Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANAK DENGAN PERILAKU INSCURE

DOSEN PEMBIMBING : DENI DARUSSALAM, M.Pd.

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,
Alhamdulillah Puji syukur Kehadirat Alloh SWT,akhirmya Pembuatan
Makalah Yang Berjudul ‘’Anak Dengan Perilaku Inscure’’ sebagai salah satu
tugas Mata Kuliah Permasalahan Anak Usia Dini.
Saya Ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini ,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan menjadi referensi bagi teman – teman seperjuangan.
Demikian mohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Wassalamualaikum..

Cibadak, 16 Juli 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1...............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................1
B. INDENTIFIKASI MASALAH ...........................................................3
C. RUMUSAN MASALAH......................................................................3
D. CARA PEMECAHAN MASALAH ....................................................3
E. TUJUAN PENELITIAN......................................................................3
F. MANFAAT PENELITIAN..................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
A. PENGERTIAN PERILAKU INSCURE PADA ANAK USIA DINI. .5
B. GEJALA INSCURE PADA ANAK.....................................................5
C. PENYEBAB PERASAAN INSECURE PADA SISWA .....................5
D. CARA MENGATASI SISWA INSECURE DI KELAS......................6
BAB III KESIMPULAN................................................................................8
KESIMPULAN ..........................................................................................8
DAFTAR FUSTAKA......................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Setiap anak pada hakekatnya adalah amanah dari Allah kepada orang
tuanya untuk dijaga, dipelihara, dididik dan dikembangkan baik potensi fisik
maupun psikisnya, agar mereka kelak mengenal diri dan lingkunganya sebaik
mungkin. Namun suatu hal yang harus diakui pula oleh orang tua selaku guru
utama dan pertama pada masa awal perkembangan anak, bahwa setiap anak secara
kodrat mambawa variasi dan irama perkembangan masing-masing. Perkembangan
berkaitan dengan proses belajar. Untuk itu, seiring dengan bertambahnya usia,
agar mencapai perkembangan dengan hasil yang optimal, memasuki usia 4 tahun,
anak akan sangat membutuhkan proses pembelajaran melalui dunia pendidikan
yaitu pada jenjang pra sekolah atau taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak (TK)
adalah lembaga pendidikan yang dikhususkan bagi anak-anak usia 4-6 tahun
untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan
potensi –potensinya sejak dini, sehingga anak dapat berkembang secara wajar.
Melalui pembelajaran di taman kanak-kanak, anak diharapkan tidak saja siap
memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), namun yang lebih utama agar
anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik motorik, intelektual, sosial dan
emosional’’ (syaodih, 2005 : 1-2). Hal ini sejalan dengan peraturan pemerintah
No.27 Tahun 2007 tentang pendidikan pra sekolah yang menyatakan bahwa:
’’tujuan pendidikan TK adalah membantu meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan
oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan selanjutmya’’. Guru taman kanak-kanak sebagai tenaga pendidik
pada jenjang ini, disamping tugas utamanya yakni mendidik, mengajar, dan
melatih anak agar dapat mencapai hasil perkembangan tingkah laku yang
maksimal, diharapkan pula mampu memahami berbagai tingkah laku anak
didiknya. Anak yang bersifat penakut atau Non-normatif umumnya mengalami
perubahan dalam bentuk perilaku yamg dapat dilihat gejalanya dari cara ia

1
bekerja, bermain, berteman dan lain-lain. Disamping itu, mereka sering
mengalami hambatan dalam pernyataan emosi akibatnya, anak yang kebutuhan
emosionalnya tidak terpenuhi secara seimbang di awal kehidupanya dikemudian
hari ia akan menjadi individual yang terus hidup dengan gangguan emosional
yang serius dan tidak mampu mengembangkan potensi-potensinya secara optimal.
Gangguan emosi pada anak dapat mengakibatkan adanya perasaan tidak aman
yaitu yang dikenal dengan istilah ‘’insecure’’ Schaefer & wilman, (dalam
Hildayani, 2005 : 1 ) menyatakan bahwa: istilah insecure menggambarkan anak
anak yang secara nyata memiliki kepercayaan diri yang kurang dan mereka pun
seringkali memiliki perasaan takut dan cemas. Dari kedua jenis perilaku insecure
tersebut, diidentifikasi bahwa masalah anak penakut adalah salah satu
permasalahan yang cenderung menonjol.
Dari hasil observasi bersama teman guru disekolah, dapat disimpulkan
bahwa perilaku penakut anak cenderung disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya :
1. Adanya contoh yang dilihat anak baik melalui tontonan atau bacaan, terutama
dari ibu juga penakut.
2. pengalaman buruk atau trauma yang dialami anak, misalnya kecelakaan serta
hukuman dan ejekan yang pernah diterimanya setelah ia melakukan sesuatu.
3. pola asuh orang tua, misalnya perlindungan yang berlebihan ( Overprotektif).
4. kurang optimalnya bimbingan dari guru setiap kali menghadapi anak penakut.
Untuk meminimalisir perilaku penakut pada anak dapat dilakukan dengan
berbagai teknik salah satunya adalah Teknik bernain peran.Teknik bermain peran
adalah merupakan salah satu teknik pembelajaran yang digunakan dalam
mengembangkan perilaku anak didik yang kurang baik. Kelebihan teknik bermain
peran diantaranya adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
berperan aktif mendramatisasikan suatu masalah sosial yang sekaligus melatih
keberanian serta kemampuannya melakukan suatu adegan dihadapan orang
banyak. untuk melihat sejauh mana keefektifan teknik bermain peran untuk
meminimalisir perilaku penakut pada anak,

2
B. INDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut : .
a. Anak merasa takut untuk tampil di depan kelas.
b. Anak kurang mampu berkomunikasi dengan guru.
c. Anak selalu menyendiri tidak mau bergabung dengan teman-teman seusianya.
d. Anak kurang mampu berpisah dengan orang tua.

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam Makalah ini adalah “
1.Apakah itu perilaku Inscure
2.Cara menangani perilaku inscure di lingkungan Ra Roudhotun Nur

D. CARA PEMECAHAN MASALAH


Untuk meminimalisir perilaku Inscure pada anak dilingkungan sekolah ra
Roudhotun Nur Roudhotun Nur Kecamatan cibadak Kabupaten sukabumi ,
digunakan teknik bermain peran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan skenario dan memilih pemain peran
2. Guru memberikan contoh peran yang akan dilakukan anak.
3. Anak dilatih bermain peran melalui proses pembelajaran.
4. Secara bergilir anak memainkan peran yang diberikan guru.
5. Guru membimbing anak yang belum memiliki keberanian dalam bermain
peran.
6. Pemberian penguatan kepada anak yang menunjukkan keberanian.

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk Inscure pada anak
dilingkungan sekolah ra Roudhotun Nur Roudhotun Nur Kecamatan cibadak
Kabupaten sukabumi Melalui Teknik Bermain Peran.

3
F. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan
peneliti adalah a. Bagi Guru : Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui teknik
atau cara meminimalisir anak yang berpelilaku penakut.
b. Bagi Anak: Dengan penelitian ini akan mengurangi anak-anak yang bersifat
penakut menjadi sedikit berani dalam kegiatan belajar ditaman kanak-kanak.
c. Bagi Sekolah: penelitian tindakan kelas ini memberikan kontribusi dalam
peningkatan kualitas pembelajaran di TK.
d. Bagi Peneliti: melalui penelitian ini akan menjadi tolak ukur untuk menyusun
langkah-langkah selanjutnya untuk mencapai indikator keberhasilan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERILAKU INSCURE PADA ANAK USIA DINI


Insecure, atau rasa tidak aman, bisa diartikan sebagai rasa takut akan
sesuatu yang dipicu oleh rasa tidak puas dan tidak yakin akan kapasitas diri
sendiri. Rasa insecure inilah yang pada akhirnya, memicu anak untuk
menciptakan ‘topeng’ agar sisi lain yang ingin kita sembunyikan itu tidak
terlihat oleh orang lain. Perilaku insecure pada anak dapat dicegah dengan
mengasuh anak dalam cara-cara yang dapat meningkatkan kepercayaan diri,
kemampuan beradaptasi, dan optimisme anak. Untuk itu orang tua dan guru
serta pihak yang terkait dengan anak harus bekerja sama dan membantu anak
untuk mengatasi perasaan- perasaan tadi.

B. GEJALA INSCURE PADA ANAK


Berikut ini Gejala inscure pada anak sebagai berikut :
 Mencoba membuat orang lain merasa insecure
 Memamerkan diri secara terselubung
 Menceritakan pencapaian diri setiap saat.
 Menyalahkan diri sendiri bila suatu hal tidak berjalan sempurna
 Memiliki kepercayaan yang tipis terhadap orang lain

C. PENYEBAB PERASAAN INSECURE PADA SISWA


Ada dua sebab utama siswa mengalami insecurity, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal yang menyebabkan munculnya insecure
pada siswa biasanya dipicu oleh orang lain serta lingkungan. Contoh
penyebab insecure dari faktor eksternal adalah:
 Diperlakukan overprotective oleh orang tua.
 Sering dibanding-bandingkan dengan orang lain.
 Kegagalan atau mendapatkan nilai jelek.
 Trauma kejadian tidak menyenangkan di masa lalu.
 Cara mendidik anak yang terlalu keras seperti sering membentak atau
menyalahkan anak.

5
 Siswa yang mengalami kelima hal di atas sudah pasti
mengalami insecurity atau merasa tidak aman. Semakin sering mereka
menghadapi perlakuan dan tekanan-tekanan ini, maka siswa-siswa ini akan
semakin merasa tidak diinginkan. Akibatnya, mereka akan menganggap
dirinya tidak berguna.
  Selain faktor dari luar atau eksternal, insecure bisa juga dipengaruhi oleh
faktor internal siswa atau dari dalam diri siswa. Faktor internal yang
menjadikan siswa merasa insecure diantaranya adalah perasaan kesepian,
tidak percaya dengan diri sendiri, memiliki sifat perfeksionis, dan
kecemasan atau takut bersosialisasi. Faktor internal tersebut membuat
siswa cemas memikirkan penilaian dari orang lain terhadap dirinya dan
sering membayangkan hal-hal buruk, misalnya dijauhi teman, dibully, dan
lain sebagainya.

D. CARA MENGATASI SISWA INSECURE DI KELAS

1. Ajarkan siswa fokus kelebihannya


Menghilangkan insecure pada siswa bukan pekerjaan sehari saja, tetapi
harus dilakukan secara terus menerus. Salah satu caranya adalah dengan
mengajarkan siswa untuk fokus pada kelebihannya. Beritahukan pada
siswa di kelas bahwa setiap siswa memiliki kelebihannya masing-masing.
Jika ada hal yang siswa kurang kuasai, hal itu adalah sebuah kewajaran.
Yang harus siswa lakukan adalah fokus pada kelebihan yang dimiliki dan
tetap berusaha mempelajari hal atau pelajaran yang kurang dikuasainya.
2. Tidak membanding-bandingkan dengan temannya
Meskipun tujuannya untuk memberikan motivasi, membanding-
bandingkan siswa dengan siswa lainnya justru akan membuat jiwa siswa
terluka. Seperti Guru Pintar ketahui bahwa setiap siswa itu unik. Mereka
memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Bandingkan siswa
dengan dirinya sendiri misalnya “Bapak/Ibu Guru percaya kamu bisa loh
mengerjakan hal seperti ini, apakah kamu memiliki kesulitan sehingga
tidak dapat mengerjakannya dengan baik?”
3. Menciptakan lingkungan yang suportif
Cara agar tidak insecure berikutnya adalah dengan menciptakan
lingkungan yang suportif. Ajarkan pada setiap siswa untuk selalu
menghormati dan menghargai temannya. Latihlah siswa untuk saling
mendukung, memotivasi, dan juga membantu saat teman lain mengalami
kesulitan. Hal ini akan menumbuhkan simpati dan empati pada siswa
sehingga kemungkinan terjadinya bullying dapat dihindari.

4. Berikan Stimulus supaya siswa dapat mengetahui kelebihan dan


keunikannya
Supaya insecure tidak terjadi pada siswa di kelas. Dalam setiap
pembelajaran berikan stimulus yang membuat siswa menyadari akan
kelebihan dan keunikannya. Hal ini selain bermanfaat untuk mengatasi

6
rasa insecure, juga akan membuat siswa hanya fokus pada kegiatan belajar
tanpa membanding-bandingkan dirinya dengan teman-temannya.
5. Ajak siswa selalu bersyukur
Cara terakhir untuk mengatasi siswa insecure adalah dengan mengajak
mereka untuk selalu bersyukur. Bagaimana caranya? Dengan memberikan
cerita yang inspiratif, atau menceritakan kejadian yang dialami orang lain
di tempat lain. Hal ini akan membuka mata siswa bahwa ia beruntung dan
harus selalu bersyukur. Hal ini juga akan memberikan motivasi pada diri
siswa dan juga menumbuhkan rasa empati siswa kepada orang lain dan
lingkungan sekitarnya.
.

7
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
1. Karakteristik anak dengan perilaku insecure yang sering muncul yaitu
anak Sering menghindari oranglain,mudah merasa ragu-ragu
melakukan sesuatu, kurang terlibat dalam kegiatan permbelajaran
secara kelompok, anak menunjukkan ekspersi sedih atau murung, serta
lebih senang sendiri dan tidak suka bergaul
2. Proses interaksi edukatif antara guru dan anak dengan perilaku
insecure berjalan dengan baik, dimana sudah terlihat perubahan
perilaku kepada anak insecure.
3. Perubahan perilaku yang sangat terlihat pada anak yaitu anak mulai
menunjukkan mimik wajah yang bahagia, anak mulai mampu
menerima komunikasi, anak mulai mampu menerima pujian dan
sebagainya.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://siat.ung.ac.id,

Anda mungkin juga menyukai