujuan Penelitian
 Menganalisis seberapa pentingnya peran serta orang tua dalam pembentukan
jati diri seorang anak.
 Mencari tahu berbagai macam perkembangan yang terjadi pada masa remaja
yang mengharuskan adanya pengawasan orang tua.
I.V Kegunaan Penelitian
 Dapat mengetahui pengaruh pengawasan orang tua kepada anak terhadap
pembentukan jati diri.
 Mengetahui berbagai macam perkembangan yang terjadi pada masa remaja
yang mengharuskan adanya pengawasan orang tua.

7
BAB II

KERANGKA TEORI

II.I Tinjauan Pustaka


A. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai
arti yang luas, mencakup kematangan mental,emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,
1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa
secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada
di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak
sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih
atau kurang dari usia pubertas.
Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda
mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif,
dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut
Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat
di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18
tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun
adalah masa remaja akhir.
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk
masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa.
Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase
“topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara
maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase
perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif,
emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989).
B. Pengertian Jati Diri
Jati diri adalah sesuatu yang kita pilih sebagai landasan dalam hidup dan
merupakan salah satu bentuk sikap pribadi seseorang, baik tingkah laku maupun sifat.

8
C. Perkembangan remaja
1. Perkembangan Potensial
Kelompok remaja dapat dikenali dari potensinya yang dahsyat. Pada
umumnya remaja tidak mengenal rasa takut bahkan cenderung nekad sehingga banyak
aktivitas mereka yang menyentuh bahaya atau bersinggungan dengan bahaya,
misalnya, memanjat tebing, mendaki gunung, olahraga balap, tinju, menjelajah gua,
atau bertualang ke hutan belantara. Mereka mendirikan kelompok-kelompok atau
perkumpulan-perkumpulan (gangs) untuk mengaktualisasikan identitas kelompok
mereka. Jika aspirasi mereka tersumbat atau mendapatkan rintangan, mereka
mengajukan protes atau melakukan perlawanan dengan hebat tanpa memperhitungkan
risiko yang akan ditimbulkan akibat tindakan mereka yang tanpa perhitungan
2. Perkembangan Emosional
Masa remaja selalu berhubungan dengan berbagai pergolakan emosional yang
belum stabil. Ada keyakinan diri, kegelisahan, iri hati, malu, harga diri, dan emosi
lainnya yang dulu muncul sewaktu kanak-kanak, sekarang menjadi bagian penting
dari kehidupan mereka. Emosi sosial yang sudah muncul ketika berusia enam tahun
sangat penting dalam menunjang pergaulan mereka dengan teman-teman sebayanya.
Emosi remaja juga dapat dikenali dari berkembangnya perasaan atau emosi baru
seperti romantisme, cemburu, cinta, sedih, atau perasaan kesepian.
3. Perkembangan Psikososial
Ketika anak-anak memasuki masa remaja, terjadi perubahan karena
pertumbuhan fisik mereka yang berkembang sangat pesat. Pada masa ini, dorongan
seksual muncul dengan kuat dan wajah mereka mulai mengarah kepada bentuk
dewasa. Perubahan fisiologis ini diikuti pula oleh perubahan psikologis, yakni
berkembangnya mental mereka.
4. Perkembangan Intelektualitas
Beberapa remaja sudah terlihat kehebatan intelektualitas mereka dalam
berbagai bidang pemikiran dan perasaan sehingga mampu melahirkan karya-karya
bermutu dalam bidang seni, sains, dan teknologi. Menurut Jean Piaget, kelompok
remaja berada pada tahap operasional formal, dan merupakan tahap terakhir dari
perkembangan kognisi. Perkembangan yang sehat dan normal membuat mereka
mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan berbagai alternatif dan
memahami berbagai masalah yang kompleks dan rumit. Fokus mereka adalah:
kemampuan berpikir secara abstrak dan berpikir secara hipotetis.

9
5. Perkembangan Moral
Menurut Lawrance E. Kohlberg, remaja dapat dikenali dari moral mereka
yang berorientasi kepada membangun dan membina hubungan saling menguntungkan
(mutual interpersonal relationship). Bagi mereka moralitas yang baik adalah hidup
yang bermanfaat bagi orang lain, misalnya, berguna bagi saudara, teman-teman,
masyarakat, melaksanakan peraturan, menjaga ketertiban, dan seterusnya.
6. Perkembangan Psikoseksual
Menurut pengamatan Freud, pada usia remaja perkembangan psikoseksual
mereka berada pada tahapan genitalia. Fokusnya adalah ketertarikan terhadap lawan
jenis dan energi seksual diarahkan terhadap organ genital. Dorongan seksual yang
besar menyebabkan remaja mencari pemuasannya. Berdasarkan psikoanalisa Freud,
fase genital berlangsung sejak masa pubertas sampai meninggal dunia. Fase genital
sangat dipengaruhi oleh fase pragenital. Artinya,jika tahapan sebelumnya berhasil
dilewati dengan baik, tahapan genital akan berlangsung dengan baik, tetapi jika fase
tahapan pragenital mengalami masalah, tahapan genital juga akan bermasalah.

II.II Kerangka Teori


A. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Seorang Remaja
Anak merupakan salah satu bagian dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan
lingkungan universal yang paling utama dan pertama bagi setiap individu (Puspitawati
2012). Anak merupakan karunia terbesar dalam sebuah keluarga. Selain itu anak juga
merupakan karunia suatu bangsa dan negara karena anak merupakan penerus cita-cita
bagi kemajuan suatu bangsa. Karena itu, dalam hal ini psikologi anak atau pendidikan
tentang perilaku pembentukan kepribadian seorang anak sangat diperlukan. Psikologi
menurut Ernest Hilgert (1957) adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dan hewan. Sedangkan psikologi menurut George A. Miller (1974) adalah ilmu yang
mencoba menjelaskan, mempresiksi, dan mengontrol mental dan tingkah laku
manusia (Syafiruddin 2011).
Salah satu faktor penentu dalam proses pembentukan kepribadian seorang
anak yaitu orang tua atau suatu keluarga. Selain itu terdapat pula faktor lainnya yang
dapat mempengaruhi proses pembentukan karakter seorang anak yaitu diantaranya
faktor lingkungan tempat tinggal dan media massa baik media cetak maupun media
elektronik. Terdapat beragam contoh dari faktor tersebut yang dengan mudahnya
mempengaruhi pribadi seorang anak. Oleh karena itu sangat diperlukan pengawasan

10
yang penuh dari orang tua agar karakter atau jati diri seorang anak tidak menyimpang
dari apa yang diharapkan oleh orang tuanya.
B. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Jati Diri Seorang Remaja
Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita ini. Pengetahuan seperti
ini sangat penting sekali dan perlu dimiliki oleh remaja. Sebab anak-anak remaja
yang memasuki kancah usia remaja tanpa memiliki bekal sama sekali tentang siapa
dia, dan yang tidak berdaya untuk mengevaluasi masukan atau bujukan teman-
temannya, akan cenderung mengikuti saja yang dikatakan temannya.
Supaya anak remaja memiliki konsep diri yang jelas, diperlukan masukan
yang terutama dari pihak orang tua sendiri atau dari keluarga. Ini tidak bisa otomatis
terjadi sewaktu anak sudah menginjak usia remaja, melainkan harus terjadi mulai
dari usia yang paling dini. Contoh, sewaktu anak pada masa bayi digendong oleh
orang tua, orang tua berkata “aduh senyummu bagus”, atau “aduh ketawanya kok
lucu”. Nah ini adalah masukan, si bayi belum tahu apa yang dikatakan oleh orang
tuanya tapi ia bisa merasakan bahwa yang dikatakan orang tuanya itu sesuatu yang
baik dan menyenangkan. Karena meskipun bayi itu belum bisa memahami
perkataan, dia sudah bisa merasakan ungkapan perasaan, jadi perasaan yang baik
yang disalurkan kepada si bayi membuat si bayi juga merasa tenang. Sejak bayi dia
harus mulai mendapatkan suatu perasaan bahwa orang tua menerimanya.
Beberapa hal yang bisa dan seharusnya dimasukkan oleh orang tua ke dalam
diri anak:
 Orang tua perlu menanamkan kepada anak bahwa anak adalah seseorang
yang mereka kasihi, yang bukan saja mereka sambut tapi sangat mereka
kasihi. Dengan kata lain, mereka ini adalah anak-anak yang berharga di mata
orang tua. Anak-anak perlu mengetahui bahwa mereka itu penting dan
berharga.
 Orang tua juga perlu mengarahkan anak ke mana dia harus pergi, dengan
siapa dia harus bergaul, bagaimana dia harus bertindak, hidup seperti apa
yang baik. Kita perlu mengkomunikasikan pada anak, engkau ini sebetulnya
siapa dan engkau seharusnya menjadi seperti apa. Yang menarik untuk
diperhatikan adalah, ada anak yang pada waktu memasuki usia remaja
mempunyai 2 sisi yang berbeda. Di rumah dia kelihatan manis sehingga
menyukakan hati orang tua, tapi kemudian orang tua mendapat laporan yang
bertolak belakang dari gurunya atau teman-teman mereka.

11
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya hal ini:
 Kemungkinan pertama adalah dia kebetulan berkumpul dengan teman-teman
yang mempunyai gaya atau nilai hidup yang sangat berbeda dengan yang dianut
oleh orang tuanya.
 Anak-anak remaja memang sedang memasuki usia di mana dia mulai berpikir
sendiri.
 Orang tua perlu memberitahukan pada anak-anak bahwa mereka mempunyai
kemampuan atau keunikan tertentu. Di sinilah orang tua berfungsi sebagai
pemberitahu, sebagai pemberi tanggapan, atau sebagai cermin yang bisa
memberitahukan anak: "Inilah yang seharusnya kamu miliki dan inilah
keadaanmu sekarang." Anak-anak perlu mengetahui apa kesanggupan,
kebiasaan, keunikan, dan kekhususan yang dimilikinya.
C. Teori Pembentukan Karakter atau Jati Diri
Menurut Stephen Covey dalam bukunya yang berjudul “7 Kebiasaan Manusia
Yang Sangat Efektif”, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga teori utama
yang mendasari terbentuknya karakter, yaitu: Determinisme Genetis, Determinisme
Psikis dan Determinisme Lingkungan. Determinisme genetis merupakan DNA yang
diteruskan dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Determinisme psikis
yaitu berdasarkan pengasuhan yang diberikan orang tua kepada kita. Sedangkan
determinisme lingkungan yaitu situasi atau keadaan lingkungan.
D. Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua
Orang tua umumnya tidak menyadari apa yang dilakukan seorang anak ketika
dewasa adalah akibat dari pola asuh yang mereka beri sewaktu anak masih kecil.
Menjadi orang tua memanglah tidak mudah. Seorang anak belajar hanya dengan
melihat apa yang dilakukan orang tuanya, tidak diajarkan dan tidak diminta
mendengarkan perkataan orang tua dan tanpa komunikasi. Perkembangan seorang
anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggal.
Banyak orang tua yang tidak menyadari bagaimana caranya mendidik seorang anak.
Apa yang telah diraih anak pada saat sekarang merupakan hasil dari didikan orang tua
dimasa kecil.

Keberhasilan keluarga dalam hal pembentukan karakter seorang anak


tergantung dari pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya. Pola asuh yaitu
proses interaksi antara seorang anak dengan orang tuanya yang meliputi pemenuhan

12
kebutuhan fisik dan psikologis serta norma-norma yang berlaku disuatu masyarakat.
Hurlock, Hardy dan Heyes mengkatagorikan pola asuh menjadi tiga, yaitu pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Pola asuh otoriter mimiliki ciri
orang tua yang memegang semua keputusan sedangkan anaknya harus tunduk dan
patuh kepada orang tuanya tanpa harus bertanya. Pola asuh demokratis memiliki ciri
orang tua yang mendorong anaknya untuk membicarakan semua keinginannya.
Sedangkan pola asuh permisif memiliki ciri orang tua yang memberikan kebebasan
secara penuh kepada anaknya.

Melalui pola asuh yang diberikan orang tua kepada seorang anaknya, maka
anak tersebut belajar banyak dari hal tersebut. Pola asuh otoriter dan pola asuh
permisif dampaknya pada pendidikan karakternya akan sangat berbeda dengan pola
asuh demokratis. Pola asuh otoriter cenderung membatasi kasih sayang, sehingga
antara orang tua dengan seorang anak seakan-akan ada batasan. Pola asuh permisif
cenderung memberi kebebasan kepada anaknya untuk berbuat apa saja. Tetapi
bagaimana pun seorang anak tetaplah membutuhkan pengarahan dari orang tua, jika
dibiarkan seorang anak tersebut akan kebingungan dan akan berpotensi salah arah.
Sedangkan pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang sangat kondusif dalam
pendidikan karakter karena orang tua yang demokratis lebih mendukung
perkembangan seorang anaknya terutama dalam hal kemandirian dan tanggung jawab.

Menurut Middlebrook (dalam Badingah 1993), hukuman fisik dalam pola asuh
otoriter akan membentuk tingkah laku anak yang menyebabkan marah dan frustasi,
mendorong tingkah laku agresif. Tetapi menurut Rohner (dalam Megawangi 2003),
pengalaman masa kecil sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya.
Karena itu, pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya sangat menentukan
keberhasilan pendidikan karakter seorang anak.

Salah satu kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya menurut Megawangi
(2003) adalah kurang kasih sayang baik verbal maupun fisik, tidak adanya waktu
luang untuk anaknya, bersikap kasar secara verbal dan fisik. Dampak yang
ditimbulkan dari kesalahan pola asuh menurut Megawangi yaitu anak menjadi acuh
tak acuh dan merasa dirinya tidak membutuhkan orang lain, berperilaku agresif,
menjadi minder, selalu berpikir negatif, emosinya tidak stabil.

13
BAB III
METODOLOGI

Metode yang saya gunakan adalah metode survei lapangan dan metode studi
pustaka. Metode survei lapangan adalah metode yang digunakan untuk memperoleh
data secara langsung, menggunakan wawancara, kuesioner, dan observasi. Sedangkan
Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengambil data atau keterangan dari buku buku literatur di perpustakaan.

III.I Pendekatan Penelitian


Pendekatan yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan
Silang (Cross-sectional).
III.II Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang saya lakukan adalah penelitian eksploratif, yaitu
penelitian yang bertujuan mengetahui/menggali secara luas tentang suatu hal.
III.III Subjek Penetitian
 POPULASI : Siswa SMA Negeri 1 Jember.
 SAMPEL : Beberapa siswa berprestasi dan kurang berprestasi di SMA
Negeri 1 Jember
III.IV Teknik Pengumpulan Data
 Wawancara, menanyakan beberapa pertanyaan kepada narasumber.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber
yang terpercaya. Dalam hal ini mewawancarai beberapa narasumber di
antaranya:
o Siswa kelas X MIPA 5 sebanyak 2 orang.
o Siswa kelas X MIPA 6 sebanyak 2 orang.
o Siswa kelas X MIPA 7 sebanyak 2 orang.
 Observasi, mengamati secara langsung aktivitas yang terjadi di lapangan.
 Kuesioner, serangkaian pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek
penelitian sebagai informasi/sumber dalam suatu penelitian.
III.V Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang saya gunakan adalah teknik analisis kualitatif.

14
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Validasi Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,


observasi, dan quesioner. Pada saat wawancara narasumber diberikan beberapa
pertanyaan dan direkam sebagai sumber penelitian. Daftar pertanyaan yang diajukan
sama dengan daftar pertanyaan yang tertera dalam quesioner. Hanya saja cara
pengumpulan informasinya berbeda. Hal ini dilakukan, untuk menghemat biaya
penelitian.

GAMBAR 4.1

15
GAMBAR 4.2

B. Pengumpulan dan Penyajian Data

Dari observasi, wawancara serta pengisian kuesioner yang saya lakukan diperoleh
data sebagai berikut:

1. Kebanyakan siswa berprestasi mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya.


2. Orang tua, selalu memberikan motivasi saat keadaan anak sedang jatuh, atau
saat anak sedang putus asa karena nilainya tidak mencapai target yang
diharapkan.
3. Dalam penentuan cita cita, kebanyakan orang tua turut andil, dalam hal ini
bukan memaksakan melainkan memberikan arahan agar sang anak dapat
menentukan pilihannya dengan benar.
4. Kebanyakan anak berprestasi selalu menyimpan pesan atau nasihat orang
tuanya sebagai motivasi agar dirinya terus maju.

16
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

V.I Kesimpulan
Peran orang tua sangat dibutuhkan sebagai sumber pendidikan utama, untuk
membentuk tameng pada diri seorang anak yang sedang mengalami pembentukan jati
diri, agar tidak terbawa arus pengaruh negatif dari interaksi yang ia lakukan. Pola
asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anak juga memengaruhi pembentukan jati
diri pada seorang anak. Sehingga sebagai seorang orang tua, kita harus pandai dalam
memilih pola asuh pada anak. Sebab melalui pola asuh yang diberikan orang tua
kepada anaknya, seorang anak akan belajar banyak hal sebagai bekal untuk
melindungi dirinya dalam berperilaku di masyarakat.
V.II Saran
1. Remaja yang baik adalah remaja yang dapat melindungi dirinya sendiri dari pengaruh
buruk yang ada di sekitarnya, sekalipun tidak ada orang tua yang memberikan
pengawasan.
2. Pada dasarnya, semua kembali kepada kita, sebesar apapun perhatian yang orang tua
berikan kepada kita bila kita tidak dapat memahaminya, maka semua itu akan sia sia.
3. Orang tua punya tanggung jawab untuk membimbing dan mengawasi kita. Kita
sebagai anak juga punya tanggung jawab, untuk menuruti apa yang telah orang tua
perintahkan atau amanahkan kepada kita.
4. Memberikan pelajaran dan pengenalan tentang agama sejak anak masih kecil agar
anak tersebut mengenal dan bisa memilih mana yang baik dan yang buruk sejak anak
kecil.
5. Memperhatikan setiap perkembangan anaknya.
6. Orang tua seharusnya meluangkan waktu yang lebih banyak agar mengetahui
perkembangan seorang anak dan memberikan kasih sayang kepada anaknya.
7. Orang tua perlu mencari cara agar pengawasan yang diberikan tidak menimbulkan
kerisihan pada hati seorang anak.

17
KEPUSTAKAAN

 Buku Sosiologi kelas X, Yad Mulyadi dkk


o Halaman 68-69, jenis jenis penelitian
o Halaman 69-70, macam macam pendekatan
o Halaman 112-117, contoh penelitian sosial

18
LAMPIRAN

 Wawancara narasumber & Pengisian kuesioner:


o Apakah orang tua selalu menanyakan keberadaan Anda?
 Iya, bila saya pulang terlambat.
o Apakah orang tua turut andil dalam menentukan cita cita Anda?
 Bukan menentukan, lebih tepatnya ikut andil dalam mengarahkan
perguruan tinggi/cita-cita yang akan saya tuju.
o Seberapa sering orang tua menanyakan tentang sekolah Anda?
 Kadang kadang, sekedar bertanya bagaimana keadaan di sekolah, ada
acara apa,dsb.
o Bagaimana orang tua menyikapi nilai Anda yang buruk?
 Mereka menyikapi dengan bijak, memotivasi saya bahwa saya harus
bisa bangkit dari keterpurukan saya dan memperbaiki nilai saya yang
buruk. Anggap itu adalah yang terburuk dan jangan sampai terulang.
o Adakah pesan orang tua yang selalu Anda ingat, sampai detik, ini untuk
sekolah ataupun masa depan Anda?
 Ada, mereka selalu berkata bahwa kita tidak perlu memikirkan hasil,
yang terpenting adalah lakukan dengan sebaik mungkin. Selain itu,
mereka juga menitipkan pesan bahwa saya harus pandai pandai
memilih teman, sebab teman adalah salah satu faktor yang dapat
mengubah kepribadian.

19
INDEKS

 https://amandayunita24.wordpress.com/2013/05/13/10/
 https://selaludihatiku.wordpress.com/2013/09/24/apa-sih-sebenarnya-jati-diri-itu/
 http://telaga.org/audio/peran_orangtua_dalam_pembentukan_jati_diri_remaja

20

Anda mungkin juga menyukai